Anda di halaman 1dari 4

HASIL NOTULEN

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Materi : Askep Tetanus
Kelas/Semester : 3A S.Tr Keperawatan/Smt 5
Waktu Perkuliahan : 09.40-12.10 wita
Media : Zoom Meeting

Kelompok Presentasi : Kelompok 1

1. Ni Luh Ketut Ayu Desy Candra Dewi (P07120220042)


2. Ni Putu Putri Damayanti (P07120220043)
3. Rike Sheren Mei Yudha Pertiwi (P07120220044)
4. Luh Putu Ardhya Pramesti Suci Lestari (P07120220045)
5. Ni Kadek Dwi Sawitri (P07120220046)
6. Tarita Saraswati Dewi (P07120220047)

Kelompok Perangkat : Kelompok 7

1. Ni Komang Ayu Indriyani (P07120220006) (Observer)


2. Kadek Ryas Prasetyani Veronika (P07120220007) (Moderator)
3. Ni Nyoman Witari (P07120220008) (Notulen)
4. Ida Ayu Diah Kusuma Artha (P07120220010)
5. I Putu Wahyu Sumarsana Putra (P07120220011)

Hasil Diskusi :

1. Pertanyaan: I Gusti Ayu Agung Purnama Dewi (P07120220034)


Apa penyebab terjadinya tetanus neonatal dan bagaimana cara mengatasi apabila anak
terkena tetanus neonatal?
Jawaban: Rike Sheren Mei Yudha Pertiwi (P07120220044)
Tetanus pada bayi ini biasanya diperoleh melalui paparan spora bakteri Clostridium
tetani yang secara universal hidup di tanah.
Berikut beberapa faktor risiko penyebab terjadinya tetanus neonatal :
1) Faktor Risiko Pencemaran Lingkungan
Fisik dan Biologik Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan
menyebabkan Clostridium tetani lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan
penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai riwayat tinggal di
lingkungan yang kotor. Penjagaan kebersihan diri dan lingkungan adalah amat
penting bukan saja dapat mencegah tetanus, tetapi berbagai penyakit lain.
2) Faktor Alat Pemotongan Tali Pusat
Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat meningkatkan risiko
penularan penyakit tetanus neonatorum, dimana menggunakan alat-alat pemotong
tali pusat yang tidak steril yaitu alat yang kotor dan tercemar tanah misalnya.
3) Faktor Cara Perawatan Tali Pusat
Terdapat sebagian masyarakat di negara-negara berkembang masih menggunakan
ramuan untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit dan abu dapur. Seterusnya, tali
pusat tersebut akan dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril
sebagai salah satu ritual untuk menyambut bayi yang baru lahir. Cara perawatan tali
pusat yang tidak benar ini akan meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus
neonatorum.
4) Faktor Kebersihan Tempat Pelayanan Persalinan
Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting. Tempat
pelayanan persalinan yang tidak bersih bukan saja berisiko untuk menimbulkan
penyakit pada bayi yang akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat
pelayanan persalinan yang ideal sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril.
5) Faktor Kekebalan Ibu Hamil
Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat membantu
mencegah kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. Antibodi terhadap
tetanus dari ibu hamil dapat disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya
menurunkan risiko infeksi Clostridium tetani. Sebagian besar bayi yang terkena
tetanus neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah mendapatkan
imunisasi TT (Chin, 2000).
Penanganan terhadap tetanus pada bayi ini biasanya dengan menggunakan alat-alat
yang steril saat melakukan pemotongan tali pusat, serta penanganan tali pusat
selanjutnya seperti penanganan termasuk rawat inap segera, membersihkan luka
terinfeksi, antibiotik, obat untuk membantu membersihkan toksin, dan relaksan
otot.
Selain itu, hal ini juga bisa dicegah sebelumnya, caranya melakukan pencegahan
dengan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) pada ibu hamil.
2. Pertanyaan : Ni Wayan Yuliani NIM P07120220037
Biasanya orang yang terkena tetanus akan di isolasi di ruangan tertentu, pertanyaan
saya mengapa demikian?
Jawaban : Tarita Saraswati Dewi (P07120220047)
Ni Putu Putri Damayanti (P07120220043)
• Alasan utama isolasi untum pasien tetanus adalah untuk kepentingan pasien itu
sendiri. Pasien tetanus biasanya sangat sensitif terhadap cahaya dan suara. Jika
ada suara sedikit saja, sudah cukup memicu munculnya kejang. Demikian pula
dengan cahaya. Jika ada rangsang cahaya terang, tubuh pasien akan mulai
kejang. Dengan meminimalkan cahaya dan suara, maka frekuensi kejang dapat
dikurangi. Untuk mendapatkan kondisi cahaya dan suara minimal dibutuhkan
ruang isolasi dimana pasien jauh dari hiruk pikuk pengunjung dan aktifitas di
rumah sakit.
• Tetapi seiring dengan semakin berkembangnya obat antikejang untuk tetanus,
maka saat ini pasien tetanus cenderung tidak perlu lagi diisolasi di ruangan
khusus. Dengan pemberian obat antikejang yang adekuat, maka rangsang suara
dan cahaya tidak berpengaruh lagi terhadap munculnya kejang. Oleh karena itu,
pasien tetanus dapat dirawat di ruang ICU bersama dengan pasien lainnya.
3. Pertanyaan : Luh Sri Anggayoni Julia Padmi (NIM.P07120220029)
Mengapa caries gigi diduga menjadi etiologi dari penyakit tetanus?
Jawaban : Luh Putu Ardhya Pramesti Suci Lestari NIM 0045
Karies gigi/gigi berlubang dapat menjadi penyebab utama yang dapat ditemukan pada
kasus ini. Karies gigi/gigi berlubang ini merupakan salah satu port de entry/jalan masuk
kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani. Spora ini dapat menyebar
kemana-mana, mencemari lingkungan fisik maupun biologik. Spora yang terdapat di
lingkungan dapat masuk kedalam tubuh pasien melalui karies dentis yang dideritanya.
Karies dentis merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang harus mendapatkan
penanganan dengan cara penambalan atau pun pencabutan oleh dokter ahli gigi.
Penambalan gigi harus dilakukan lebih awal sebelum karies tersebut sudah semakin
parah. Pertimbangan pencabutan dapat dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak
dapat lagi dipertahankan karena jika dibiarkan dapat menjadi port d’entre Clostridium
tetani. Pada kasus ini anak disarankan konsul ke dokter ahli gigi untuk penanganan
ataupun perawatan gigi selanjutnya. Perawatan gigi merupakan upaya pencegahan
kerusakan gigi lebih lanjut pada anak. Upaya pencegahan dapat dimulai dengan
melakukan diet makanan manis untuk mengurangi resiko karies dentis dan anak
disarankan melakukan perawatan gigi dengan menggosok gigi secara teratur serta
kunjungan ke dokter ahli gigi setiap 6 bulan sekali.

HASIL OBSERVER

Om swastyastu,

Selamat pagi bapak dan teman-teman. Perkenalkan saya Ni Komang Ayu Indriyani dengan
NIM P07120220006, mohon ijin menyampaikan hasil observasi yang saya lakukan selaku
observer Kelompok 1. Presentasi oleh kelompok 1 Mata Kuliah Keperawatan Anak dengan
topik kuliah “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Tetanus”
yang dilaksanakan pada Jumat, 26 Agustus 2022 telah dilaksanakan dengan Daring dengan
Media Zoom Meetings dan seminar berlangsung dengan baik dan lancar. Materi yang disajikan
oleh kelompok sudah sangat baik, jelas, dan dapat dipahami oleh audience. Dalam sesi diskusi
oleh kelompok 1 sudah berjalan dengan lancar dan baik, para audience sudah sangat antusias
menyimak materi kelompok yang dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan
melalui kolom chat zoom meetings terkait materi yang telah disampaikan serta penyaji sudah
dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik dan sesuai topik materi. Sekian hasil
observer yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata dalam
penyampaian saya. Terima kasih bapak dan teman-teman.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Anda mungkin juga menyukai