Anda di halaman 1dari 7

Nama : Elsya Affia Ramadhanty

NIM : P20624522016

Prodi : D4 Kebidanan

Resume Mata Kuliah Aspek Legal Kebidanan

A. Pengantar Etika
Etika adalah cabang filsafat yang melakukan kajian kritis tentang moralitas,
yaitu baik atau buruknya perilaku manusia. Secara etimologis “etika” berarti ilmu
tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang adat kebiasaan. Akan tetapi,
penelusuran arti etimologis tidak cukup untuk memahami konsep yang dimaksudkan
dengan istilah “etika” (Bertens, 2005: 4). Pengertian “etika” dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Kebudayaan, 1988) yang mengacu tiga arti:
1. ilmu tentang apa yang baik dan buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak),
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Pertama, kata “etika” dapat diartikan nilai-nilai dan norma norma moral yang
menjadi pegangan atau fondasi bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Misalnya, “etika suku-suku Indian”, “etika Confusian”, “etika
Protestan” (dalam buku Max Weber, The Protestant Ethics and the Spirit of
Capitalism), kata etika diartikan sebagai “sistem nilai” yang dapat berfungsi dalam
hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

Kedua, “etika” juga berarti kumpulan asas atau nilai moral. Pengertian ini
mengacu pada kode etik. Misalnya, beberapa tahun lalu Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menerbitkan kode etik untuk rumah sakit yang diberi judul: “Etika
Rumah Sakit Indonesia” (1986) disingkat ERSI.

Ketiga, “etika” mempunyai arti ilmu tentang baik atau buruk. Etika dalam hal
ini berpadanan arti dengan filsafat moral. Etika mengacu pada nilai-nilai dan
kepercayaan yang dianut oleh individu atau masyarakat dan dianggap sangat penting.
Nilai-nilai tersebut yang membentuk karakter suatu individu dalam masyarakat dan
etika hadir sebagai ilmu tentang apa yang baik dan buruk.

B. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau
rekomendasi (Fahmi, 2013). Definisi tentang pengambilan keputusan dapat dinyatakan
sebagai ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah
alternatif solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dikarenakan aktifitas tersebut
memiliki sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis,
teratur dan terarah. Pengambilan keputusan mempunyai sejumlah prosedur yang jelas
dalam menjawab suatu masalah. Kejelasan langkah yang dilewati menjadikan proses
pengambilan keputusan menjadi terstruktur dan terarah dalam menghasilkan solusi.
Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan pemikiran seseorang dan
pandangan atas lingkungan dan masalah.
Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacam-macam,
tergantung dari permasalahannya :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan atas intuisi atau perasaan, memiliki sifat
subjektif sehingga cenderung mudah terkena pengaruh.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu,
memperhitungkan untung dan ruginya, baik buruknya keputusan yang akan
dihasilkan.
3. Fakta.
Pengambilan keputusan berdasarkan faka dapat memberikan keputusan yang sehat,
solid, dan baik.
4. Wewenang.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya terhadap orang
yang lebih rendah kedudukannyar
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasinonal, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dalam pengambilan keputusan, ada beberapa faktor/hal yag mempengaruhinya,
diantaranya :
1. posisi,
2. masalah,
3. situasi,
4. kondisi,
5. tujuan

Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang


bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap
tersebut adalah :

a) Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang atau mudah


dimengerti.
b) Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan dan menyusunnya secara
prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan
terkendali.
c) Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih
memberikan gambaran secara lebikh tajam dan terarah secara lebih spesifik.
d) Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing
yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji
yang akan dipakai
e) Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai
dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Di sisi lain Simon (dalam Fahmi, 2013) mengatakan, pengambilan keputusan


berlangsung melalui empat tahap, yaitu :

1. Inteligence
Inteligence adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan
mengidentifikasi permasalahan.
2. Design
Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah.
3. Choice
Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai
macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya.

C. Dilema Etik
Dilema etik merupakan situasi yang melibatkan konflik nilai-nilai atau
kepercayaan tentang tindakan apa yang benar atau yang terbaik tetapi terkendala
oleh aturan-aturan atau hukum yang ada dan cenderung mempengaruhi sikap
professional dalam bekerja sehingga mempengaruhi kualitas bekerja.

Paradigma Dilema Etik

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)


Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan
sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya.
Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau
kelompok kecil melawan kelompok besar.

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)


Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak
mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan
perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian
karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain.

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)


Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam
situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur
dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan
jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai
kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat
sebelumnya.

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Paradigma adalah memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau
masa depan.

Prinsip Dilema Etika


1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

D. Dilema Moral
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur
tingkah laku seseorang. Berasal dari bahasa latin mores sinonim dengan Etika yang .
secara literal berasal dari kata Yunani ethos yang berarti custom atau kebiasaan yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia.
Dilema moral adalah situasi yang menghadapkan seseorang ke dalam dua
pilihannamun tidak satu pun dari pilihan tersebut bisa dianggap sebagai jalan keluar
yang tepat(campbell, 1984 dalam Hendrik, 2011). Keadaan dimana ada dua pilihan
yang seimbangdimana dihadapkan untuk memilih di persimpangan namun tidak ada
petunjuk yang jelas(jhonson 1991). Menurut uchamp and Childress ada 2 bentuk dilema
moral:
• Bila alternatif tindakan sama kuat. Terdapat alasan yang sama kuat untuk
melakukantindakan atau tidak melakukan tindakan.
• Bila alternatif tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan dianggap “benar” dan
tindakan laindianggap “salah”.

Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentanganantara nilai-nilai yang diyakini dengan kenyataan yang ada.

Pengambilan keputusan dalam situasi dilemma moral telah banyak dipelajari


oleh para ilmuwan di bidang psikologi. Salah satunya adalah riset dari Frank,
Chrysochou, dan Mitkidis (2019) yang menemukan bahwa pengambilam keputusan
dalam situasi dilematis bisa menjadi bias karena cara pengambilan keputusan dan
perspektif personal.

Lebih lanjut, riset tentang dasar neurologis pada konflik kognitif dan kontrol
dalam proses penilaian moral menemukan bahwa area otak yang terkait dengan emosi
dan kognisi sosial menunjukkan peningkatan aktivitas pada saat individu
mempertimbangkan dilema moral personal. Sementara area otak "kognitif" terkait
dengan penalaran abstrak dan pemecahan masalah menunjukkan peningkatan aktivitas
pada saat individu mempertimbangkan dilema moral impersonal (Greene, Nystrom,
Engell, Darley dan Cohen, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Andadari, Roos Kities, dkk. 2021. Dilema Etik pada Profesionalisme Perawat terhadap

Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan, Vol. 4 No. 2. Salatiga: Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika
dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok-Pokok Materi Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta; EGC

Iskandarsyah, Aulia. 2022. Dilema Moral dan Kewarasan Manusia. Diakses 26 Januari 2023,

dari https://papuabaratnews.co/wacana/dilema-moral-dan-kewarasan-manusia/

Prastyawan, Agus dan Yuni Lestari. 2020. Pengambilan Keputusan. 2019. Suarabaya: Unesa

University Press.

Susilo, Astrid Pratidina dan Ervin Dyah Ayu Masita Dewi. 2021. Dilema Etik di Rumah

Sakit saat Keterbatasan Sumber Daya dalam Pandemi Covid-19. Jurnal Sosial dan

Humaniora, Vol.2(2), 97–101. Surabaya: Laboratorium Ilmu Pendidikan Kedokteran

dan Bioetik, Fakultas Kedokteran, Universitas Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai