Anda di halaman 1dari 25

RESUME KELOMPOK

“Rangkuman Kelompok 1-8”

Mata Kuliah: : Strategi Pengambilan Keputusan


Dosen Pengampu : A. Usnidah Umar, ST., M. Si
Penyusun : Kelompok 2
1. JUHAENI (210222231)
2. ARMIN (210222226)
3. MARNA (210222235)
4. NURKA (210222240)

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SINJAI
TAHUN AJARAN 2023/2024
KELOMPOK I
“Fungsi, Tujuan dan Pentingnya Pengambilan Keputusan Serta
Teori Pengambilan Keputusan”

A. Pengertian Fungsi dan Tujuan pengambilan Keputusan


Pada dasarnya pengambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah
alternatif pengambilan keputusan penting bagi pemimpin birokrasi karena proses
pengambilan keputusan mempunyai peran penting dalam memotivasi, komunikasi,
koordinasi, dan perubahan organisasi. Adapun definisi pengambilan keputusan menurut
Salusu (2016:47), adalah “proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses itu menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi”.
Sedangkan Usman (2018:321), mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah proses
memilih sejumlah alternatif. Sedangkan Higgins dalam Salusu (2016:47), mengatakan
bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling dari semua kegiatan karena di
dalamnya pimpinan terlibat, dan malahan kata Hoy dan Miskel merupakan pertanggung
jawaban utama dari semua administrator melalui proses tempat keputusan-keputusan
dibuat.
Dari pengertian pengambilan keputusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah “merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti atau untuk digunakan sebagai
suatu cara pemecahan masalah”. Pengambilan keputusan memilih berbagai alternatif yang
paling menguntungkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Fungsi Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan
dari cara pemecahan masalah yang memiliki fungsi antara lain sebagai berikut.
a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara
individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara
organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang
akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Tujuan dari pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan yang bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan yang bersifat tunggal terjadi
apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan,
tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. Misalnya, masalah yang dihadapi hanya
masalah yang menyangkut satu aspek saja yaitu masalah keuangan, maka keputusan
yang diambil hanya menyangkut aspek keuangan, Bila masalah keuangan diselesaikan
tidak akan menimbulkan akibat lain atau efek sampingan terhadap aspek lain.
b. Tujuan yang bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda
terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah.
Artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah
atau lebih yang bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.
B. Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu
organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh
pengambilan keputusan sekarang. Pentingnya pengambilan keputusan dapat dilihat dari
pendapat Mintzberg (2009) dari segi kekuasaan untuk membuat keputusan, yaitu apakah
mengikuti pola sentralisasi atau desentralisasi. Namun Weber (1999), memberikan
perhatian pada pengambilan keputusan dari segi kehadirannya, yaitu tanpa adanya teori
pengambilan keputusan administratif, kita tidak dapat mengerti, apalagi meramalkan
tindakan-tindakan manajemen sehingga kita tidak dapat mengefektifkan manajemen.
Herbert Simon (2002), sebagai salah pakar Teori Administrasi dan Pemenang Nobel dalam
Teori Pengambilan Keputusan, mengingatkan bahwa betapa besar pentingnya pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi manapun. Beliau mengatakan bahwa: Kewajiban”
memutuskan” dalam suatu organisasi administratif sama jauhnya seperti yang dilakukan
kewajiban” bertindak”. Dengan demikian pengambilan keputusan itu Sangat penting,
karena merupakan kegiatan politik yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan
hanya keputusan mengenai kebijaksanaan pokok yang rumit, tetapi juga pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program, penempatan, dan penganggaran,
merupakan titik kritis terhadap mantapnya suatu kebijaksanaan.
C. Teori Pengambilan Keputusan
1. Teori Birokratik (Bureaucratic School). Teori ini memberi tekanan yang cukup besar
pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi. Keputusan birokratik
adalah keputusan terprogram dan rutin, keputusan repetitif, keputusan yang berulang-
ulang dibuat.
2. Teori Manajemen Saintifik (Scientific Management Theory) adalah manajemen yang
menggunakan ilmu (science) dan scientific method. Teori ini menekankan pada
pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-elemen logis,
yang dapat digambarkan secara saintifik.
3. Teori Hubungan Kemanusiaan (Human Relations Theory). Teori ini menganggap
bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian yang
diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja,
peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi sebagai suatu
kelompok social yang mempunyai tujuan.
4. Teori Rasionalitas yaitu teori ini mengasumsikan bahwa sejumlah alternatif bagi
penyelesaian masalah-masalah yang merupakan pandangan deterministik telah
ditetapkan. Teori keputusan ini juga menilai pengambil keputusan memiliki informasi
yang sempurna terhadap seluruh tingkat peluang dari sebuah peristiwa yang tidak pasti.
5. Teori Satisficing yaitu aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna.
Aliran ini yakin bahwa para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu
membuat keputusan yang rasional.
6. Teori Analisis Sistem yaitu teori ini percaya bahwa setiap masalah berada dalam suatu
system yang terdiri dari berbagai sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu
kesatuan.
7. Teori Rasional Komprehensif yaitu teori yang paling dikenal dan banyak diterima oleh
semua kalangan.
8. Teori Inkremental yaitu teori yang menghindari banyak masalah yang harus
dipertimbangkan oleh pemerintah dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
9. Teori pengamatan terpadu yaitu teori memperhitungkan baik keputusan yang bersifat
fundamental maupun yang bersifat inkremental dan memberikan urutan teratas bagi
proses pembuatan kebijaksanaan fundamental yang memberikan arahan dasar dan
proses pembuatan kebijaksanaan inkremental yang melapangkan jalan bagi keputusan
fundamental sesudah keputusan ini tercapai.
10. Teori Atribusi yaitu untuk mengembangkan penjelasan mengenai cara-cara kita menilai
orang secara berlainan, bergantung makna apa yang kita kaitkan pada perilaku tertentu.
Pada dasarnya teori atribusi mengemukakan bahwa bila kita mengamati perilaku
individu, kita berusaha menentukan apakah perilaku itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal.

KELOMPOK 2
“Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan dan Teknik Pengambilan Keputusan”
A. Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan
Ada beberapa faktor atau hal mempengaruhi antara lain:
1. Posisi atau Kedudukan yaitu dalam rangka pengambilan keputusan, posisi seseorang
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu (1) Letak posisi: dalam hal ini apakah sebagai
pembuat keputusan (decision maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf
(staffer). (2) Tingkat posisi, dalam hal ini apakah sebagai strategi, policy, peraturan,
organisasional, dan operasional.
2. Masalah yaitu masalah atau problem adalah apa yang menjadi penghalang untuk
tercapainya tujuan yang merupakan penyimpangan dari pada apa yang diharapkan,
direncanakan, dikehendaki dan harus diselesaikan. Masalah dapat dibagi menjadi dua
yaitu masalah rutin dan masalah Insidentif.
3. Situasi yaitu keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan, yang berkaitan satu sama lain,
dan secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang
hendak kita buat.
4. Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersamasama menentukan
daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
5. Tujuan adalah yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan),
tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya telah tertentu/telah ditentukan.
Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau
objective.
Selain faktor-faktor tersebut di atas masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
pengambilan keputusan yaitu:
1. Internal organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi,
dan sebagainya. Biasanya faktor ini berada di dalam suatu organisasi itu sendiri untuk
terciptanya suatu keputusan dalam organisasi.
2. Eksternal organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya.
Faktor ini berasal dari luar yang terkait dalam organisasi.
3. Ketersediaan informasi yang diperlukan.
4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan. Dalam faktor ini dibutuhkan
kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengambil keputusan dengan tidak bersifat
merugikan.
Menurut G. R Terry, mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam pengambilan keputusan, antara lain:
1) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun
yang rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.Keputusan
dapat ditentukan dengan perasaan namun akan menjadi lebih baik ditambah
pula dengan pikiran supaya keputusan dapat diterima dengan perasaan dan
dapat dijelaskan melalui logika supaya tidak timbul suatu ketimpangan.
2) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
organisasi. Karena pada dasarnya keputusan dibuat untuk mendukung
tercapainya tujuan yang dimiliki organisasi.
3) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus
lebih mementingkan kepentingan organisasi. Kurang bijaksana jika keputusan
dibuat berdasarkan kepentingan pribadi karena dalam suatu organisasi
terdapat banyak kepentingan bersama. Jika hanya berorientasi pada
kepentingan pribadi maka tidak akan tercapai keputusan yang membuat
tercapainya tujuan dalam organisasi
4) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-
alternatif tandingan. Harus dibuatnya pilihan-pilihan lain selain pilihan utama
sebagai referensi pengambilan keputusan yang dapat mencangkup pada
kepentingan organisasi.
5) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus
diubah menjadi tindakan fisik. Dengan kata lain dalam pengambilan
keputusan dibutuhkan kebijaksanaan dan ketegasan atau keberanian untuk mencapai
tujuan setelah itu keputusan tersebut dapat dilaksanakan dalam kehidupan organisasi.
6) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
Tidak jarang dalam mengambil keputusan yang paling tepat dalam organisasi
membutuhkan waktu yang lama dikarenakan banyaknya kepentingan yang ada
dalam organisasi dan keputusan tersebut harus mencangkup kepada seluruh
kepentingan yang ada, supaya tidak merugikan siapapun yang ada dalam
organisasi.
7) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik. Keputusan sebaiknya tidak menyulitkan, keputusan yang
baik seharusnya bersifat memudahkan dan menghasilkan dampak positif
bagi organisasi.
8) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu
benar. Dengan kata lain keputusan sebaiknya dibuat atas persetujuan
bersama dengan melakukan perundingan dan disepakati bersama dengan
berbagai perjanjian. Perjanjian ini dilakukan untuk mengantisipasi bila
mana terjadi ketidak-sesuaian pada jalannya aktifitas organisasi setelah
adanya keputusan tersebut.
9) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian
kegiatan mata rantai berikutnya. Keputusan biasanya menjadi dasar atas
apa yang akan dilakukan dalam kegiatan organisasi sehingga baiknya
keputusan dapat dipertimbangkan secara matang.
B. Teknik Pengambilan Keputusan
Empat Kategori Teknik Pengambilan Keputusan yaitu:
1. Keputusan dalam keadaan kepastian (certainty)
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan
lengkap, maka keputusan dikatakan dalam keadaan yang pasti (terdapat
kepastian). Dengan kata lain dalam keadaan ada kepastian, kita dapat
meramalkan secara tepat hasil dari tindakan (action).
2. Keputusan dalam keadaan resiko (risk)
Terjadi bila hasil pengambilan keputusan walaupun tidak dapat diketahui
dengan pasti, tetapi dapat diketahui nilai kemungkinannya (probabilitas).
3. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)
Adalah suatu keadaan dimana kita tidak dapat menentukan keputusan
karena belum pernah terjadi sebelumnya (pertama kali).
4. Keputusan dalam keadaan konflik (conflict)
Terkadang dalam pengambilan keputusan tidak selalu lancar. Banyak
permasalahan-permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.
Adapun teknik pengambilan keputusan antara lain:
1. Teknik pengambilan keputusan kreatif
Kreatif Kreativitas merupakan sesuatu yang terjadi ketika kita mampu
mengatur pikiran kita sedemikian rupa yang siap mengarah pada pemahaman
yang berbeda dan lebih baik dari subjek atau situasi yang sedang kita
pertimbangkan (Proctor 2005).
2. Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif
Griffin (2013) mengatakan Partisipasi secara teoritis akademis dalam
proses pengambilan keputusan merupakan rancana strategis organisasi sebagai
salah satu persoalan utama dalam pengambilan keputusan.
3. Teknik Pengambilan Keputusan Modern
Dalam era komputer saat ini dimana berbagai methode kuantitatif untuk
pengambilan keputusan telah sangat berkembang dengan canggih dan banyak
diterapkan pada berbagai tipe keputusan rutin dan terkadang mengandung resiko.
Teknik modern menawarkan bantuan bagi menejemen dalam menghadapi
tantangan yang memerlukan tipe tipe keputusan tersebut. Dimana hal ini dapat
sepenuhnya di dasarkan pada metode kuantitatif.

KELOMPOK 3
“Masalah Pengambilan Keputusan dan Proses Pengambilan Keputusan”

A. Masalah Pengambilan Keputusan


Pada prinsipnya, masalah muncul apabila ada gap atau kesenjangan antara
“das sollen” dan “das sein” atau perbedaan antara apa seharusnya dengan apa yang
tidak seharusnya, antara apa yang dibutuhkan dan apa yang tersedia, antara apa yang
diharapkan dan apa yang menjadi kenyataan. Masalah merupakan suatu kendala atau
persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan
antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan
dengan hasil yang maksimal. Masalah dalam bahasa Inggris: problem didefinisikan
sebagai suatu pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang
diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
membingungkan Vardiansyah (2008).
Jenis-jenis masalah yaitu:
1. Masalah Privat adalah masalah yang dapat diatasi tanpa mempengaruhi atau
melibatkan pemerintah dalam penyelesaiannya. Masalah privat merupakan
masalah pribadi seseorang yang tidak perlu melibatkan orang lain atau pemerintah
dalam penyelesaiannya. Jadi masalah pribadi tidak dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pengambilan keputusan, yang dapat dijadikan dasar adalah masalah-
masalah yang berhubungan dengan kepentingan publik.
2. Masalah Publik adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan melalui kebijakan
pemerintah. Masalah publik merupakan masalah yang terkait dengan kepentingan
orang banyak atau publik yang penyelesaiannya harus melibatkan orang lain atau
pemerintah. Misalnya pelayanan KTP, Surat Nikah, Surat Kematian, Izin
Mendirikan Bangunan (IMB), dan lain-lain. Jadi masalah public dapat dijadikan
dasar untuk melakukan suatu pengambilan keputusan.
B. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari
administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal
dari fungsi perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia
memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman.
Urutan-urutan langkah-langkahnya dalam oteng (1993) yaitu sebagai berikut:
1) Penentuan masalah,
2) Analisa situasi yang ada,
3) Pengembangan alternatif-alternatif,
4) Analisa alternatif-alternatif,
5) Pilihan alternatif yang paling baik.
Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya proses pengambilan
keputusan adalah proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan
penyelesaian yang terbaik. Bila dilakukan secara nalar, memang proses ini lebih
panjang dan makan waktu, namun kemungkinan kesalahannya dapat diperkecil.
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap
yaitu: Pertama, Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan
dengan jelas, sehingga perbedaan antara masalah dan bukan masalah (hambatan atau
issue) menjadi jelas. Kedua, Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah
ada atau sudah jelas itu kemudian diselesaikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) identifikasi alternative-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah,
(2) Menganalisis factor-faktor yang tidak dapat diketahui (di luar jangkauan manusia,
(3) Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya
berbentuk table (pay of table), (4) Pemilihan dan penggunaan model pengambilan
keputusan. Ketiga, Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan
lingkungan atau kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi berisiko, kondisi tidak
pasti, dan kondisi konflik.
Menurut Herbert Simon bahwa proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga
fase yaitu sebagai berikut;
1. Fase Intelegensi yaitu merupakan fase penelusuran informasi untuk keadaan yang
memungkinkan dalam rangka pengambilan keputusan. Jadi merupakan
pengamatan lingkungan dalam pengambilan keputusan.
2. Fase Desain, yaitu merupakan fase pencarian atau penemuan, pengembangan serta
analisis kemungkinan suatu tindakan. Jadi merupakan kegiatan perangcangan
dalam pengambilan keputusan.
3. Fase Pemilihan, yaitu merupakan fase alternatif atau tindakan yang dilakukan dari
alternatif-alternatif tersebut. Alternatif yang dipilih kemudian diputuskan dan
dilaksanakan jadi merupakan kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu
dari bermacam-macam kemungkinan yang dapat dilakukan.
Ricahrad I. Levin mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan terdiri
atas 6 tahap yaitu:
1) Observasi yaitu tahap ini dapat berupa aktivitas proses kunjungan lapangan,
konprensi, observasi dan pengambilan keputusan yang dapat menjadi informasi
dan data penunjang.
2) Analisis dan Pengenalan Masalah yaitu tahap ini dapat berupa aktivitas proses
penentuan penggunaan, penentuan tujuan dan penentuan batasan-batasan yang
dapat menjadi pedoman atau petunjuk yang jelas untuk mencari pemecahan yang
dibutuhkan.
3) Pengembangan Model, yaitu tahap ini dapat aktivitas proses peralatan
pengambilan keputusan antar hubungan model matematik, riset yang dapat
menjadi output proses model yang berfungsi di bawah batasan lingkungan yang
telah ditetapkan.
4) Memilih data Masukan yang Sesuai yaitu tahap ini dapat berupa data internal dan
eksternal, kenyataan, pendapat serta data dan bank komputer yang dapat menjadi
(output proses) input yang memadai untuk mengerjakan dan mengetes model
yang digunakan.
5) Perumusan dan Pengetasan yang dapat dipertanggung jawabkan yaitu tahap ini
dapat berupa pengetasan, batasan dan pembuktian yang dapat menjadi (output
proeses) pemecahan yang membantu pencapaian tujuan.
6) Penerapan pemcahan masalah yaitu tahap ini dapat berupa (aktivitas proses)
pembahasan perilaku, pelontaran ide, pelibatan manajemen serta penjelasan yang
dapat menjadi (output proses) pemahaman manajemen untuk menunjang model
operasi dalam jangka panjang.

KELOMPOK 4
“Jenis-Jenis Keputusan dan Model Pengambilan Keputusan”

A. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan


1. Keputusan Strategis
Keputusan strategis adalah keputusan untuk menjawab tantangan dan
perubahan lingkungan dan biasanya bersifat jangka panjang. Keputusan ini
diambil oleh manajemen atas. Keputusan strategis mengandung karateristik
khusus yang membedakan keputusan strategis dengan keputusan-keputusan yng
lain. Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan strategis (strategic decision
making) adalah untuk memilih strategi alternatif sehingga keunggulan kompetitif
jangka panjang dapat tercapai.
2. Keputusan Administratif /Taktik
Keputusan administratif/taktik adalah keputusan yang berkaitan dengan
pengelolaan sunber daya (keuangan dan teknik). Keputusan ini dimbil Oleh
manajemen menengah. Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making)
terdiri dari pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau
terbatas yang dapat lihat. Tujuan keseluruhan dari pengambilan keputusan
strategis (strategic dicision making) adalah untuk memilih strategi alternatif
sehingga keunggulan kmpetitif jangka panjang dapat tercapai.
3. Keputusan Operasional
Keputusan operasional adalah keputusan yang berkaitan dengan kegiatan
operasional sehari-hari. Keputusan ini diambil oleh manajemen bawah. Keputusan
operasional sangat menentukan efektifitas keputusan strategis yang diambl oleh
manajemen puncak (Drummond,1995). Keputusan operasional ini dilakukan
untuk menjalankan kegiatan organisasi sehari-hari atau di lakukan dalam rutinitas
organisasi demi berjalannya organisasi tersebut.
Berikut adalah karakteristik khusus yang terkandung dalam Keputusan
Strategis :

1) Rare, keputusan-keputusan strategis yag tidak biasa dan khusus,yang tidak


dapat ditiru oleh organisasi, perusahaan, atau instansi lainnya

2) Consequential, keputusan-keputusan srategis yang memasukkan sumber daya


penting dan menuntut banyak komitmen dari instansi terkait

3) Directive, keputusan-keputusan srategis yang menetapkan keputusan yang


dapat ditiru untuk keputusan-keputusan lain dan tindakan-tindakan dimassa
yang akan datang untuk organisasi secara keseluruhan.

Beberapa kebaikan dari prngambilan keputusan secara individu adalah:


1. Keputusan dapat lebih cepat ditentukan atau diambil karena tidak perlu menunggu
persetujuan dari rean lainnya.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya pertentangan pendapat
3. Jika pimpinan atau manajer yang mengambil keputusan itu memiliki kemampuan
yang tinggi dan berpengalaman luas dalam bidang yang akan di putuskan, maka
keputusannya berkemungkinan besar tepat.

Beberapa kelemahan pengambilan keputusan secara berkelompok yaitu:


1. Bagaimanapun tingginya kepandaian dan kemampuan pimpinan atau manajer
tetap memiliki berbagai keterbatasan.
2. Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang lain pasti
akan salah
B. Model Pengambilan Keputusan
1. Model pengambilan keputusan menurut dua pandangan
Para pengambil keputusan selalu dihadapkan pada dua jenis keputusan
terprogram terstruktur (programmed structured) dan tidak terprogram/tidak
terstruktur (non programmed structured). Pengambilan keputusan terprogram
memiliki standard operational procedures (SOP) dimana standar tersebut
diintegrasikan ke dalam tatanan nilai, norma dan budaya organisasi.
Pengambilan keputusan yang tidak terprogram merupakan proses penetuan
dan pemilihan alternatif solusi yang benar-benar baru dan tidak terstruktur. Jenis
pengambilan keputusan itu merupakan kebalikan dari pengambian keputusan yang
terprogram. Pengambilan keputusan yang tidak terprogram melibatkan penetapan
sejumlah penilaian subyektifitas, intuisi, dan kreatifitas dalam menyelesaikan
masalah. Oleh ketiadaan SOP, maka para pengambil keputusan tidak dapat
menggunakan cara yang sama dengan pengambilan keputusan terprogram.
2. Model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas
Model rasionalitas memandang pengambil keputusan sebagai
manusiarasional, dimana mereka selalu konsisiten dalam membuat pilihan
pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu. E.F.
Harrison, 1999 (dalam dermawan 2016) menunjukkan terdapat enam langkah
dalam model rasional pengambilan keputusan. Adapun asumsi yang diberikan
untuk model rasionalitas adalah:
a. Masalah ditetapkan secara jelas dan tidak memiliki arti ganda.
b. Pengambil keputusan memiliki akses terhadap informasi yang sempurna.
c. Pengambil keputusan dapat mengidentifikasikan seluruh kriteria yang relevan
dan dapat membuat alternatif yang bisa direalisasikan.
d. Pengambil keputusan sadar akan ada konsekuensi dari setiap alternatif
pilihannnya.
e. Seluruh kriteria dan alternatif dapat dirangking guna merefleksikan setiap nilai
kepentingannya.
f. Kriteria yang bersifat khusus bernilai konstan.
g. Pengambil keputusan akan memilih alternatif solusi yang nilai kepuasannya
tertinggi.
Model pengambilan keputusan yang rasional didasarkan pada suatu
pandangan mendasar mengenai konsep optimisasi, pengambil keputusan
diasumsikanaka berlaku optinum ketika membuat keputusan. Konsep tersebut
menyatakan bahwa pemecahan masalah dilakukan dengan menghasilkan solusi
yang terbaik yang paling memungkinkan.
3. Model pengambilan keputusan menurut pandangan rasionalitas yang dibatasi
Model yang dibangun atas tesis bounded rationality berusaha
menggambarkan mengenai proses pengambilan keputusan sebenarnya yang
dijalani manajer. Langkah-langkah pengambilan keputusan dalam model Bounded
Rationality tidak terlalu jauh berbeda dengan model rasional. Perbedaan utama
terletak dari penentuan kriteria, alternatif solusi dan konsekuensi, serta sifat dari
pemilihan alternatif solusi; memuaskan organisasi bukan menhasilkan solusi
terbaik.

4. Model Pengambilan Keputusan Yang Tidak Terstruktur


Sebetulnya model pengambilan keputusan yang tidak terstruktur
merupakan model yang dikembangkan masih dalam wilayah model bounded
rationality. Model ini disebut juga. The garbage can model (model tong sampah).
Namun demikian, asumsi yang dikembangkan tidak juga berjarak dari model atas
tesis rasionalitas.
Dengan asumsi bahwa seluruh variabel peristiwa bernilai independen,
maka sebuah solusi dapat diajukan untuk sebuah masalah yang tidak ada. Dengan
kata lain empat peristiwa tersebut berinteraksi dalam cara acak/random. Hal ini
menandakan bahwa pengambilan keputusan lebih merupakan sebuah fungsi dari
peluang pertemuan (function of chance encounters) sejumlah variabel peristiwa.
Dan menurut model ini, interaksi sejumlah peristiwa tersebut dapat menjelaskan
mengapa masalah tidak harus berhubungan dengan solusi, dan mengapa solusi
yang dipilih tidak selalu menyelesaikan masalah.

KELOMPOK 5
“Strategi Pengambilan Keputusan”

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah "merupakan suatu proses pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti atau untuk
digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah". Pengambilan keputusan memilih
berbagai alternatif yang paling menguntungkan berbagai pihak yang berkepentingan.
B. Strategi Umum Pengambilan Keputusan
Menurut Oteng Sutisna (1989) (strategi pengambilan keputusan, 2012)
pengambilan keputusan dilaksanakan dengan urut-urutan proses sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
Sebelum suatu tindakan diambil, adalah perlu untuk menentukan secara
khusus masalahnya, menganalisis situasi yang ada, mengembangkan alternatif-
alternatif ini, dan memelihara rangkaian tindakan yang paling baik.
2. Analisis Situasi dan Perumusan Masalah
Analisis situasi dan perumusan masalah melibatkan suatu usaha yang
sistematis untuk menyajikan fakta, opini, ide, tentang situasi yang ada bila itu
diketahui, dan perkiraan-perkiraan tentang situasi itu bila fakta, opini, ide, itu
sukar untuk diperoleh.
3. Pengembangan dan Analisis Alternatif-alternatif
Dalam langkah ini, administrator diminta kesanggupannya untuk
mengetahui cukup banyak alternatif yang mungkin. Alternatif yang telah
dirumuskan itu kemudian di analisis, dan dinilai secara kritis atas dasar
efektifitasnya yang mungkin dalam pemecahan masalah yang telah ditetapkan.
Penggunaan diagram alir (Proses algoritma) dan program computer digunakan
dalam tahapan ini.
4. Pengambilan Keputusan
Memilih alternatif yang paling baik. Tahapan ini memerlukan
keterampilan yang sama seperti langkah pertama, yaitu pertimbangan
perbandingan alternatif-alternatif yang baik dan pilihan tindakan yang paling
dikehendaki meminta suatu pandangan filosofi dari administrator.
Berikut ini merupakan tipe-tipe strategi dalam pengambilan keputusan:
a. Delaying
b. Fatalistic
c. Compliant
d. TipeParalytic
e. Intuitive
f. Impulsive
g. Agonizing
h. Planful
C. Strategi Pengambilan Keputusan Manajerial
Alur proses pembuatan keputusan sekurangnya sebagai berikut:
1. Menentukan Masalah
Proses pembuatan keputusan diawali dengan identifikasi masalah oleh
manajer. Masalah tersebut harus yang sesungguhnya bukan rekaan. Jika masalah
tidak ditentukan secara akurat, setiap langkah pengambilan keputusan akan salah
pijakannya dan keputusan pun tidak akan menyelesaikan masalah yang
sesungguhnya.
2. Menentukan Batasan
Setiap manajer ingin membuat keputusan terbaik. Untuk itu, mereka harus
punya sumber daya yang ideal seperti informasi, waktu, personil, perlengkapan,
dan supply serta kemampuan menentukan batasan masalah. Secara realitis,
manajer beroperasi di suatu lingkungan yang normalnya tidak menyediakan
sumber daya ideal. Misalnya, mereka kekurangan anggaran atau tidak punya
informasi dan budget yang cukup.
3. Mengembangkan Alternatif Jawaban
Tekanan waktu kerap menyebabkan manajer hanya membuat keputusan
berdasar satu pertimbangan jawaban. Namun, penyelesaikan masalah yang baik
harus melalui pengujian, dan pemberian keputusan secara cepat bukanlah solusi
permanen. Sebab itu, manajer harus berpikir melalui dan menyelidiki beberapa
solusi alternatif bagi satu. masalah sebelum cepat membuat keputusan.
4. Menganalisa Setiap Alternatif
Tujuan langkah ini adalah menguji daya jawab masing-masing alternatif
jawaban. Manajer harus mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap
alternatif sebelum membuat keputusan akhir. Evaluasi atas alternatif dapat
dilakukan dengan sejumlah cara, misalnya:
a. Menentukan pro dan kontra setiap alternative
b. Melakukan analisis untung rugi atas tiap alternative
c. Mempertimbangkan feasibility (dapatkan dilakukan?), efektivitas (bisakah
menyelesaikan masalah?) dan konsekuensi (apa dampaknya secara finansial
dan non finansial bagi organisasi).
5. Memilih Alternatif
Setelah manajer memilih seluruh alternatif, ia wajib memutuskan satu
yang terbaik. Alternatif terbaik adalah yang menghasilkan banyak keuntungan dan
sedikit ruginya. Kadang, proses pemilihan dapat berlangsung cepat seperti yang
banyak pro-nya ketimbang kontra-nya.
6. Melaksanakan Keputusan
Manajer dibayar untuk membuat keputusan. Namun, sesungguhnya juga
mereka dibayar untuk memperoleh hasil dari keputusan tersebut. Hasil positif
harus mengikuti suatu keputusan. Setiap orang yang terlibat dalam pembuatan
keputusan harus tahu peran mereka masing-masing atas keputusan tersebut. Guna
memastikan pekerja paham perannya, manajer harus menggunakan program,
prosedur, aturan, atau kebijakan guna membantu mereka dalam proses pembuatan
keputusan.
7. Memastikan Sistem Kontrol dan Evaluasi Atas Keputusan
Tindak penerapan keputusan harus dimonitor. Sistem evaluasi harus
menghasilkan umpan balik seputar berapa baik keputusan diterapkan. Apa saja
hasilnya, dan penyesuaian apa yang dibutuhkan untuk beroleh hasil yang
dimaksud tatkala keputusan dibuat. Dalam rangka mengevaluasi keputusannya,
manajer perlu mengumpulkan informasi guna menentukan efektivitasnya.
D. Eight (8) Elements of Smart Choices
Smart Choices prosesnya meliputi penetapan tujuan, mengidentifikasi
permasalahan, mengembangkan dan menilai berbagai alternatif dan penerapannya,
mengendalikan dan melakukan tindakan korektif (dalam Gutosudarmo & Sudita,
2016).
1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi permasalahan
3. Mengembangkan sejumlah alternatif
4. Penilaian dan pemilihan alternatif
5. Melaksanakan keputusan
6. Evaluasi dan pengendalian
KELOMPOK 6
“Pengambilan Keputusan Strategik dan Keputusan Strategik”
A. Pengertian pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan manajer setiap saat, keputusan
yang rutin meskipun telah direncanakan dan diatur, dapat saja berubah kondisinya,
apalagi keputusan yang tidak rutin memerlukan keterampilan manajer dalam
pengambilan keputusan.
Dalam kondisi lingkungan eksternal dan sumber daya internal perusahaan
yang stabil, dan perusahaan masih kecil, pengambilan keputusan tidak perlu beresiko,
dikarenakan keputusan lima tahun lalu masih relevan dengan lima tahun mendatang,
dengan resiko yang dapat diatasi. Untuk perusahaan besar dengan sumberdaya yang
beranekaragam dan kompleks, yang berada dalam kondisi lingkungan eksternal yang
tidak menentu, pengambilan keputusan menjadi sulit dan kompleks.
Kreitner (2009:207-210) menyebutkan delapan faktor yang saling terkait yang
menjadi sumber dan berkontribusi terhadap kompleksitas untuk mengambil keputusan
manajerial saat ini, yaitu:
1. berbagi kriteria, yang terlahir dari berbagai stakeholder.
2. konsekuensi yang tidak diinginkan
3.tak terwujud, faktor-faktor seperti niat baik pelanggan, moral
karyawan,peningkatan birokrasi, dan daya tarik estetika
4. risiko dan ketidakpastian, setiap alternatif keputusan ada peluang akan
gagal, pilihan yang buruk sekalipun bisa jadi mahal
5. Implikasi jangka Panjang; keputusan besar umumnya memiliki efek riak
dengan keputusan hari ini, dan menciptakan kebutuhan untuk pengambilan
keputusan selanjutnya
6.Masukan interdisipliner; kompleksitas keputusan akan meningkat ketika
spesialis teknis seperti pengacara, advokat konsumen, penasihat pajak,
akuntan, insinyur, dan ahli prod uksi dan pemasaran bergabung dan
berkonsultasi sebelum membuat keputusan.
7. Pertimbangan nilai; keputusan yang dibuat oleh orang-orang dengan latar
belakang, per sepsi, aspirasi, dan nilai yang berbeda, proses pengambilan
keputusan akan ditandai den gan ketidaksepakatan atas apa yang benar atau
salah, baik atau buruk, dan etis atau tida k etis.
8. Konsekuensi yang tidak diinginkan; tidak dapat sepenuhnya dihilangkan
dalam dunia yan g kompleks dewasa ini. Namun, konsekuensi tersebut dapat
dimoderasi sampai batas ter tentu dengan memberikan pertimbangan yang
kreatif dan jujur saat membuat keputusan penting.
B. Teknik pengambilan keputusan strategi
Teknik dalam pengambilan keputusan ada bermacam-macam, tergantung pada
pendekatan keilmuan misalnya Matematik, Psikologi, Sosial, Teknik, dan cara data
yang dapat dikumpulkan untuk memperjelas fakta. Beberapa jenis teknik pengambilan
keputusan antara lain: Decision Tree, Analytic hierarchy process, Operation research,
Probability.
Teknik pengambilan keputusan yang banyak dikenal dan digunakan dalam
Manajemen antara lain adalah 5 langkah problem solver, terdiri dari: Identifikasi
masalahnya, alternative penyelesalan, memilih solusi, menjalankan solusi, meninjau
hasil.
C. Langkah-Langkah Proses Pengambilan Strategi
Dalam manajemen dapat dilihat bagaimana langkah proses pengambilan
keputusan strategis berikut, untuk meningkatkan efektifitas keputusan strategis:
Whelen (2014:57)
1. Mengevaluasi hasil kinerja saat ini dalam hal (a) pengembalian investasi,
profitabilitas, dan sebagainya, dan (b) misi, tujuan, strategi, dan kebijakan saat
ini.
2. Meninjau tata kelola perusahaan, yaitu kinerja dewan direksi dan manajemen
puncak perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan menilai lingkungan eksternal untuk menentukan faktor-
faktor strategis yang menimbulkan peluang dan ancaman.
4. Mengidentifikasi dan menilai lingkungan internal perusahaan untuk menentukan
faktor- faktor strategis yang merupakan kekuatan (terutama kompetensi inti) dan
kelemahan.
5. Menganalisis faktor-faktor strategis untuk (a) menunjukkan dengan tepat bidang-
bidang masalah dan (b) meninjau dan merevisi misi dan sasaran perusahaan,
sebagaimana diperlukan.
D. Keputusan Strategi
Keputusan strategis merupakan bentuk keputusanyang dilakukan dengan
menempatkan pandanganserta anaisis secara jangka panjang. Bentuk analisis tersebut
menekankan pada pandangan serta dampakyang mungkin bisa terjadi di kemudian hari
sertakondisi keputusan tersebut membawa pengaruh pada aplikasi pekerjaan yang
dilakukan. Salah satu alasan yang paling mendasar perusahaan membutuhkan
pembuatan keputusan strategis adalah ingin menempatkan posisi perusahaan
sebagaiperusahaan yang memiliki nilai kompetensi di pasar.
E. Ciri-Ciri keputusan strategis
Ciri-ciri keputusan strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi; 1997):
1. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari
aktifitas sesuatu organisasi.
2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (matching) aktifitas-aktifitas
organisasi dengan lingkungan di mana ia beroperasi.
3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas
aktifitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
4. Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan
memanfaatkan peluang karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya
menyesuaikan sumber-sumber daya keorganisasian dengan ancaman dan peluang
tersebut.
5. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi
serius terhadap sumber daya sesuatu organisasi.
6. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-
keputusan operasional
7. Strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh
nilai-nilai dan harapan-harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi
yang bersangkutan.
KELOMPOK 7
“Implementasi Keputusan Strategik”

A. Perbedaan Antara Perumusan Strategi dan Implementasi Strategi


Kalau perumusan strategi memusatkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan
entrepreneur maka implementasi itritei berfokus pada aktivitas-aktivitas administratif.
Dengan demikian keduanya berbeda. Implementasi strategi merupakan satu proses
tersendiri dan sering tidak dipandang sebagai bagian integral dari pengambilan
keputusan.
David (1989) mencoba menunjukkan perbedaan antara perumusan strategi dan
implementasi strategi antara lain sebagai berikut.
1. Kalau perumusan strategi adalah berupa persiapan dan pengerahan tenaga dan
sumber daya sebelum bertindak, implementasi strategi justru mengelola sumber
daya danberbagai kekuatan yang berkaitan dengan itu, sementara berlangsungnya
kegiatan operasional.
2. Perumusan strategi memusatkan perhatian pada efektivitas, sedangkan
implementasi strategi berfokus pada efisiensi.
3. Perumusan strategi lebih merupakan proses intelektual, sedangkan implementasi
strategi terutama berupa proses operasional.
4. Perumusan strategi membutuhkan intuisi dan keterampilan analitik, sedangkan
implementasi strategi memerlukan motivasi dan keterampilan kepemimpinan.
5. Perumusan strategi mensyaratkan koordinasi diantara beberapa individu,
sedangkan implementasi strategi mensyaratkan koordinasi di antara banyak orang.
B. Masalah Dalam Implementasi Strategi dan Penanggulangannya
Masalah yang paling sering timbul ialah jangka waktu pelaksanaan. Jangka
waktu pelaksanaan ternyata jauh lebih lama daripada yang direncanakan karena
timbulnya banyak masalah baru yang tidak diantisipasi, tidak diprediksi sebelumnya.
Sementara itu, selama kegiatan implementasi berlangsung, koordinasi tidak berjalan
secara efektif, apalagi banyak karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang
memadai untuk melaksanakan kewajibannya. Pada saat analisis SWOT dilakukan,
masalah yang berkaitan dengan fakto reksternal telah banyak dibicarakan. Namun
pada saat pelaksanaannya, faktor-faktor itu banyak sekali dilupakan dan kurang
terkontrol. Akibatnya adalah aktivitas organisasi kadang-kadang terpengaruh oleh
fakta eksternal yang tak terkendali itu sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang
diharapkan. Masalah lain yang juga sering dihadapi adalah kualitas kepemimpinan
yang kurang memadai, pengarahan dari para pimpinan unit kerja yang sering kali
kurang tepat juga, semuanya merupakan sumber rintangan dalam menyukseskan
implementasi strategi. Selain itu, monitoring atas pelaksanaan tugas sangat lemah.
Wemham (I99I) menambahkan bahwa sumber daya, apakah manusia, uang, atau
material tidak selamanya tersedia pada saat dibutuhkan. Bisa terjadi bahwa sumber
daya yang diterima tidak memadai, artinya jauh lebih sedikit daripada yang
direncanakan, atau ada unit kerjalain yang lebih diprioritaskan.
C. Kapan Implementasi Dianggap Sukses
Kunci suksesnya implementasi strategi, seperti diungkapkan oleh Thompson
dan Shickland (1992), adalah menyatukan organisasi secara total untuk mendukung
strategi dan melihat apakah setiap tugas administratif dan aktivitas dilakukan menurut
cara yang memadukan secara tepat semua persyaratan sehingga pelaksanaan dari
strategi itu dapat dinikmati. Pernyataan ini mengandung tuntutan akan perlunya
komitmen. Maka, sekali lagi, hanya dengan komitmen stratejik dari semua jalaran
pimpinan dan para pelaksana, keinginan itu dapat direalisasikan.
Suksesnya implementasi dapat dilihat dari perspektif lain, yaitu dengan
mengukur tingkat kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, dengan
petunjuk-petunjuk khusus dari para birokrat. Pandangan ini memberi tempat yang luas
kepada birokrasi dalam melaksanakan suatu strategi.
D. Korelasi Antara Perumusan Strategi dan Implementasi Strategi
Thomas Bonoma (Wheelen dan Hungea, 1990) menyebutkan bagaimana
korelasi keduanya. Pertama, yaitu pertemuan antara formulasi strategi yang tepat dan
implementasi yang ekselen, yang prima, ternyata membawa sukses. Kedua, yaifu
pertemuan antara rumusnn strategi yang kurang tepat dengan pelaksanann yang prima,
memberi kemungkinan dua hasil, yaitu selamat atau hancur. Ketiga, yaitu pertemuan
antara strategi yang rumusannya sangat tepat dengan implementasi yang buruk,
ternyata menghasilkan kesulitan karena dengan pelaksanaan yang buruk itu akan
menghambat pencapaian sasaran. Keempat, yaitu pertemuan antara dua penampilan
yang buruk, rumusan strategi yang tidak tepat diikuti dengan pelaksanaan yang buruk,
memberi hasil yang sudah dapat diramalkan, yaitu kegagalan total. Apa yang
diinginkan oleh para eksekutif, apa yang dicita-citakan oleh semua jajaran unit kerja,
tidak dapat direalisasikan.

E. Makna Implementasi Strategi Sebagai Peralihan Tanggung Jawab


Implementasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul satu
keputusan. Suatu keputusan selalu dimaksudkan untuk mencapai sasaran tertentu.
Guna merealisasikan pencapaian sasaran itu, diperlukan serangkaian aktivitas. Jadi,
dapat dikatakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi dari berbagai aktivitas
guna mencapai suatu sasaran tertentu. Fase implementasi strategi adalah fase peralihan
tanggung jawab dari CEO kepada para manajer tingkat menengah, dari kepala
eksekutif kepada kepala biro, atau kepala bagian, tergantung pada struktur dari setiap
organisasi, sampai ke setiap karyawan, setiap orang dalam organisasi. Sungguh pun
CEO maiih tetap terlibat dalam fase implementasi, porsi keterlibatannya tidak
sebanyak pada fase perumusan strategi. Seperti telah diuraikan, eselon atas bertugas
membuat kepufusan stratejik, eselon menengah membuat keputusan taktis, sedangkan
eselon bawah membuat keputusan operasional. Jadi, strategi itu dijabarkan lebih jauh
ke dalam kepingan-kepingan yang memudahkan pelaksanaannya/ dibagi kepada setiap
unit kerja sesuai tanggung jawab masing-masing, lalu kepada setiap individu sebagai
pelaksana garis depan.
F. Kebijaksanaan Strategi
Untuk menjamin bahwa strategi baru itu akan berhasil, diperlukan kebijaksanaan
organisasi yang akan menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan dalam
menyelbsaikan masalah-masalah yang timbul selama implementasi. Kebijaksanaan itu
berkaitan dengan pedoman pelaksanaan, metode kerja, prosedur, peraturan-peraturan,
formulir-formulir, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk memberikan dorongan
dan motivasi bagi karyawan dalam menyukseskan pencapaian sasaran organisasi.
Kebijaksaan itu mengatur batas-batas apa yang dapat dan yang tidak dapat dikerjakan,
tindakan-tindakan administratif mana yang boleh dan tidak boleh dijalankan. Dengan
kata lain, kebijaksanaan diperlukan untuk mencegah timbulnya tindakan independen
yang berarti memelihara ketergantungan satu pada yang lain, memperkecil keputusan-
keputusan zig- zag dan praktek-praktek yang kontradiktif.

KELOMPOK 8
“Analisis SWOT”

A. Definisi Analisis SWOT


SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Strengths (kekuatan) dan
Weaknesses (kelemahan) adalah berasal dari internal perusahaan hal-hal yang dapat di
kontrol dan dapat berubah. Contohnya termasuk siapa yang ada di tim perusahaan.
paten dan properti intelektual, dan lokasi perusahaan. Opportunities (peluang) dan
Threats (ancaman) adalah hal eksternal yang mempengaruhi bisnis atau hal-hal yang
terjadi di luar perusahaan Anda pada pasar yang lebih besar. Anda dapat
memanfaatkan peluang dan melindungi dari ancaman, tetapi Anda tidak dapat
mengubahnya. Contohnya termasuk pesaing, harga bahan baku, dan tren belanja
pelanggan. Analisis SWOT digunakan dalam melakukan analisis strategis perusahaan.
B. Faktor Eksternal dan Faktor Internal Perspektif Analisis SWOT.
 Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya Opportunities and
Threats "O and T".Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi. kondisi yang
terjadi diluar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan
perusahaan. Faktor ini mencakup lingkunganindustri "industry environment" dan
lingkungan bisnis makro "macro environment", ekonomi, politik, hukum,
tekonologi, kependudukan, dan sosial budaya.
 Faktor Internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya Strengths and Weaknesses
"S and W". Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana initurut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan "decision making" perusahaan. Faktor internal ini mencakup meliputi
semua macam manajemen fungsional, pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya
manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasimanajemen, dan budaya
perusahaan "corporate culture".
C. Tujuan Melakukan Analisis SWOT Pada Suatu Perusahaan
SWOT analysis merupakan komponen mendasar dalam perencanaan bisnis
karena menjadi alat yang bertujuan untuk:
1. Memudahkan perusahaan dalam pengambilan keputusan.
2. Menyediakan cara sistematis untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
yang memengaruhi bisnis.
3. Memberi perusahaan wawasan untuk memfokuskan pertumbuhan.
4. Menyajikan bisnis dasar yang kuat untuk mengembangkan strategi bisnis baru.
5. Membantu perusahaan melihat kompetitor dan pelanggan mereka.
6. Mengantisipasi masalah.
D. Langkah Melakukan Analisis SWOT
Dalam melakukan analisis SWOT ada beberapa langkah agar analisis tersebut
dapat berjalan dengan lancar. Berikut merupakan langkah langkah dalam melakukan
analisis SWOT:
1. Kumpulkan Orang atau Tim yang Tepat
Kumpulan orang-orang yang menjadi perwakilan tim terbaik di perusahaan
Anda. Keragaman perspektif antar tim atau departemen dalam perusahaan ini akan
sangat penting untuk membuat analisis strength, weakness, opportunities, and
threats menjadi akurat dan sukses.
Beberapa perusahaan juga dapat memilih untuk menyertakan pihak
eksternal seperti pelanggan dan stakeholders saat melakukan analisis terhadap
SWOT. Pihak eksternal ini sangat penting karena masukan mereka yang tidak
memihak dan hasilnya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi Kekuatan
Setelah Anda memilih peserta untuk melakukan analisis, langkah
berikutnya adalah melakukan brainstorming tentang kekuatan organisasi.
Kekuatan umum yang perlu dipertimbangkan termasuk inovasi, kepemimpinan,
produktivitas, dan kualitas produk atau layanan.
E. Manfaat Analisis SWOT
1. Merancang strategi bisnis yang efektif berdasarkan pemahaman yang mendalam
tentang situasi perusahaan.
2. Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan berbasis data.
3. Meningkatkan daya saing perusahaan dengan memaksimalkan kekuatan dan
mengatasi kelemahan.
4. Membantu dalam merencanakan rencana darurat dan manajemen risiko.
5. Menilai progres dan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai