Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Etika
Etika dari segi etimologi berasal dari bahasa latin ethlus (dalam bahasa Yunani adalah
ethos) yang berarti kebiasaan atau watak kesusilaan. Sedangkan dari segi terminologi, etika
merupakan aturan-aturan konvensional mengenai tingkah laku individu dalam masyarakat
beradab, tata cara formal atau tata krama lahir untuk mengatur hubungan antara pribadi,
sesuai dengan status sosial masing-masing. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang
baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat
yang diwariskan dari satu orang ke orang lain yang lain dari satu generasi ke generasi yang
lain. Etika menurut Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk sebagai pedoman sikap dan tingkah laku manusia sejauh berkaitan dengan norma-
norma.
Menurut Ronald Duskan dalam buku Accounting Ethics memberi empat makna dasar
dari kata etika, yaitu:
1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral serta
kewajiban
2. Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai
3. Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral
4. Prinsip atas pengaturan perilaku suatu individu atau kelompok
Dilihat dari pengertian diatas, etika memiliki peran penting dalam
melegitimasi segala perbuatan dan tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang
telah disepakati oleh masyarakat. Dibawah ini terdapat beberapa alasan mengapa penting
untuk mempelajari etika menurut Ronald Duska, yaitu:
1. Beberapa kepercayaan moral yang dipegang mungkin tidak cukup karena itu hanya
kepercayaan sederhana tentang isu-isu komplek. Pelajaran etika dapat membantu
seseorang memecahkan isu komplek tersebut dengan melihat apa yang dikatakan
dalam prinsip-prinsip etika.
2. Etika dapat menyediakan pengertian yang mendalam bagaimana menimbang dan
memutuskan terhadap konflik prinsip dan menunjukan mengapa tindakan tertentu
lebih dibutuhkan dari pada yang lain.
3. Cerminan etika dapat membuat kita lebih berpengetahuan dan teliti dalam
masalah-masalah moral.
4. Alasan yang penting untuk mempelajari etika adalah untuk mengerti keadaan dan
mengapa opini-opini kita berharga. Contohnya ketika tanggung jawab ke keluarga
berbenturan dengan tanggung jawab kita terhadap pekerjaan dan bagaimana jalan
keluarnya.
5. Alasan terakhir dalam mempelajari etika adalah untuk belajar mengidentifikasi
prinsip-prinsip dasar etika yang dapat diaplikasikan pada tindakan.

B. Relativitas Moral
Dalam bisnis global yang tidak mengenal batas negara, akan timbul persoalan
mengenai etika mana yang harus dipakai oleh sebuah perusahaan multinasional, seperti
perusahaan multinasional Amerika yang beroperasi di Asia,dimana norma etika dan car
melakukan bisnis akan berbeda, apakah akan menerapkan etika yang terdapat di negara
asalnya ataukah harus memakai etika yang terdapat di negara dimana dia beroperasi. Dengan
kata lain perusahaan bisnis mau tidak mau harus bersaing berdasarkan prinsip etika tertentu.
Menurut DeGeorge,ada tiga pandangan umumyang dianut,yaitu:
1. Pandangan pertama, norma etis berbeda antara suatu tempat dengantempat lain,
artinya dimana saja suatu perusahaan beroperasi ikuti norma dan aturan moral yang
berlaku di negara tersebut. Contohnya adalah jika berada di Padang maka
bertindaklah sebagaimana dilakukan orang Padang. Inti dari pandangan ini adalah
tidak ada norma atau prinsip moral yang berlaku universal, maka prinsip pokok yang
harus dipegang adalah bahwa prinsip dan norma yang dianut di negara tuan rumah
itulah yang dipatuhi dan dijadikan pegangan. Semua perusahaan harus tunduk pada
hukum yang berlaku di negara tempat perusahaan beroperasi, dengan catatan bahwa
prinsip ini tidak boleh merugikan pihak lain dalam berbisnis
2. Pandangan kedua, norma sendiri lah yang paling benar dan tepat. Prinsip yang harus
dipegang “bertindaklah dimana saja sesuai dengan prinsip yangdianut dan berlaku di
negaramu sendiri”. Menurut pandangan ini pada dasarnya norma dan nilai moral
berlaku universal, oleh karena itu apa yang dianggap dan dianut di negara sendiri
harus juga diberlakukan dinegara lain (anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun
pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini berdasarkan pada anggapan bahwa
moralitas menyangkut baik buruknya prilaku manusia sebagai manusia, oleh karena
itu, sejauh manusia adalah manusia, dimana pun ia berada, prinsip, nilai dan norma
moral itu akan tetap berlaku. Akan tetapi dalam pandangan ini menimbulkan bahaya
bahwa perusahaan luar memaksakan nilai dan norma moralnya untuk diberlakukan di
negara dimana perusahaan itu beroperasi.
3. Pandangan ketiga adalah immoralis naif yang artinya tidak ada norma moral yang
perlu diikuti sama sekali.

C. Teori Etika Modern (Kognitivisme)


1. Teori Utilitarianisme
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti bermanfaat.
Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam
rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan
baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest
number, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Perbuatan yang
sempat, mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah
perbuatan yang terbaik. Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan setiap pelaku
moral. Tidak ada paksaan bahwa seseorang harus bertindak dengan cara tertentu yang
mungkin tidak diketahui alasannya mengapa demikian. Jadi, suatu tindakan baik
diputuskan dan dipilih berdasarkan kriteria yang rasional dan bukan sekedar
mengikuti tradisi atau perintah tertentu.
Paham Utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
a) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya
(akibat,tujuan atau hasilnya).
b) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
c) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

2. Teori Deontologi
Deontologi berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu deon yang berarti
kewajiban (Ekasari & Malang, 2020). Deontologi merupakan suatu pendapat bahwa
etika suatu tindakan didasarkan pada kewajiban, apa pun konsekuensinya pada diri
sendiri dan orang lain. Paham ini mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan
tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan
tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh dijadikan pertimbangan untuk
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan, karena suatu tindakan tidak pernah menjadi
baik karena hasilnya baik. Teori ini menekankan kewajiban sebagai tolak ukur bagi
penilaian baik atau buruknya perbuatan manusia, dengan mengabaikan dorongan lain
seperti rasa cinta atau belas kasihan. Terdapat tiga kemungkinan seseorang memenuhi
kewajibannya yaitu : karena nama baik, kerena dorongan tulus dari hati nurani, serta
memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan fokus dari teori
deontologidapat diringkas sebagai berikut:
1) Suatu tindakan harus dijalankan berdasarkan kewajiban.
2) Etikalitas suatu tindakan atau kebijakan tidak dinilai berdasarkan hasil,
konsekuensi, atau pencapaian tujuannya, tetapi tergantung pada kemauan baik yang
menjadi landasannya.
3) Suatu tindakan merupakan konsekuensi dari kewajiban yang merupakan bentuk
sikap hormat terhadap nilai moral yang bersifat universal yang harus dijunjung
seorang manusia sebagai seorang manusia

3. Etika Hak
Menurut teori ini suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Namun
teori ini merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban) karena hak
tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu tindakan merupakanhak bagi
seseorang maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orng lain.
Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku.

4. Etika Keutamaan
Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau
akhlak seseorang. Kata virtue berasal dari bahasa Latin virtus, yang berarti kekuatan
atau kapasitas. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori
keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu
berat sebelah dalam menguku rperbuatan dengan prinsip atau norma.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral, misalnya: kebijaksanaan, keadilan, kerendahan hati, suka bekerja keras.
Keuntungan teori ini bahwa para pengambil keputusan dapat dengan mudah
mencocokkan dengan standar etika komunitas tertentu untuk menentukan sesuatu itu
benar atau salah tanpa ia harus menentukan kriteria terlebih dahulu (dengan asumsi
telah ada kode prilaku)
Sumber:
Duska, Ronald F./Duska, Brenda Shay, Accounting Ethics, Carlton:Blackwell, edisi ke-8, 2007
Bartens, K., Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta:Kanisius, edisi ke-12, 2000
Ekasari, K., & Malang, P. N. (2020). Etika bisnis .

Anda mungkin juga menyukai