Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DINAMIKA KELOMPOK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dinamika Kelompok
Oleh Ibu Finta Melinda,SKM.M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

Melki Markus (2111071056)


Mei Herdiyanti (2111071049)
Nikmat (2111071050)
Nurmiati (2111071054)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa
alternatif yang ada. Keputusan yang akan diambil tentunya perlu didukung bebebagai factor
yang akan memberikan keyakinan bahwa keputusan tersebut tepat.

Seluruh aktivitas dan fungsi kelompok memiliki esensi pengambilan keputusan. Hal ini
karena proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan mengandung
konsep dan perilaku pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan atau Pembuatan
Keputusan akan sangat menentukan keberhasilan suatu kelompok.

Setiap pemimpin pasti bertanggung jawab terhadap masa depan kelompoknya.Untuk itu,
tujuan yang telah ditetapkan harus dapat dicapai dengan berbagai aktivitas kebijakan. Salah
satu yang harius dilakukan pemimpin untuk pencapaian tujuan kelompok adalah pengambilan
keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok ?
2. Apa saja yang ada dalam Pengambilan Keputusan ?
3. Bagaimana Konsep Dalam Pengambilan Keputusan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Pengambilan Keputusan Dalam Kelompok.
2. Agar bisa memahami cara pengambilan keputusan yang tepat.
3. Dapat mengetahui konsep yang ada dalam pengambilan keputusan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif secara nalar dan
menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa alasan atau data yang kurang akurat,
Menurut Robins, “Decisic n making a processs in which one choose between two or more
alternative” Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses
memilih salah satu pilihan diantara dua atau lebih alternatif.

Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari
seorang pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Dalam situasi tertentu, suatu keputusan harus mendahului semua pekerjaan. Dengan kata
lain,rangkain pengambilan keputusan merupakan hal yang pertama dan paling awal dari
sebuah pelaksanaan pekerjaan dalam organisasi atau kelompok, unit, atau individu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang
mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan
dan akan menentukan masa depan organisasi atau kelompok, baik berupa kemajuan,
pengembangan maupun kemunduran akibat salah dalam mengambil keputusan.

Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :

 R.Terry
Pengambilan keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
 Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu
cara bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak ada,
jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang
telah dibuat
 Theo Haiman
Inti dari semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara
bertindak. Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang
dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan untuk mencapai
sasaran dan pemecahan masalah.
 Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari
sejumlah alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
 Chester I. Barnard
Keputusan adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran
proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian tingkah laku
organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.

 2.2 TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Teori Rasional Komprehensif


Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima
oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari teori ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :

Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain.

Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas
dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya Berbagai altenatif
untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama. Akibat-akibat (biaya dan
manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih diteliti. Setiap alternatif dan
masing-masing akibat yang menyertainya, dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif
lainnya. Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat
memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
2. Teori Inkremental
Teori inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti daram
teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil
kepurusan sehari-hari.

3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)


Penganjur teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju terhadap
kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori rasional komprehensif, akan
tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa kelemahan yang terdapat pada teori inkremental.
Misalnya, keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model
inkremental akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu
mengorganisasikan kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-
kepentingan dari kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.

 2.3 KRITERIA PENGAMBILAN KEPUSTUSAN

Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para
pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:

1. Nilai-nilai Politik
Pembuat keputusan mungkin melakukan penilaian atas altematif kebijaksanaan yang
dipilihnya dari sudut pentingnya altematif-altematil itu bagi partai politiknya atau bagi
kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.

2. Nilai-nilai organisasi
Para pembuat kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam mengambil
keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di dalamnya’ Organisasi,
semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai bentuk ganjaran dan sanksi dalam
usahanya untuk memaksa para anggotanya menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-
nilai yang telah digariskan oleh organisasi
3. Nilai-nilai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan
finansial’ reputasi diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat
teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan. 

4. Nilai-nilai Kebijaksanaan
Dari perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita mempunyai
anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para pengambil keputusan
politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh pertimbangan-penimbangan demi
keuntungan politik, organisasi atau pribadi. Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula
bertindak berdasarkan atas penepsi mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan
tertentu mengenai kebijaksanaan negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar

5. Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis
saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia serta berfungsi
sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya.

 2.4 FUNGSI DAN TUJUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Fungsi Pengambilan Keputusan

Individual atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya futuristik.

Tujuan Pengambilan Keputusan

Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)

Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun
tidak kontradiktif)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Komposisi kelompok. Ada 4 hal


yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
1. penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
2. komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi
dalam kelompok.
3. ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya
adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
4. Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila
anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok
lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya
perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk
mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.

Model Pengambilan Keputusan

Model Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan


bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off tunggal).
Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.

Model Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan masing-masing
kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau dapat diketahui. Model
Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model Stokastik.

Model Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan


bahwa setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat diketahui/ditentukan. Model
Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi yang paling sulit untuk pengambilan
keputusan. (Kondisi yang penuh ketidakpastian ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam
Game Theory).
Langkah-langkah/Proses Pengambilan Keputusan

Secara umum, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

 Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat


dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya
dapat membantu proses identifikasi ini.
 Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan
keputusan. Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat
memerlukan adanya variabel yang terukur.
 Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan masalah
didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
 Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik.
Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari keputusan.
 Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi,
dimana alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan
setelah itu akan dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off atau
hasil.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan proses memilih atau menetapkan suatu pilihan
diantar dua atau lebih alternatif yang ada untuk mencapai sebuah keputusan yang
penting bagi suatu organisasi atau kelompok. Dalam setiap organisasi atau kelompok
pasti selalu ada proses pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi atau
kelompok tersebut.

B. Saran
Dalam setiap pengambilan keputusan seharusnya pimpinan berlaku adil kepada semua
pihak atau anggota yang ada agar tidak ada pihak yang dirugikan akibat pengambilan
keputusan yang tidak adil. Sehingga dalam organisasi atau kelompok ketika
pengambilan keputusan telah dibuat terjadi kompakan dan harmonisasi antar anggota
dalam organisasi atau kelompok.

Anda mungkin juga menyukai