Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan Etik


Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan
baik secara umum ataupun secara khusus.
Suatu ketrampilan kognitif yang membutuhkan pendidikan tentang prinsip etika dan
pemahaman akan isu etika yang spesifik dan bertinjauan pustaka yang relevan (Purba,
2010).
Suatu proses yang sistematis/strategi atau metode yang digunakan perawat ketika
berhadapan dengan dilema etik berdasarkan konsep dan prinsip etik untuk melakukan
tindakan moral (Purba, 2010).
Proses rasional dan analitik karena aksi terbaik secara moral dalam situasi yang
melibatkan pilihan yang berbeda yang dibuat/ditentukan (Yung, 1997)
Pengambilan keputusan etis merupakan proses yang panjang sehingga perawat perlu
mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan tindakan serta menentukan apa yang harus
dilakukan.

B. Teori Dasar Pengambilan Keputusan


1. Teori Teleologi
Teori Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena
berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Sering juga
disebut dengan ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan
ditintukan oleh hasilakhir yang terjadi. Teleology menekankan pada pencapaian
hasil dengan kebaikan maksimal dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi
manusia(Kelly,1987)
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan
akibat yang dihasilkan.
Teleologi dibedakan menjadi :
a. Rule Utilitarianisme
Berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan tergantung pada sejauh
mana tindakan tersebut member kebaikan atau kebahagiaan pada manusia.
b. Act Utilitarianisme
Bersifat lebih terbatas tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya
menjelaskan pada situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa
yang member kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-
kecilnya pada individu.
Contoh penerapan teleologi : bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal dari pada nantinya menjadi beban di masyarakat.

2. Teori Deontologi
Deontology berprinsip pada aksi atau tindakan menurut Kant : Benar atau
salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan,melainkan oleh nilai moralnya. Perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan
tersebut secara moral benar atau salah.
Kant berpendapat : Prinsip-prinsip moral yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal ,tidak kondisional dan imperative.
Contoh penerapan deontology : seorang perawat menolak membantu
pelaksanaan aborsi karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan
pembunuhan.
Teori deontolgi dikembangkan menjadi 5 prinsip penting yaitu:
1. Kemurahan hati (beneficience)
- Inti dari prinsip kemurahan hati adalah tanggung jawab untuk
melakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan
yang merugikan atau membahayakan klien.
- Adanya sumbangsih perawat terhadap kesejahteraan, kesehatan,
keselamatan dan keamanan klien.
2. Keadilan (justice)
Prinsip dari keadilan bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan
sederajat,sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan secara tidak
sederajat harus diperlakukan secara tidak sederajat sesuai dengan kebutuhan
mereka (beauchamp dan childress)
3. Otonomi
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kebebasan menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan recana yang mereka
pilih(veatch dan fry).
4. Kejujuran (veracity)
Prinsip kejujuran di defenisikan sebagai menyatakan hal yang
sebenarnya dan tidak bohong (veatch&fry)
Kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara
perawat-klien. Kejujuran harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan klien.
5. Ketaatan (fidelity)
Prinsip ketaatan didefenisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia
pada suatu kesepakatan,meliputi:tanggung jawab menepati janji,mempertahankan
konfidensi,dan member perhatian.

C. Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan
keputusan, yang didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini
mencakup ara pemecahan masalah, situasi dari permasalahan dan/ dilema yang dapat
dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sama dan di temukan
di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian situasi sangat bergantung dari
norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan situasional
kontekstual.
D. Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan
Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi
yang kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan
masyarakat tertentu. Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang
berlawanan dengan hati nuraninya. Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga
kewajibannya sebagai pemberi pelayanan yang lebih bersifat kemanusiaan. Dalam
membuat keputusan, perawat akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta
tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan hukum yang berlaku.

E. Model Pemecahan Keputusan Etik


Model Pemecahan Keputusan Etik Menurut Kozier & Erb, (2004)
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi
sebanyak mungkin meliputi :
1. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana
keterlibatannya seperti klien, suami, anak, perawat, rohaniawan.
2. Apa tindakan yang diusulkan
Misalnya ada seorang pasien yang mengidap kanker payudara. Maka
sebagai klien dia mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakit
menggerogoti tubuhnya walaupun sebenarnya bukan hal itu yang di
inginkannya. Dalam hal ini, perawat mempunyai peran dalam pemberi
asuhan keperawatan, peran advocad (pendidik) serta sebagai konselor
yaitu membela dan melindungi klien tersebut untuk hidup dan
menyelamatkan jiwa klien dari ancaman kematian.
3. Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
Dengan memberikan pendidikan, konselor, advokasi diharapkan klien
dapat menerima serta dapat membuat keputusan yang tepat terhadap
masalah yang saat ini dihadapi
4. Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
Misalnya pada kasus wanita yang mengidap kanker payudara dan
harus dilakukan pengangkatan payudara. Bila operasi dilaksanakan:
- Biaya membutuhkan biaya yang cukup besar.
- Psikososial : Pasien merasa bersyukur diberi umur yang
panjang (bila operasi itulancar dan baik) namun klien juga
dihadapkan pada kecemasan akan kelanjutan hidupnya bila ternyata
operasi itu gagal
- Fisik : Klien akan kehilangan salah satu payudaranya, begitu juga
sebaliknya jika operasi tidak dilaksanakan
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut :
- Untuk memutuskan apakah tindakan dilakukan pada klien,perawat
dihadapkan pada konflik tidak menghormati otonomi klien
- Apabila tindakan tidak di lakukan perawat dihadapkan pada konflik
seperti tidak melaksanakan sumpah profesi, tidak melaksanakan kode
etik profesi dan prinsip moral serta tidak melaksanakan perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan
tersebut :
- Mengusulkan dalam tim yang terlibat dalam masalah yang dihadapi
klien untuk dilakukannya tindakan atau tidak
- Mengangkat dilema etik kepada komisi etik keperawatan yang lebih
tinggi untuk mempertimbangkan apakah dilakukan atau tidak suatu
tindakan
d. Menetapkan Siapa Pembuat Keputusan
Pihak- pihak yang terlibat dalam pembuat keputusan antara lain tim kesehatan
itu sendiri, klien dan juga keluarga
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
- Menghindarkan klien dari ancaman kematian
- Melaksanakan prinsip-prinsip kode etik keperawatan
- Menghargai otonomi klien
f. Membuat keputusan
Keputusan yang diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan juga
daripertimbangan tim kesehatan lainnya.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis Dalam
Praktik Keperawatan
1. Faktor Agama dan Adat-Istiadat
Setiap penduduk yang menjadi warga Negara Indonesia harus
beragama/berkepercayaan. Ini sesuai dengan sila pertama pancasila. Setiap warga
negara diberi kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang dianutnya. Ini
sesuai dengan Bab XI pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi :
a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu
c. Sebagai negara berketuhanan, maka segala kebijakan/aturan yang di buat
diupayakan tidak bertentangan dengan aspek-aspek agama yang ada di
Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha). Misalnya, sebelum
program keluarga berencana dijadikan program nasional, pihak pemerintah
telah mendiskusikan berbagai metode kontrasepsi yang tidak bertentangan
dengan agama dan para pemuka agama. Dengan ketentuan agama, maka para
perawat tidak ragu-ragu dalam mempromosikan program tersebut dan dapat
memberi informasi yang tidak bertentangan dengan agama yang di anut
oleh pasien
d. Kaitan adat-istiadat dan implikasi dalam keperawatan sampai saat ini
belum tergali secara jelas di Indonesia. Di beberapa Negara maju misalnya
Amerika Serikat, aspek adat-istiadat dan budaya telah digali menjadi
spesialisasi khusus keahlian keperawatan. Beberapa universitas di Amerika
yang membuka program ini antara lain The University of Utah
mempunyai program doctoral transcultural nursing dan the university of
Washington serta the Pennsylvania state university mempunyai program
transcultural nursing tingkat master. Dengan ditawarkannya program ini maka
penelitian tentang keperawatan pada pasien dari berbagai budaya menjadi
semakin marak dan membantu perawat dalam membantu memberikan asuhan
keperawatan selaras dengan budaya pasiennya.
2. Faktor adat-istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat berpengaruh
terhadap pembutan keputusan etis.
3. Faktor Social
Berbagai factor social berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Factor ini
meliputi antara lain meliputi perilaku social dan budaya, ilmu pengetahuan dan
teknologi, hukum, dan peraturan perundang-undangan (Ellis, Hartley, 1980).
Perkembangan social dan budaya juga berpengaruh terhadap system kesehatan
nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula terhadap keperawatan.
4. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya ,
pasien dengan gangguan gagal ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya
mesin hemodialise. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat dibantu
dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
5. Faktor Legislasi dan Keputusan Juridis
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang mejadi topic yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan untuk perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan. Misalnya di Amerika Serikat
masalah abortus merupakan topic dan pembicaraan dan diskusi nasional. Selain
masalah pengaturan abortus, berbagai aktivitas lain juga menjadi masalah hukum
di Amerika Serikat, misalnya pengaturan pengangkatan dan penjualan bayi,
fertilisasi infitro, ibu pengganti, hak pilih mati, dan hak untuk menolak
perawatan (Catalano, 1991). Undang-undang perlu disusun untuk mengatur
berbagai permasalahan yang menyangkut hak-hak manusia. Walaupun demikian,
masih ada saja pihak-pihak tertentu yang dengan sengaja melanggar demi
keuntungan materi.
G. Penerapan Pengambilan Keputusan Keperawatan Perkara Etik dalam
Bidang Kesehatan
Terdiri dari :
1. Ciri-ciri keputusan yang etis
- Mempunyai pertimbangan benar salah
- Sering menyangkut pilihan yang sukar
- Tidak mungkin dielakkan
- Dipengaruhi norma,situasi,iman,lingkungan social
H. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Etik
1. Mengidentifikasi masalah
2. Mengumpulkan data masalah
3. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan
5. Membuat keputusan
6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan
I. Konsep Hubungan Personil dalam Pengambilan Keputusan Etik
1. Perawat dan Pasien
Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai tujuan tertentu.
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan
tertentu. Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap
pasien.
Untuk menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka
yang mengacu pada pandangan dasar Helldegard .E Peploy, tentang hubungan
perawat dan pasien dalam asuhan keperawatan merupakan rasa percaya,
pengukuran pemecahan masalah (Problem Solving), dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan sebagai
konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang
penyakitnya.Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama
pada pasien anak), saudara kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan
perasaan-perasaannya.
2. Hubungan antara Perawat dengan Perawat
Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada diperlukan adanya
sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat
mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat
lainnya. Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama
dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina
hubungan baik dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling
menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga
dan benci. Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien komunikasi
antartenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.
Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang
dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik. Hubungan perawat dengan
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan
menjadi hubungan profesional, hubungan struktural, dan hubungan intrapersonal.

3. Hubungan Perawat dan Dokter


Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring perkembangan kedua
kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang
personal dan lain- lain. Kedokteran dan keperawatan, walaupun kedua disiplin
ilmu ini sama- sama berfokus pada manusia, mempunyai beberapa perbedaan.
Kedokteran lebih bersifat paternalistik, yang mencerminkan figur seorang bapak,
pemimpin dan pembuat keputusan (judgment).Sedangkan keperawatan lebih
bersifat mothernalistik, yang mencerminkan figure seorang ibu (mother instink)
dalam memberikan asuhan keperawatan, kasih sayang, dan bantuan (helping
relationship).
J. Contoh Kasus Pengambilan Keputusan Etik Berdasarkan Kozier & Erb.

Kasus :

Ibu A berusia 37 tahun, menginginkan untuk mengakhiri hidupnya. Ibu A mengalami


kebutaan, diabetes yang parah dan menjalani hemodialisa. Ketika ibu A mengalami
henti jantung, dilakukan resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini
dilakukan oleh pihak rumah sakit karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan
dalam penanganan pasien di rumah sakit tersebut. Peraturan rumah sakit
menyatakan bahwa kehidupan harus disokong. Namun keluarga menuntut atas
tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut untuk kepentingan hak meninggal
klien. Saat ini klien mengalami koma. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian
tersebut dengan memperhatikan antara keinginan/hak meninggal ibu A dengan
prinsip moral dan tugas legal untuk mempertahankan kehidupan setiap pasien yang
diterapkan di rumah sakit.

Perawat X mendukung dan menghormati keputusan ibu A yang memilih untuk mati.

Perawat Y menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada di rumah sakit tidak
mempunyai hak menjadi seorang pembunuh.

Perawat Z mengatakan bahwa yang berhak untuk memutuskan adalah dokter.

a. Mengembangkan data dasar


- Yang terlibat dalam kasus tersebut
1) Dokter sebagai terapis
2) Perawat sebagai advokat
3) Keluarga pasien
- Tindakan yang diusulkan
1) Tetap memberikan alat bantu hidup pasien sesuai dengan prosedur rumah
sakit.
2) Melepas alat bantu hidup pasien.
- Maksud dari tindakan
1) Mempertahankan kehidupan pasien dan mematuhi prinsip etik dan moral.
2) Menghormati keputusan pasien dan keluarga.
- Konsekuensi dari tindakan
Kematian secara illegal (euthanasia aktif)
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
Konflik yang terlihat dari kasus ini yaitu adanya perbedaan pendapat dari tiga
orang perawat dimana perawat X mendukung hak pasien dan keluarga untuk
menolak tindakan, yang mana jika dilakukan akan membuat tindakan euthanasia
(berlawanan antara autonomi klien dan prinsip etika untuk menghindari kematian
yang disengaja). Perawat Y mengatakan bahwa tidak ada hak bagi staf RS
termasuk tenaga kesehatan untuk menjadi pembunuh dengan menghentikan
pemberian tindakan seperti pemasangan alat bantu hidup. Kemudian perawat Z
yang mengatakan bahwa dokter lah yang berhak untuk memberikan keputusan.
c. Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
1) Menolak keinginan pasien dan keluarga
- Tidak menghargai hak pasien dan keluarga (tidak memperhatikan prinsip
autonomy)
- Tenaga kesehatan terhindar dari tindakan illegal
- Perawat mematuhi prinsip non-maleficence, justice, beneficence dan avoid
killing.
2) Memenuhi keinginan pasien dan keluarga
- Menimbulkan bahaya bagi pasien yaitu kematian
- Perawat tidak melindungi klien (melanggar prinsip non-maleficence)
- Mengingkari prinsip beneficence
- Tenaga kesehatan dapat dituntut secara hukum
3) Mengadakan conference (perawat, dokter, keluarga)
- Memberikan penjelasan tentang kondisi penyakit pasien dan prognosis
pasien.
- Memberikan penjelasan mengenai bahaya jika alat bantu pada pasien
dilepas yaitu akan menimbulkan kematian dan bertentangan dengan
hukum.
4) Konsekuensi dari alternative tindakan :
- Keluarga mengikuti/menerima sesuai dengan prosedur yang harus
dilakukan sesuai dengan kewajiban dokter/perawat dan prosedur rumah
sakit.
- Keluarga tetap menolak untuk mempertahankan kehidupan pasien.
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
Pengambil keputusan yang terlibat adalah dokter, perawat, keluarga pasien, dan
rohaniawan (jika diperlukan)
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
- Memperhatikan prinsip moral yang melindungi kehidupan klien dan mencegah
bahaya yang mungkin timbul yaitu kematian.
- Memberikan informasi : penyakit, aturan hukum, konsekuensi.
f. Membuat keputusan
Keinginan pasien dan keluarga pasien tersebut bertentangan dengan hukum,
sehingga kelompok kami membuat keputusan untuk menolak keinginan tersebut
yang meminta untuk dihentikan tindakan untuk menyelamatkan hidup Ny. A
karena menurut kami akan lebih banyak prinsip etik yang dilanggar jika kita
menerima keinginan tersebut daripada jika menolak.
Prinsip etik dan moral yang dilanggar jika tenaga kesehatan menolak keinginan
pasien dan keluarga yaitu prinsip respect (menghormati) dan autonomy (hak
pasien dan keluarga untuk memilih/kebebasan memilih). Sedangkan jika
menerima keinginan pasien dan keluarga, maka akan melanggar prinsip
beneficence (berbuat baik untuk mencegah kesalahan atau kejahatan), non-
maleficence (tidak merugikan, dalam arti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
maupun psikologis pada pasien), justice (melaksanakan terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan), dan avoid killing atau tindakan euthanasia.

Anda mungkin juga menyukai