Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR MANAJEMEN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION MAKING)

Dosen Pengampu:
Dr Khoirul Hikmah, SE., M.Si

Disusun Oleh :
1. Miko Dewi Hatmanti
2. Mohammad Hisyam Nawawi
3. Prihantika Septi Cahyani

PRA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia akan berhadapan dengan permasalahan. Dalam perspektif ekonomi;
pada penciptaan Tujuan, Visi, Misi organisasi ekonomi, manusia selalu
berhadapan dengan masalah mengenai “why, who, how, what, & when”, serta
pertanyaan stereotip lain. Pertanyaan yang muncul menyiratkan kehadiran
permasalahan yang harus dipecahkan, bila si pengambik keputusan hendak
mewujudkan tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, organisasi.
Dalam prosedur pemecahan permasalahan, individu akan memiliki beberapa
alternatif yang bisa dipilih. Tetapi perlu diingat bahwa setiap alternatif akan
memiliki dampaknya masing masing. Seorang individu juga diasumsikan
bahwa ia akan memilih sebuah keputusan agar dapat memaksimalkan kepuasan
pada pemenuhan keinginan secara rasional.
Mahluk yang rasional “terpaksa” mengambil keputusan yang dapat
memaksimumkan hasill karena didorong atas alasan mengenai ketersediaan
sumber daya yang terbatas. Teori kelangkaan (constraints / scarcity) akan
memaksa individu untuk menyeimbangkan perspektif antara perumusan
keputusan rasional berhadapan pada pengambilan langkah yang akan
memberikan manfaat optimal.
Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi
setiapindividu atau kelompok, hal ini sangat penting mengingat begitu
banyaknyaaktivitas yang membutuhkan pengambilan keputusan dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam membeli barang atau jasa, setiap
individu yang merupakankonsumen membutuhkan pemikiran yang matang
untuk mengambil keputusan. Salah satu aktivitas yang membutuhkan
pengambilan keputusan yang seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari adalah memilih barang untuk dibeli, proses ini dapat disebut dengan
keputusan pembelian. Keputusan pembelianadalah tindakan dari konsumen
untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembeliansuatu produk atau jasa,
terkadang konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk
yang sudah dikenal oleh masyarakat (Kotler, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengambilan keputusan (decision making)?
2. Apa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan (decision
making)?
3. Apa tipe-tipe pengambilan keputusan (decision making) ?
4. Apa teori pengambilan keputusan (decision making) ?
5. Bagaimana tahap pengambilan keputusan (decision making)?
6. Bagaimana proses pengambilan keputusan (decision making)?
7. Apa tujuan pengambilan keputusan (decision making)?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian pengambilan keputusan (decision making)
2. Memahami faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan (decision
making)
3. Memahami tipe-tipe pengambilan keputusan (decision making)
4. Memahami teori pengambilan keputusan (decision making)
5. Mengetahui tahap pengambilan keputusan (decision making)
6. Mengetahui proses pengambilan keputusan (decision making)
7. Memahami tujuan pengambilan keputusan(decision making)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Keputusan merupakan hasil pemecahan dalam suatu masalah yang harus
dihadapi dengan tegas. Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan
keputusan (Decision Making) didefinisikan sebagai pemilihan keputusan atau
kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua
alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu alternatif tidak akan
ada satu keputusan yang akan diambil.iMenurut J.Reason, Pengambilan
keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final.
G. R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin. Sedangkan Claude S. Goerge, Jr Mengatakan proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran,
kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan
diantara sejumlah alternatif.
Ahli lain yaitu Horold dan Cyril O’Donnell mengatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika
tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi
yang telah dibuat dan P. Siagian mendefinisikan pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan
data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan
hasil dari suatu perbuatan itu disebut keputusan. Pengambilan keputusan dalam
Psikologi Kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil
keputusan. Dalam kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana
ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan
dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada
saatnya membantu menjelaskan tindakan yang harus dan kapan diambil.
Pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang mana ditandai
dengan sebuah proses oleh perpindahan seseorang dari apa yang telah mereka
ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut.

B. Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan tidak dapat terlepas dari berbagai faktor-faktor yang
dapat memengaruhi keputusan yang diambil tersebut. ada beberapa faktor-
faktor yang dapat memengaruhi pengambilan keputusan, di antaranya:
1. Menurut Kotler (2003), faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan
keputusan antara lain:
- Faktor budaya, yang meliputi peran budaya, sub-budaya dan kelas
sosial;
- Faktor sosial, meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status;
- Faktor pribadi, meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri;
- Faktor psikologis, meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan
dan pendirian;
2. Menurut Dermawan (2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor penentu dalam
pengambilan keputusan terkait dengan landasan waktu:
- Masa lalu, terkait dengan pengalaman dan peristiwa masa lalu,
keinginan-keinginan masa lalu yang belum terwujud, masalah dan
tantangan yang timbul pada masa lalu dan belum terselesaikan dan juga
ketersediaan informasi mengenai sejarah;
- Masa kini, terkait perubahan lingkungan baik kondisi politik, ekonomi,
sosial dan juga budaya, adanya dorongan visi, misi, tujuan dan
keinginan yang hendak diraih, adanya pula konsep mengenai
kelangkaan dan keterbatasan;
- Masa depan, terkait adanya visi, misi dan tujuan yang hendak dicapai,
perubahan lingkungan yang akan terjadi, ketidakpastian peluang
mengenai risiko.
3. Menurut Arroba faktor-faktor tersebut di antaranya:
- Informasi mengenai permasalahan
- Tingkat pendidikan
- Personalitas
- Coping
- Budaya

C. Tipe Pengambilan Keputusan


Tipe pengambilan keputusan diklasifikasikan menjadi keputusan terprogram
dan tidak terprogram, setiap keputusan tersebut memiliki perbedaannya masing-
masing, yaitu :
1. Keputusan Terprogram
Dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin saja, tanpa ada
persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang
terkerjakan berlangsung secara baik dan stabil. Keputusan terprogram
mampu diselesaikan ditingkat lini paling rendah tanpa harus membutuhkan
masukan dari pihak middle dan top management. Jika dibutuhkan
keterlibatan middle management hanya pada pelurusan beberapa bagian
teknis. Contoh keputusan yang terprogram adalah pekerjaan yang
dilaksanakan dengan rancangan SOP (standard operation procedure) yang
sudah dibuat sedemikian rupa.
Pada dasarnya suatu keputusan yang terprogram akan dapat terlaksana
dengan baik jika memenuhi beberapa syarat, yaitu :
- Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai standar
yang diinginkan.
- Sumber informasi baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif lengkap
tersedia, serta informasi yang diterima adalah dapat dipercaya.
- Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama
keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan
- Aturan dan kondisi eksternal organisasi mendukung terlaksananya
keputusan terprogram ini hingga tuntas. Seperti peraturan dan berbagai
ketentuan lainnya tidak ikut menghalangi, bahkan sebaliknya turut
mendukung
2. Keputusan yang tidak terprogram
Keputusan yang diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah
baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat pengulangan,
tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya
(Siagian dalam Fahmi, 2013). Karena itu Griffin mendefinisikan keputusan
tidak terprogram adalah keputusan yang secara relatif tidak terstruktur dan
muncul lebih jarang daripada suatu keputusan terprogram. Pengambilan
keputusan ini lebih bersifat rumit dan membutuhkan komptensi khusus
untuk menyelesaikannya, seperti top management dan para konsultan
dengan tingkat skill yang tinggi. Contohnya : penyelesaian kasus unjuk
rasa.
No. Perbandingan Terprogram Tidak Terprogram
Rutinitas, berulang Baru, tidak berulang,
1. Karakteristik
ulang jarang terjadi
Korelasi antar
2. Terlihat jelas Sulit dicari hubungan
variabel
3. Kehadiran SOP Selalu ada Jarang ada
Teknik
Kebiasaan, tradisi, Kreatifitas, inovasi,
4. pengambilan
rutinitas intuisi
keputusan
Asumsi Bounded rationality
5. Perfectly rational man
lingkungan man
Rendah/kecil, mendekati
6. Tingkat resiko Cenderung tinggi/besar
tidak ada
7. Sifat peristiwa Mudah diramalkan Sulit diramalkan
Pandangan yang Cenderung bounded
8. Cenderung rasional
dianut rationality
Sulit dinilai dengan
9. Nilai keputusan Mendekati aturan
pasti

D. Teori Pengambilan Keputusan


Menurut Anderson (2006), terdapat tiga teori utama yang dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan, yakni Teori Rasional-
komprehensif, teori inkremental dan teori mixed scanning.

1. Teori Rasional-komprehensif, yakni teori yang mengarahkan segala


pengambilan keputusan menggunakan rasional-komprehensif dalam
menganalisa permasalahan dan alternatif yang tersedia.
2. Teori Inkremental merupakan anti-teori dari Teori Rasional-komprehensif,
teori ini menitikberatkan pada pemberian deskripsi mengenai resolusi yang
dapat diambil dalam pengambilan keputusan. Sederhananya, teori
Inkremental mencoba untuk menyesuaikan permasalahan dengan realitas
kehidupan praktis.

3. Teori Mixed Scanning merupakan integrasi antara dua teori yang berbeda,
yakni teori rasional-komprehensif dan teori inkremental. Sederhananya,
teori mixed-scanning mencoba menutupi kelemahan teori rasional-
komprehensif dengan kelebihan teori inkremental, begitu pula sebaliknya.

E. Tahap Pengambilan Keputusan


Menurut Herbert A. Simon (1977) ada beberapa tahap proses atau fase-fase
dalam pengambilan keputusan yaitu tiga fase utama : inteligensi, desain, dan
kriteria. Ia kemudian menambahkan fase keempat, yakni implementasi.
Monitoring dapat dianggap fase kelima. Akan tetapi turban dkk memandang
monitoring sebagai fase inteligensi yang diterapkan pada fase implementasi.
Model simon merupakan karakterisasi yang paling kuat dan lengkap mengenai
pengambilan keputusan rasional (Turban dkk, 2005). Berikut penjelasan dari
keempat fase simon :
1. Intelligence : Pengumpulan data dan informasi untuk identifikasi masalah.
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup
problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.
2. Design : Tahap perumusan penanggulangan dalam bentuk opsi pemecahan
permasalahan. Pada tahap ini dilakukan dengan melakukan perancangan
seperti: perancangan fitur, menu aplikasi, perancangan data, perancangan
arsitektur, perancangan interface dan perancangan prosedur.
3. Choice : Fase menyaring keputusan dari solusi alternatif – alternatif yang
tersedia. Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut
kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
4. Implementation : Tahap menjalankan pilihan keputusan dan mengevaluasi
hasil. Pada tahapan ini merupakan tahapan optional dalam pengembangan
perangkat lunak. Bagian ini terjadi ketika sistem yang di maksud telah
selesai dan mengalami perubahan ataupun permintaan penambahan fitur
dikemudian hari.

F. Proses Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dibuat berdasar proses analisis, pendenahan, dan
pensimulasian melalui berbagai perhitungan alternatif solusi yang mungkin
dilakukan. Tahap pengambilan keputusan mempunyai beberapa langkah :
1. Pemahaman dan menyatakan dasar permasalahan. Para pemimpin sering
berhadapan dengan kenyataan bahwa permasalahan yang sulit dipecahkan
atau sukar diidentifikasikan, bukan merupakan dasar dari sebuah
permasalahan. Para pemimpin dapat memahami masalah yang sedang
dihadapi dengan beberapa fase. Pertama, pemimpin secara sistematis
menguji hubungan sebab-akibat. Kedua, pemimpin menganalisis perubahan
atau penyimpangan normal sebuah permasalahan yang sedang berlangsung.
2. Pencarian dan proses data analisis yang signifikan. Setelah pemimpin
menemukan dan menyatakan masalah, pemimpin harus memformulasikan
langkah kedepan. Langkah pertama pemimpin adalah harus menetapkan data
dan informasi apa yang diperlukan dalam merumuskan keputusan yang
akurat. Langkah yang kedua adalah memastikan bahwa informasi dan data
tersebut mampu didapatkan secara tepat waktu dan relevan.
3. Pegembangan solusi alternatif. Kecenderungan dalam menerima solusi
alternatif keputusan yang feasibel akan mampu menghindarkan pemimpin
dari kegagalan dalam pencapaian dan penyelesaian yang optimal. ekspansi
sejumlah alternatif solusi membuat pemimpin secara otomatis menghalangi
kecenderungan dalam pembuatan keputusan yang tergesa-gesa, sekaligus
mengarahkan seorang pemimpn untuk merumuskan keputusan yang makin
efektif. Pemimpin harus menentukan solusi alternatif yang secara overall
mampu menyelesaikan permasalahan, walaupun pilihan tersebut bukanlah
hal ideal.
4. Evaluasi alternatif solusi. Setelah pemimpin mengemukakan sekumpulan
alternative solusi, pemimpin harus melakukan evaluasi sekumpulan alternatif
tersebuti. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai tingkat efektifitas dari
setiap alternative solusi.
5. Pemilihan alternatif solusi terbaik. Pengambila keputusan adalah hasil
pengevaluasian berbagai alternatif yang tersedia. Alternatif yang terpilih
harus didasarkan pada kemampuan pemimpin dalam menghadapi
konsekwensi yang akan terjadi setelah implementasi dari alternatif terpilih
tersebut.
6. Implementasi Keputusan. Setelah solusi terbaik terpilih, para pemimpin
harus menetapkan perencanaan untuk menghadapi berbagai potensi
permasalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan keputusan. Sejalan
dengan itu, pemimpin perlu memperhitungkan berbagai ketidakpastian dan
bahaya sebagai konsekuensi dalam sebuah keputusan. Pada langkah ini,
keputusan pemimpin juga harus mensyaratkan prosedur pelaporan
kemajuaan secara periodik serta menyusun tindakan preventif apabila timbul
penyimpanggan dari implementasi keputusan.
7. Evaluasi perolehan keputusan. Implementasi evaluasi keputusan harus
diawasi secara periodik. pemimpin akan melakukan penilaian apakah
implementasi telah dilakukan secara baik dan keputusan membuahkan hasil
yang ditargetkan
G. Tujuan dan Asumsi Pengambilan Keputusan
Tujuan terwujudnya perspektif pengambilan keputusan ialah mendukung
pembangunan sebuah kondisi yang mampu memaksimumkan harapan. Jika
kejadian yang diharapkan belum / tidak terwujud, maka muncullah masalah
atau resiko. Teori pengambilan keputusan mencoba untuk meminimasi resiko
yang mungkin muncul, dimana kelak harus dihadapi oleh pemimpin yang
merumuskan keputusan.
Asumsi disusun untuk penyederhaan kerumitan dalam teori dan model yang
digunakan. Jika pemimpin ingin merepresentasikan hal yang eksplisit dalam
definisi permasalahan, maka syarat asumsi harus terpenuhi sebagai “tolak ukur”
dalam mewujudkan pemaksimalan kepuasan dan harapan, sekaligus untuk
meminimasi resiko.
Dalam mengambil sebuah keputusan, ditemukan sejumlah asumsi yang patut
dipenuhi agar implementasi keputusan memberikan dampak yang diinginkan:
1. Keputusan wajib diambil dengan rasional!
2. Keputusan diimplementasikan untuk pengoptimalan hasil.
3. Keputusan berawal dari definisi dan menyatakan masalah.
4. Pengambilan keputusan merumuskan sebuah target yang lengkap.
5. Pencarian data dan informasi yang relevan dalam usaha menghasilkan
beberapa kriteria.
6. Kriteria yang dirumuskan dipergunakan dalam melahirkan beberapa
solusi alternatif
7. Menimbang kecocokan setiap kriteria bersama setiap solusi alternatif
8. Skoring untuk setiap alternatif solusi
9. Memilih solusi alternatif dengan skor terbesar
10. Keputusan dihasilkan melalui mekanisme yang sistematis
H. Konsep Pengambilan Keputusan
Ilmu pengambilan keputusan adalah sebuah filosofi dan metode analisis
yang bersinggungan dengan sejumlah penyatuan pemikiran berbeda, yang
disimpulkan secara ilmiah dan sistematis, diperuntukkan untuk membantu
pengambil keputusan dalam memilah satu solusi terbaik dari sejumlah solusi
alternatif yang tersedia dimana akan mengarahkan pada hasil peristiwa yang
mungkin bisa berbeda.
Ilmu pengambilan keputusan bisa diterapkan dalam kondisi kepastian,
ketidakpastian, atau beresiko. Keputusan pada kondisi kepastian
menggambarkan bahwa setiap solusi keputusan yang dirumuskan akan
mengarah hanya pada sebuah konsekwensi. Keputusan pada kondisi kepastian
memiliki atribut yang sederhana, menggambarkan rangkaian yang teratur dan
eksplisit dari konsekwensi. Pengambil keputusan / pemimpin umumnyanya
akan mengambil alternatif solusi yang mengandung nilai manfaat yang paling
besar tanpa harus menimbang konsekwensi yang mungkin terjadi.
Pada kondisi ketidakpastian atau / dan beresiko, ilmu pengambilan
keputusan menyajikan dua pendekatan strategi.
Strategi pertama disebut game theory, dimana strategi ini akan
mengeksploitasi lebih dalam mengenai kriteria solusi yang diupayakan dalam
perspektif yang lebih lebar dengan menggunakan asumsi teori permainan (max
– min rule) dalam Linier Programming, Assignment Method, Transportation
Method, dll.
Strategi kedua adalah menanggulangi atau mengeliminasi prosentase
ketidakpastian sehingga pengambilan keputusan akan menghasilkan bahaya
yang lebih moderat dengan mengembangkan penilaian tingkat probabilitas
secara subyektif.
Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita simpulkan beberapa kriteria dasar
yang melandasi ilmu dan metode pengambilan keputusan. Kriteria dasar
tersebut adalah:
1. Decision Maker
Pada kamus Bahasa Indonesia, definsi dari Decision Maker ialah perumus
atau pembuat atau pengambil keputusan. Decision Maker adalah pihak yang
memiliki wewenang dalam merumuskan dan menentukan pillihan final dari
beberapa solusi alternatif. Umumnya wewenang ini dimiliki oleh personil
setingkat manajer / pemimpin. Decision Maker harus berperilaku atas kesadaran
rasional dalam memilih sebuah alternatif, serta bersiap untuk menanggung
akibat yang timbul dalam implementasi alternatif tersebut.
2. Objective
Dalam ilmu pengambilan keputusan, sasaran merupakan hal yang ingin
dicapai atau diraih oleh si pembuat keputusan. Sasaran dapat dipecah dalam
kategori kriteria: umum, spesifik, abstrak, kurang penting, penting, dll. Seorang
pemimpin bisa saja mempunyai beberapa tujuan sekaligus (multiple objectives).
3. Constraints
Dalam mewujudkan tujuan, sang pembuatan keputusan akan berhadapan
dengan beberapa pembatas. Batasan adalah sejumlah faktor peristiwa yang
bermula pada lingkungan intenal dan eksternal, yang menghambat individu
dalam melaksanakan implementasi. Variabel ini mencerminkan bahwa
sejumlah sasaran yang ingin diwujudkan bisa saja tidak tercapai.
4. Uncertainty
Masa depan dari kegiatan bisnis dipenuhi oleh unsur ketidakpastian.
Ketidakpastian adalah peristiwa dimana saat terdapat unknown elemen berada
pada satu kategori asumsi. Ilmu pengambilan keputusan memiliki metode untuk
meramalkan elemen peristiwa yang berpotensi muncul di masa depan. Saat
pengambil keputusan melaksanakan mekanisme pengambilan keputusan secara
benar, prosentase ketidakpastian diharap akan berkurang.
5. Risk
Resiko adalah kesenjangan atau gap antara kejadian yang diinginkan terjadi
dengan kejadian yang terealisasi. kesenjangan ini merupakan pertanda adanya
disparitas atau penyimpangan atas kejadian yang telah direncanakan dengan
kejadian yang telah terjadi di lapangan.
6. Utility
Nilai kegunaan diperkenalkan di ilmu Ekonomi yang diibaratkan atas
kemampuan produk dan jasa dalam memenuhi keinginan manusia. Dalam ilmu
pengambilan keputusan, pemimpin harus mengambil alternatif solusi yang
memuat nilai kegunaan yang paling besar. Preferensi pemimpin dalam
memandang dan mengambil nilai kegunaan akan dipengaruhi oleh sudut
pandangnya dalam menghadapi resiko.
7. Alternative
Alternatif adalah sebuah konjungsi tindakan yang memiliki sifat yang dapat
saling menggantikan (mutually exclusive) terkait pada peraihan tujuan. Hal ini
bermakna jika alternatif A digunakan, dipastikan bahwa alternatif B tidak bisa
dipilih.
8. Consequences
Konsekuensi / imbas merupakan dampak yang muncul dari beberapa
tindakan yang diimplementasi oleh pengambil keputusan. Manfaat adalah
imbas positif dihasilkan oleh beberapa tindakan. Semakin tinggi konsekuensi
positif didapat, maka semakin rendah konsekuensi negatif (tingkat bahaya,
beban biaya, dll) yang akan diterima. Dalam konsep pengambilan keputusan,
perangangan pohon keputusan mampu menggambarkan secara mendetail
mengenai imbas yang terjadi, baik positif maupun negatif, atas sebuah kejadian.
9. Criterion
Kriteria ialah peraturan baku atas pemeringkatan solusi alternatif mengikuti
tingkat prioritas pemimpin. Kriteria jua menandakan peletakan urutan dari
solusi alternatif yang paling diinginkan. Secara akal sehat, kriteria menunjukan
peringkat tindakan yang diperlukan agar implementasi pengambilan keputusan
berhasil dengan baik.
10. Value
Nilai / skor akan dikaitkan dengan besaran pengembalian yang akan
diterima. Terdapat korelasi garis lurus terkait konsep optimalisasi dengan skor.
Semakin tinggi preferensi atau pandangan pemimpin terhadap sebuah solusi
alternatif, maka akan semakin besar harapan / tingkat optimasi atas konsekuensi
keberhasilan. skor pada pengambilan keputusan diilustrasikan dalam bagian
skala, dipergunakan untuk pengukuran persepsi serta perilaku si pengambil
keputusan pada penentuan pemecahan permasalahan dan penetapan alternatif
solusi optimal.
11. Model
Model adalah sebuah kumpulan proposisi / rumus yang memberikan ilustrasi
sederhana mengenai elemen atau aspek peristiwa pada kehidupan bisnis. Model
adalah cerminan sederhana mengenai realitas, yang dituangkan dalam bentuk
tabel, grafik, atau skema. Sejumlah model pada ilmu sosial dapat dimanfaatkan
dalam membantu mekanisme penentuan solusi alternatif terbaik:
 Model Formal; memperlihatkan hubungan antar sejumlah fenomena yang
diobservasi. Cth: tabel & grafik ekonomi, rumus & diagram matematis.
 Model Dinamis; digunakan untuk mengilustrasikan elemen dinamis serta
selalu berubah pada sebuah sistem. Misal: variabel penggajian terhadap
tingkat produktifitas pegawai.
 Model Korelasional; sebuah model yang mencerminkan hubungan timbal
balik antar kejadian yang dicermati, dimana sebuah elemen yang diberikan
skor secara tegas akan sanggup mempengaruhi elemen lain dalam sistem.
 Model Peramalan; dipergunakan dalam peramalan peristiwa yang diinginkan
akan terjadi di kedepan. Pendekatan statistik dan matematik digunakan
sebagai pondasi dalam model forecasting. Dll.
BAB III
KESIMPULAN

1. Pengambilan Keputusan ialah proses memutuskan sesuatu dengan melalui


pertimbangan dari berbagai alternatif yang tersedia.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan ialah faktor budaya,


sosial, pribadi, psikologis dan waktu.

3. Tipe pengambilan keputusan ialah pengambilan keputusan terprogram dan non-


terprogram.

4. Terdapat tiga teori pengambilan keputusan, yakni Teori Rasional-Komprehensif,


Teori Inkremental dan Teori Mixed-Scanning.

5. Tahapan pengambilan keputusan ialah identifikasi, analisa, pemilihan dan


evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga


Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), hlm 185

Reason, James. 1990. Human Eror. Ashgate. ISBN 1-84014-104-2

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan keputusan dan Sistem Informasi. (Jakarta : Bumi
Aksara), hlm 5

Anderson, D. R. dkk. 1997. Manajemen Sains Pendekatan Kuantitatif untuk


Pengambilan Keputusan Manajemen.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima, keyword “keputusan”

Dermawan, R. (2004). Pengambilan Keputusan: Landasan Filosofis, Konsep, dan


Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1987). Organisasi dan


Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Penerbit Erlangga.

Simon, H. A. (2013). Administrative behavior. Simon and Schuster.

Terry, G. R., & Smith, J. (1990). Prinsip-prinsip manajemen. Bumi Aksara.

Dagun, M. Save. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga


Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), hlm 185

Anda mungkin juga menyukai