Anda di halaman 1dari 5

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari
seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).

Definisi-definisi  Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :

1. G. R. Terry : Pengambilan keputusan dapat didefinisikan sebagai “pemilihan alternatif


kelakuan tertentu dari    dua atau lebih alternatif yang ada”.
2. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan: Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan
keputusan yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada
masa yang akan datang.
3. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel: Pengambilan keputusan adalah pemilihan di antara
alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu
rencana dapat dikatakan tidak ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses
pemilihan alternatif solusi untuk masalah. Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya
untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada.

Faktor-Faktor yang terkait dengan Pengambilan Keputusan

Untuk menentukan pilihan dari berbagai teori pengambilan keputusan baik itu rasional,
inkremental atau pengamatan terpadu dengan beberapa alternatif pilihan yang tersedia. Tentu
masing-masing harus mempunyai dasar (nilai-nilai, norma-norma, atau pedoman tertentu) yang
digunakan sebagai landasan dalam menentukan pilihan teori yang tepat.

Menurut Terry (1989) dalam blog Komunitas Diamond faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam mengambil keputusan sebagai berikut:

1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2. Setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. Setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain;
4. Jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
7. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. Setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul; dan
9. Setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan
berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan :

1.  Fisik

Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak
senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2. Emosional

Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara
subyektif.

3. Rasional

Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi


dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal

Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan


menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuannya dalam bertindak.

5. Interpersonal

Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang ke orang
lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.

6.  Struktural

Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan
hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009)  menjelaskan faktor-faktor yang


berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan
pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan. Dalam pengambilan suatu keputusan
individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan
dalam pengambilan risiko.

Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan
seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-
nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan
masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berpikir untuk menyusun atau menilai
keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis
seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang
dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus objektivitas. Beberapa pengambil
keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh
suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau
orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan
kekuasaannya secara pribadi.

Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan risiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam


membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi risiko, karena
keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah
kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan risiko adalah kurangnya kendali atas hasil
tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan
walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan di bawah
ketidakpastian dibanding di bawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.

Selanjutnya Dalam Judul Skripsi  Pengambilan Keputusan yang tepat yang disusun Sumaryanto
Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dalam pengambilan keputusan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain:

1. Posisi kedudukan

Dalam kerangka pengambilan keputusan, posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat, apakah ia


sebagai pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker), ataukah staff
(staffer).

2. Masalah

Masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan, yang
merupakan penyimpangan daripada apa yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan
harus diselesaikan. Sebenarnya, masalah tidak selalu dapat dikenal dengan segera, ada yang
memerlukan analisis, ada pula yang bahkan memerlukan riset tersendiri.

3. Situasi

Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang
secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita
perbuat. Situasi ini ada yang bersifat tetap dan ada juga yang berubah-ubah.

4. Kondisi

Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama menentukan daya
gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan
sumber daya.
5. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi,
maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu / telah ditentukan. Tujuan yang telah
ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau obyektif.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Yang Etis

1. Manajer

Manajer membawa pengaruh berupa kepribadian dan perilaku terhadap pekerjaan. Kebutuhan
pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama seluruhnya membentuk sistem nilai
seorang manajer. Karakteristik pribadi yang khusus, seperti kekuatan ego, percaya diri, dan rasa
kebebasan yang kuat memungkinkan manajer untuk membuat keputusan yang etis.

Satu karakter pribadi yang penting adalah tahap perkembangan moral. Pada tahap pra
konvensional, individu memerhatikan penghargaan dan hukuman dari eksternal dan mematuhi
otoritas untuk menghindari konsekuensi pribadi yang fatal. Dalam konteks organisasi, tahap ini
dapat dihubungkan dengan para manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan otoriter atau
memaksa, dengan karyawan yang berorientasi pada pencapaian tugas tertentu. Pada tahap kedua,
yang disebut sebagai tahap konvensi, orang mulai belajar untuk memenuhi ekspektasi perilaku
yang baik seperti yang dimaksudkan oleh para kolega, keluarga, teman, dan masyarakat.
Kolaborasi kelompok kerja merupakan cara yang lebih disukai untuk pencapaian tujuan
organisasi dan manajer menggunakan gaya kepemimpinan yang mendorong hubungan antar
pribadi dan kerja sama. Pada tahap pasca konvensional atau tahap berprinsip, para individu
dipandu oleh sekumpulan nilai dan standar internal bahkan akan melanggar aturan atau hukum
yang bertentangan dengan prinsip ini.

2. Organisasi

Dalam organisasi, pengaruh yang penting terhadap perilaku yang etis adalah adanya norma dan
nilai tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan. Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai
ini sangat memengaruhi tindakan dan proses pengambilan keputusan oleh karyawan. Secara
khusus, budaya perusahaan memungkinkan karyawan tahu keyakinan dan perilaku seperti apa
yang didukung oleh perusahaan dan seperti apa yang tidak dapat ditoleransi oleh perlahan.

Budaya dapat diamati untuk melihat jenis-jenis sinyal etika yang diberikan kepada para
karyawan. Standar etika yang tinggi dapat ditegaskan dan dikomunikasikan melalui penghargaan
publik atau upacara resmi.

Budaya bukanlah satu-satunya aspek dari organisasi yang memengaruhi etika, namun merupakan
suatu kekuatan yang besar karena menentukan nilai-nilai perusahaan. Aspek organisasi yang
lain, seperti aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem seleksi, penekanan pada standar hukum
dan profesional. Serta proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan, juga dapat
memengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.

Anda mungkin juga menyukai