Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI

Tentang

“PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI”

Dosen Pembimbing:

Eci Sriwahyuni, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Zahra Kurnia Lillah 2314030067

Annisa Ainurrahmah HM 2314030064

Fadila Kurnianti 2314030083

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM - C

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1445 H /2024 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang maha agung, maha kasih dan penyayang
kepada segenap mahkluknya. Sehingga dengan rahmat dan izinnya penulis bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, teladan sepanjang
zaman yang telah membawa umat manusia kepada jalan yang benar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah. Selain untuk menyelesaikan tugas makalah,
tujuan saya dalam penulisan makalah ini adalah untuk mempersentasikan materi ini dengan
jelas dan dapat dipahami.

Kami menyadari kemampuan kami sebagai mahasiswa yang pengetahuannya masih


belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan ada kritik dan
saran yang positif agar makalah ini menjadi baik dan berguna dimasa depan.

Padang, 01 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Jenis-Jenis Keputusan............................................................................................3
B. Model Pengambilan Keputusan.............................................................................4
C. Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan..............................................8
D. Pengambilan Keputusan Kelompok.....................................................................10
E. Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok............................................13

BAB III PENUTUP........................................................................................................16

A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan merupakan proses kecil biasanya disatukan di bawah
multitingkat, dengan keputusan-keputusan yang lebih keputusan-keputusan yang lebih
besar, dan keputusan- keputusan itu sendiri merupakan bagian dari proyek kelompok
yang lebih besar (McGrath dan Tschan, 2004). “Setiap keputusan akan melibatkan
serangkaian aktivitas dan pilihan yang dikelompokkan di bawah lingkup yang lebih
luas, alih-alih pilihan tunggal sederhana” (Poole dan Hirokawa, 1996). Selain itu,
sering kali satu keputusan akan sulit dipahami tanpa mempertimbangkan isu-isu yang
lebih besar dan keputusan-keputusan sebelumnya, juga tanpa menghadapi batasbatas
isu-isu besar yang relatif kabur (Tracy dan Standerfer, 2002).

Drommond (1985) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan usaha


penciptaan kejadian-kejadian dan pembentukan masa depan (peristiwa-peristiwa pada
saat pemilihan dan sesudahnya). Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses pada saat sejumlah langkah yang harus dilakukan
dengan pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua alternatif yang
ada.

Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010) pengambilan keputusan adalah


proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan
melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan. Kedua, pengambilan keputusan
adalah proses yang melibatkan lebih dari sekadar pilihan akhir dari antara alternatif.
Ketiga, “hasil yang diinginkan” yang disebutkan dalam definisi melibatkan tujuan
atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan terlibat
dalam mencapai keputusan akhir. Sementara Menurut Terry G. R. (2004)
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku tertentu dari dua atau
lebih alternatif yang ada.

Tujuan pengambilan keputusan adalah untuk menyelesaikan masalah atau


setidak- tidaknya dapat mempersempit/memperkecil masalah, di dalam rangka
pengambilan keputusan, maka pertama-tama yang harus ditentukan adalah Penentuan
Tujuan, baik tujuan yang bersifat keharusan maupun tujuan yang bersifat keinginan.
1
Tujuan keharusan merupakan tujuan mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap alternatif
yang ada

2
tanpa kecuali. Karena itu keharusan bisa digunakan untuk sortasi awal terhadap
alternatif-alternatif yang ada.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Jenis-Jenis Keputusan?
2. Bagaimana Model Pengambilan Keputusan?
3. Bagaimana Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan?
4. Bagaimana Pengambilan Keputusan Kelompok?
5. Bagaimana Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Keputusan.
2. Untuk mengetahui Model Pengambilan Keputusan.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan.
4. Untuk mengetahui Pengambilan Keputusan Kelompok.
5. Untuk mengetahui Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Keputusan
Untuk mengambil sebuah keputusan dapat didasari dari berbagai hal.
Pengambilan keputusan dapat dilihat dari pribadi yang melakukannya dapat dibagi
menjadi dua yaitu keputusan bersifat individual dan keputusan yang bersifat
kelompok (Apriliani et al, 2015). Keputusan yang bersifat individual merupakan
sebuah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin secara sendiri
sedangkan keputusan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang melalui
musyawarah dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang dilakukan
secara berkelompok dapat dibagi menjadi pemgambilan keputusan oleh sekelompok
pemimpin, sekelompok orang bersama pemimpin dan sekelompok orang mempunyai
kedudukanyang sama.

Pengambilan keputusan yang dilakukan secara berkelompok memiliki beberapa


kebaikan yaitu keputusan yang diambil dapat dilakukan dengan cepat tanpa harus
menunggu persetujuan dari anggota lainnya, mengurangi terjadinya selang pendapat
dan memungkinkan menghindari kesalahan dalam mengambil keputusan (Sitanggang
and Sibagariang, 2019) Namun disisi lainnya pengambilan keputusan secara
kelompok juga memiliki kelemahan yaitu meskipun pemimpin memiliki kelebihan
namun mereka juga memiliki keterbatasan yang memungkinkan terjadi nya kesalahan
dalam mengambil keputusan (Anwar, 2014). Selain itu apabila terjadi kesalahan
dalam mengambil keputusan akan menjadi beban bagi pemimpin di lembaga
pendidikan tersebut.

Jenis-jenis keputusan dapat disusun berdasarkan berbagai sudut pandang dan


secara garis besar dikenal tiga jenis keputusan yaitu:

1. Keputusan berdasarkan tingkat keputusan Pada umumnya sebuah lembaga


memiliki hirarki manajemen. Secara klasik hierarki ini terbagi atas 3 tingkatan
yaitu: manajemen puncak, manajemen menengah dan manajemen tingkat bawah.
2. Keputusan yang berdasarkan regularitas Keputusan yang dikemukakan oleh
Simon (1995) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Pengambilan keputusan terprogram

4
Pengambilan keputusan yang bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan cara
penannggulangan telah ditentukan untuk penyelesaikan masalah melalui:
prosedur (serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus
diikuti oleh pengambil keputusan), aturan (ketentuan yang mengatur yang
harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh pengambil kebijakan),
kebijakan (pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan),
b. Pengambilan keputusan tidak terprogram:
Pengambilan keputusan yang bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang tidak berstuktur.
3. Keputusan berdasarkan lingkungan
Keputusan ini dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti,
b. Pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko,
c. Pengambilan keputusan dalam kondisi tidak pasti,
d. Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik.

B. Model Pengambilan Keputusan


Model-model awal dari pengambilan keputusan menggambarkan sebuah
pengambilan keputusan sebagai sebuah proses rasional dimana semua manajer yang
tahu akan hal itu mampu menggunakan pengambilan keputusan yang memungkinkan
sebuah organisasi menyamakan lingkungannya di mana mereka beroperasi. Model-
model terbaru memperkenalkan bahwa pengambilan keputusan adalah sebuah proses
tidak pasti yang diturunkan dimana para manajer meneri solusi-solusi yang mungkin
atau tidak mengarah pada hasil yang baik bagi para pemegang saham organisasi.

1. Model Rasional

Menurut model rasional, pengambilan keputusan adalah sebuah proses langsung,


proses tiga tahap.

a. Para manajer mengidentifikasikan masalah yang butuh untuk dipecahkan. Para


manajer dari organisasi yang efektif, misalnya, menggunakan sejumlah besar
waktu untuk menganalisa semua aspek dari lingkungan organisasi yang umum dan
khusus untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi atau masalah yang memerlukan
tindakan baru. Untuk mencapai sebuah organisasi yang baik, yang bagus

5
antara sebuah

6
organisasi dan lingkungannya, mereka harus menganalisa lingkungannya dan
mengenali kesempatan-kesempatan atau ancamannya pada masa sekarang.
b. Para manajer secara individu dan kolektif terus merancang dan mengembangkan
sebuah daftar solusi alternatif dan rangkaian tindakan terhadap masalah yang
mereka identifikasikan. Mereka mempelajari cara- cara untuk mengeksploitasi
ketrampilan organisasi dan sumber daya untuk menanggapi kesempatan dan
ancaman.
c. Para manajer membandingkan konsekuensi-konsekuensi dari masing-masing
alternatif dan memutuskan rangkaian tindakan mana yang menawarkan solusi
terbaik untuk masalah yang telah mereka identifikasikan.

Model rasional mengabaikan kemenduaan, ketidakpastian, dan kekacauan yang


secara khusus mengganggu pengambilan keputusan. Para peneliti telah mengkritik
sebagai ketidakrealistisan atau kesederhanaan dari tiga asumsi model rasional berikut;

1) Asumsi bahwa pengambilan keputusan mempunyai semua informasi yang


mereka perlukan
2) Asumsi bahwa pengambilan keputusan adalah pintar, dan
3) Asumsi bahwa pengambilan keputusan setuju tentang apa yang perlu untuk
dilakukan.

Model rasional mengabaikan fakta bahwa pembuatan keputusan organisasi selalu


terjadi di tengah-tengah ketidakpastian, yang memiliki baik sebuah kesempatan
maupun sebuah ancaman bagi sebuah organisasi.

2. Informasi dan Ketidakpastian

Asumsi bahwa para manajer menyadari tentang semua alternatif rangkaian


tindakan dan konsekuensi mereka adalah tidak realstis. Untuk asumsi ini menjadi
valid, para manajer akan memerlukan akses untuk semua informasi penting guna
membuat keputusan, dan akan mengumpulkan informasi tentang setiap situasi yang
mungkin dapat ditanggapi organisasi, dan akan membutuhkan pengetahuan akurat
tentang kesamaan masing-masing kejadian situasi. Jelasnya, pengumpulan semua
informasi ini akan sangat mahal, dan biaya-biaya informasi tersebut diasosiasikan
dengan model ini akan menjadi lebih dari biasanya.

7
Asumsi tersebut yang mungkin untuk mengumpulkan semua informasi yang
diperlukan untuk membuat keputusan terbaik juga tidak realistis. Karena
lingkungannya menurunkan ketidakpastian, setiap alternatif rangkaian tindakan dari
konsekuensinya tidak dapat diketahui Selanjutnya, hanya jika mungkin untuk
mengumpulkan informasi guna menghilangkan semua ketidakpastian, biaya-biaya
untuk pelaksanaan tersebut begitu besar, atau lebih besar daripada beberapa
keuntungan potensial organisasi yang dapat terbuat dari kumpulan alternatif terbaik.
Kemudian tidak ada yang akan dicapai dari informasi tersebut.

3. Kemampuan Manajerial

Model rasional berasumsi bahwa para manajer memiliki kemampuan intelektual


tidak hanya untuk mengevaluasi semua pilihan alternatif yang mungkin tapi juga
untuk memilih solusi terbaiknya. Dalam kenyataannya, para manajer memiliki hanya
sebuah kemampuan terbatas untuk mengolah informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan dan sebagian besar tidak memiliki waktu bertindak sebagaimana
yang diinginkan model rasional. Intelegensi dibutuhkan untuk membuat sebuah
keputusan menurut model rasional akan melampaui kemampuan mental manajer dan
keperluan ketenagakerjaan sejumlah manajer yang besar. Model rasional
mengabaikan biaya manajerial tingkat tinggi.

4. Preferensi dan Nilai-nilai

Model rasional berasumsi bahwa para manajer berbeda mempunyai preferensi dan
nilai yang sama dan bahwa mereka akan menggunakan aturan-aturan yang sama untuk
memutuskan alternatif terbaiknya. Model tersebut juga berasumsi bahwa para manajer
setuju tentang apa saja tujuan-tujuan organisasi yang paling penting, Asumsi
persetujuan ini tidak realistis. Dalam bab sebelumnya, kita membahas bagaimana para
manajer dalam fungsi-fungsi berbeda nampaknya memiliki orientasi subunit berbeda
yang mengarahkan mereka untuk membuat keputusan yang membantu minat-minat
mereka diatas fungsi-fungsi lain, pemegang saham yang lain, atau organisasi secara
keseluruhan.

Gaya atau model pengambilan keputusan pemimpin berkaitan dengan tipe


seorang pemimpin. Pemimpin yang otoriter akan mengambil keputusan secara
otoriter. Ada tiga tipe kepemimpinan seorang pemimpin, yaitu tipe normatif, tipe
personal, dan tipe transaksional (Gaol, 2017). Tipe normatif merupakan tipe yang

8
mengansumsikan

9
sebuah tujuan akan dicapai dengan cepat apabila disesuaikan dengan tujuan-tujuan
yang telah digariskan (Hidayati, 2014). Sebuah pencapaian tujuan akan tercapai
apabila disesuaikan dengan garis organisasi dibandingkan mengandalkan orang-orang
tertentu. Selain itu efektivitas organisasi akan lebih menonjol dibandingkan dengan
efesiensi waktu. Selanjutnya, Tipe personal merupakan tipe yang mengansumsikan
bahwa keterlibatan individu lebih dibutuhkan dari pada keterlibatan organisasi dalam
pencapaian tujuan. Artinya bahwa baik maupun buruknya pencapaian tujuan lebih
ditentukan oleh keterlibatan individu dari pada keterlibatan organisasi. Selanjutnya
tipe transaksional (Daswati, 2012). Tipe transaksional merupakan sebuah tipe yang
digunakan sementara yang bertujuan untuk menggapai gaya lain yang disesuaiakan
dengan situasi dan kondisi (Budiwibowo, 2016). Artinya pada tipe ini gaya
kepemimpinan disesuaikan dengan kebutuhan. Ketiga tipe ini memiliki kelemahan
dan kelebihan masing-masing sehingga pemimpin dapat memilih tipe manakah yang
sesuai untuk diterapkan dilembaga pendidikannya. Berdasarkan penjabaran perbedaan
antara kebijakan dan pengambilan keputusan, jenis pengambilan keputusan, tahapan
pengambilan keputusan serta gaya dan model pengambilan keputusan diharapakan
pimpinan lembaga pendidikan mampu untuk mengambil kebijakan yang tepat untuk
lembaga yang dipimpin.

Model yang dikemukakan Barry Collins dan Harold Guetzkow menggambarkan


bahwa suatu kelompok kerja (task group) berhadapan dengan dua jenis rintangan atau
hambatan sebagai faktor masukan yaitu rintangan kerja (task obstacles) dan rintangan
antarpersonal (interpersonal obstacles) (Littlejohn & Foss, 2009). Rintangan kerja
adalah kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam kelompok di dalam melaksanakan
tugas seperti perencanaan dalam pekerjaan, persetujuan mengenai kebijakan-
kebijakan, saran-saran yang diperlukan dalam pemecahan masalah, dan alternatif-
alternatif yang diambil dalam pengambilan keputusan.

Sedangkan rintangan atau hambatan antar personal yang meliputi kebutuhan


untuk membuat gagasan atau ide yang dapat dengan jelas dipahami oleh anggota
kelompok, menyikapi berbagai masalah, kebutuhan untuk mengatasi konflik,
mengatur perbedaan dan sebagainya yang berhubungan dengan komunikasi secara
interpersonal. Dengan demikian setiap kelompok kerja dan anggotanya harus secara
serempak mengatasi hambatan tugas dan hambatan interpersonal.

10
Kedua jenis perilaku ini merupakan unsur penting dalam peningkatan
produktivitas kelompok dan setiap analisis yang dilakukan di dalam membahas
masalah kelompok harus membahas kedua unsur tersebut. Jika perilaku kerja dan
perilaku antarpersonal ini dipadukan secara efektif, maka akan dihasilkan efek
gabungan, yaitu suatu hasil kerja atau produk yang lebih baik dari pada hasil masing-
masing individu (Morissan, 2013).

Gaya dalam pengambilan keputusan menurut Stephen Robbins (2006), adalah:

a. Gaya mengarahkan (directive style) adalah gaya pengambilan keputusan yang


dicirikan oleh toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan cara berpikir
yang rasional.
b. Gaya analitis (analytic style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan berpikir rasional.
c. Gaya konseptual (Conceptual style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan cara berpikir
intuitif.
d. Gaya perilaku (Behavioral style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang rendah dan cara berpikir
intuitif.

Sebuah model yang dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard yang mendukung
gaya kepemimpinan partisipatif itu sendiri. Hersey dan Blanchard dalam Thoha
(2001) didasarkan pada saling berhubungnya hal-hal berikut:

a. Jumlah petunjuk dan pengarahan dari pimpinan


b. Jumlah dukungan sosioemosional dari pimpinan
c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut dalam melaksanakan tugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.

C. Pengaruh Perilaku Dalam Pengambilan Keputusan


Penggunaan teori kontijensi sering digunakan oleh para penelitian terdahulu yang
bertujuan untuk menggunakan informasi akuntansi sebagai alat untuk menentukan
suatu keputusan. Teori kontinjensi adalah teori kontinjensi ini merupakan teori yang
melandaskan tentang hubungan penggunaan informasi akuntansi dengan keperilakuan

11
yang terjadi di dalam suatu organisasi atau suatu usaha, yang menyebabkan terjadinya
penilaian mengenai studi mana yang benar dan tidak dalam menghasilkan suatu
keputusan.

Berdasarkan teori kontinjensi perilaku dari setiap organisasi atau perusahaan


sangat memengaruhi adanya suatu keputusan berorganisasi, dalam penggunaan teori
kontinjensi ini sangat memengaruhi kelangsungan organisasi dalam suatu organisasi
karena teori ini sangat berkaitan dengan penerapan informasi yang dibutuhkan bagi
setiap kelompok yang ingin mendapatkan suatu keputusan yang pasti dan dapat
digunakan dengan baik, tentunya teori ini juga menekankan pengaruh perilaku dari
seseorang juga dapat memengaruhi keputusan dalam pembuatan pelaporan yang
menggunakan sistem informasi yang diterima.

Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan Organisasi,


Sebagai mana yang telah dipaparkan oleh Usman, Husaini (2013 : 312), bahwa
kemajuan suatu organisasi dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam mengambil
keputusan yang menghasilkan adanya suatu sistem pengambilan keputusan dapat
membantu proses pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan sehingga
bisa dilakukan proses perhitungan yang lebih efektif dan efesien.

Kepribadian adalah keseluruhan bentuk atau cara di mana seorang individu


bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain (Robbins, 2008). Sedangkan menurut
Allport, 1941, kepribadian adalah dinamika organisasi dalam sistem psychophysical
antarindividu yang menentukan perubahan dalam lingkungannya.

Kepribadian membentuk perilaku setiap individu. Apabila kita ingin memahami


dengan lebih baik perilaku seseorang dalam organisasi akan sangat berguna jika kita
mengetahui kepribadiannya. Kepribadian merupakan cara seseorang bereaksi dan
berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian dibentuk oleh berbagai faktor, antara lain
faktor keturunan (genetika) dan faktor lingkungan.

Sifat kepribadian utama yang bisa memengaruhi perilaku keorganisasian antara


lain sebagai berikut:

1. Evaluasi inti diri, meliputi: harga diri, lokus kendali (locus of control), in- ternal,
dan eksternal.

12
2. Machiavellianisme, intinya berkaitan dengan cara mendapatkan dan
menggunakan kekuasaan. Seseorang yang memiliki tipe ini cenderung pragmatis,
mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada
proses.
3. Narsisme, seseorang dengan tipe ini kecenderungan menjadi arogan.
4. Pemantauan diri, yaitu kemampuan seseorang individu untuk menye- suaikan
perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal.
5. Pengambilan risiko, yaitu keberanian seseorang mengambil risiko atas keputusan-
keputusannya.
6. Kepribadian tipe A, keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus menerus
untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit. Sebaliknya,
kepribadian tipe B jarang tergoda oleh keinginan untuk men- dapatkan sejumlah
hal yang terus meningkat. (Robbins, 2007)

D. Pengambilan Keputusan Kelompok


Pengambilan keputusan kelompok (group decision making) merupakan konsep
yang rumit. Kebanyakan buku teks komunikasi kelompok mendefinisikan
pengambilan keputusan secara relatif sempit sebagai proses mengevaluasi dan
memilih di antara alternatif-alternatif (Beebe dan Masterson, 2006; Keyton, 2002),
menyisihkan istilah penyelesaian masalah (problem solving) untuk proses multi tahap
komprehensif yang dimulai dengan suatu masalah dan berakhir dengan pemilihan
sebuah solusi. Untuk keperluan tinjauan ini, kami mengambil pandangan yang lebih
komprehensif dan merujuk kepada seluruh proses dari pengidentifikasian masalah
sampai perencanaan implementasi sebagai pengambilan keputusan. Semua aktivitas
berikut ini dapat digolongkan ke dalam lingkup istilah pengambilan keputusan yang
akan digunakan yaitu: perumusan masalah, analisis masalah, pengembangan kriteria,
pengembangan solusi, evaluasi dan seleksi solusi, serta perencanaan implementasi.

Tujuan teori fungsi pengambilan keputusan kelompok ialah memahami penyebab


sebagian kelompok lebih berhasil atau lebih efektif daripada kelompok lainnya. Teori
tersebut berupaya menjelaskan, memprediksikan, dan memperbaiki pengambilan
keputusan kelompok dengan memusatkan perhatian kepada komunikasi yang
mendahului pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok (Hirokawa, 1983).
Perspektif fungsi mengambil pendekatan normatif untuk menguraikan dan

13
memprediksikan kinerja kelompok berdasarkan fungsi-fungsi masukan atau proses
(Hollingshead, Wittenbaum, Paulus, Hirokawa, Ancona, Peterson, Jehn, dan Yoon,
2005).

Keputusan dalam organisasi dapat dibuat dengan cara sebagai berikut.

1. Rasionalitas yang dibatasi (bounded rationality).


Membuat berbagai model sederhana yang menggali fitur dasar dari masalah tanpa
mendapatkan semua kerumitannya. Kemudian individu bisa berperilaku secara
rasional dalam batas-batas model yang sederhana tersebut. Dengan berasumsi
bahwa sebuah masalah memiliki lebih dari satu solusi potensial, pilihan yang
minimum adalah yang dapat diterima dan yang pertama kali ditemui oleh
pembuat keputusan.
2. Intuisi Pembacaan keputusan yang intuitif (intuitive decision making)
Adalah sebuah proses tidak sadar yang berasal dari pengalaman yang disaring.
Proses ini tidak selalu terlepas dari analisis rasional. Sebaliknya, keduanya saling
melingkapi dan yang penting, intuisi bisa menjadi suatu kekuatan yang sangat
kuat dalam pembuatan keputusan.

Menurut David W. Johnson di dalam buku Badeni (2013: 116), mengatakan


bahwa banyak penelitian yang menunjukkan pengambilan keputusan kelompok lebih
baik dalam suatu organisasi jika di bandingkan dengan pengambilan keputusan secara
individu. Alasannya adalah:

a. Proses kelompok menimbulkan proses again atau proses baru.


Artinya di dalam kelompok terdiri dari beberapa orang yang berbeda pemikiran
ketika berdiskusi tentang suatu hal, maka masing masing orang akan
menimbulkan ide baru yang mungkin saja ide seseorang tersebut belum
terfikirkan oleh orang lain. Yang kita alami sering kali ketika orang lain telah
mengungkapkan idenya, kita juga ikut terangsang untuk memunculkan ide baru.
b. Memperbaiki kesalahan orang lain
Contohnya saja ketika kita rapat membuat suatu kegiatan, masing masing orang
menyampaikan gagasannya yang mana mungkin dari gagasan tersebut adanya
kelemahan dan keunggulan masing masing. Akan tetapi, kelemahan bisa ditutupi
oleh keunggulan keunggulan yang di sampaikan, itulah fungsinya kelompok.
c. Memiliki lebih banyak informasi

14
Pengambilan keputusan di dalam kelompok kan tujuannya untuk
menyempurnakan ide ide tanpa adanya diskriminasi dari orang tertentu. oleh
karenanya, ide yang di sampaikan tersebut dapat menambah ataupun memperkaya
informasi dalam kelompok.
d. Meningkatkan motivasi berprestasi
Berkumpulnya seseorang dalam suatu kelompok, berpengaruh untuk menjadi
dorongan untuk memikirkan yang terbaik untuk kelompoknya dalam hal ini tidak
lagi mengedepankan pribadi tetapi lebih pada kelompok.
e. Dapat mengubah sikap dan perilaku anggota
Pola pikir dan perilaku erat di pengaruhi dengan apa yang di lihat dan yang ia
dengar di linggkungannya. Kelompok tidak mugkin hanya bergaul dengan
anggota kelompoknya saja tetapi setiap individu berinteraksi dengan anggota
kelompok lain. Maka cara bersikap individu tersebut dapat menjadi cermin untuk
orang lain.kelompok juga dapat memaksakan seseorang untuk berperilaku atau
bersikap tertentu sehingga sikap dan perilaku individu itu bisa berubah. Akan
tetapi Stephen Robbins dalam buku Badeni, mengatakan bahwa kelompok bukan
segala galanya dalam pengambilan keputusan karena prose kelompok juga dapat
memakan waktu banyak, mendorong terjadi tekanan pada anggota untuk memiliki
pemikiran yang sama, dapat di dominasi oleh beberapa anggota, dan tanggung
jawab yang pecah atau tidak jelas.

Menurut Mesiono (2012) ada pertimbangan pertimbangan dalam memutuskan


pembuatan keputusan secara kelompok. Apabila kelompok itu berperan dalam
pengambilan keputusan, maka setidaknya dimulai dengan memberikan wewenang dan
tanggung jawab kepada bawahan. Pengambilan keputusan yang efektif menuntut agar
semua pendapat ditanggapi dengan serius, karenanya seorang manajer perlu
memastikan bahwa bawahan dalam kelompok ikut menyumbangkan ide dan semua
ide perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Begitu juga yang telah diungkapkan
Drummond dalam buku Mesiono menjelaskan bahwa manajer atau pemimpin
hendaknya:

1) Menghindari perbedaan setatus.


2) Memastikan anggota kelompok senior menunda pendapat sampai orang lain
selesai berbicara.
3) Meminta pendapat secara teratur dari setiap anggota.

15
4) Menunjukkan bahwa anda mendukung kelompok muda.

Teori fungsi mengajukan model masukan-proses-keluaran (input-process-output,


IPO) yang berfokus pada fungsi-fungsi instrumental komunikasi dalam pengambilan
keputusan. Dalam riset fungsi pengambilan keputusan awal terdentifikasi tiga tipe
komunikasi yang berlangsung di dalam kelompok (Gouran dan Hirokawa, 1986):
Komunikasi promotif memajukan kelompok ke arah penyelesaian tugasnya,
komunikasi disruptif mengalihkan perhatian kelompok atau menimbulkan penghalang
untuk menyelesaikan tugas, dan komunikasi pengamanan (counter-active) mengganti
fokus kelompok termasuk perilaku yang diambil anggota-anggota kelompok untuk
mengembalikan kelompok kepada jalurnya.

Teori fungsi pengambilan keputusan kelompok didasarkan pada beberapa asumsi


(Gouran dan Hirokawa, 1996). Pertama, kelompok diorientasikan kepada tugas,
kelompok, atau tujuan emosional sosial. Kedua, perilaku dan kinerja kelompok
berubah-ubah dan dapat dievaluasi. Ketiga, proses interaksi memiliki kemanfaatan
dan dapat diregulasi. Terakhir, faktor internal dan faktor eksternal memengaruhi
kinerja kelompok lewat interaksi. Asumsiasumsi tersebut mewarnai lima fungsi syarat
berikut ini yang sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan yang memuaskan
(Hirokawa, 1988; Hollingshead et al, 2005; Orlitzky dan Hirokawa, 2001):

1. Membangun pemahaman tentang situasi masalah (analisis masalah)


2. Mencapai pemahaman tentang syarat-syarat pilihan yang bisa diterima
(menentukan kriteria evaluasi)
3. Membuat kisaran alternatif yang realistis dan bisa diterima (menghasilkan solusi-
solusi alternatif)
4. Menilai kualitas positif pilihan-pilihan alternatif (evaluasi konsekuensi-
konsekuensi positif sebuah solusi)
5. Menilai kualitas negatif pilihan-pilihan alternatif (evaluasi konsekuensi-
konsekuensi positif sebuah solusi)

E. Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok


Keputusan dilakukan dengan cara membuat anatomi sebuah pohon yang terdiri
dari titik dan cabang. Penilaian kejadian dimulai dari titik dengan melewati cabang,
setiap

16
cabang mengambarkan kemungkinan keberhasilan sebuah kejadian. Semakin besar
kemungkinan keberhasilannnya akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan.

Adapun teknik pengambilan keputusan yang lainnya antara lain adalah:

1. Teknik Partisipatif

Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan gaya kemimpinan


demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku, Sebagai teknik
pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau kelompok dalam
proses.

2. Teknik pengambilan Keputusan Kelompok


Teknik pengambilan keputusan kelompok membantu pimpinan untuk mengambil
keputusan lebih efektif.
3. Teknik Delphi

Teknik Delphi pertama kali dikembangan kurang lebih tahun 1950 an. Teknik
tersebut baru dipopulerkan akhirkahir ini yaitu awal tahun 2000-an sebagai teknik
pengambilan keputusan kelompok untuk prediksi jangka panjang.

4. Teknik Kelompok Nominal

Dalam pengambilan keputusan teknik pendekatan kelompok nominal


dikembangkan menjadi teknik khusus.

Teknik Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan


dengan pengumpulan fakta. Berbagai teknik dapat digunakan untuk mengumpulkan
informasi mengenai suatu masalah, tetapi dapat juga dengan menggantungkan diri
pada para ahli atau konsultan. Cara apa pun dipakai, tidak ada yang murni objektif,
tetapi selalu mengandung unsur bias pada pihak pembuat keputusan karena tergantung
pada nilai keputusan dan pada penerimaan informasi tertentu sebagai fakta.

Teknik pengambilan keputusan yang diperkenalkan di dalam berbagai literatur


cukup bervariasi tetapi pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu
teknik tradisional dan teknik modern. Untuk setiap klasifikasi keputusan yang sudah
dijelaskan terdahulu, dapat digunakan teknik-teknik yang berbeda sebagaimana
dirangkumkan oleh McGrew sebagai berikut.

1. Keputusan terprogram:

17
Tradisional:
a. Kebiasaan;
b. Pekerjaan rutin sehari-hari; prosedur operasional yang baku;
c. Struktur organisasi; ada harapan bersama; melalui perumusan sub-sub tujuan;
dengan menggunakan saluran informasi yang terumus dengan jelas.

Modern:

a. Riset operasional; analisis matematik; model-model; simulasi komputer;


b. Proses data elektronik.
2. Keputusan tidak terprogram:
Tradisional:
a. Heuristic, yaitu mendorong seseorang untuk mencari dan menemukan sendiri
intuisi, kreativitas;
b. Rule of thumbs, yaitu suatu prosedur praktis yang tidak menjamin
penyelesaian optimal;
c. Dengan seleksi dan latihan bagi para eksekutif.

Modern:

a. Menyelenggarakan pelatihan bagi para pengambil keputusan;


b. Dengan menciptakan program-program komputer.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
adalah proses membuat pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan perilaku
organisasi harus menunjukkan hasil yang rasional. Rasionalisasi yang paling sering
digunakan dalam pengambilan keputusan adalah bahwa kesesuaian antara tujuan
dengan rencana yang telah disusun.

Pengambilan keputusan juga bisa dipandang sebagai proses memilih dari


berbagai alternatif untuk memecahkan masalah dalam rangka pencapaian tujuan
sebuah perusahaan. Tujuan pengambilan keputusan adalah untuk menyelesaikan
masalah atau setidak-tidaknya dapat memperkecil masalah. Dalam mengambil sebuah
keputusan diperlukan ketepatan dalam menganalisis masalah, menetapkan tujuan,
mengidentifikasi alternatif yang ada, dan mengevaluasinya.

Pengambilan keputusan kelompok lebih baik dalam suatu organisasi jika di


bandingkan dengan pengambilan keputusan secara individu. Pengambilan keputusan
yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah-masalah
yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang akan
memberikan kepuasan.

Pengambilan keputusan yang efektif dapat berpengaruh terhadap peningkatan


kualitas perusahaan yang dalam implementasinya bisa melalui variabel perantara
yaitu meningkatnya kinerja, semangat, kreativitas dari karyawan-karyawan yang
dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan sering sekali terjadi kesulitan-kesulitan ,
rintangan atau tantangan yang ditemui dalam kelompok di dalam melaksanakan tugas
seperti perencanaan dalam pekerjaan.

B. Saran
Keterbatasan penyusun dalam menyusun makalah, membuat hal-hal yang kurang
dalam penyusunan, dan yakin masih banyak hal yang belum penyusun temukan

19
sehingga pembahasan makalah ini menjadi kurang mendalam. Oleh karena nya
penyusun menyarankan agar pembaca melebarkan wawasannya lagi tentang hal-hal
yang berkenaan dengan pembahasan pada makalah ini, dengan menemukan dan
membaca langsung referensi-referensi yang berkaitan dengan hal tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA
Rheza, Pratama. (2020). Pengantar Manajemen. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Dicky, Wisnu. (2019). Teori Organisasi Stuktur dan Desain. Malang: UMM Press
J. Salusu. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
Charle,dkk. (2021). Pengambilan Keputusan Kelompok: Handbook Komunikasi Ilmu. Nusa
Media
Hakim, B Firdayanti, dkk. (2021). Persepsi, Pengambilan Keputusan, Konsep diri dan Values.
Vol.1, No.1
Putra Eka Bayu. (2019). Implementasi Teknik Pengambilan Keputusan Untuk
Mengembangkan Mutu Pendidikan di Sekolah. Artikel Pengambilan Keputusan.
Universitas Negeri Padang
Faturahman Mukhamad Burhanudin. (2018). Kepemimpinan Dalam Budaya Organisasi,
Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan. Vol.10, No.1
Hayati Fitri. (2021). Lembaga Pendidikan: Kebijakan dan Pengambilan Keputusan, Jurnal
Riset Tindakan Indonesia. Vol.6, No.1
Pramiswari Anggi Ayu Dewa & Dharmadiaksa Bagus Ida. (2017). Pengaruh E-Commerce
Dan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Untuk
Berwirausaha, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.20, No.1
Lipursari Anastasia. (2013). Peran Sistem Manajemen (SIM) Dalam Pengambilan Keputusan,
Jurnal STIE Semarang. Vol.5, No.1
Irawan Dede & Venus Antar. (2016). Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Kantor Keluarga Berencana Jakarta Barat, Jurnal Kajian
Komunikasi, Vol.4, No.2
Badeni. (2013). Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta.
Ahmad Sudiro. (2018). Perilaku Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Giraldi Enggar Dimas & Maulana Izat. Artikel Peranan Gaya Kepemimpinan Dan
Pengambilan Keputusan Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Di PT. Kinara
Gilang Semesta, Universitas Narotama

Anda mungkin juga menyukai