Pengambilan Keputusan
Beretika
Dian Ekananto
Muhammad Wildan Sholih
PPAK UNISBANK SEMARANG
2022
1. Egoisme : Merupakan motivasi untuk mempertahankan pandangan yang mengungungkan diri sendiri. Egoism berarti
menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap
sebagai teman dekat. Teori egoism berprinsip bahwa setiap orang harus bersifat keakuan, yaitu melakukan sesuatu yang bertujuan
memberikan manfaat kepada diri sendiri. Selain itu, setiap perbuatan yang memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik.
2. Utilitarianisme : Utilitarianisme berarti bermanfaat (Bertens, 2000). Suatu tindakan dapat dikatan baik
Teori jika membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat.
Etika
3. Deontologi
Deontologi berarti kewajiban. Etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat
dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan.
4. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu
aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka
sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan
semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu:
Pengertian Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
Pengambilan pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
Keputusan perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Menurut Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan
sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan,
penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan
pragmatis.
1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
Faktor-faktor 2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
yang harus kepentingan orang lain;
4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
dipertimbang 5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
kan dalam harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
pengembilan 7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
keputusan : 8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul dan
9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Brooks dan Dunn (2012) mencoba untuk menyatukan teori-teori etika dalam penjelasan
pengambilan keputusan beretika. Permasalahannya adalah sebetulnya tidak mudah membuat
Pengambilan suatu penyatuan dari teori-teori tersebut. Teori keadilan terbatas dalam konteks kontrak sosial
Keputusan di dalam masyarakat. Sedangkan teori virtue ethics lebih berfokus pada karakter dari
pengambil keputusan bukan pada proses pengamilan keputusannya. Namun, bagi beberapa
Beretika pengambil keputusan lebih menyukai pedoman praktis daripada mendalami teori yang
filosofis.