Mata kuliah :
ETIKA BISNIS & PROFESI AKUNTANSI
Rika Puspita Sari, SE, MA.
20
A. Pengertian Etika
Kata etika memiliki beberapa makna, Webster’s Collegiate Dictionary
yang dikutip oleh Ronald Duska dalam buku Accounting Ethics memberi empat
makna dasar dari kata etika, yaitu:
1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral
serta kewajiban.
2. Seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai.
3. Sebuah teori atau sistem atas nilai-nilai moral.
4. Prinsip atas pengaturan prilaku suatu individu atau kelompok.
B. Relativitas Moral
Dalam bisnis global yang tidak mengenal batas negara, akan timbul
persoalan mengenai etika mana yang harus dipakai oleh sebuah perusahaan
multinasional, seperti perusahaan multinasional Amerika yang beroperasi di Asia,
dimana norma etika dan car melakukan bisnis akan berbeda, apakah akan
menerapkan etika yang terdapat di negara asalnya ataukah harus memakai etika
yang terdapat di negara dimana dia beroperasi.
Menurut De Geroge, untuk mengatasi permasalahan ini, kita perlu melihat
terlebih dahulu tiga pandangan yang umum dianut, yaitu :
1. Pandangan pertama, norma etis berbeda antara suatu tempat dengan
tempat lain. Prinsip yang harus dipegang adalah “jika berada di Padang
maka bertindaklah sebagaimana dilakukan orang Padang”, artinya dimana
saja suatu perusahaan beroperasi ikuti norma dan aturan moral yang
berlaku di negara tersebut. Inti dari pandangan ini adalah tidak ada norma
atau prinsip moral yang berlaku universal, maka prinsip pokok yang harus
dipegang adalah bahwa prinsip dan norma yang dianut di negara tuan
rumah itulah yang dipatuhi dan dijadikan pegangan. Semua perusahaan
harus tunduk pada hukum yang berlaku di negara tempat perusahaan
beroperasi, dengan catatan bahwa prinsip ini tidak boleh merugikan pihak
lain dalam berbisnis.
2. Pandangan kedua, norma sendiri lah yang paling benar dan tepat. Prinsip
yang harus dipegang “bertindaklah dimana saja sesuai dengan prinsip yang
dianut dan berlaku di negaramu sendiri”. Menurut pandangan ini pada
dasarnya norma dan nilai moral berlaku universal, oleh karena itu apa
yang dianggap dan dianut di negara sendiri harus juga diberlakukan di
negara lain (anggapan bahwa di negara lain prinsip itu pun pasti berlaku
dengan sendirinya).
Pandangan ini berdasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut
baik buruknya prilaku manusia sebagai manusia, oleh karena itu, sejauh
manusia adalah manusia, dimana pun ia berada, prinsip, nilai dan norma
moral itu akan tetap berlaku. Akan tetapi dalam pandangan ini ada bahaya
bahwa perusahaan luar memaksakan nilai dan norma moralnya untuk
diberlakukan di negara dimana perusahaan itu beroperasi.
3. Pandangan ketiga, tidak ada norma moral yang harus diikuti sama sekali
(immoralis naif).
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata
Inggris Utility yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu tindakan dapat
dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat. Perbedaan antara paham utilitarianisme dengan egoisme etis terletak
pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang
individu sedangkan utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang banyak.
Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :
a. Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat,
tujuan atau hasilnya)
b. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
c. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
3. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani deon yang berarti kewajiban.
Paham ini mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.
Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh dijadikan pertimbangan untuk menilai
etis atau tidaknya suatu tindakan, karena suatu tindakan tidak pernah menjadi baik
karena hasilnya baik.
Untuk pemahaman lebih lanjut, Immanuel Kant mengemukakan dua
konsep penting, yitu :
a. Imperactive hypothesis, merupakan perintah yang bersifat khusu yang
harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan, seperti
jika ingin menjadi sarjana akuntansi maka harus memasuki fakultas
ekonomi jurusan akuntansi. Dari contoh tersebut terlihat kekuatan
mengikat kata harus tergantung pada keinginan atau tujuan yang relevan,
jika tidak menginginka maka tidak wajib melakukannya. Sehingga
tindakan ini tidak serta-merta dapat diartikan sebagai kewajiban moral.
b. Imperactive categories, adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita
begitu saja tanpa syarat apa pun, mutlak tanpa ada pengecualian apa pun
dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau tujuan yang relevan.
4. Teori Hak
Menurut teori ini suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila
perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Namun teori ini merupakan suatu aspek dari teori deontologi (teori kewajiban)
karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan
hak bagi seseorang maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban
bagi orng lain.
Berikut ini beberapa prinsip HAM yang dijadikan acuan bagi pengelolaan
perusahaan multinasionl (PMN):
a. PMN harus menghormati hak semua orang untuk kehidupan, kebebasan,
keamanan dan privasi.
b. PMN harus menghormati hak semua orang atas persamaan perlindungan
hukum, pekerjaan, pilihan jenis pekerjaan, kondisi kerja yang sehat dan
nyaman, serta perlindungan untuk memberantas pengangguran dan
diskriminasi.
c. PMN harus menghormati kebebasan semua orang atas pemikiran, ilmu
pengetahuan, agama, ekspresi dan pendapat, komunikasi, asosiasi dan
organisasi damai, serta pergerakan di setiap negara.
d. PMN harus mendukung suatu standar hidup untuk menunjang kesehatan
serta kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
e. PMN harus memberikan perhatian khusu dan bantuan bagi ibu dan anak.
5. Teori Keutamaan
Teori ini berbeda dengan teori sebelumnya, teori keutamaan tidak lagi
mempertanyakan suatu tindakan, tetapi mempertanyakan mengenai sifat-sifat
yang dimiliki oleh manusia sehingga mereka akan bertingkah laku baik atau
mungkin saja bertingkah laku buruk tergantung sifat yang dimiliki.
1. Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Orang yang otonom bukanlah orang yang
sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan adalah
orang yang melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, serta
juga bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya serta mampu
bertanggungjawab atas dampak dari keputusan dan tindakan tersebut. Jadi orang
yang otonom adalah orang yang orang yang tahu akan tindakannya, bebas dalam
melakukan tindakannya, tetapi juga sekaligus bertanggungjawab atas tindakannya.
2. Prinsip Kejujuran
Sekilas terdengar aneh kejujuran menjadi prinsip dalam dunia bisnis
karena mitos keliru tentang dunia bisnis yang dekat dengan kegiatn tipu-menipu
demi keuntungan. Akan tetapi tanpa kejujuran bisnis tidak bisa bertahan lama,
dikarenakan :
a. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarta-syarat perjanjian dan kontrak,
semua pihak saling percaya satu sama lain bahwa masing-masing pihak
tulus dan jujur dalam membuat perjanjian serta tulus dan jujur dalam
membuat janjinya. Hal ini menjadi penentu kelangsungan bisnis, karena
apabila salah satu pihak berlaku curang maka pihak yang dicurangi tidak
akan mau lagi menjalin relasi bisnis pihak yang curang tersebut.
b. Kejujuran juga relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu
dan harga yang sebanding, karena kepercayaan konsumen merupakan hal
paling pokok, apabila sekali konsumen merasa tertipu maka dia akan
pindah ke produk lain.
c. Kejujuran juga relevan dalam hubungn kerja intern dalam suatu
perusahaan, karena kejujuran merupakan inti dan kekuatan perusahaan.
Karyawan tidak akan bertahan lama dengan atasan yang tidak jujur.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif
dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip ini menuntut agar setiap orang dalam
kegiatan bisnis entah dalam realisasi eksternal perusahaan maupun realisasi
internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Prinsip ini menuntut agar tidak boleh ada pihak
yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan secara
positif menuntut hal yang sama, yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan satu sama lain, sehingga melahirkan suatu win-win situation.
5. Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan agar dia perlu menajalankan bisnis dengan tetap menjaga nama
baiknya atau nama baik perusahaannya. Prinsip ini merupakan tuntutan dan
dorongan dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan
dibanggakan.