Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua
dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki
kesadaran moral.
Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur
yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai
atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau
prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu
keputusan yang mengandung unsur dilema etika.
Selama ini pada saat mengambil keputusan, landasan pemikiran Anda memiliki
kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Silakan tanpa berpikir panjang, Anda
langsung menuliskan jawaban Anda di secarik kertas.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan
baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini
adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip
ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan,
yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut
adalah:
Fokus untuk dapat mencapai kebaikan terbesar untuk orang terbanyak. Menguji
keputusan dengan mengukur kebahagiaan orang banyak.
Bagi para filsafat, berpusat pada aturan aturan yang sudah ada, apa tugas kita, apa
kewajiban kita. Kita berjalan sesuai dengan aturan berlaku, dan berharap orang juga
seperti itu. Tetapi prinsip ini menghilangkan nilai nilai keberagaman.
Prinsip ini harus banyak empati terhadap orang lain. terlalu sederhana karena tidak
memmiliki pilihan pilihan khusus.
Setelah mempelajari modul tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran,
saya menyadari benar bahwa banyak hal dalam hidup ini yang harus dipikirkan dengan
bijaksana terutama berkaitan dengan pengambilan suatu keputusan. Sering kali saya bertindak
terlebih dahulu tanpa memikirkan apakah itu keputusan yang tepat untuk saya ambil atau tidak.
Ataukah keputusan yang akan diambil dapat melukai hati orang lain yang membuat suasana
tidak nyaman dalam suasana kerja yang sifatnya adalah kerja team. Akan tetapi dalam
mengambil keputusan dengan dalil demi "menyehatkan" diri dan bathin sendiri tanpa
memikirkan pendapat dan perasaan orang lain, yang akhirnya memunculkan dilema dalam diri
apakah keputusan itu saya lakukan demi kebaikan orang banyak, apakah saya menjunjung tinggi
prinsip dan nilai yang ada dalam diri sendiri atau apakah saya melakukan apa yang saya
harapkan orang lain akan lakukan kepada diri saya ? Sebagai CGP saya senang banyak
mendapatkan ilmu juga pengalaman hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Jadi ingat
bagaimana membangun niat untuk mengikuti test Guru Pengerak tahun lalu, tarik ulur antara ikut
dan tidak. Dengan mempertimbangkan waktu Pendidikan yang lamanya 9 bulan, saya berdiskusi
dengan kepala sekolah. Saya takut tidak bisa mengikuti semua kegiatan secara maksimal dan
juga takut tidak adanya dukungan kepala sekolah, dan diluar dugaan kepala sekolah sangat
mendukung keputusan saya untuk mengikuti dan mempersiapkan persyaratan mengikuti tes Guru
Penggerak. Dan sekarang saya menyadari keputusan yang saya ambil tahun lalu untuk mengikuti
dilat CGP ini bukanlah suatu kesalahan dan kekhawatiran. Walaupun kenyataannya saya
mengikutinya dengan tertatih-tatih, tetapi dengan begitu banyaknya manfaat yang dapat saya
ambil dari pendidikan Calon Guru Penggerak ini, maka dengan semangat dan asa yang ada, saya
akan melaluinya dengan sekuat tenaga.
Dilema seorang pemimpin dalam mengambil keputusan pasti ada, apalagi keputusan yang akan
diambil adalah bersifat mendadak dan reflek, dan Disamping itu, tanpa disadari bahwa tidak ada
aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema karena hal ini sifatnya relative dan
bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian atau bisa kita namai dengan
dilemma etika. Artinya adalah hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar
untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga
merupakan tindakan yang dapat dibenar. Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan dengan
situasi bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun
untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya siswa mencontek, walau pun tujuannya untuk
mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya juga merupakan hal yang baik, tetap hal itu adalah
suatu kesalahan.
Apa rencana ke depan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema
etika?
Dari pengalaman saya sebagai pendidik untuk murid dan rekan kerja disekolah, saya harus secara
sadar memahami bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi. Ketika kita
menghadapkan dengan situasi dilema etika, maka akan ada nilai-nilai kebajikan yang
mendasarinya namun bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Karena dilemma
etika adalah suatu situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana
kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Seandainya saya dihadapkan dengan hal
tersebut, maka saya akan mengabil jalan tengah berupa win-win solution dan mengutamakan
keputusan terbaik untuk semua pihak yang terkait.
Karena dilema etika berhubungan dengan pengambilan keputusan yang bertujuan untuk
kebaikan, yaitu situasi dimana ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua
pilihan yang akan diambil tersebut secara etika benar tetapi bertentangan. Kedua keputusan yang
bertentangan tersebut kalaupun diambil kedua-duanya adalah sama-sama dibenarkan (Benar Vs
Benar). Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan kerja, masyarakat, dan rumah, kita
sering kali dihadapkan pada situasi yang membawa dilema etika. Dimana keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di buat. Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan dilema
etika ini adalah dengan alasan bahwa tujuan yang diambil adalah tujuan baik ataupun dengan
melakukan pembenaran terhadap cara-cara pengambilan keputusan tersebut, yang akhirnya akan
menggoda seorang pengambil keputusan untuk mengambil jalan pintas dalam pengambilan
keputusan ini karna hasil akhirnya dianggap menjadi hal yang baik.
Sedangkan bujukan moral adalah sustu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat
keputusan antara benar atau salah. Sebelum pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
bujukan moral ini sebaiknya dilihat terlebih dahulu dari aspek "seharusnya", yaitu sebuah
pertanyaan normatif tentang apa yang seharusnya terjadi sesuai dengan norma dan standar yang
berlaku.
Maka keputusan yang akan saya ambil didasarkan pada 3 prinsip pengambilan keputusan ini,
yaitu:
Dan keputusan yang akan diambil yang berkaitan dengan dilema etika, mengandung 4 paradigma
pengambilan keputusan, yaitu:
Padarigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara
kelihatannya terbaik untuk saat ini dan terbaik untuk masa yang akan dating. Paradigma ini bisa
terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari atau pada level yang lebih luas, misalnya
pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain-lain.
Untuk mengukur efektifkah keputusan yang saya ambil, maka keputusan yang diambil tersebut
dikaitkan dengan 9 langkah dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan Dilema
etika, yaitu:
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian
keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi
masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa
menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan
membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral,
bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk
mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam
menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan
aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil
pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa
mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.
Uji Legal
Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek
pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar
lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang
mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada
pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus
melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli
potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena
melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi
Anda.
Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada
yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat
Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau
berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan
jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang,
sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang
sama-sama benar.
Uji Halaman Depan Koran
Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran
dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi
masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan
besar Anda sedang menghadapi dilema etika.
Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang
merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu
Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang
menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip
pengambilan keputusan yaitu:
Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak
bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.
Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-
Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.
Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based
Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri
Anda pada posisi orang lain.
Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau
bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang
membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi
moral dilema, namun bujukan moral.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang
bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah
Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan
keberanian secara moral untuk melakukannya.
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil
pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Tentunya dalam mengambil suatu keputusan dalam lingkungan sekolah tidak dapat hanya
mengandalkan hasrat dan hati nurani saja. Saya harus mampu mengenali kondisi,
mengidentifikasi lingkungan dan subjek yang terdampak dari keputusan tersebut dengan
melakukan tukar pendapat atau diskusi ringan dengan rekan sejawat yang telah memiliki
pengalaman sebagai pengajar di sekolah. Agar keputusan yang diambil efektif dan efisien, maka
saya membutuhkan orang-orang yang memiliki visi dan misi yang sama untuk kemajuan
sekolah, Tentunya sebelum menyamakan persepsi kepada rekan kerja, saya memberikan
informasi mengenai pengambilan keputusan sebagai Pemimpin Belajar ini terlebih dahulu.
Informasi tentang Pengambilan Keputusan ini saya lakukan baik kepada individu atau secara
berkelompok, dan didalam Komunitas Praktisi yang telah saya buat di sekolah. Setelah rekan
sejawat memahami prinsip pengambilan keputusan ini dan apabila mereka dihadapkan pada
suatu permasalahan, maka sebagai CGP saya dapat membantu rekan sejawat berupa teknik
coaching dengan memperhatikan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Harapannya
semua keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik. Kepala sekolah adalah orang yang
dapat dimintakan tanggung jawabnya sebagai pendamping tertinggi di sekolah.
Setelah mempelajari modul ini, mulai dari sekarang saya berusaha untuk menerapkannya kepada
murid dan rekan sejawat untuk menyelesaikan permasalahan umum yang biasanya terjadi
disekolah. Banyak kasus yang terjadi dalam pembelajaran dikelas seperti siswa tidak jujur dalam
ujian, siswa bolos, sering tidak membuat tugas dan lainnya. Jika dengan seketika kita marah dan
memutuskan dengan hawa nafsu maka suasana pembelajaran tentunya menjadi tidak
menyenangkan dan berdampak tidak baik terhadap psikologis siswa. Tentunya teknik latihan
kesadaran penuh (mindfulness) seperti STOP juga harus dicoba untuk dilakukan sebelum
mengambil keputusan. Andaikan hasil identifikasi keputusan tersebut berkaitan dengan siswa,
maka saya dapat berkolaborasi dengan orang tua siswa, walikelas siswa bahkan teman terdekat
siswa. Harapan kedepan semua warga sekolah dapan mengambil keputusan yang tepat untuk
kemajuan kompetensi diri dan sekolah itu sendiri.