Anda di halaman 1dari 36

Makalah

PRESEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDUAL

Dosen pengampuh:

Dr. Juriko Abdussamad,M.Si

Oleh: Kelompok 5

Sri Desi Ratna i.Rahim ( 241422106 )

Muhajir (241422115)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Segala Rahmat-Nya Sehingga


Makalah Berjudul “Mampu Memahami Presepsi Dan Pengalaman Setiap Individu
Dalam Mengambil Keputusan” Dapat Tersususun Hingga Selesai. Tidak Lupa Kami
Mengucapkan Terimahkasih Atas Bantuan Para Pihak Yang Berkonstribusi Dengan
Membantu Pencarian Data Untuk Makalah Ini Penyusunan Makalah Ini Bertujuan
Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi.

Selain Itu, Pembuatan Makalah Juga Memiliki Tujuan Agar Menambah


Wawasan Dan Pengetahun Bagi Penulisan Maupun Pembaca. Karena Keterbatasan
Pengetahuan Maka Kami Yakin Makalah Ini Masih Banyak Kekurangan. Oleh
Karena Itu, Kami Mengharapkan Kritik Dan Saran Agar Makalah Semakin Lebih
Baik. Akhir Kata, Semoga Makalah Dapat Berguna.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................III

1.1 Latar Belakang .............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................IV

2.1 pengertian Presepsi........................................................................................

2.2 faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi.............................................

2.3 hubungan Antar Presepsi Dan Pengambilan Keputusanindividual.......11

2.4 hubungan Antara Presepsi Dan Pengambilan Keputusan Individual. . .12

2.5 Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi............................................ 15

2.6 Bias Dan Kesalahan Umum........................................................................18

2.7 Etika Dalam Pengambilan Keputusan......................................................21

BAB III PENUTUP ........................................................................................................

Kesimpulan.................................................................................................................... 29

Saran ..............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................VI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu
stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera
merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal
dan Faktor Eksternal.

Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat


dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain: Fisiologis. Informasi
masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. Perhatian. Individu
memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek

Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak
energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu
dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. Kebutuhan yang searah. Faktor ini
dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau
pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya. Pengalaman dan
ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana
seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi
perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada
waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi
dan mengingat. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan
karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya. Elemen-
elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya
dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah Ukuran
dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami.

Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk
ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak. Akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang
sedikit. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya
dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu
yang lain akan banyak menarik perhatian. Intensitas dan kekuatan dari stimulus.
Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi. Motion atau gerakan.
Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan
gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang dia.
Pengambilan keputusan melaksanakan keputusan dengan baik (A. Alimudin,
2017). Namun juga terdapat pengambilan keputusan yang tidak terprogram.
Pengambilan keputusan tidak terprogram ialah pengambilan keputusan yang
problemnya unik, belum pernah terjadi. Informasi mengenai problem belum tersedia
atau sedikit,peraturan, kebijakan, prosedur operasi standar untuk membuat keputusan
yang belum ada (Wirawan, 2014).

Menurut Herbert A. Simon mengemukakan tiga proses dalam pengambilan


keputusan yaitu: (1) Inteligence Activity, yaitu: proses pemilihan situasi dan kondisi
dengan wawasan yang inteligen; (2) Design Activity, aitu proses menemukan
masalah, mengembangkan pemahaman dan menganalisis kemungkinan pemecahan
masalah serta tindakan lebih lanjut, ada perencanaan pola kegiatan; dan (3) Choise
Activity, yaitu memilih salah satu tindakan dari sekian banyak alternative atau
kemungkinan pemecahan, dan diambil keputusan.

Gaya dalam pengambilan keputusan menurut Stephen Robbins (2006), adalah: (1)
gaya mengarahkan (directive style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan cara berpikir yang
rasional, (2) gaya analitis (analytic style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan berpikir rasional, (3)
gaya konseptual (Conceptual style) adalah gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan cara berpikir intuitif, (4)
gaya perilaku (Behavioral style) adalah gaya pengambilan keputusan yang dicirikan
oleh toleransi terhadap ambiguitas yang rendah dan cara berpikir intuitif

Langkah pengambilan keputusan sebagai berikut: (1) Tahap identifikasi, di mana


pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa
masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, (2) Tahap
pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada,
mendesain solusi yang baru, (3) Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat.
Terdapat 3 (tiga) cara dalam pembentukan seleksi: dengan penilaian pembuat
keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis; dengan analisis
alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tawar-menawar saat seleksi
melibatkan kelompok pembuat keputusan. Sekali keputusan diterima secara formal,
otorisasi pun kemudian dibuat (Supamo, 2012).

Era globalisasi saat ini sumber daya manusia merupakan aspek penting dalam
pencapaian suatu tujuan. Setiap organisasi atau perusahaan menjamin dipilihnya
sumber daya manusia yang tepat dengan pekerjaan serta kondisi yang memungkinkan
mereka bekerja optimal (Darmawan, 2003). Lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara dalam bidang penuntutan dan penegakkan hukum harus
menciptakan sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif dan efisien
demi mencapai tujuan yang ditetapkan.

Untuk itu selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai agar supaya
pegawai dapat meningkatkan kerja mereka dengan hasil prestasi yang dirasakan.
Pengukuran terhadap tingkat prestasi kerja pegawai, penilaian prestasi kerja sangat
penting dilakukan secara objektif kepada setiap pegawai. Prestasi kerja pegawai harus
dilaksanakan secara efektif agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas. Konsep diri pegawai dinilai dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai,
karena menjadi salah satu penentu dalam keberhasilan

perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (Self Concept) merupakan suatu
bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.
Kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja. Program pendidikan dan pelatihan (diklat) diterapkan
oleh suatu organisasi dalam hal pengembangan pegawai sehingga mampu
memberikan prestasi kerja yang optimal dan mampu mewujudkan organisasi. Disiplin
kerja pegawai dinilai dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Siagian (2007)
menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong
anggota.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan persepsi ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?

3. Apa saja Persepsi Orang Membuat Penilaian atas Orang Lain?

4. Apa saja Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi?

3. Bagaimana Hubungan Antara Ppersepsi dan Pengambilan Keputusan Individual?

6. Bagaimana Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi?

7. Apa saja Bias dan Kesalahan Umum?

8. Bagaimana Etika Dalam Pengambilan Keputusan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang persepsi.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

3. Untuk mengetahui Persepsi Orang: Membuat Penilaian atas Orang Lain


4. Untuk mengetahui Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi

5. Untuk mengetahui Hubungan Antara Ppersepsi dan Pengambilan Keputusan


Individual

6. Untuk mengetahui cara Pengambilan Keputusan Dalam OrganisasI

7. Untuk mengetahui Bias dan Kesalahan Umum

8. Untuk mengetahui Etika Dalam Pengambilan Keputusan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi

Kata 'Persepsi' seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa


makna sebenarnya dari persepsi itu sendiri? Menurut pengertian dari beberapa ahli,
yang penulis simpulkan secara sederhana yaitu setiap individu dalam kehidupan
sehari-hari akan menerima stimulus atau rangsang berupa informasi, peristiwa, objek,
dan lainnya yang berasal dari lingkungan sekitar, stimulus atau rangsang tersebut
akan diberi makna atau arti oleh individu, proses pemberian makna atau arti tersebut
dinamakan persepsi. Untuk memberikan gambaran lebih jelas lagi mengenai
pengertian persepsi, berikut pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan


seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain:
kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan
kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki
persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena
adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu yang
bersangkutan. Sedangkan menurut Leavit, 1978 yang diambil dari Faradina, Triska
(2007:8) persepsi memiliki pengertian dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti
sempit persepsi yaitu penglihatan: bagaimana seseorang melihat sesuatu, dan dalam
arti luas persepsi yaitu: pandangan atau pengertian, bagaimana seseorang memandang
atau mengartikan sesuatu.

Sondang P. Siagian (1989) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses


dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan- kesan
sensorisnya dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu dalam lingkungannya.
Indrajaya (1986) dalam Prasilika, Tiara H. (2007:10) berpendapat persepsi adalah
proses dimana seseorang mengorganisasikan dalam pikirannya, memanfaatkan,
mengalami, dan mengolah perbedaan atau segala sesuatu yang terjadi dalam
lingkungannya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
1. Pelaku Persepsi
Bila individu memandang sutu objek dan mencoba untuk menafsirkannya, penafsiran
itu sangat dipengaruhi karakteristik pribadi dari persepsi individu tersebut .
Diantara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi
adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan (ekspetasi).
2. Target (objek)
Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi
apa yang dipersepsikan. Selain itu target tidak dipandang secara terisolasi,
hubungan target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi. Faktor pada
objek antara lain adalah hal baru, gerakan, bunyi, latar belakang, kedekatan.
3. Situasi
Penting bagi kita untuk melihat konteks objek dan peristiwa. Unsur lingkungan
sangat mempengaruhi persepsi kita. Faktor yang mepengaruhi situasi adlah
waktu, keadaan /tempat
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Robbins dan Judge (dalam Candra Wijaya, 2017) Ketika sesorang individu
melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat,
interpretasi itu sangat di pengaruhi oleh berbagai karekteristik pribadi dari pembuat
persepsi individual tersebut. karekteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi
meliputi sikap, keperibadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan
harapanharapan seseorang.

Persepsi dibentuk oleh tiga faktor, yaitu:

a. Faktor Perceiver (Orang yang Memberikan Persepsi/Pelaku) Pelaku persepsi disini


adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, minat,
pengalaman, dan harapan.

b. Faktor Target Merupakan orang atau objek yang menjadi sasaran persepsi. Faktor
target mengandung komponen: (a) sesuatu yang baru, (b) gerakan, (c) suara, (d)
ukuran, (f) latar belakang, (g) kedekatan (h) kemiripan. Dari target ini akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan
akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.

c. Faktor Situasi Merupakan keadaan pada saat persepsi dilakukan. Faktor Situasi
mengandung komponen: (a) waktu, (b) keadaan kerja, (c) keadilan sosial. Faktor
dalam situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlihat oleh laki-laki bila ia berada di mall,
namun jika ia berada di pasar, kemungkinanannya sangat besar bahwa para lelaki
akan memandangnya.

Persepsi Orang : Membuat Penilaian atas Orang Lain

1.Teori Atribusi Persepsi kita terhadap orang berbeda dengan persepsi kita terhadap
benda mati. Hal ini dikarenakan benda mati tidak memiliki keyakinan, motif, atau
maksud. Akibatnya apabila kiata mengamati orang, kita berusaha mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa mereka berperilaku dengan cara-cara tertentu.

Oleh karena itu persepsi dan penilaian kita terhadap tindakan seseorang
akan cukup banyak dipengaruhi oleh pengandaian-pengandaian yang kita ambil
mengenai keadaan internal orang itu. Teori atribusi adalah untuk mengembangkan
penjelasan dari cara-cara kita menilai orang secara berlainan, bergantung kepada
makna apa yang kita hubungkan ke sutau perilaku tertentu. Pada dasarnya, teori
tersebut menyarankan bahwa bila kita mengamati perlaku seseorang individu,
kita berusaha menentukan apakah perilaku itu karena penyebab internal ataukah
eksternal.

Penentuan tersebut sebagian besar bergantung tiga faktor :

a. Perbedaan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku-perilaku yang


berlainan dalam situasi yang berlainan.

b. Konsensus: jika semua orang yang mengahadapi situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama.
c. Konsistensi: apakah orang itu memberi reaksi dengan cara yang sama dari
waktu ke waktu.

Salah satu penemuan yang paling menarik dari teori atribusi adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka yang menyimpang teori atribusi. Kecenderungan
untuk meremehkan pengaruh faktor luar dan melebih-lebihkan faktor internal
disebut kekeliruan atribusi mendasar. Individu cenderung menghubungkan sukses
mereka sendiri dengan faktor internal sementara menyalahkan faktor eksternal atas
kegagalan mereka. Hal ini disebut prasangka layanan diri (self serving bias).

2. Jalan Pintas Menilai Orang Lain Secara Umum Persepsi selektif Orang orang
secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan,
latar belakang,pengalaman, dan sikap. Suatu contoh, lebih besar

3 kecenderungan anda melihat motor yang mirip motor anda sendiri. Hal ini
menunjukkan bagaimana kepentingan pribadi cukup mempengaruhi masalah-masalah
yang kita lihat. Efek halo Manarik suatu kesan umum mengenai seseorang individu
berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Gejala ini sering terjadi ketika mahasiswa
menilai dosen mereka di ruang kuliah. Jadi seorang dosen akan dinilai pendiam,
banyak pengetahuan, populer, tetapi gayanya kurang bersemangat , ia akan dinilai
lebih rendah mengenai karakteristik yang lain.

Jelas, subyek-subyek membiarkan suatu ciri tunggal mempengaruhi seluruh


kesan mereka dari orang-orang yang sedang dinilai. Efek Kontras Evaluasi atas
karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh pembandingan dengan orang lain yang
baru saja dijumpai yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada
karakteristik yang sama. Sebagai contoh, anda akan terlihat buruk apabila beradu
acting dengan anak-anak.
Hal ini dikarenakan penonton sangat mencintai anak-anak. Efek ini dapat
memutar-balikkan persepsi. Reaksi kita terhadap satu orang sering dipengaruhi oleh
orang lain yang baru saja kita jumpai. Stereotip Menilai seseorang atas dasar persepsi
seseorang terhadap kelompok itu. Sebagai contoh, andaikan anda seorang pengusaha
yang sedang mencari seorang manajer. Anda mencari manjer yang suka bekerja keras
dan dapat mengatasi masalah dengan baik.

Di masa lalu anda memperoaeh sukses yang besar ketika mempekerjakan


individu yang ikut dalam atletik ketika di universitas. Lebih jauh, sejauh para
atlet itu suka bekerja keras dan adapat menangani masalah dengan baik
pengambilan stereotype ini memperbaiki pengambilan keputusan anda. Tentu
saja masalahnya apabila kita berstereotipe secara tidak akurat.

Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi Wawancara Kerja


Wawancara sering menggambarkan kesan awal yang mengakar,
mengambil keputusan dari 10 detik pertama. Kebanyakan keputusan
pewawancara berubah dalam waktu 4-5 menit
wawancara pertama
2.3 Aplikasi Spesifik dari Jalan Pintas dalam Organisasi

Orang-orang dalam organisasi selalu menilai satu sama lain, Manajer harus
menilai kinerja pekerjaannya. Kita mengevaluasi seberapa banyak usaha yang
diberikan rekan kerja kita dalam pekerjaan mereka. Anggota tim segera menilai orang
baru. Dalam banyak kasus, penilaian kita memiliki konsekuensi penting bagi
organisasi (Robbin dan Judge, 2015 hal 108)
Wawancara Kerja sedikit orang yang direkrut tanpa wawancara. Namun,
pewawancara membuat penilaian perseptual yang sering kali tidak akurat dan
menggambarkan kesan awal yang dengan cepat mengakar. Riset menunjukkan kita
membentuk kesan atas orang lain dalam 10 detik, berdasarkan pandangan pertama
Riset terbaru mengidentifikasikan bahwa intuisi individual kita mengenai sebuah
kandidat pekerjaan tidak dapat diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa
mengumpulkan masukan dari banyak evaluator independen dapat menjadi lebih
prediktif.

(Robbin dan Judge, 2015 hal 108) Ekspektasi Kinerja Orang-orang mencoba
untuk memvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahkan ketika hal-hal ini salah.
Intilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimanaperilaku
seorang individu ditentukan oleh ekspetasi orang lain. Jika seorang manajer
mengekspertasikan hal-hal besar dari pekerjaannya, mereka tidak mungkin
mengecewakannya. (Robbin dan Judge,2015 hal109)

Evaluasi Kinerja Kita akan mendiskusikan evaluasi kinerja pada bab 17, tetapi
ingatlah bahwa itu sangat tergantung pada proses perseptual. Masa depan seorang
pekerja sangat terikat dengan penilaian-promosi, kenaikan gaji, dan kelanjutan
pekerjaan adalah beberapa hasilnya. Meskipun penilaian bisa jadi objektif (misalnya,
seorang agen penjualan dinilai berdasarkan berapa dolar yang dihasilkannya dari
penjualan di wilayahnya), banyak perjaan dinilai secara subjektif. Evaluasi subjektif,
meskipun kala perfu, adalah problematik karena kesalahan yang kita diskusikan-
presepsi selektif, efek kontras, efek halo, dan seterusnya. (Robbin dan Judge,2015 hal
109)

2.4 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual


Individu mengambil keputusan, pilihan yang dibuat dari dua atau lebih
alternatif. Manajer puncak menentukan sasaran organisasi mereka, produk atau jasa
apa yang akan ditawarkan, cara terbaik apa untuk mendanai operasional, atau dimana
lokasi sebuah pabrik manufaktur baru. Manajer level menengah dan lebih rendah
menetapkan jadwal produksi, memilih pekerja-pekerja baru, dan bagaimana
mengalokasikan kenaikan gaji organisasi telah mulai memberdayakan pekerja
nonmanajemnya dengan otoritas pengambilan

Individu-individu dalam organisasi mengambil keputusan. Yaitu, mereka


membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan individual merupakan suatu bagian penting dalam perilaku organisasi.
Tetapi bagaimana individu-individu dalam organisasi mengambil keputusan, dan
kualitas dari pilihan terakhir mereka, sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi-
persepsi mereka. keputusan yang sejarahnya dikususkan bagi manajer saja. Oleh
karena itu pengambilan keputusan individu perlu didalam organisasi. (Robbin dan
Judge,2015 hal 109)

Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah. Yaitu, sebuah


perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan. Yang mengharuskan kita
mempertimbangkan alternatif-alternatif tindakan. Jika mobil anda mogok dan anda
mengandalkannya untuk berangkat kerja. Anada memiliki masalah yang
membutuhkan keputusan anda. Sayangnya, kebanyakan masalah tidak datang dengan
label yang rapi sebagai "masalah". Masalah bagi seseorang bisa jadi merupakan
kondisi yang menyenangkan bagi orang lain. (Robbin dan Judge 2015 hal 109) Setiap
keputusan membutuhkan kita untuk menginterprestasi dan mengevaluasi informasi.
Kita umumnya menerima data dari banyak sumber yang perlu kita saring proses, dan
interprestasi. Data mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak persepsi.
Kita juga perlu mengembangkan alternatif- alternatif dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahannya (Robbin dan Judge,2015 hal 109)
2.5 Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

1. Pengertian keputusan

Menurut Bowo (2008) pengambilan keputusan adalah proses menemukan satu


pilihan dari beragamanya alternatif pilihan terbaik yang dilakukan secara rasional.
Sehingga dalam proses pengambilan keputusan ini merupakan suatu proses, yang
tidak mungkin terjadi begitu saja dalam waktu singkat. Bohm dan Brun (2008)
mendefinisikan proses pengambilan keputusan NIVER sebagai suatu proses
melakukan evaluasi terhadap dua atau lebih dari pilihan yang ada, dalam rangka
meraih atau menentukan kemungkinan hasil yang terbaik.

Hal senada juga diungkapkan Hamblemitoglu dan Yildirim (2008) yang


mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan adalah proses melakukan
generalisasi dan evaluasi dari berbagai macam alternatif pandangan dan pendapat
yang ada sehingga proses pengambilan keputusan didefinisikan sebagai proses
memilih dari berbagai alternatif pilihan Menurut Suharso (2003) pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pengorganisasian dari berbagai pendapat individu,
yang tentunya lebih penting dan di atas segala kepentingan individu, menjadi satu
keputusan yang disetujui oleh semua pihak karena akan berdampak terhadap tujuan.

Solso, Maclin & Maclin (2008) lebih menyoroti pengertian pengambilan


keputusan dari sisi individu, disebutkan bahwa pengambilan keputusan merupakan
proses penemuan individu untuk memberi solusi yang memuaskan semua pihak
secara optimis dan menunjukkan secara terbuka segala kemungkinan bias dan
praduga yang mungkin muncul dalam suatu keputusan yang diambil. Memecahkan
berbagai macam permasalahan yang ada dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan demikian perlu dilakukan suatu proses pengambilan keputusan.

Tversky (dalam pengambilan kepuso, Maclim & Maclin, 2008) menyatakan


bahwa merupakan proses memilih alternatif dengan cara mengeliminasi pilihan yang
kurang menarik secara bertahap berdasarkan evaluasi dari atribut atau aspek dari
alternatif-alternatif yang ada. Jika beberapa alternatif tidak memiliki standar
minimum maka alternatif itu dieliminasi dari kumpulan pilihan.

Berdasarkan berbagai definisi yang dikemukana para ahli tentang proses


pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan
merupakan suatu tindakan dan sikap yang dipilih dan diambil demi kepentingan
sipelaku keputusan. Proses pengambilan keputusan ini dilakukan setelah melalui
proses pemilihan secara rasional dari beberapa alternatif pilihan yang sudah dibuat
sebelumnya.

2. Aspek-aspek Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan fungsi dari berbagai aspek dalam


diri seseorang Disadari atau tidak ketika seseorang ingin mengambil suatu keputusan,
pengalaman-pengalaman masa lalunya berperan aktif dan bahkan kadang kala
menjadi sumber rujukan dan keyakinan baginya dalam mengambil keputusan.
Seseorang yang terlahir ditengah dinamika keluarga yang birokratik, maka dapat
dipastikan bahwa cara dia mengambil keputusan pun tidak jauh berbeda, yaitu
pengambilan keputusan secara birokratik pula. Hal ini wajar karena pendekatan-
pendekatan birokratiklah yang pernah diperoleh selama dibawah asuhan keluarga
(Bohm dan Brun, 2008). Siagian (dalam Bowo, 2008) membagi atas dua aspek proses
a. Internal

Faktor ini dibagi lagi atas dua, yaitu: aspek pengetahuan yang diperolehnya
selama dibawah kepemiminan pendahulunya serta aspek kepribadian yang wujudnya
tidak nampak oleh mata namun prosesnya terus berlangsung sejak
terlahir.pengambilan keputusan:

b. Eksternal

Sama halnya dengan internal, faktor eksternal pun terdiri atas dua aspek, yaitu: aspek
kultur yang dianut oleh individu di lingkungan tempat dimana ia bertumbuh dan
berkembang. Aspek yang kedua adalah orang lain yang ada di sekitarnya menjadi
contoh dan tokoh yang diteladani karena hidup bersama setiap hari.

Siagian (dalam Bowo, 2008) menguraikan aspek ini secara umum. Walau
demikian, tidak menghilangkan tahapan yang diajukannya karena secara terperinci
dijelaskannya dalam setiap aspeknya. Disamping aspek internal dan eksternal,
Kamaluddin (dalam Syafrina dan Nu'man, 2010) menambahkan satu aspek lagi dari
proses pengambilan keputusan yaitu unsur ketersediaan.

informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dimaksud dapat berasal dari


dalam maupun luar organisasi. Secara lebih rinci, Gibson, Solso, Maclin & Maclin
(dalam Syafrina dan Nu'man, 2010) membagi proses pengambilan keputusan
pemimpin atas tujuh aspek. Mereka menjelaskan secara lengkap dan terperinci,
keenam aspek berikut: tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat tujuan yang spesifik dan objektif.


Agar dapat memperoleh hasil yang efektif dari suatu keputusan yang diambil,
setiap individu harus mampu membuat prioritas tujuan secara spesifik dan objektif
yang berorientasi pada solusi atas masalah-masalah yang dihadapi.

2. Menentukan permasalahan.

Menentukan permasalahan dalam proses pengambilan keputusan adalah


proses menyeleksi masalah-masalah utama yang membutuhkan prioritas untuk
diselesaikan

3. Membuat alternatif pilihan.

Membuat alternatif pilihan dalam proses pengambilan keputusan adalah


mengidentifikasi berbagai kemungkinan cara yang secara potensial dapat dilakukan
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

4. Mengevaluasi alternatif pilihan.

Mengevaluasi alternatif pilihan dalam proses pengambilan keputusan adalah


menimbang berbagai pilihan terbaik dari berbagai alternatif pilihan yang paling
mungkin untuk dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

5. Memilih alternative

Memilih alternatif dalam proses pengambilan keputusan adalah menentukan


pilihan terbaik dari banyaknya alternatif pilihan berdasarkan berbagai pertimbangan
yang telah dilakukan.
6. Melaksanakan keputusan

berdasarkan pilihan terbaik yang telah ditentukan dari berbagai alternatif


pilihan yang diasumsikan efektif dalam mencapai tujuan

7. Kontrol dan evaluasi

Kontrol dan evaluasi dalam proses pengambilan keputusan adalah mengontrol


konsekuensi dari keputusan yang diambil dan melakukan evaluasi sejauhmana
keputusan tersebut efektif dalam mengatasi masalah.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek


pengambilan keputusan adalah internal, eksternal membuat tujuan yang spesifik dan
objektif, menentukan permasalahan, membuat alternatif pilihan, mengevaluasi
alternatif pilihan, memilih alternatif, melaksanakan keputusan, kontrol dan evaluasi

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan.

Menurut Santosa (dalam Suharso, 2003) kemampuan pengambilan keputusan


dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu:

a. Faktor Kebudayaan,

Berhubungan dengan pengaruh teknologi, pola berfikir, sosial sub budaya dan
kelas sosial.

b. Faktor Sosial,
Berhubungan dengan pengaruh kelompok, referensi, keluarga, peranan dan status

Factor perorangan Sangat erat hubungannya hidup dan kepribadian seseorang dalam
melakukan tindakan pengambilan keputusan.

d. Faktor Psikologi,

Berhubungan dengan motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan terdiri dari faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal mencakup faktor kebudayaan dan faktor sosial
sedangkan faktor internal mencakup faktor perorangan dan faktor psikologi.

Rasionalitas terbatas Kemampuan dari pikiran manusia untuk memformulasi


dan menyelesaikan masalah yang rumit itu terlalu kecil untuk memenuhi tuntutan
bagi rasionalitas penuh, para individu beroperasi dalam keterbatasan rasionalitas.
Mereka merancang model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri
hakiki dari masalah-masalah tanpa menangkap semua kerumitannya.

Selanjutnya para individu dapat berperilaku rasional dalam batas-batas


model yang sederhana. Salah satu aspek yang lebih menarik dari model rasionalitas
terbatas itu adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkanbersifat
kritisdalam menentukan alternatif mana yang dipilih. Intuisi Pengambilan
keputusan intuitif, baru-baru ini mulai muncul dan mulai disegani. Para pakar tidak
lagi secara otomatis mengasumsikan penggunaan intuisi untuk pengambilan
keputusan sebagai tak rasional.
Terdapat pengakun yang makin berkembang bahwa analisis rasional
terlalu ditekankan dan bahwa, pada kasus-kasus tertentu, mengandalkan pada intuisi
dapat memperbaiki pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan intuitif sebagi
suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring.
Hasilnya adalah bahwa pengambil keputuusan intuitif dapat memutuskan dengan
cepat dengan informasi yang terbatas. Intuisi ini tidak harus berjalan secara tak
tergantung dengan analisis rasional. Lebih lengkap keduanya saling melengkapi.

Kemungkinan terbesar untuk orang menggunakan keputusan intuitif


adalah dalam delapan kondisi.

1. Bila ada ketakpastian dalamtingkat yang tinggi.

2. Bila hanya sedikit preseden (sesuatu yang bisa dijadikan teladan) untuk diikuti

. 3. Bila variable-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah.

4. Bila fakta terbatas.

5. Bila fakta tidak jelas menunjukkan jalan untuk diikuti.

6. Bila data analitis kurang berguna.

7. Bila ada beberapa penyelesaian alternatifyang masuk akal untuk dipilih,


dengan argument yang baik untuk masing masing.

8. Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat
2.6 Bias dan Kesalahan Umum

Melansir Psychology Today, bias adalah kecenderungan alami untuk


mendukung atau menentang ide, obyek, kelompok, atau individu. Bias merupakan
prasangka yang artinya kecenderungan pikiran yang kuat atau pendapat yang
terbentuk sebelumnya tentang sesuatu atau seseorang.

Berikut bias-bias paling umum dalam pengambilan keputusan:

1. Bias Terlalu Percaya Diri

Riset terkini terus menyimpulan bahwa kita cenderung teralu percaya diri
dengan kemampuan kita dan kemampuan orang lain. Individu yang mempunyai
kecerdasan intelektual dan interpersonal paling lemah, paling mungkin berlabih
dalam mengestimasi kinerja dan kemampuannya. Adapaun hubungan negative antara
optimalisasi wirausaha dana kinerja bisnis barunya, semakin optimis semakin tidak
sukses. Kecenderungan untuk teralu percaya diri akan ide-ide mereka mingkin
menyebabkan tidak direncanakannya berbagai menghindari masalah yang muncul.

2. Bias Jangkar (anchoris bias)

Merupaka kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal


menyesuaikan dengan informasi selanjutnya. Pikiran kita tampaknya memberikan
jumlah penekanan yang tidak seimbang pada informasi pertama yang dirterima.
Jangkar secara luas digunakan oleh orang-orang dalam profesi di mana keahlian
persuasive penting.
Beberapa riset menyatakan orang berpikir membuat penyesuaian sesudah
jangkar ditetapkan sebagai penggenapan angka. Jika Anda menyatakan gaji 55.000,
atasan Anda akan mempertimbangkan 50.000 samapi 60.000 kisaran yang wajar
untuk negosiasi, tetapi jika Anda menyebutkan 55.5660, atasan Anda lebih mengkin
untuk memprtimbangkan 55.000-56.000 sebagai kisaran yang mungkin.

3. Bias Konfirmasi (confirmation bias)

Kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan


masal lampau dan untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa
lampau. Kita paling rentan pada bias konfirmasi ketika kita percaya bahwa kita
memiliki informasi yang baik dan dengan kuat berpegang pada opini kita. Untungnya,
mereka yang merasa ada kebutuhan yang kuat untuk akurat dalam pengambilan
keputusan karean rentan pada bias konfirmasi.

4. Bias Ketersediaan (availability bias)

Merupakan kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada


informasi yang siap tersedia bagi mereka. Riset terbaru mengindikasikan bahwa
sebuah kombinasi atas informasi yang siap sedia dan pengalaman langsung kita
dengan informasi yang sama khususnya sangat berdampak pada pengambilan
keputsan kita.

5. Eskalasi Komitmen
Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan
sekalipun ada bukti yang jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat untuk
sebuah keputusan meskipun terdapat informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah
berpacaran dengan seorang wanitanya kurang lebih 4 tahun. Meskipun pria ini
mengatakan bahwa banyak masalah dalam hubungan mereka, namun pria ini
mengatakan bahwa tetap akan menikahi wanita tersebut.

6. Kesalahan Acak (Randomness Error )

Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka dapat memprediksi


hasil dari peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Contoh : Ketika sekelompok
individu diberi informasi harga saham, individu-individu ini kurang lebih 65 persen
yakin bahwa mereka bisa memprediksi arah perubahan saham. Pada keadaan yang
sebenarnya, individu-individu ini hanya benar 49 persen pada saat itu.

7. Aversi Resiko (Risk Aversion)

Kecenderungan individu untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada


faktor resiko, meskipun jika resiko diambil dapat menghasilkan keuntungan yang
lebih besar. Contoh : Para investor menghindari pembelian instrumen beresiko tinggi
dan beralih ke instrumen yang beresiko rendah, (Emas guna menyelamatkan asset
mereka ditengah ketidakpastian pasar).

8. Bias Retrospeksi

Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi


hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui.
Contoh : semakin banyak individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang
memenagkan Super Bowl pada hari setelah pertandingan bila dibandingkan dengan
individu yang yakin pada hal itu sebelum pertandingan. Robbins, Stephen P & Judge,
Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th Edition, McGraw-Hill.

Para pembuat keputusan terlibat dalam rasionalitas yang dibatasi, tetapi


sejumlah penelitian memberitahu bahwa pembuat keputusan juga memungkinkan
berbagai bias dan kesalahan sistematis memasuki penilaian – penilaian mereka, hal
itu terjadi akibat dari usaha – usaha untuk mempercepat proses keputusan.

- Bias Jangkar adalah kecenderungan untuk sangat tertarik dengan informasi awal,
darimana kita kemudian gagal menyesuaikan diri dengan baik untuk informasi yang
berikutnya

- Bias Konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan


pilihan – pilihan masa lalu dan mengabaikan informasi yang bertentangan dengan
penilaian – penilaian masa lalu.

- Bias Ketersediaan adalah kecenderungan individu berdasarkan penilaian


mereka pada informasi yang sudah tersedia bagi mereka

- Bias Representatif adalah menilai kemungkinan suatu kejadian dengan


menganggap situasi saat ini sama seperti situasi di masa lalu.

- Peningkatan komitmen adalah komitmen yang meningkat untuk sebuah


keputusan meskipun terdapat informasi negativ

. - Kesalahan yang tidak disengaja adalah kecenderungan individu untuk percaya


bahwa mereka bisa memprediksi hasil dari peristiwa – peristiwa yang tidak disengaja.
- Kutukan Pemenang adalah proses pembuatan keputusan yang memperlihatkan
bahwa partisipan yang menang dalam sebuah lelang biasanya membayar terlalu
tinggi untuk barang yang dimenangkan.

- Bias peninjauan kembali adalah kecenderungan kita untuk pura – pura yakin
bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah peristiwa secara akurat, setelah
hasil itu benar – benar diketahui.

- Pembuat keputusan yang intuitif adalah sebuah proses tidak sadar sebagai
hasil dari pengalaman yang disaring.Membuat pilihan Untuk menghindari informasi
yang terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan
pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Ada dua kategori umum
heuristik yang masing-masing menciptakan bias dalam penilaian.

• Heuristik ketersediaan: Kecenderungan begi orang untuk mendasarkan


informasi yang sudah ada di tangan mereka.

• Heuristik representatif: Menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik


analogi dan melihat situasi yang identik di mana sebenarnya tidak identik.

• Peningkatan komitmen: Suatu peningkatan komitmen pada keputusan


sebelumnya meskipun ada informasi negative. Gaya Pengambilan Keputusan

• Direktif Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah
terhadap ambiguitas dan mencari rasionalitas. Tipe direktif mengambil keputusan
yang diambil dengan cepat dan beroriaentasi jangka pendek.

• Analitik Tipe ini memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas
disbanding pengambil keputusan direktif. Lebih banyak informasi dan
pertimbangan atas alternatif yang lebih banyak ketimbang alternatif yang
digunakan tipe direktif

. • Konseptual Individu cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka


dan mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka jangka panjang dan
mereka sangat baik dalam menetukan solusi yang kreatif.

• Behavior Pengambil keputusan yang baik dengan yang lain. Mereka memperhatikan
kinerja dari orang lain dan bawahannya serta reseptif terhadap usulan-usulan.
Gaya manajer ini mengutamakan komunikasi dan penerimaan.

Perbedaan kultural Kita perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari
pengambil keputusan besar dapat member pengaruh yang besar terhadap seleksi
masalahnya, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan
rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil secara
otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.
Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan

Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat


pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Keempat
pendekatan ini meliputi Analitis, Konseptual, Direktil, dan Behavioral. Selain
meberikan satu kerangka untul melihat perbedaan-perbedaan individual, gaya
pengambilan keputusan dapat bermanfaat untuk membantu anda memahami
bagaiman dua orang yang tingkat intelegensinya sama, degan mengakseske informasi
yang sama, dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam
keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.
Hambaan Organisasi Orgaisasi sendiri merupakan penghambat bagi para
pengambil keputusan. Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam
pengambilan keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan untuk
mengevaluasi. Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan
mengemukakan terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai mengenai upah.
Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan tenggat
waktu atas keputusan-keputusan. Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam
keadaan vakum. Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di
masa lalu adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.

Perbedaan Budaya

Model rsional tidak membut pengakuan akan perbedaan budaya. Kita


perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari pengambil keputusan dapat
membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi masalahnya, kedalaman analitis,
arti penting yang ditempatkan pada logika dan rasionalitas, atau apakah
keputusan organisasional hendaknya diambil secara otokratis oleh seorang
manajer individual atau secara kolektif dalam kelompok.

2.7 Etika Dalam Pengambilan Keputusan

James J. Spillane SJ menyatakan pengertian etika adalah mempertimbangkan


atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambil suatu keputusan yang
berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada penggunaan akal budi manusia
dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya serta tingkah laku
seseorang kepada orang lain.

Adapun fungsi dari etika yaitu sebagai tempat mendapatkan orientasi kritis
yang berhadapan dengan beragam kedaan moralitas yang membingungkan. Selain itu,
etika berfungsi menunjukkan keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual
berfungsi untuk berargumentasi dengan rasional dan kritis.Setelah mengetahui
pengertian dan fungsi dari etika, perlu diketahui juga contoh dalam kehidupan sehari
hari dalam beretika, antara lain berkata jujur, menghormati orang yang lebih tua,
menghargai perbedaan pendapat, menyantuni anak yatim, membela kebenaran dan
keadilan

Tiga Kriteria Keputusan Etis

• Utilarian Keputusan diambil atas dasar konsekuensi mereka. Tujuan kriteria ini
adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang
terbesar.Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis.

• Membuat keputusan konsisten dengan kebebasan dan hak-hak fundamental Kriteria


ini menekankan pada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten
dengan kebebasan hak asasi. Hal ini berarti menghormati hak asasi para
individu, seperti hak atas privasi, berbicara dan proses yang pantas.
• Keadilan Menanamkan dan mendorongaturan-aturan secara adil dan netral
untuk memastikan keadilan atau distribusi yang netral atas manfaat dan biaya.
Kreativitas, Pengambilan Keputusan Kreatif, dan Inovasi dalam Organisasi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh oleh setiap individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan
berusaha menginterprestasikan apa yang ia lihat, interprestasi itu sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi individu yang melihat. Karakteristik
pribadi yang mempengaruhi persepsi terdiri dari sikap, kepribadian, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan. Teori persepsi; persepsi yang
diberikan terhadap orang akan berbeda dengan persepsi terhadap objek mati,
terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan dengan cara
membuat penilaian mengenai orang lain atau persepsi orang adalah teori atribusi :
teori yang mengarahkan bagaimana kita mengamati perilaku individu dan
mencoba menentukan apakah masalah tersebut ditimbulkan secara internal atau
eksternal.

Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau
memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung
meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor
internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai
sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat
persepsi yang lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih)
untuk membuat ramalan. Namun teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam
kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu, pemahaman akan jalan pintas ini
dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini menghasilkan distorsi.
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan
suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu
dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian
besar dipengaruhi oleh persepsi mereka. Dari hasil riset setiap indivdu berbeda
dalam mengambil keputusan melalui pendekatan yaitu; analitis, direktif, konseptual
dan perilaku. Selain dari empat pendekatan tersebut, terdapat juga latar
belakang budaya yang mempengaruhi persepsi individu dalam membuat keputusan.
Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan hal-hal berikut:

1. Perlu persamaan persepsi antara para anggota organisasi tentang penerapan inovasi
di setiap tahapan pengambilan keputusan.

2. Perlu sharing informasi internal secara terus-menerus tentang penerapan inovasi.

3. Dibutuhkan ketepatan waktu dalam memberikan tanggapan balik.

4. Penelitian ini lebih berpusat pada dinamika proses pengambilan keputusan


penerapan inovasi di tingkat organisasi. Oleh karena fokusnya pada organisasasi,
maka aspek individu bukannya diabaikan, tetapi membutuhkan penelitian lain. Untuk
penelitian yang akan datang, disarankan agar memusatkan perhatiannya pada
dinamika proses pengambilan keputusan penerapan inovasi di tingkat individu.

5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
dan studi dokumentasi. Teknik yang masih kurang dalam proses pengumpulan data
adalah observasi langsung dari peneliti. Sarannya, untuk peneliti yang akan datang
disarankan untuk melibatkan observasi dalam dinamika proses pengambilan
keputusan penerapan inovasi baik pada tingkat organisasi maupun di tingkat individu.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-riau/akuntansi-manajemen/
makalah-perilaku-organisasi-persepsi-dan-keputusan-individu/45014115.
https://manajemenmudah.blogspot.com/2016/03/bias-dan-kesalahan-umum-
dalam.html?m=1

https://www.scribd.com/document/409778605/Aplikasi-Spesifikasi-dari-Jalan-
Pintas-dalam-Organisasi-docx

https://jurnalpost.com/persepsi-dan-pengambilan-keputusan-individu-dalam-
perilaku-organisasi/48307

https://accounts.google.com/AccountChooser/signinchooser?continue=https%3A
%2F%2Fclassroom.google.com%2Fc
%2FNjIwNzc0OTA5NTU3&theme=glif&flowName=GlifWebSignIn&flowEntr
y=AccountChooser

Anda mungkin juga menyukai