Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI ETIKA

Dosen Pengampu : Dr. Siti Mutmainah, S.E., Akt., M.SI.

Kelompok 2:

1. Ersa Fadilansah (40011422650147)


2. Rara Tyas G (40011422650149)
3. Natasya Alya A (40011422650151)
4. Bagas Firmansyah (40011422650159)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
A. Hakikat Etika

Etika Berasal dari Bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti kebiasaan, adat, dan cara
berfikir. Etika memiliki arti yang sama dengan moral. Moral berasal dari kata mos
(bentuk tunggal) dan moeres (bentuk Jamak ) berarti adat kebiasaan dan cara hidup.

Etika adalah acabang dari ilmu filsafat yang mempelajari tentang norma-norma dan
nilai-nilai yang berkaitan dengan salah dan benar Sesutu Tindakan.

Etika dalam definisi praktis merupakan nilai-nilai dan nora -norma sedangkan dalam
defenisi reflektif berarti hal-hal apa saja yang tidak bileh dan boleh untuk dilakukan.

B. Hakikat Agama

Agama hakikatnya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan berisi perintah dan
larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat (Muhammad,2006).
Unsur yang dimiliki oleh hakikat agama:

1. Hubungan manusia dengan Tuhan;


2. Berisi pedoman tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma; serta
3. Bertujuan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

C. Hakikat Agama dan Etika

Setiap Agama mengajarkan: Hakikat Tuhan, Etika yang mengatur hubungan sesama
manusia dan tata cara ibadah yang mengatur hubungan dengan tuhan. Sehingga etika dan
agama tidak dapat dipisahkan sebab agama dan etika sama sama mengatur bagaimana
menjaga hubungan antar sesama manusia.

D. Dilema Etis

Dalam dunia bisnis, hal yang paling sering ditemukan adalah dilemma etis, hal ini
muncul Ketika tidak ada pilihan yang seluruhnya benar.

Solusi dalam menghadapi dilema etis adalah mengambil atau menentukan salah satu
pilihan walaupun dalam pilihan tersebut tidak dapat dikatakan murni benar ataupun
murni sebuah kesalahan, walaupun tidak dapat memuaskan semua pihak tetapi keputusan
harus segera di tetapkan.

E. Pengambilan Keputusan Etis

Tahapan untuk mengambil keputusan etis adalah sebagai berikut :

1. Moral Awareness, Pengakuan terhadap masalah yang sedang dihadapi dan


melibatkan isu moral. Fase ini berada dalam dua tahap yakni:
a) Proses operasional kognisi dari pembuat keputusan yang memikirkan tentang
Tindakan yang kemungkinan diambil
b) Proses Prediksi mengenai kemungkinan outcome dari Tindakan yang dipilih.
2. Moral Judgment, tahapan pengambilan keputusan memformulasikan penilaian
moral mengenai dilema etis, memutuskan mana yang sekira nya benar.
3. Moral Intent, tahapan untuk Menyusun Tindakan-tindakan yang mungkin sesuai
dengan prinsip moral, dengan memprioritaskan beberapa nilai moral di atas lain nya
dan bertanggung jawab atas konsekuensi moral.
4. Moral Behaviour, Tahapan pembuatan keputusan mengimplementasikan perilaku
etis sesuai dengan nilai moralnya. Pada tahap ini akan terjadi banyak fase fase yang
sulit.
5. Moral Reasoning, Tahapan ini adalah tahap untuk mengungkap alasan atau garis
besar mengapa keputusan tersebut yang dijadikan pilihan sekaligus masuk pada
tahap evaluasi. Tujuan akhir dari moral reasoning adalah untuk mengevaluasi
kembali keputusan dan kemudian memberikan justifikasi moral dan legitimasi dari
pelaku pembuat keputusan (Zhong, 2011). Model perkembangan Moral Reasoning

berdasarkan Kohlberg (1987)

F. Teori-Teori Etika

1. Teori Utilitarianisme

Teori ini dikemukakan oleh David Hume (1711-1776), kemudian dikembangkan oleh
Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Menurut teori ini, suatu
tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota
masyarakat atau the greatest utility of the greatest numbers. Suatu tindakan dikatakan etis
secara moral menurut prinsip utilitarianisme, yaitu jika

a. Memberikan kebaikan terbesar bagi sebagian orang (bukan hanya bagi pengambil
keputusan).
b. Manfaat bersih lebih besar dari biaya.
c. Manfaat yang diperoleh paling besar dibanding manfaat tindakan alternatif yang
mungkin dilakukan.

Terdapat 2 kriteria yang dugunakan dalam Utilitarianisme, yaitu:

1) Rule-Based Utilitarianisme

Pada rule-based utilitarianism, prinsip umum digunakan sebagai kriteria untuk


memutuskan apakah tindakan yang diambil memberikan manfaat terbesar. Misalnya
pada kasus Robin Hood meskipun konsekuensi atau tujuannya baik, tetapi mencuri
tidak dapat diterima oleh prinsip umum. Sehingga berdasarkan rule-based
utilitarianism, tindakan Robin Hood tidak dapat diterima.

2) Act-Based Utilitarianism

Act-based utilitarianism menganalisis tindakan atau perilaku tertentu untuk


menentukan apakah manfaat terbesar dapat dicapai. Prinsip act-based utilitarianism
prinsip yang berguna dalam menerapkan analisis stakeholder.

Utilitarianisme dan Analisis Pemangku Kepentingan

Analisis pemangku kepentingan menggunakan prinsip utilitarianisme harus


mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Menghitung manfaat dan biaya dari tindakan yang akan diambil


b. Menentukan informasi yang diperlukan untuk menghitung biaya dan manfaat
c. Mengidentifikasi prosedur dan kebijakan yang akan digunakan untuk
menjelaskan dan menjustifikasi/membenarkan analisis manfaat dan biaya
yang dibuat.
d. Menyatakan asumsi ketika membuat dan menjustufukasi analisis dan
kesimpulan tindakan yang diambil
e. Menanyakan pada diri sendiri kewajiban moral apa yang harus dipenuhi
aetelah analisis manfaat dan biaya dibuat

2. Teori Deontologi

Deontologi berasal dari kata deon (bahasa Yunani) yang berarti kewajiban. Teori ini
dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804).Prinsip deontologi tidak menilai
tindakan berdasarkan konsekuensi tindakan, tetapi berdasarkan kewajiban untuk
melaksanakan tindakan tersebut. Misalnya dalam cerita Robin Hood,menurut teori
deontologi tindakan Robin Hood tidak dapat dibenarkan karena meskipun
konsekuensinya baik, tetapi tidak bisa menjadi pembenaran tindakan
mencuri.Terdapat 2 konsep yang dikemukakan oleh Immanuel Kant yaitu:

a. Imperative Hypothesis

Imperative Hypothesis merupakan perintah-perintah yang bersifat khusus


yang harus dijalankan jika seseorang memiliki tujuan/keinginan yang
relevan.Menurut konsep ini, kewajiban atau keharusan bergantung pada
keinginan atau tujuan relevan yang ingin

b. Imperative Categories

Imperative categories merupakan kewajiban moral yang mewajibkan kita


tanpa syarat apa pun. Dalam konsep ini, kewajiban moral bersifat mutlak
tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau
tujuan apa pun. Dalam imperative categories juga ada prinsip, yaitu jangan
sampai kita memperlakukan seseorang hanya sebagai cara mencapai
keinginan kita.Moralitas hendaknya bersifat otonom dan harus berpusat pada
rasionalitas atau akal sehat yang dimiliki manusia.

Deontologi dan Analisis Pemangku Kepentingan

Penalaran yang mendasari teori deontologi dapat bermanfaat dalam menerapkan


analisis pemangku kepentingan, meskipun tidak semua konsep Immanuel Kant dapat
digunakan. Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk melakukan analisis
pemangku kepentingan berdasarkan prinsip deontologi:

a. Identifikasi kebutuhan individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan


untuk menjaga kesejahteraannya
b. Identifikasi adanya tekanan atau paksaan yang mungkin menyakiti individu
yang terlibat dalam keputusan.
c. Hormati individu yang dipengaruhi oleh keputusan tertentu sebelum
mengadopsi kebijakan dan tindakan
d. anyakan apakah tindakan yang dipilih dapat diterima oleh individu yang
terlibat
e. Tanyakan apakah individual dalam situasi yang sama akan menggunakan lagi
kebijakan atau keputusan tersebut

3. Teori Hak
Immanuel Kant juga mengemukakan teori hak (right theory). Menurut teori hak,
suatu tindakan dianggap baik jika tindakan tersebut memenuhi hak seseorang. Teori
hak didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki martabat yang sama. Hak
manusia bersumber pada hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan
(moral, human right), dan hak kontraktual (contractual right). Indonesia memiliki
UU hak asasi manusia yang diatur pada UU Nomor 39 Tahun 1999.

Teori Hak dan Analisis Pemangku Kepentingan

Prinsip hak berguna dalam analisis pemangku kepentingan ketika terjadi konflik
antara hak legal, hak moral, dan hak kontraktual atau ketika ada hak yang terlanggar
ketika suatu tindakan dilakukan. Berikut ini langkah untuk analisis pemangku
kepentingan berdasarkan teori hak:

a. Identifikasi individu yang terlanggar haknya


b. Tentukan hak moral dan hak hukum individu apakah keputusan melanggar
hak tersebut
c. Tentukan sampai sejauh mana tindakan tersebut memiliki justifikasi moral
dari asa utilitarianisme atau prinsip lainnya jika hak individu dilanggar

4. Teori keadilan

Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajaran dan kesetaraan. Teori ini didasarkan
adanya kelangkaan sumber daya dan masing-masing manusia memiliki kepentingan
pribadi.Keadilan merupakan mekanisme untuk meng- alokasikan manfaat dan beban
penggunaan sumber daya berdasarkan alasan yang rasional. Terdapat empat aspek
keadilan:

a. Keadilan Prosedural

Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan, aspek


utamanya adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Hal ini
menunjukkan bahwa keadilan terjadi jika semua individu diperlakukan sama
di depan hukum. Keadilan prosedural tidak memberikan perbedaan perlakuan
berdasarkan karakteristik fisik Keadilan prosedural merupakan blind justice
atau keadilan tanpa pandang bulu, yang mana setiap individu diperlakukan
secara adil di hadapan hukum

b. Keadilan Distributif
ristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa suatu hal yang sama harus
diperlakukan secara sama dan suatu hal yang tidak setara harus diperlakukan
secara berbeda sesuai porsi perbedaan di antara mereka.Keadilan ini disebut
juga keadilan proporsional.

c. Keadilan Retributif

Keadilan ini berkaitan dengan menyalahkan atau memberi hukuman


seseorang yang melakukan kesalahan.

d. Keadilan Kompensatori

Keadilan ini terkait dengan kompensasi yang harus diberikan kepada sese-
orang yang menjadi korban atas tindakan orang lain.

Teori Keadilan dan Analisis Pemangku Kepentingan

Dalam analisis pemangku kepentingan, prinsip keadilan dapat diterapkan


melalui beberapa pertanyaan berikut:

a. Seberapa adil pembagian keuntungan dan biaya, kesenangan dan rasa


sakit, penghargaan dan hukuman yang akan diterima oleh pemangku
kepentingan jika Anda mengambil tindakan tertentu?
b. Seberapa jelas prosedur untuk mendistribusikan biaya dan manfaat
dari tindakan yang diambil telah ditetapkan dan dikomunkasikan
seberapa adil prosedur ini terhadap semua pihak yang terkena
dampak?
c. Ketentuan apa yang bisa dilakukan untuk mengompensasi
orang-orang yang secara tidak adil menerima kerugian dari keputusan
yang diambil? Ketentuan apa yang dapat kita buat untuk
mendistribusikan manfaat pada mereka yang diperlakukan secara
tidak adil sebagai kompensasi dari keputusan?

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori keutamaan didasarkan dari pemikiran Aristoteles (384-322 SM). Berbeda


dengan teori deontologi dan teleologi yang menilai moralitas berdasarkan tindakan,
teori keutamaan menilai moralitas berangkat dari manusianya (Bertens, 2000).Teori
ini tidak lagi mempertanyakan apakah suatu tindakan etis atau tidak, tetapi berangkat
dari pertanyaan mengenai sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar
bisa disebut sebagai manusia utama dan sifat atau karakter yang mencerminkan
manusia utama tersebut.teori keutamaan bukan merupakan teori yang berdiri sendiri
atau terpisah dari teori lain (deontologi dan teleologi) karena sifat keutamaan
bersumber pada tindakan yang berulang dan tujuan dan makna hidup yang ingin
dicapai.

Teori Keutamaan dan Analisis Pemangku Kepentingan

Teori keutamaan menambahkan dimensi baru dengan memberikan perspektif yang


berbeda untuk memahami manajemen pemangku kepentingan. Memahami motif dan
karakter pemangku kepentingan berguna untuk menemukan motivasi yang
mendasari suatu strategi, tindakan dan outcome dari transaksi bisnis.

6. Teori Etika Teonom

Teori teonom menyatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki
oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah.Perilaku manusia dianggap
baik jika sejalan dengan kehendak dan perintah Allah dan perilaku dianggap buruk
jika tidak mengikuti aturan atau perintah Allah yang tertuang dalam kitab suci.
Terdapat kesamaan fundamental filsafat etika semua agama, yaitu:

a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tertinggi


selain tujuan hidup dunia, yaitu tujuan surgawi.
b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan mengakui adanya kekuatan
Tuhan yang mengatur alam semesta ini
c. Etika tidak hanya diperlukan untuk mengatur perilaku di dunia tetapi sebagai
syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir dan tertinggi
d. Semua agama memiliki ajaran moral yang bersumber pada kitab suci masing
masing

Anda mungkin juga menyukai