Dosen pengampuh:
Oleh: Kelompok 5
Muhajir (241422115)
Kesimpulan.................................................................................................................... 29
Saran ..............................................................................................................................30
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu
dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Kebutuhan yang searah. Faktor ini
dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau
pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. Pengalaman dan
ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi
perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada
waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi
dan mengingat. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-
elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya
dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah Ukuran
dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.
Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak. Akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu
yang lain akan banyak menarik perhatian. Intensitas dan kekuatan dari stimulus.
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. Motion atau gerakan.
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang dia.
Pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan baik (A. Alimudin,
2017). Namun juga terdapat pengambilan keputusan yang tidak terprogram.
Pengambilan keputusan tidak terprogram ialah pengambilan keputusan yang
problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem belum tersedia
atau sedikit,peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar untuk membuat keputusan
yang belum ada (Wirawan, 2014).
Gaya dalam pengambilan keputusan menurut Stephen Robbins (2006), adalah: (1)
gaya mengarahkan (directive style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan cara berpikir yang
rasional, (2) gaya analitis (analytic style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan berpikir rasional, (3)
gaya konseptual (Conceptual style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan cara berpikir intuitif, (4)
gaya perilaku (Behavioral style) adalah gaya pengambilan keputusan yang dicirikan
oleh toleransi terhadap ambiguitas yang rendah dan cara berpikir intuitif
Era globalisasi saat ini sumber daya manusia merupakan aspek penting dalam
pencapaian suatu tujuan. Setiap organisasi atau perusahaan menjamin dipilihnya
sumber daya manusia yang tepat dengan pekerjaan serta kondisi yang memungkinkan
mereka bekerja optimal (Darmawan, 2003). Lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan dan penegakkan hukum harus
menciptakan sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif dan efisien
demi mencapai tujuan yang ditetapkan.
Untuk itu selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai agar supaya
pegawai dapat meningkatkan kerja mereka dengan hasil prestasi yang dirasakan.
Pengukuran terhadap tingkat prestasi kerja pegawai, penilaian prestasi kerja sangat
penting dilakukan secara objektif kepada setiap pegawai. Prestasi kerja pegawai harus
dilaksanakan secara efektif agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Konsep diri pegawai dinilai dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai,
karena menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan
perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (Self Concept) merupakan suatu
bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.
Kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja. Program pendidikan dan pelatihan (diklat) diterapkan
oleh suatu organisasi dalam hal pengembangan pegawai sehingga mampu
memberikan prestasi kerja yang optimal dan mampu mewujudkan organisasi. Disiplin
kerja pegawai dinilai dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Siagian (2007)
menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong
anggota.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Menurut Robbins dan Judge (dalam Candra Wijaya, 2017) Ketika sesorang individu
melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat,
interpretasi itu sangat di pengaruhi oleh berbagai karekteristik pribadi dari pembuat
persepsi individual tersebut. karekteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi
meliputi sikap, keperibadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan
harapanharapan seseorang.
b. Faktor Target Merupakan orang atau objek yang menjadi sasaran persepsi. Faktor
target mengandung komponen: (a) sesuatu yang baru, (b) gerakan, (c) suara, (d)
ukuran, (f) latar belakang, (g) kedekatan (h) kemiripan. Dari target ini akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan
akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
c. Faktor Situasi Merupakan keadaan pada saat persepsi dilakukan. Faktor Situasi
mengandung komponen: (a) waktu, (b) keadaan kerja, (c) keadilan sosial. Faktor
dalam situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall,
namun jika ia berada di pasar, kemungkinanannya sangat besar bahwa para lelaki
akan memandangnya.
1.Teori Atribusi Persepsi kita terhadap orang berbeda dengan persepsi kita terhadap
benda mati. Hal ini dikarenakan benda mati tidak memiliki keyakinan, motif, atau
maksud. Akibatnya apabila kiata mengamati orang, kita berusaha mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa mereka berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Oleh karena itu persepsi dan penilaian kita terhadap tindakan seseorang
akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian yang kita ambil
mengenai keadaan internal orang itu. Teori atribusi adalah untuk mengembangkan
penjelasan dari cara-cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung kepada
makna apa yang kita hubungkan ke sutau perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori
tersebut menyarankan bahwa bila kita mengamati perlaku seseorang individu,
kita berusaha menentukan apakah perilaku itu karena penyebab internal ataukah
eksternal.
b. Konsensus: jika semua orang yang mengahadapi situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama.
c. Konsistensi: apakah orang itu memberi reaksi dengan cara yang sama dari
waktu ke waktu.
Salah satu penemuan yang paling menarik dari teori atribusi adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka yang menyimpang teori atribusi. Kecenderungan
untuk meremehkan pengaruh faktor luar dan melebih-lebihkan faktor internal
disebut kekeliruan atribusi mendasar. Individu cenderung menghubungkan sukses
mereka sendiri dengan faktor internal sementara menyalahkan faktor eksternal atas
kegagalan mereka. Hal ini disebut prasangka layanan diri (self serving bias).
2. Jalan Pintas Menilai Orang Lain Secara Umum Persepsi selektif Orang orang
secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan,
latar belakang,pengalaman, dan sikap. Suatu contoh, lebih besar
3 kecenderungan anda melihat motor yang mirip motor anda sendiri. Hal ini
menunjukkan bagaimana kepentingan pribadi cukup mempengaruhi masalah-masalah
yang kita lihat. Efek halo Manarik suatu kesan umum mengenai seseorang individu
berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Gejala ini sering terjadi ketika mahasiswa
menilai dosen mereka di ruang kuliah. Jadi seorang dosen akan dinilai pendiam,
banyak pengetahuan, populer, tetapi gayanya kurang bersemangat , ia akan dinilai
lebih rendah mengenai karakteristik yang lain.
Orang-orang dalam organisasi selalu menilai satu sama lain, Manajer harus
menilai kinerja pekerjaannya. Kita mengevaluasi seberapa banyak usaha yang
diberikan rekan kerja kita dalam pekerjaan mereka. Anggota tim segera menilai orang
baru. Dalam banyak kasus, penilaian kita memiliki konsekuensi penting bagi
organisasi (Robbin dan Judge, 2015 hal 108)
Wawancara Kerja sedikit orang yang direkrut tanpa wawancara. Namun,
pewawancara membuat penilaian perseptual yang sering kali tidak akurat dan
menggambarkan kesan awal yang dengan cepat mengakar. Riset menunjukkan kita
membentuk kesan atas orang lain dalam 10 detik, berdasarkan pandangan pertama
Riset terbaru mengidentifikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah
kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa
mengumpulkan masukan dari banyak evaluator independen dapat menjadi lebih
prediktif.
(Robbin dan Judge, 2015 hal 108) Ekspektasi Kinerja Orang-orang mencoba
untuk memvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah.
Intilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimanaperilaku
seorang individu ditentukan oleh ekspetasi orang lain. Jika seorang manajer
mengekspertasikan hal-hal besar dari pekerjaannya, mereka tidak mungkin
mengecewakannya. (Robbin dan Judge,2015 hal109)
Evaluasi Kinerja Kita akan mendiskusikan evaluasi kinerja pada bab 17, tetapi
ingatlah bahwa itu sangat tergantung pada proses perseptual. Masa depan seorang
pekerja sangat terikat dengan penilaian-promosi, kenaikan gaji, dan kelanjutan
pekerjaan adalah beberapa hasilnya. Meskipun penilaian bisa jadi objektif (misalnya,
seorang agen penjualan dinilai berdasarkan berapa dolar yang dihasilkannya dari
penjualan di wilayahnya), banyak perjaan dinilai secara subjektif. Evaluasi subjektif,
meskipun kala perfu, adalah problematik karena kesalahan yang kita diskusikan-
presepsi selektif, efek kontras, efek halo, dan seterusnya. (Robbin dan Judge,2015 hal
109)
1. Pengertian keputusan
Faktor ini dibagi lagi atas dua, yaitu: aspek pengetahuan yang diperolehnya
selama dibawah kepemiminan pendahulunya serta aspek kepribadian yang wujudnya
tidak nampak oleh mata namun prosesnya terus berlangsung sejak
terlahir.pengambilan keputusan:
b. Eksternal
Sama halnya dengan internal, faktor eksternal pun terdiri atas dua aspek, yaitu: aspek
kultur yang dianut oleh individu di lingkungan tempat dimana ia bertumbuh dan
berkembang. Aspek yang kedua adalah orang lain yang ada di sekitarnya menjadi
contoh dan tokoh yang diteladani karena hidup bersama setiap hari.
Siagian (dalam Bowo, 2008) menguraikan aspek ini secara umum. Walau
demikian, tidak menghilangkan tahapan yang diajukannya karena secara terperinci
dijelaskannya dalam setiap aspeknya. Disamping aspek internal dan eksternal,
Kamaluddin (dalam Syafrina dan Nu'man, 2010) menambahkan satu aspek lagi dari
proses pengambilan keputusan yaitu unsur ketersediaan.
2. Menentukan permasalahan.
5. Memilih alternative
a. Faktor Kebudayaan,
Berhubungan dengan pengaruh teknologi, pola berfikir, sosial sub budaya dan
kelas sosial.
b. Faktor Sosial,
Berhubungan dengan pengaruh kelompok, referensi, keluarga, peranan dan status
Factor perorangan Sangat erat hubungannya hidup dan kepribadian seseorang dalam
melakukan tindakan pengambilan keputusan.
d. Faktor Psikologi,
2. Bila hanya sedikit preseden (sesuatu yang bisa dijadikan teladan) untuk diikuti
8. Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat
2.6 Bias dan Kesalahan Umum
Riset terkini terus menyimpulan bahwa kita cenderung teralu percaya diri
dengan kemampuan kita dan kemampuan orang lain. Individu yang mempunyai
kecerdasan intelektual dan interpersonal paling lemah, paling mungkin berlabih
dalam mengestimasi kinerja dan kemampuannya. Adapaun hubungan negative antara
optimalisasi wirausaha dana kinerja bisnis barunya, semakin optimis semakin tidak
sukses. Kecenderungan untuk teralu percaya diri akan ide-ide mereka mingkin
menyebabkan tidak direncanakannya berbagai menghindari masalah yang muncul.
5. Eskalasi Komitmen
Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan
sekalipun ada bukti yang jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat untuk
sebuah keputusan meskipun terdapat informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah
berpacaran dengan seorang wanitanya kurang lebih 4 tahun. Meskipun pria ini
mengatakan bahwa banyak masalah dalam hubungan mereka, namun pria ini
mengatakan bahwa tetap akan menikahi wanita tersebut.
8. Bias Retrospeksi
- Bias Jangkar adalah kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal,
darimana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang
berikutnya
- Bias peninjauan kembali adalah kecenderungan kita untuk pura – pura yakin
bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah
hasil itu benar – benar diketahui.
- Pembuat keputusan yang intuitif adalah sebuah proses tidak sadar sebagai
hasil dari pengalaman yang disaring.Membuat pilihan Untuk menghindari informasi
yang terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan
pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Ada dua kategori umum
heuristik yang masing-masing menciptakan bias dalam penilaian.
• Direktif Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah
terhadap ambiguitas dan mencari rasionalitas. Tipe direktif mengambil keputusan
yang diambil dengan cepat dan beroriaentasi jangka pendek.
• Analitik Tipe ini memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas
disbanding pengambil keputusan direktif. Lebih banyak informasi dan
pertimbangan atas alternatif yang lebih banyak ketimbang alternatif yang
digunakan tipe direktif
• Behavior Pengambil keputusan yang baik dengan yang lain. Mereka memperhatikan
kinerja dari orang lain dan bawahannya serta reseptif terhadap usulan-usulan.
Gaya manajer ini mengutamakan komunikasi dan penerimaan.
Perbedaan kultural Kita perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari
pengambil keputusan besar dapat member pengaruh yang besar terhadap seleksi
masalahnya, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan
rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara
otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.
Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan
Perbedaan Budaya
Adapun fungsi dari etika yaitu sebagai tempat mendapatkan orientasi kritis
yang berhadapan dengan beragam kedaan moralitas yang membingungkan. Selain itu,
etika berfungsi menunjukkan keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual
berfungsi untuk berargumentasi dengan rasional dan kritis.Setelah mengetahui
pengertian dan fungsi dari etika, perlu diketahui juga contoh dalam kehidupan sehari
hari dalam beretika, antara lain berkata jujur, menghormati orang yang lebih tua,
menghargai perbedaan pendapat, menyantuni anak yatim, membela kebenaran dan
keadilan
• Utilarian Keputusan diambil atas dasar konsekuensi mereka. Tujuan kriteria ini
adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang
terbesar.Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan
berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik
pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Teori persepsi; persepsi yang
diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati,
terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara
membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi :
teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan
mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau
eksternal.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau
memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung
meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor
internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai
sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat
persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih)
untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam
kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini
dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan
suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu
dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian
besar dipengaruhi oleh persepsi mereka. Dari hasil riset setiap indivdu berbeda
dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual
dan perilaku. Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar
belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.
Saran
1. Perlu persamaan persepsi antara para anggota organisasi tentang penerapan inovasi
di setiap tahapan pengambilan keputusan.
5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dan studi dokumentasi. Teknik yang masih kurang dalam proses pengumpulan data
adalah observasi langsung dari peneliti. Sarannya, untuk peneliti yang akan datang
disarankan untuk melibatkan observasi dalam dinamika proses pengambilan
keputusan penerapan inovasi baik pada tingkat organisasi maupun di tingkat individu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/akuntansi-manajemen/
makalah-perilaku-organisasi-persepsi-dan-keputusan-individu/45014115.
https://manajemenmudah.blogspot.com/2016/03/bias-dan-kesalahan-umum-
dalam.html?m=1
https://www.scribd.com/document/409778605/Aplikasi-Spesifikasi-dari-Jalan-
Pintas-dalam-Organisasi-docx
https://jurnalpost.com/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individu-dalam-
perilaku-organisasi/48307
https://accounts.google.com/AccountChooser/signinchooser?continue=https%3A
%2F%2Fclassroom.google.com%2Fc
%2FNjIwNzc0OTA5NTU3&theme=glif&flowName=GlifWebSignIn&flowEntr
y=AccountChooser