Anda di halaman 1dari 18

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Sub Pokok Bahasan


Pengertian Pengambilan Keputusan
Teori Pengambilan Keputusan
Faktor Faktor yang Mempengruhi Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan Kebidanan

PENGANTAR

D
alam sejarah filsafat terdapat banyak sistem etika, artinya banyak
uraian sistematis yang berbeda-beda tentang hakikat moralitas dan
peranannya dalam hidup manusia. Dalam konsep kerangka kerja
pertimbangan moral, membutuhkan eksplorasi hal ini digunakan sebagai
panduan bagi bidan dalam pembuatan keputusan dan melakukan sesuatu yang
benar. Menurut UKCC (1992) kode etik profesi dianggap sebagai suatu
kerangka kerja pertimbangan moral. Hal ini diformulasikan dengan
memperhatikan kepada prinsip-prinsip etika secara luas oleh profesi (Hussey,
1996) dan menyediakan standar yang diharapkan bagi prilaku professional
(ENB, 1997).

Tujuan Instruksional Umum


Menjelaskan teori-teori pengambilan keputusan dalam mengha-dapi
dilema etik dalam pelayanan kebidanan.

Tujuan Instruksional Khusus:


Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa memahami
a. Pengertian Pengambilan Keputusan
b. Teori Pengambilan Keputusan
c. Faktor Faktor yang Mempengruhi Pengambilan Keputusan
d. Pengambilan Keputusan Dalam Pelayanan Kebidanan
Kegiatan Belajar
Proses belajar yang akan dilaksanakan dalam menyampaikan materi ini
akan dilaksanakan dengan metode ceramah dan tanya jawab serta diskusi.
Disamping itu juga dilaksanakan dengan memberi tugas terstruktur untuk
materi pokok bahasan ini, dengan cara membaca kembali atau mendiskusikan
dengan teman-temannya serta membaca literatur lain yang terkait.

URAEAN MATERI SUB POKOK BAHASAN

Pengertian Pengambilan Keputusan.


Menurut George R.Terry, seseorang atau seorang pimpinan dalam
pengambilan keputusan dihadapkan pada pilihan pilihan. Dan pilihan itu
merupakan memilih alternatif yang ada yang merupakan pokok-pokok yang
menjadikan pertimbangan untuk menentukan satu diantara beberapa alternatif
yang tersedia. Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema
sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau
lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus
membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki
kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua
kriteria. Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya
dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengam-
bilan keputusan rasional. Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan dalam
penyelesaian masalah/ dilema etis adalah :
a. Otonomi.
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip
otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya.

b. Benefisiensi.
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.

c. Keadilan (justice).
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan . Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan .

d. Nonmalefisien.
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera secara fisik
dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.

e. Veracity (kejujuran).
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan
dirinya salama menjalani perawatan. Walaupun demikian terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti
jika kebenaran akan kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau
adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran adalah dasar dalam
membangun hubungan saling percaya

f. Fidelity.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan
adalah kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang
dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap
kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Kerahasiaan (confidentiality).
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi
tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikannya pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dicegah.

h. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang
mana tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali.

Dilema Moral dan pengambilan Keputusan.

a. Menurut Campbell (1984).


Moral dilemma adalah situasi dimana seseorang dihadapkan pada
dua alternatif pilihan dimana tidak ada jalan keluar yang memuaskan
pada masalah tersebut.

b. Johnson (1990).
Menyatakan hal tersebut merupakan keadaan yang terdiri dari dua
pilihan yang seimbang, dengan kata lain, dilemma merupakan keadaan
yang dihadapkan pada persimpangan yang serupa atau bercabang denagn
petunjuk yang tidak jelas.

c. Oxford Learner’s Pocket Dictionary (1995).


Moral dilemma is concerning principles of right and wrong in
difficult situation in which one has to choose between two things. Dalam
konsep kerangka kerja pertimbangan moral, membutuhkan eksplorasi hal
ini digunakan sebagai panduan bagi bidan dalam pembuatan keputusan
dan melakukan sesuatu yang benar. Menurut UKCC (1992) kode etik
profesi dianggap sebagai suatu kerangka kerja pertimbangan moral. Hal
ini diformulasikan dengan memperhatikan kepada prinsip-prinsip etika
secara luas oleh profesi (Hussey, 1996) dan menyediakan standar yang
diharapkan bagi prilaku professional (ENB, 1997).
Beucamp & Childress (1989) menjelaskan empat tingkat kerangka
kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan menghadapi
dilema etik. Keempat tingkat pendekatan ini menggunakan pendekatan
etika yang sebelumnya disebut ‘Etika Normative’.
1) Tingkat I
Keputusan dan tindakan bidan yang dihadapkan pada dilema etik,
mereka membuat keputusan dan bertindak didasarkan atas
keputusan yang dibuat berdasarkan intuisi dan umumnya bidan
mereflesikan pada pengalamannya atau pengalaman rekan kerja.
2) Tingkat II.
Peraturan disini didefinisikan dalam kerangka kerja adalah kaidah
kejujuran (berkata benar),privasi,kerahasiaan dan kesetiaan
(menepati janji). Bidan sangat familiar dengan aturan sebagaimana
mereka menyatu dengan kode etik profesi, dan panduan prakek
profesi yang membantu dalam interpretasi dari kode etik tersebut.
3) Tingkat III.
Terdapat empat prinsip etika yang umumnya digunakan dalam
praktik perawatan kesehatan dan praktek kebidanan khususnya ,
antara lain :
- Autonomy - memperhatikan penguasaan diri, hak akan
kebebasan dan pilihan individu.
- Benefience-memperhatikan peningkatan kesejahte-raan
klien selain itu berbuat yang terbaik untuk orang lain.
- Non-maleficence - tidak menimbulkan penderitaan ataupun
kerugian pada orang lain dan yang yang terpenting jangan
membuat kerugian.
- Justice-memperhatikan keadilan, pemerataan beban dan
keuntungan. (Beaucamp & Childress189, Richard 1997).
4) Tingkat IV:
Terdapat 4 teori etik yang terkenal: Teori Utilita-rian.
(Teori Teleology). Dipercayai bahwa semua manusia memiliki
satu kesamaan, mencari kesenangan dan menghindari ketidak-
senangan. Seseorang yang melakukan suatu aktifitas akan, pada
akhirnya, membawa mereka pada kesenngan dan menghindari
segala sesuatu yang akan menimbulkan ketidaksenangan;
Utilitarisme Perbuatan (Act-Utilitarianism). Pada bentuk ini
setiap perbuatan dinilai berdasarkan konsekuensinya. Maka suatu
perbuatan dapat dinilai baik atau buruk sejauh dapat meningkatkan
atau mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang. Bentham,
sampai pada the principles of Utility yang berbunyi “The Greatest
Happines of The Great Number”.
Utilitarianisme Aturan (Rule-Utilitarianism). seorang filsuf
inggris-amerika (Stephen T) menegaskan bahwa prinsip kegunaan
tidak harus diterapkan atas salah satu perbuatan, melainkan atas
aturan-aturan yang mengatur perbuatan kita; Sedangkan Teory
Deontologi. dari kata “deon” yang berarti kewajiban. Teori
deontologi disusun oleh Immanuel Kant (seorang Methaphysician)
pada abad 18. Kant memformu-lasikan teori ini sebagai istilah lain
dari hal-hal benar harus dilakukan tanpa mempertimbangkan
konsek-wensinya. Teori Kants merefleksikan bahwa bertindak
secara moral memiliki kaitan dengan penghor-matan terhadap
tugas. Dalam teori ini. Aturan-aturan moral diaplikasikan pada
setiap orang. Contohnya : seseorang tidak boleh berbohong pada
kondisi apapun (Henry,1996). Kant percaya bahwa rasionalisasi
yang mengikat hal ini adalah yang dia sebut sebagai hukum moral
tertinggi (Gillon,1992).
Teori Hedonisme, Hedone dalam bahasa Yunani berarti
kesenangan. Dalam filsafat Yunani hedonisme sudah ditemukan
pada Aristippos dari Kyrene (sekitar 433 – 355 SM), seorang
murid Socrates. Socrates telah bertanya tentang tujuan akhir bagi
kehidupan manusia atau apa yang sungguh-sungguh baik bagi
manusia,tapi ia sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas
pertanyaan itu dan hanya mengeritik jawaban-jawaban yang
dikemukakan oleh orang lain. Aristippos menjawab yang sungguh
baik bagi manusia adalah kesenangan; dan Teori Eudomonisme.
Pandangan ini berasal dari filsuf Yunani besar, Aristoteles (384 –
322 sm). Dalam bukunya, Ethika Nikomakheia, ia mulai dengan
menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar
suatu tujuan. Bisa dikatakan juga, dalam setiap Teori
Eudomonisme.
Pandangan ini berasal dari filsuf yunani besar, Aristoteles
(384 – 322 sm). Dalam bukunya, Ethika Nikomakheia, ia mulai
dengan menegaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia
mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga, dalam setiap
perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Sering
sekali kita mencari tujuan untuk mencapai suatu tujuan lain lagi.
Timbul pertanyaan, apakah ada juga tujuan yang dikejar karena
dirinya sendiri dan bukan karena sesuatu yang lain lagi, apakah
ada kebaikan terakhir yang tidak dicari demi sesuatu yang lain
lagi. Menurut aristoteles semua orang akan menyetujui bahwa
tujuan tertinggi ini, dalam terminology modern kita bisa
mengatakan: makna terakhir hidup manusia, adalah kebahagiaan
(eudaimonia).

Ciri Keputusan Etis.

a. Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar.
c. Tidak mungkin dielakkan.
d. Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan
social.

Langkah Penyelesaian Masalah Etik / Dilema Etik.

Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :


a. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat
langsung dalam dilema?”. Pertugas kesehatan perlu mendengar kedua sisi
dengan menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah
terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan yaitu : Apa realitasa data yang ditemukan, bidang psikis /
jiwa, apa keinginan klien adakan nilai nilai yang perlu diperhatikan
dalam interaksi tenaga kesehatan dan klien atau harapan dari perpektif
klien.
b. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang
terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses.
Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat
spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu :
1) Tentukan tujuan dari treatment.
2) Identifikasi pembuat keputusan
3) Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
c. Implementasi
Pengambil keputusan yang digunakan dasar implementasi asuhan ada
pada klien /keluarganya, walaupun anggota tim yang menjadi tim
kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan. Komunikasi dua arah diperlukan dan kadang
diperlukan negosiasi. Peran tenaga kesehatan Bidan, selama
implementasi adalah menjaga agar komunikasi terjalin dengan baik,
karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih/ berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Tenaga
kesehatan/ Bidan harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu
ada 2 (dua) alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak
menarik, bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan,
pengambil keputusan harus menjalankannya.
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk memberikan penilaian terhadap seluruh
proses dengan tahap-tahapnya yang sekaligus berupaya mencarikan
alternatif atau perencanaan berikutnya, untuk terselesaikannya dilema
etis seperti yang ditentukan sebagai outcomenya. Perubahan status klien,
kemungkinan treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk
mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah.
Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.

RANGKUMAN

Dilema sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat


diantara dua atau lebih prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan,
dan harus membuang yang lain menjadi sulit karena keduanya sama-sama
memiliki kebaikan dan keburukan apalagi jika tak satupun keputusan
memenuhi semua kriteria. Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik
dengan adanya dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengam-bilan keputusan rasional.
Prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan dalam penyelesaian
masalah/ dilema etis adalah : Otonomi, Benefisiensi, Keadilan (justice),
Nonmalefisien, Veracity (kejujuran), Fidelity, Kerahasiaan (confiden-tiality)
dan Akuntabilitas (accountability)
Dilemma Moral adalah situasi dimana seseorang dihadapkan pada dua
alternatif pilihan dimana tidak ada jalan keluar yang memuaskan pada masalah
tersebut, banyak ahli mendefinisikannya. Johnson (1990), Oxford Learner’s
Pocket Dictionary (1995) dan Beucamp & Childress (1989) menggunakan 4
tingkat seperti di etika normatif, tingkat I , berdasarkan intuisi dan umumnya
bidan mereflesikan pada pengalamannya atau pengalaman rekan kerja, tingkat
II, didefinisikan dalam kerangka kerja adalah kaidah kejujuran (berkata benar),
privasi, kerahasiaan dan kesetiaan (menepati janji), tingkat III, empat prinsip
etika yang umumnya digunakan praktek kebidanan khususnya , antara lain :
Autonomy, Benefience, Non-maleficence, Justice.
Dan pada tingkat IV terdapat 4 teori etik yang terkenal: Teori Utilita-
rian. (Teori Teleology), Utilitarisme Perbuatan (Act-Utilitarianism),
Utilitarianisme. Sedangkan Teory Deontologi. dari kata “deon” yang berarti
kewajiban.Teori Hedonisme, Hedone dalam bahasa Yunani berarti kesenangan.
Satu hal yang diperhatikan dalam pengambilan keputusan adalah
penggunaan dasar etika yang menurut kepatutannya mempunyai pertimbangan
tentang apa yang benar dan apa yang salah, sering menyangkut pilihan yang
sukar, Tidak mungkin dielakkan, pipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman,
tabiat dan lingkungan social, betapapun sulitnya, pertimbangan etik perlu
mendapat perhatian.
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah yang
paling sederhana dengan mengikuti Pengkajian, Perencanaan dengan tiga hal
yang perlu diperhatikan, tentukan tujuan dari treatment, Identifikasi pembuat
keputusan, daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan, implementasi
kemudian dilakukan evaluasi.

LATIHAN

Pada sesi latihan pokok bahasan Pengambilan Keputusan ini saudara


diberi tugas terstruktur dengan menjelaskan kembali pertanyaan materi yang
telah saudara baca, kemudian cocokan jawaban suadara dengan konsep
tertulisnya, yaitu jelasakan konsep pengambilan keputusan menurut para ahli,
kemudian bagaimana langkah langkah dalam pengambilan keputusan.
Jelaskan juga bagaimana hubungannya dengan dilema etik dalam
pengambilan keputusan.

TES FORMATIF POKOK BAHASAN V PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang pada
alternatif jawaban yang telah disediakan, yaitu dengan memilih A, B, C, D
atau E, pada lembar soal:
1. Seorang pimpinan dalam pengambilan keputusan dihadapkan pada pilihan
pilihan. Dan pilihan itu merupakan memilih alternatif yang ada yang
merupakan pokok-pokok yang menjadikan pertimbangan untuk
menentukan satu diantara beberapa alternatif yang tersedia. Pendapat ini
dikemukakan oleh …
A. Aristoteles D. Albert Einstein
B. Newton E. Louis Pasteur
C. George R.Terry
2. Dalam suatu pengambilan keputusan tidak dapat dihindari akan terjadinya
suatu dilema yang sulit dipecahkan. Hal ini dikarenakan …
A. Terdapat banyak pilihan-pilihan alternative
B. Banyak faktor penghambat dalam proses pengambilan keputusan
C. Tidak tahu jalan keluarnya
D. Klien kurang mendukung dalam penyelesain dilema
E. Memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip
etis
3. Dalam hal pengambilan keputusan diadakan sebuah otonomi pengambilan
keputusan. Hal tersebut didasarkan bahwa …
A. Individu mempunyai hak menentukan pilihannya
B. Individu mampu berpikir logis dan memutuskan
C. Seorang individu mengerti tentang dirinya sendiri
D. Setiap orang mempunyai kebebasan
E. Setiap orang dapat berpikir logis dan mengurus dirinya sendiri
4. Suatu bentuk respek terhadap seseorang yang juga dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional dapat disebut
sebagai ...
A. Otonomi D. Prinsip otonomi
B. Kebebasan otonomi E. Kemampuan otonomi
C. Otonomi kebebasan
5. Dibawah ini yang benar mengenai Benefisiensi adalah ...
A. Hanya mengerjakan sesuatu yang baik
B. Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan
C. Penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain
D. Kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
E. Mengerjakan suatu kebaikan
6. Ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan dapat disebut sebagai perefleksian nilai ...
A. Keadilan D. Benefisiensi
B. Kemanusiaan E. Veracity (kejujuran)
C. Kesetaraan
7. Salah satu alasan mengapa prinsip veracity atau kejujuran harus ada dalam
mekanisme pengambilan keputusan adalah …
A. Seorang tenaga kesehatan harus jujur
B. Tenaga kesehatan yang tidak jujur tidak dapat dipercaa
C. Kejujuran selalu mengarah ke-hal yang positif
D. Berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran
E. Informasi harus ada agar menjadi akurat
8. sikap perawat yang setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia pasien disebut dengan prinsip …
A. menepati janji D. bertanggung jawab
B. fidelity E. setia
C. confidentiality
9. Di bawah ini yang merupakan contoh penerapan prinsip confidentiality
oleh bidan adalah …
A. Bidan menjaga kerahasiaan bahwa terdapat tanda lahir di lengan atas
bayi yang baru saja dilahirkan di tempatnya
B. Bidan menceritakan keputusan yang diambil oleh klien yang bayinya
sungsang
C. Bidan memberi tahu kepada klien tentang pilihan KB klien-klien
lainnya
D. Bidan menceritakan bayi kliennya yang terlahir cacat
E. Bidan menganjurkan kliennya untuk menggunakan alat kontrasepsi
yang sama seperti klien yang lainnya
10. Suatu situasi dimana seseorang dihadapkan pada dua alternatif pilihan
dimana tidak ada jalan keluar yang memuaskan pada masalah tersebut
merupakan pengertian dari moral dilemma menurut …
A. Johnson
B. Campbell
C. Oxford Learner’s Pocket Dictionary
D. Hussey
E. Aristoteles
11. Ada banyak pengertian mengenai moral dilemma, yang termasuk juga
moral dilemma is concerning principles of right and wrong in difficult
situation in which one has to choose between two things. Ini merupakan
pengertian moral dilemma berdasarkan …
A. Aristoteles
B. Johnson
C. Campbell
D. Oxford Learner’s Pocket Dictionary
E. Hussey
12. Ada empat tingkat kerangka kerja pertimbangan moral dalam
pengambilan keputusan menghadapi dilema etik menurut Beucamp &
Childress. Terdapat tingkatan dimana membuat keputusan dan bertindak
didasarkan atas keputusan yang dibuat berdasarkan intuisi. Ini terdapat
dalam tingkat …
A. Tinkat I D. Tingkat III
B. Tingkat II E. Tingkat IV
C. Tingkat I dan II
13. Perhatikan prinsip etika di bwah ini!
1) Autonomy. 2) Benefience.
3) Non-maleficence 4) Otonomi
Yang termasuk dalam empat prinsip etika yang umumnya digunakan dalam
praktik perawatan kesehatan dan praktek kebidanan khususnya adalah …
A. 1 dan 3 D. 4 saja
B. 2 dan 4 E. 1,2,3 dan 4
C. 1,2 dan 3
14. Dalam tingkat IV kerangka kerja pertimbangan moral dalam pengambilan
keputusan menghadapi dilema etik menurut Beucamp & Childress terdapat
4 teori etik yang terkenal yaitu Teori Utilitarian yang memiliki arti …
A. Dipercayai bahwa semua manusia memiliki satu kesamaan
B. Dipercayai bahwa semua manusia tidak memiliki satu kesamaan
C. Manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidak-senangan
D. Dipercayai bahwa semua manusia memiliki satu kesamaan, mencari
kesenangan dan menghindari ketidak-senangan
E. Dipercayai bahwa semua manusia tidak memiliki satu kesamaan,
mencari kesenangan dan menghindari ketidak-senangan
15. Dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan hal ini
disebutkan dalam buku Ethika Nikomakheia. Buku ini merupakan karya
dari …
A. Johnson D. Hussey
B. Campbell E. Aristoteles
C. Louis Pasteur
F.
16. Perhatikan pernyataan di bawah ini!
1) Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah.
2) Sering menyangkut pilihan yang mudah.
3) Tidak mungkin dielakkan.
4) Tidak dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan
social.
Dari pernyataan di atas yang bukan merupakan cirri keputusan etis adalah …
A. 1 dan 3 B. 2 dan 4
C. 1, 2 dan 3 E. Benar semua
D. 4 saja
17. Menurut Tappen mengenai langkah penyelesain dilemma etik hal pertama
yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat langsung dalam
dilema?”. Hal tersebut termasuk dalam langkah …
A. Implementasi D. Evaluasi
B. Perencanaan E. Penilaian
C. Pengkajian
18. Perhatikan pernyataan di bawah ini !
1) Apa yang menjadi fakta medik ?
2) Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3) Apa yang menjadi keinginan klien ?
4) Apa nilai yang menjadi konflik ?
Dari pertanyaan di atas yang merupakan pertanyaan ketika melakukan
pengkajian adalah …
A. 1 dan 3 D. 4 saja
B. 2 dan 4 E. Benar semua
C. 1,2 dan 3
19. Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. terdapat 3 (tiga)
hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan yang
dikemukakan oleh …
A. Aristoteles D. Albert Einstein
B. Newton E. Louis Pasteur
C. Thomson and Thomson
20. Selama kegiatan, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan
beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang
dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi
terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Hal ini termasuk dalam
langkah …
A. Evaluasi B. Pengambilan keputusan
C. Pengkajiaan
D. Perencanaan
E. Implementasi
UMPAN BALIK

Umpan balik untuk tes formatif digunakan untuk mengetahui tingkat


penguasaan materi yang telah saudara baca. Cocokan hasil jawaban saudara kedalam
kunci jawaban yang telah disajikan, jika hasil jawaban tersebut sesuai dengan materi
yang telah disajikan maka pemahaman saudara 80 – 100 %. Dan jika kurang dari itu
maka pemahaman materi satu yang saudara pelajari perlu diulang lagi.
Sedangkan tugas / latihan digunakan untuk mengulang lagi penguasaan
materi pokok bahasan pengambilan keputusan profesi kebidaan, sehingga diharapkan
dapat lebih menguasai dan untuk pengkayaan terhadap materi saudara dapat
membaca lireratur lainnya yang berkaitan dengan pengambilan keputusan,

KUNCI JAWABAN

1 C 6 A 11 E 16 B
2 E 7 D 12 D 17 C
3 B 8 B 13 C 18 E
4 D 9 A 14 A 19 C
5 A 10 B 15 D 20 E

Anda mungkin juga menyukai