Anda di halaman 1dari 17

PEMBUATAN

KEPUTUSAN
ETIK
KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK
1. NI WAYAN SUCI HARDAYANI WEDANTI (P07120220001)
2. NI MADE ISTRI DHAMAYANI (P07120220002)
3. NI MADE YOGI MARTINI PUSPITA YANTI (P07120220003)
4. NI LUH CIPTA EMILIA LESTARI (P07120220004)
5. NI KADEK SUDIA NANTARI (P07120220005)
6. NI KOMANG AYU INDRIYANI (P07120220006)
7. KADEK RYAS PRASETYANI VERONIKA (P07120220007)
8. NI NYOMAN WITARI (P07120220008)
9. NI PUTU PUTRI DAMAYANTI (P07120220043)
PENGERTIAN ETIKA

Kata etis (atau etika) berasal dari kata ethos


(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Departemen P dan K, 1988), etika
dengan membedakan tiga arti sebagai berikut :

 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk


dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau masyarakat
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pengambilan Keputusan adalah Pemilihan diantara alternatif -alternatif
mengenai sesuatu cara bertindak adalah inti dari perencanaan. Beberapa
pengertian tentang keputusan menurut beberapa tokoh (Dhino Ambargo)
adalah sebagai berikut :

1) Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan


masalah yang dihadapinya dengan tegas
2) Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data
3) Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu
kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian
dan pemilihan di antara sejumlah alternatif
LANJUTAN

4) Horold dan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan
5) Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi pengambilan keputusan sebagai suatu
proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat
dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang
lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan
6) Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat
dijelaskan sebagai hasil pemecahan masalah

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat
JENIS KEPUTUSAN TERKAIT DENGAN
MASALAH YANG DIHADAPI

01
Keputusan terprogram

02
Keputusan tidak terprogram
LANGKAH – LANGKAH PENGAMBILAN
KEPUTUSAN YANG ETIS

1.Menentukan fakta-fakta
2.Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan
situasi-situasi dari sudut pandang mereka
3.Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut
dengan “imajinasi moral”
4.Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi
para pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan
alternatif-alternatif berdasarkan :
a) Konsekuensi-konsekuensi
b) Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
c) Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
5.Membuat sebuah keputusan
6.Memantau hasil
LANJUTAN

Konsep tentang etika bahwa


Kriteria Dalam Mengambil Keputusan keputusan dengan sangat baik
Etis yaitu : menjaga hak-hak yang harus
dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan yaitu :
● Pendekatan Bermanfaat
(Utilitarian Approach) ● Hak Persetujuan Bebas
● Pendekatan Individualisme ● Hak Atas Privasi
● Hak Kebebasan Hati Nurani
● Hak Untuk Bebas Berpendapat
● Hak Atas Proses Hak
● Hak Atas Hidup Dan Keamanan
TEORI DASAR PEMBUATAN

KEPUTUSAN ETIS
Teori dasar atau prinsip-prinsip etika merupakan
penuntun untuk membuat keputusan etis praktik
profesional. Teori etik digunakan dalam pembuatan
keputusan bila terjadi konflik antara prinsip-prinsip dan
aturan-aturan. Para ahli falsafah moral telah
mengembangkan beberapa teori etik yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan
deontologi.

1.Teleologi
Teleologi merupakan suatu dokrin yang menjelaskan
fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan atau
konsekuensi yang dapat terjadi. Teori ini menekankan
pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia.
LANJUTAN

2. Deontologi
Dalam konteks di sini perhatian difokuskan pada tindakan melakukan tanggung jawab
moralyang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau
salah. Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan
Secara lebih luas teori deontologi dikembangkan menjadi 5 prinsip, yaitu :

1)Kemurahan hati (benefience)


Inti dari prinsip kemurahan hati yaitu tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang
menguntungkan pasien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan
pasien.
2)Keadilan (justice)
Prinsip ini keadilan menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat,
sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan
kebutuhan mereka.
LANJUTAN
3)Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan
menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih.
Permasalahan yang muncul dari penerapan prinsip ini adalah variasi kemampuan
otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia,
penyakit, lingkungan RS, ekonomi, tersedianya informasi, dan lain-lain.
4)Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran didefinisikan sebagai hal yang sebenarnya dan tidak bohong.
Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antar perawat-pasien.

5)Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan didefinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada
suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi (menepati janji),
dan memberikan perhatian atau kepedulian. Cara untuk menerapkan prinsip
konfidensi antara lain dengan memasukkan ketaatan dalam tanggung jawab
Kriteria yang digunakan untuk
menentukan apakah terhadap situasi
Komponen yang masuk dalam proses moral ( Fry, 1989):
pengambilan keputusan yaitu :
1)Terdapat kebutuhan untuk memilih
01 Fakta situasi antara tindakan alternatif yang
menimbulkan konflik dengan
02 Teori dan Prinsip Etik kebutuhan manusia atau kesejahteraan
orang lain
03 Kode Etik Keperawatan 2)Pilihan apa yang akan dibuat dipadu
oleh prinsip atau teori moral
04 Hak Klient universal, yang dapat digunakan untuk
memberikan beberapa pembenaran
05 Nilai Personal tindakan
3)Pilihan dipadu oleh suatu proses
06 Factor yang berperan atau penimbangan alasan
mengganggu seseorang untuk 4)Pilihan dipengaruhi oleh perasaan
membuat suatu keputusan personal dan oleh konteks tertentu
dari situasi
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMBUATAN
KEPUTUSAN ETIS
1) Faktor Agama dan Adat-Istiadat
 Merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis
sehingga perawat disarankan memahami nilai-nilai yang
diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya
 Sebagai negara berketuhanan, maka segala kebijakan/aturan
yang dibuat diupayakan tidak bertentangan dengan aspek
agama yang ada di Indonesia
 Dengan kejelasan tentang program kesehatan nasional
dengan ketentuan agama, maka perawat tidak ragu-ragu
lagi dalam mempromosikan program tersebut dan dapat
memberikan informasi yang tidak bertentangan dengan
agama yang dianuut oleh pasien
 Selain faktor agama, faktor adat-istiadat juga berpengaruh
pada seseorang dalam membuat keputusan etis
LANJUTAN

2) Faktor Sosial
• Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan etis, antara lain perilaku sosial dan
budaya
3) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
• Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang
usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru,
bahan-bahan atau obat yang baru
• Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan etika
4) Faktor Legislasi dan Keputusan Juridis
• Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik
• Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan
• Hukum kesehatan disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan
• UU perlu disusun untuk mengatur berbagai permasalahan yang menyangkut hak asasi manusia.
LANJUTAN

5)Faktor Dana atau Keuangan


Dana atau keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik,
Perawat sebagai tenaga kerja kesehatana yang setiap hari menghadapi klien, sering menerima keluhan
klien mengenai pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis keperawatan tidak ada pernyataan yang
menyatakan ketidakcukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etiologi bagi berbagai diagnosis
keperawatan, antara lain ansietas dan ketidakpatuhan.

6) Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannnya.Tidak
semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan keputusan
atau aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat
sorotan sebagai perawat pembangkang.
LANJUTAN

7)Kode Etik Keperawatan


Kode etik merupakan salah satu ciri atau persyaratan profesi, yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Untuk dapat mengambil keputusan dan
tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih
mencoba menganalisa masalah-masalah etis yang dapat diperoleh dari berbagai buku, jurnal, atikel.

8)Hak-Hak Pasien
Pada awalnya isu tentang hak-hak pasien muncul berdasarkan berbagai peristiwa yang merugikan
pasien dan melanggar martabat pasien sebagai manusia. Untuk melindungi hak-hak pasien beberapa
negara menyusun UU perlindungan hak pasien.
THANK
YOU

DO YOU HAVE ANY


QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai