Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI


PENDIDIKAN
Sebagai Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
Dosen Pengampu

Dr. H. Zainuddin Al Haj, Lc., M. Pd.1

Dr. H. Suhadi Winoto,B,A; M.Pd

Oleh:

NABILA HASANAH NIM: 213206010010

MAULANA AKROM NIM: 213206010019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat dan
salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Insan
Kamil dan suri tauladan bagi umat Islam yang selalu menjadi contoh bagi kita sebagai umat
Islam. Penyelesaian makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Perilaku Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam di Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shiddiq Jember. Penulis menyadari
bahwasannya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan bimbingan dari
Bapak Dr. H. Zainudi Al Haj, Lc., M. Pd.1 dan Bapak Dr. H. Suhadi Winoto,B,A; M.Pd
selama proses perkuliahan akan menjadi acuan perbaikan supaya makalah ini menjadi layak
untuk dikaji.

Jember, 31 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………...

KATA PFENGANTAR…………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... …….

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan .................................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengmbilan Keputusan…………………………………………………

B. Pengambilan Keputusan Pendidikan…………………………………...

C. Model Dan Gaya Pengambilan Keputusan Pendidikan………………..

D. Model Dan Gaya Pengambilan Keputusan Pendidikan Dalam Islam…

E. Fenomena Kecenderungan Pengambilan Keputusan Pendidikan………

BAB III PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputusan (decision) adalah suatu pilihan (choice), yaitu pilihan dari
dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama
dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei
melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan
sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai
tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan
Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label
pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu
seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan
bijaksana. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah
kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi
setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan
dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam
pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan,
keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan
mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan
perubahan (Hill,1979). Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam
dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-
cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya
(Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk
suksesnya pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan
kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap
pengambilan keputusan. Keefektifan organisasi seringkali menuntut
implementasi perubahan. Hampir semua organisasi selalu memperkenalkan
perubahan-perubahan kecil yang adaptif.
Organisasi yang menghadapi perubahan lingkungan yang cepat
mencari fleksibilitas dalam struktur mereka. Perubahan pada dasarnya
menuntut fleksibilitas, inovasi, dan tanggapan yang cepat. Saat ini, telah
banyak kita temukan berbagai perubahan yang dilakukan oleh sebuah
organisasi demi bertahan di lingkungannya dan mewujudkan tujuan-tujuan
tertentu yang diharapkan akan membuat organisasi tersebut bisa terus
bertahan menghadapi persaingan yang kian kentara di tengah majunya
zaman.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian pengambilan keputusan?

2. Apakah Pengertian pengambilan keputusan pendidikan?

3. Bagaimana Model dan gaya pengambilan keputusan pendidikan?

4. Bagaimana Model dan gaya pengambilan keputusan dalam islam?

5. Apa saja Fenomena kecenderungan pengambilan keputusan pendidikan?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian pengambilan keputusan

2. Untuk Mengetahui Pengertian pengambilan keputusan pendidikan

3. Untuk Mengetahui Model dan gaya pengambilan keputusan pendidikan

4. Untuk Mengetahui Model dan gaya pengambilan keputusan dalam islam

5. Untuk Mengetahui Fenomena kecenderungan pengambilan keputusan


pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan

Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan


sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Dee Ann Gullies (1996), Pengambilan keputusan sebagai suatu proses
kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat
dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta
ketelitian yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai
tindakan. Berbeda dengan hal tersebut, Drumond menyatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu usaha penciptaan kejadian-kejadian
dan pembentukan masa depan (Syafaruddin 2004). Pendapat Drumond ini
lebih berorientasi kepada pengambilan keputusan yang bukan semata-mata
memecahkan masalah yang ada, tetapi berorientasi pada perubahan, atau
mengambil keputusan untuk membuat perubahan.

Setiap proses pengambilan keputusan merupakan suatu sistem


tindakan karena ada beberapa komponen di dalamnya. Menurut Prayudi
(dalam Syafaruddin 2004), kerangka kerja yang ada di dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:

1. posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan.

2. problema, yaitu penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan


direncanakan atau dituju.

3. situasi si pengambil keputusan itu berada.

4. kondisi si pengambil keputusan.

5. tujuan, yaitu apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan


keputusan.

Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni (Dermawan 2004).


Pengambilan keputusan disebut seni karena kegiatan tersebut selalu
dihadapkan pada karakteristik dan keunikan sendiri, dan tidak seorangpun
yang memutuskan sesuatu dengan cara yang persis sama dengan orang lain.

Pengambilan keputusan sebagai sebuah seni tidak dapat ”dipelajari”,


tetapi cita rasa, nuansa dan kualitas seni tersebut sangat dipengaruhi oleh
kualitas atau karakter pengambil keputusan. Untuk dapat sampai kepada
tahapan pengambilan keputusan sebagai seni, pengalaman dan ilmu tentang
pengambilan keputusan memegang peranan yang penting. Pengambilan
keputusan merupakan ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah cara,
metode, atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur, dan terarah.
Pendekatan atau langkah-langkah dikatakan sistematis karena terdapatnya
sejumlah langkah atau tahapan yang jelas dalam menjawab sebuah masalah.
Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang
dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah.

Pengambilan keputusan sebagai ilmu yang menerapkan sejumlah


pendekatan penelitian ilmiah (scientific research approach) dalam bentuk
teknik-teknik pengambilan keputusan atas dasar perhitungan matematis atau
statistik. Dimana paradigma ini berangkat dari gaya pemikiran rasional
empiris yang berkembang sejalan dengan semakin besarnya pengaruh
pandangan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan keputusan
sebagai ilmu juga menandakan bahwa kajian tersebut bisa dipelajari oleh
siapa saja. Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan
untuk memudahkan manusia dalam menetukan keputusan terbaik untuk
meraih tujuan yang diinginkan, terutama tujuan kelompok atau organIsasi,
dan ilmu pengetahuan merupakan landasan utama dalam menentukan pilihan,
memilih alternatif solusi terbaik atas masalah atau tantangan.
B. Pengambilan Keputusan Pendidikan
Hadari Nawani mengutarakan bahwa sebuah organisasi itu akan terlihat
ada dan berfungsi, jika pemimpinnya memiliki sebuah kemampuan dalam
mengambil keputusan sekaligus memberikan perintah kepada para anggotanya
untuk melaksanakan keputusan tersebut sesuai dengan tugas, fungsi dan
kemampuannya disertai dengan tanggung jawab.1Sesuai dengan pendapat
Hadari Nawawi maka, seorang pemimpin akan terlihat eksistensi atau
keberadaannya dapat diteropong dari kebijakan atau kemampuannya dalam
mengambil sebuah keputusan. Ini menjadi penting jika memang benar-benar
seseorang ingin menjadi pemimpin yang baik.
Pengambilan sebuah keputusan yang memang tidak diprogramkan, atau
sering disebut Non-programmed decesion, pengambilan sebuah keputusan ini
diambil oleh seorang pimpinan biasanya diambil berdasarkan permasalahan
yang diketahui tidak begitu jelas atau ill-structured problem atau informasi
yang didapatkan kurang sesuai dengan yang diharapkan2.
Sebuah lembaga pendidikan apapun, perlu seorang pemimpin. Kepala
sekolah adalah merupakan pemimpin dari lembaga pendidikan terebut. Di

1
Hadari Nawawi, Kepemimpinan..., 55-56.
2
Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), 57-58.
dalam lembaga pendidikan, seorang pemimpin mempunyai sebuah kegiatan
bersama dengan anggota-anggotanya. Sebelum melaksanakan kegiatan yang
dilaksanakannya, maka kepala sekolah harus mengambil sebuah keputusan
yang mampu membawa kemajuan lembaga pendidikan tersebut, selain
kemampuan memimpin lembaga pendidikan, maka kepala sekolah perlu
mempunyai kemampuan mengambil keputusan sebagai salah satu syarat
sebelum melaksanakan tindakan. Pengambilan keputusan selain sebagai
sebuah kemampuan, juga bisa dimakanai dengan seni yang harus terus
dipupuk dan ditumbuhkembangkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam mengambil sebuah keputusan, menurut Ety Roharty adalah berikut di
bawah ini:
1. Sebaiknya ketika mengambil keputusan, janganlah hanya secara
kebetulan.
2. Keputusan akan lebih baik jika diambil dengan hati-hati, tidak sembrono.
3. Sebelum mengambil keputusan, pahamilah masalahnya. Sehingga
seoprang pemimpin mampu menguasai permasalahan tersebut.
4. Mengambil keputusan jangan hanya didasarkan pada sesuatu yang
sedang viral atau sedang menjadi trend setter di masyarakat saat itu juga,
biasanya ini tanpa pertimbangan yang matang.
5. Sediakan beberapa jawaban alternatif dalam mengambil sebuah
keputusan.3
Keberlangsungan lembaga pendidikan ini sangat dipengaruhi oleh
pemimpinnya ketika mengambil sebuah keputusan, dalam hal ini adalah
kepala sekolah. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus
memperhatikan bagaimana keberlangsungan lembaga pendidikannya agar
tetap eksis. Bagaimana pengikut dan anggotanya dalam bersikap sehari-hari,
baik ketika berada di sekolah atau pun berada di luar sekolah, kondisi
semacam ini sangat dipengaruhi dari bagaimana sikap kepala sekolah dalam
mencari solusi dari setiap masalah, dan akhirnya mengambil sebuah
keputusan. Untuk itu, bagaimana agar optimalisasi seluruh organ atau unsur
yang ada di lembaga pendidikan ini mampu bekerjasama dengan baik sesuai
dengan bidangnya masing-masing, maka kepala sekolah harus mampu
memberikan alternatif-alternatif jawaban tertentu dalam peningkatan lembaga
pendidikannya.
C. Model dan Gaya Pengambilan Keputusan Pendidikan
3
Ety Rohaety, Sistem Informasi Manajemen..., 157
Pengambilan keputusan adalah pemilihan dua alternatif atau lebih.
Pengambilan keputusan perlu dilakukan karena adanya perbedaan antara
harapan atau tujuan dengan hasil yang dicapai. Dengan adanya sebuah model
dalam pengambilan keputusan, hal tersebut bias menjadi sebuah sandaran.
Model adalah percontohan yang mengandung unsur yang bersifat
penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pada dasarnya terdapat dua
cara untuk melakukan penilaian keputusan:
1. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis, yaitu melihat hasil
yang dicapai. Jika hasil yang dicapai sesuai dengan harapan dan
keinginan, keputusan yang diambil dapat dikatakan sebagai keputusan
yang baik, dan sebaliknya. Secara pragmatis, beberapa tolok ukur
tambahan yang dapat dan biasa digunakan dalam menilai tepat tidaknya
suatu keputusan antara lain: a. Mutu keputusan yang diambil dalam arti
penggabungan yang tepat antara rasionalitas dan kreativitas oleh
pengambil keputusan. b. Dipertimbangkannya berbagai alternatif yang
wajar dan relevan untuk dipertimbangkan. c. Tersedianya informasi
yang relevan, mutakhir, dapat dipercaya dan lengkap serta digunakan
sebgai dasar untuk melakukan analisis yang diperlukan. d. Pemanfaatan
yang ekonomis dari berbagai sumber daya, dana, dan tenaga dalam
proses pengambilan keputusan. e. Akseptabilitas keputusan yang
diambil oleh mereka yang diharapkan akan menjalankan keputusan
tersebut dan oleh mereka yang akan terkena oleh keputusan yang
diambil.
2. Menggunakan pendekatan yang sifatnya prosedural. Dalam hal ini yang
dinalai adalah proses tau tata cara yang digunakan dalam pengambilan
keputusan. Cara inilah yang menyangkut model dan teknik pengambilan
keputusan. Yang dilakukan ialah meniali suatu keputusan baik atau
tidak berdasarkan cara yang ditempuh untuk menjatuhkan piihan.
Apabila seorang pengambil keputusan telah mengidentifikasikan dan
mempertimbangkan semua alternatif yang secara sadar dibatasi, dan
telah melalui semua langkah dalam proses pengambilan keputusan, serta
menerima konsekuensi tindakan yang diambil, proses pengambilan
keputusan demikian dapat dipandang sebagai proses yang tuntas.
Ada beberapa model dan teknik pengambilan keputusan : 1. Model
Optimasi Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh
hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan,
norma-norma serta kebijaksanaan organisasi berperan penting dalam
menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil terbaik yang mungkin
dicapai itu. Menurut Rainey (1991) rasionalitas memiliki arti dan dimensi yang
bermacam-macam, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial rasionalitas itu meliputi
komponen-komponen sebagai berikut: a. Para pembuat keputusan mengetahui
secara jelas tujuan-tujuannya secara relevan. b. Pembuat keputusan
mengetahui dengan jelas kriteria untuk menilai tujuan-tujuan itu dan dapat
menyususn peringkat dari tujuan-tujuan tersebut. c. Mereka memeriksa semua
alternatif untuk mencapai tujuan mereka. d. Mereka memilih alternatif yang
paling efisien untuk memaksimalkan pencapaian tujuan. Langkah-Langkah
Dalam Model Optimasi Setiap keputusan yang diambil itu merupakan
perwujudan kebijakan yang telah digariskan.
Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada
hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Menurut Maulana
(2010) Proses pengambilan keputusan meliputi : 1. Lakukan kebutuhan akan
suatu keputusan 2. Menentukan kriteria yang diputuskan 3. Menentukan
kriteria yang berbobot 4. Mengembangkan alternatif 5. Menilai beberapa
alternatif 6. Memilih alternatif Menyusun alternatif dengan memperhitungkan
untung rugi untuk setiap alternatif dengan mempertimbangkan/
memperhitungkan/ memperkirakan kemungkinan timbulnya macam macam
kejadian yang akan datang yang merupakan dampak dari kejadian terhadap
alternatif yang dirumuskan. Akan didapat keputusan optimal, karena
setidaknya telah memperhitungkan semua fakta yang berkaitan dengan
keputusan tersebut (memaksimalkan hasil keputusan).
Model pengambilan keputusan memang beraneka ragam, namun perlu
diperhatikan bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk
mengatasi semua jenis situasi problematik yang dihadapi oleh organisasi.
Karena itu kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para pengambil
keputusan ialah memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan
menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi. Alasan mengapa para
pengambil keputusan cenderung memilih model pengambilan keputusan yang
sederhana ialah karena mereka tidak bisa tidak harus mempertimbangkan
berbagai faktor intern, terutama nilai-nilai organisasional yang dianut dan
berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para manajer yang lebih
tinggi kedudukannya
D. Model dan Gaya Pengambilan Keputusan dalam Islam
Makna dari pengambilan sebuah keputusan merupakan kemampuan
memilih, kemudian menentukan satu pilihan alternatif dari beberapa alternatif
yang telah disajikan, sehingga menganggapkan alternatif yang dipilih
merupakan sebuah alternatif yang paling tepat. Keputusan pada prinsipnya
bersifat tidak kaku, atau fleksibel, bersifat analitis dan boleh jadi
memungkinkan untuk dilaksanakan dengan sokongan sumber daya baik SDM
maupun SDA dan sarana dan prasarana yang memadai.
Dalam mengambil sebuah keputusan, di dasarkan pada beberapa
macam hal, tergantung dari kondisi dan situasi yang dihadapinya. Bisa
berdaarakn rasio maupun berdasarkan perasaan sebab rasa simpatinya sangat
tinggi. Selain dua hal tersebut, individualitas seorang pemimpin juga sangat
mempengaruhi dalam pengambilan sebuah keputusan. Iqbal Hasan dan Ibnu
Syamsi mengutarakan dasardasar pengambilan sebuah keputusan sebagaimana
dikutip dari George R. Terry, sebagai berikut:4
1. Berdasarkan Intuisi, intuisi mempunyai kelebihan dalam sebuah pengambila
keputusan:
1) Hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat, 2) Jika keputusan yang
pengaruhnya hanya berpengaruh pada batas-batas tertentu, pengambilan
keputusan ini akan seperti pengambilan keputusan seperti pada umumnya.
3) Peran pengambil keputusan dalam situasi ini sangatlah penting bagi
sebuah organisasi. Sementara itu, kelemahannya adalah sebagai berikut: 1)
Biasanya keputusan ini kurang begitu baik hasilnya, 2) Keabsahan dan
kebenaranya sulit diukur, sebab dalam pengambilan pembandingnya rlatif
tidak mudah, 3) Seringkalinya mengabaikan dasar-dasar pengambilan
keputusan yang lainnya.
2) Berdasarkan pengalaman; bagi pengetahuan praktis, keputusan melalui
pengalaman ini memberikan manfaat yang baik, sebab sebuah pengalaman
dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan seseorang meski
sesorang hanya melihat sepintas saja masalahnya, sehingga dia bisa
mendapatkan penyelesaiannya.
3) Berdasarkan fakta; fakta ini memberikan sebuah pengaruh yang sangat
tinggi terhadap keyakinan seseorang dalam sebuah pengambilan keputusan,
dengan sebuah fakta seseorang akan dengan mudah percaya dan lapang
terhadap sebuah keputusan, keputusan ini bisanya bersifat solid, sehat, dan
baik.
4) Berdasarkan wewenang, sebuah wewenang mempunyai kelebihan: 1)
Mayoritas yang menerima kepuusan ini adalah pada level bawahan, terlepas

4
Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 16-1
bawahan tersebut menerima keputusan ini secara terpaksa atau secara
sukarela, 2) keputusan ini mampu bertahan dalam waktu yang lama, 3)
Mempunyai tingkat otensitas yang tinggi. Sementara itu kelemahannya
adalah sebagai berikut: 1) Dapat menjadi sebuah kebiasaan, 2) Hampir
mirip seperti diktator, 3) Seringkali permasalahan yang dipecahkan dan
mendapat solusi, sebaliknya malah menimbulkan semacam kekaburan.
5) Berdasarkan rasional, berdasaran rasional ini, keputusan terdapat beragam
hal, a) Kekaburan dan keraguan masalah tidak akan ditemukan, karena
masalahnya begitu jelas didentifikasi, b) Berpandangan pada orientasi
tujuan sekaligus pemaknaan tujuan yang akan dituju. C) Mempunyai
alternatif yang jelas, sebab pengetahuan akan sebuah alternatif diketahui
konsekuensi dan jenisnya, sesuai kriteria ini maka alternatif bisa diurutkan
didasarakan pada prioritas, sebab referensi yang didapatkan jelas.
Dalam Islam pengambilan keputusan ini menurut Hadari Nawawi,
bahwa sifatnya ada yang apriori dan apostriori. Hal ini menurut Hadari
Nawawi dalam catatannya mncakup empat hal penting, yaitu: a) Al-Qur’an, b)
As-Sunnah, c) Ijma’ dan d) Qiyas.10
Sementara itu, menurut Premeaux dan Mondy, bahwa bagi seorang
pemimpin atau manajer dia perlu memahami sebuah langkah-langkah dalam
mengambil sebuah keputusan, ada 5 langkah dalam mengambil sebuah
keputusan menurut dua tokoh di atas, :1) Adanya identifikasi permsalahan
ataupun peluang, 2) Membuat beberapa alternatif pilihan, 3) kemudian,
alternatif itu dievaluasi, 4) Mempunyai dan mengaplikasikan sebuah alternatif,
dan 5) Mengavaluasi seuah alternatif pada tahap kedua.11

E. Fenomena Kecenderungan Pengambilan Keputusan Pendidikan


Kenyataan yang dihadapi di zaman dekade sekarang ini, keputusan
yang diambil dapat dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah organisasi.
Hal ini terjadi di dalam menentukan keputusan (konsensus) atau disebut dengan
mufakat atau berdasarkan keputusan terbanyak/voting. Memang, secara
efektivitas waktu, hal ini akan menghabiskan banyak waktu, akan tetapi
hasilnya akan sangat bagus, keputusan semacam ini bisa tercapai tatkala:
1. Debat bisa diminimalisir, bahkan bisa dihindari antar anggota yang hadir.
2. Sebuah opini yang berbeda, adanya pemikiran, dan ramalan serta
pandangan biasanya dianggap sebagai hambatan, justru bahkan seharusnya
dianggap sebagai penolong dalam memberikan kontribusi dalam
menentukan sebuah keputusan.
3. Semua anggota mempunya hak yang sama untuk menyampaikan pendapat,
dan kewajibannya pun sama, yaitu mendengarkan pendapat orang lain.
4. Dalam menghindari sebuah perbedaan, tidak terlalu cepat.
5. Semua anggota memilik kewajiban dalam hal memonitor semua proses dan
ikut memberikan sebuah produk.
6. Mengkolaborasikan antara perasan, logika dan informasi.5

5
Ety Rohaety, Sistem Informasi Manajemen..., 157
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Pemgambilan keputusan merupakan proses memilih sejumlah alternatif penting
bagi pemimpin, karena proses pengambilan keputusan mempunyai peran penting
dalam memotivasi kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan perubahan perusahaan
yang dilakukan oleh seorang pemimpin pada perusahaan yang dia pimpin.
Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai proses memilih dari berbagai
alternatif untuk memecahkan masalah dalam rangka pencapaian tujuan sebuah
perusahaan.
Pemimpin adalah seseorang yang melaksanakan beberapa hal yang benar.
manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan sesuatu secara benar.
Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam
setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil
tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga jika
seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak dapat
menjadi pemimpin.
Pengambilan keputusan yang efektif perlu dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam sebuah perusahaan. Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin harus
memperhatikan berbagai aspek, misalnya perlu memperhatikan situasi dan kondisi,
memperhatikan berbagai model, gaya, proses dan tidak kalah pentingnya perlu
memperhatikan metode serta tahapan-tahapan secara sistematis. Sebab proses
pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses memilih dari berbagai alternatif.
Pengambilan keputusan yang efektif dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas perusahaan yang dalam implementasinya bisa melalui variabel perantara
yaitu meningkatnya kinerja, semangat, kreativitas dari karyawan-karyawan yang
dipimpinnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ety Rohaety. Sistem Informasi Manajemen...,
Hadari Nawawi. Kepemimpinan...
Ibnu Syamsi. 2000 Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi Jakarta: Bumi
Aksara.
Syafaruddin. 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Jakarta: PT. Ciputat Press

Anda mungkin juga menyukai