Anda di halaman 1dari 27

PROSES DAN MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategi Kepimpinan”


(Dosen Pengampu Bapak Ikhsan Abdullah M.Si)

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Ayu Permata Sari (0502192064)
Izzatul Jannah (0502193204)
Akuntansi Syari’ah VIIF

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena memberi Penulis
kenyamanan sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat waktu. Tanpa
bantuan-Nya, tentu saja, Penulis tidak akan dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Shalawat dan salam Penulis limpahkan kepada raja kita tercinta, Nabi Muhammad,
yang kita nanti akan beralih ke syariahnya di akhirat.
        Penulis bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk kelimpahan nikmat
sehat-Nya, baik dalam bentuk kesehatan fisik dan Rohani, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan pembuatan Makalah ini.
       Penulis tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
ada banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk alasan ini, Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk Makalah ini, sehingga Makalah ini
nantinya bisa menjadi Makalah yang lebih baik. Kemudian jika ada banyak kesalahan
dalam Makalah ini Penulis meminta maaf sebesar-besarnya.
Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 11 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengambilan Keputusan .....................................................................................3
B. Proses Pengambilan Keputusan .........................................................................5
C. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan ..........................................................7
D. Model Pengambilan Keputusan..........................................................................11
E. Gaya dan Tipe Pengambilan Keputusan ...........................................................13
F. Etika Pengambilan Keputusan............................................................................16

BAB III
A. Contoh Kasus dalam Perusahaan .......................................................................19
B. Pertanyaan ..........................................................................................................19
C. Penyelesaian .......................................................................................................19

BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik secara
individu ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu organisasi.Pengambilan
keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi.
Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap
organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang
salah akan berdampak buruk pada roda organisasi dan administrasinya.
Pembuat keputusan harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan
bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan
membutuhkan keterampilan mulai dari proses pengumpulan informasi,pencarian
alternatif keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi
dari keputusan yang telah diambil. Pembuatan keputusan juga dilihat sebagai suatu
proses dominan seseorang (pembuat keputusan) memilih dari dua atau lebih alternatif
tindakan yang memungkinkan.
Proses pengambilan keputusan terkait dengan ketepatan pendekatan yang dilakukan
baik tidaknya suatu hasil keputusan tergantung pada pendekatan yang digunakan. Setiap
pendekatan mempunyai kelebihan yang berbeda-beda tergantung pada jenis
permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penggunaan suatu pendekatan tidak
efektif untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi.
Upaya membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan
dimensi keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan
personal menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan untuk
menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut meliputi
kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi antar

1
konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan memahami
genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan budaya
organisasi yang ideal.
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan pengambil
keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami masalah, termasuk
melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain, namum kenyataannya
banyak pemimpin dalam pengambilan keputusan tidak memperhatikan perilaku
pemimpin yang sebaiknya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pengambilan Keputusan ?
2. Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan ?
3. Bagaimana Tahapan Proses Pengambilan Keputusan ?
4. Bagaimana Model Pengambilan Keputusan ?
5. Bagaiamana Gaya dan Tipe Pengambilan Keputusan ?
6. Bagaiamana Etika Pengambilan Keputusan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi Pengambilan Keputusan
2. Memahami Proses Pengambilan Keputusan
3. Memahami Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
4. Memahami Model Pengambilan Keputusan
5. Memahami Gaya dan Tipe Pengambilan Keputusan
6. Memahami Etika Pengambilan Keputusan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang
dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan
pula sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu
kemungkinan pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo (2000), bahwa
keputusan terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan.
Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu: ada pilihan atas
dasar logika atau pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu
yang terbaik dan ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan, selanjutnya dikutipkan pendapat para ahli
mengenai pengertian pengambilan keputusan.
Menurut Steiner (1998) pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu
proses manusiawi yang didasari dan mencakup baik fenomena individu maupun sosial,
didasarkan pada premis nilai dan fakta, menyimpulkan sebuah pilihan dari antar
alternatif dengan maksud bergerak menuju suatu situasi yang diinginkan. Pengertian ini
menunjukkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Steers mengemukakan bahwa
“decision making is a process of selecting among available alternatives”. Artinya
bahwa pengambilan keputusan menyangkut pilihan dari berbagai macam alternatif yang
ada dalam organisasi. Selanjutnya Koontz (1998) mengatakan bahwa pengambilan
keputusan merupakan seleksi berbagai alternatif tindakan yang akan ditempuh
merupakan inti perencanaan. William (1992) mendefinisikan bahwa pengambilan
keputusan sebagai seleksi berbagai alternatif kegiatan yang diusulkan untuk
memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa pengambilan
keputusan senantiasa berkaitan dengan problem atau masalah dalam organisasi, sifat
hakiki dari pengambilan keputusan adalah memilih satu dua atau lebih alternatif

3
pemecahan masalah menuju satu situasi yang diinginkan,melalui keputusan atau
penetapannya orang berharap akan tercapai suatu pemecahan masalah dari problem
yang terjadi.
Kusnadi (2005) menjelaskan yang dimaksud dengan pengambilan keputusan
adalah penetapan atau pemilihan suatu alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia,
dengan memperhatikan kondisi internal maupun eksternal yang ada.
Pengertian tersebut menunjukan dengan jelas beberapa hal, yaitu:
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara
kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara asal jadi karena cara
pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada
sistematika tertentu. Siste- matika tertentu perlu didasarkan pada:
a. Kemampuan organisasi dalam arti tersedianya sumber-sumber materil
yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
b. Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya untuk melaksanakan
keputusan.
c. Filsafat yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang menurut perhitungan akan
mempengaruhi roda administrasi dan manajemen dalam organisasi.
3. Bahwa sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakikat
masalah itu terlebih dahulu diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi, akan tetapi pula
perlu berdasarkan pada fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah
dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta/data itu dapat
dipercayai.
5. Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai
alternatif yang telah diana- lisis secara matang.

4
Terkait dengan fungsi tersebut,maka tujuan pengambilan keputusan dapat
dibedakan:
1. Tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu
masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan
masalah lain dan
2. Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat
ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu
masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau
lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.
Dalam Dekdinas (2002) Konklusi yang diperoleh mengenai pengambilan
keputusan adalah: tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa
sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain, kemungkinan kedua
adalah tujuan pengambilan keputusan dapat juga bersifat ganda (multiple objective)
dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilanya itu sekaligus memecahkan dua
masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif.
Dari beberapa Pengertian Pengambilan Keputusan menurut Para Ahli maka,
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang
sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu,
pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis
masalah dengan menggunakan fakta dan data,mencari alternatif pemecahan,
menganalisis setiap alternatif sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional, dan
penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari keputusan yang diambil.

B. Proses Pengambilan Keputusan


Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari
administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari
fungsi perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia
memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman.

5
Urutan-urutan langkah-langkahnya dalam oteng (1993) yaitu sebagai berikut:
1. Penentuan masalah,
2. Analisa situasi yang ada,
3. Pengembangan alternatif-alternatif,
4. Analisa alternatif-alternatif,
5. Pilihan alternatif yang paling baik.
Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya proses pengambilan keputusan
adalah proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan penyelesaian
yang terbaik. Bila dilakukan secara nalar, memang proses ini lebih panjang dan makan
waktu, namun kemungkinan kesalahannya dapat diperkecil.
Keputusan yang diambil akan dapat diasumsikan baik bila telah memenuhi
ketentuan-ketentuan dalam Anoraga (2001) sebagai berikut:
1. Keputusan diam- bil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi.
2. Sedapat mungkin cepat dan tepat.
3. Bersifat rasional, artinya dapat diterima akal sehat terutama bagi para
pelaksana yang nantinya bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
4. Bersifat praktis dan pragmatis, artinya dapat dilaksanakan dengan
kemampuan yang ada.
5. Berdampak negatif seminim mungkin.
6. Menguntungkan banyak pihak demi kelan- caran kerja dan arah tujuan yang
hendak dicapai.
7. Keputusan yang diambil dapat dievaluasi untuk masa yang akan datang.
Dengan demikian di dalam mengambil sebuah keputusan,harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut dalam Nurs (2003):
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu: tersedianya
sumber- sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil,
kualifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang dianut organisasi, situasi
lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan
manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.

6
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul
dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alter-
natif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal di atas, akan
menimbulkan berbagai masalah:
1. Tidak tepatnya keputusan.
2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan
organisasi baik dari segi manusia, uang mau-pun material.
3. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi
antara kepentingan organisasi dengan orang- orang di dalam organisasi
tersebut.
4. Timbulnya penolakan terha- dap keputusan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa proses pengambilan
keputusan terdiri dari berbagai tindakan yang memanfaatkan berbagai ragam
keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan
berorganisasi. Oleh karena itu, pengambilan sebuah keputusan bukanlah sebuah hal
yang mudah, Karena sebuah keputusan adalah permulaan dari sebuah risiko. Benar,
setiap keputusan mengandung sebuah risiko, yang mau tak mau harus dihadapi ke
depannya, terutama oleh sang pengambil keputusan, yaitu manajer.

C. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan


Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya
sama saja dengan analisis proses kebijakan. Terdapat berbagai pendapat tentang proses
pengambilan keputusan, antara lain Menurut Campbell (1997) adalah sesuatu yang
dapat menentukan tujuan, mengidentifikasi pilihan, menganalisis informasi, dan
menentukan pilihan. Boeh (2002) mengemukakan langkah-langkah dalam mengambil
keputusan meliputi: menuliskan pertanyaan, menentukan pilihanpilihan, mengumpulkan
informasi, membuat daftar pro dan kontra, dan mengambil keputusan. Sedangkan Adair
(2007) mengemukakan lima langkah dalam pengambilan keputusan yakni

7
mendefinisikan tujuan, mengumpulkan data yang relevan, menghasilkan pilihan yang
layak, membuat keputusan, dan mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Proses pengambilan keputusan meliputi sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah yang
ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah hadir karena:
a. Adanya gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat, dengan
tujuan yang ingin diraih atau standar yang ingin dicapai.
b. Adanya halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan itu.
c. Adanya kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya benar.
Perumusan masalah juga terkait dengan sudut pandang. Karenanya
beberapa proses harus dipastikan hadir. Apakah ciri suatu perumusan masalah
yang baik? Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan semua elemen-
elemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu
ditambahkan.
Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada.
Sering kali hal yang kedengarannya sederhana ini menjadi sumber kegagalan
pengambilan keputusan yang benar. Masalah yang sering muncul dalam
pengkajian fakta adalah pemimpin dan orang yang ada di sekitarnya sering
mem- baurkan fakta dengan tafsiran tentang fakta tersebut.Sebuah perumusan
yang baik mengidentifikasikan semua elemenelemen yang relevan, elemen apa
yang absen, dan elemen apa yang perlu ditambahkan.
2. Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang
dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Adapun proses pemecahan
masalah dalam pengambilan keputusan yaitu:
a. Fase pengumpulan fakta.
b. Fase penemuan ide.
c. Fase penemuan solusi.
Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah
serta mengumpulkan masalah serta menganalisis data yang penting. Satu cara

8
untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai dulu
melihat masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-jutkannya dengan
menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan
untuk membedakan antara gejala dari masalah yang sebenarnya. Fase
penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide yang mungkin dipakai
dan kemudian mencari ide yang terbaik. Dapat saja berbagai ide yang ada
dimodifikasi dan dikom-binasikan. Fase penemuan solusi ini meliputi kegiatan
mengidentifi-kasi dan mengevaluasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan
bagaimana cara melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi penentuan
pendapat, analisis dan penerimaan/pemberian kritik. Setiap ide yang ada diberi
nilai/bobot masing- masing.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
a. Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis.
b. Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat.
c. Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan
intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari
kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim- bangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu

9
yang panjang karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil
atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan
pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang
terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak
dapat dioperasionalkan apa- bila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh
personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar
pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama
dapat diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan manusiawi.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu
menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang
negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan
pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti
ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur
dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan.
Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak
setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi
debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin. Berdasarkan pendapat
pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan proses pengambilan keputusan
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:
a. Perumusan masalah,
b. Penentuan kriteria pemecahan masalah,
c. Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah,
d. Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah,
e. Pemilihan alternatif yang terbaik,
f. Penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih.

10
D. Model Pengambilan Keputusan
Ada beberapa model pegambilan keputusan
1. . Model klasik : Mengoptimalkan strategi.
Teori keputusan klasik berasumsi bahwa keputusan harus benar-benar
rasional, menggunakan strategi optimalisasi dengan mencari alternatif terbaik untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan dan sasaran.
Menurut model klasik, proses pengambilan keputusan adalah serangkaian
langkah berurutan:
a. Identifikasi masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran.
c. Menetapkan berbagai alternatif.
d. Mempertimbangkan konsekuensi dari berbagai alternatif.
e. Menilai semua alternatif berdasakan tujuan dan sasaran.
f. Memilih alternatif terbaik.
g. Akhirnya, keputusan diimplementasikan dan dievaluasi.
Model klasik adalah model normatif, deskripsi yang ideal berfungsi sebagai
pembuat keputusan (model deskriptif). Kebanyakan sarjana, pada kenyataannya,
pertimbangkan model klasik ideal realistis, jika mereka mau mengakuinya.
Pengambil keputusan hampir tidak pernah memiliki akses ke semua informasi yang
relevan . Selain itu, menghasilkan semua kemungkinan alternatif dan konsekuensinya
adalah mustahil
Sedangkan model dan metode pengambilan keputusan rasional dengan dasar
asumsi-asumsi yaitu :
a. Kejelasan masalah dan tidak mendua.
b. Pilihan-pilihan diketahui yaitu semua kreteria dapat diidentifikasi dan
disadari konsekuenya.
c. Pilihan yang jelas yaitu kreteria dan alternatif dapat diperingkatkan dan
ditimbang akan arti pentingnya.
d. Pilihan yang konsisten.
e. Tidak ada batasan waktu atau biaya.
f. Pilihan alternatif yang menghasilkan nilai yang dirasakan paling tinggi

11
2. Model administrasi: Strategi yang memuaskan
Mengingat keterbatasan dari model klasik, seharusnya tidak mengejutkan
bahwa pendekatan konseptual lebih realistis untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi yang telah berevolusi. Kompleksitas masalah organisasi dan kapasitas
terbatas dari pikiran manusia membuatnya hampir mustahil untuk mengoptimalkan
strategi. Herbert Simon adalah orang pertama yang memperkenalkan model
administrasi pengambilan keputusan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat
dari cara administrator. Pendekatan dasar satisficing yaitu, menemukan solusi yang
memuaskan daripada yang terbaik. Sebelum menganalisis strategi satisficing secara
detail, kita kaji lebih dahulu asumsi dasar atas model-model yang digunakan.
Beberapa asumsi dasar tersebut adalah:
a. Pengambilan keputusan administratif merupakan proses dinamis yang
memecahkan beberapa masalah organisasi dan menciptakan orang lain.
Keputusan spesifik yang mendorong pencapaian tujuan organisasi sering
mengganggu kondisi lain yang juga penting. Peter M. Blau dan W.
Richard Scott menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan adalah
dialektis: "masalah muncul, dan sementara proses pemecahan mereka
cenderung menimbulkan masalah baru”. Jadi yang terbaik, pengambilan
keputusan oleh eksekutif bijaksana dan terampil dan staf mereka harus
mengarah pada keputusan yang lebih rasional, tapi biasanya tidak akan
menghasilkan keputusan akhir. Sifat kompleks organisasi biasanya
menghalangi kemungkinan itu.
b. Rasionalitas lengkap dalam pengambilan keputusan tidak mungkin, karena
itu, para administrator berupaya memuaskan, karena mereka tidak
memiliki kemampuan atau kapasitas kognitif untuk memaksimalkan
proses pengambilan keputusan
Administrasi yang efektif memerlukan pengambilan keputusan rasional.
Keputusan rasional itu ketika mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan
orang-orang biasanya mencoba untuk membuat keputusan yang rasional. Keputusan
administratif, bagaimanapun, seringkali sangat kompleks, dan rasionalitas terbatas
untuk sejumlah alasan:

12
a. Semua alternatif tidak dapat dipertimbangkan karena terlalu banyak
pilihan yang terdapat dalam pikiran.
b. Semua konsekuensi yang mungkin untuk setiap alternatif tidak dapat
diantisipasi karena kejadian masa depan yang sangat sulit untuk diprediksi
dan dievaluasi.
c. Akhirnya, rasionalitas dibatasi tidak hanya oleh administrator, kapasitas
pemrosesan informasi, tetapi juga oleh keterampilan mereka sadar,
kebiasaan, dan refleks, serta nilai-nilai dan konsepsi tujuan yang dapat
menyimpang dari wadah organisasi.
Pengambilan keputusan adalah pola tindakan umum, ditemukan dalam
administrasi rasional, semua tugas utama dan bidang fungsional dalam organisasi.
Dalam memutuskan, mereka yang bertanggung jawab umumnya melalui pola umum
tindakan yang meliputi:
a. Mengenali dan mendefinisikan masalah atau isu.
b. Menganalisis kesulitan dalam situasi.
c. Menetapkan kriteria untuk solusi yang memuaskan.
d. Mengembangkan strategi untuk tindakan.
e. Memulai rencana aksi.
f. Mengevaluasi hasil

E. Gaya dan Tipe Pengambilan Keputusan


Sedangkan gaya atau tipe pengambilan keputusan terdapat empat macam, yaitu:
1. Gaya Direktif
Gaya Direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan mencari
rasionalitas. Mereka itu efisien dan logis, tetapi hanya menggunakan informasi
minimal dan sedikit alternatif. Manajer tipe ini mengambil keputusan dengan cepat
dan orientasi jangka pendek. Pengambilan keputusan ini dapat dicontohnya dalam
surah ayat 35-36 yang berbunyi :

13
“Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu Termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh
syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami
berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan
bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan."
Pada contoh di atas, mengambarkan bagaimana Allah Swt memberikan
putusan yang secara direktif atau langsung baik kepada Nabi Adam As untuk
tinggal di surga dan juga di saat yang lain, ketika setan tidak patuh atas perintah
Allah, juga diberikan putusan secara langsung supaya setan segera keluar dari
surga.
2. Gaya Analitik
Gaya Analitik memiliki toleransi yang lebih besar terhadap ambiguitas
dan mengarah keinginan menggunakan lebih banyak informasi dan lebih banyak
alternatif. Manajer tipe ini sangat cermat dalam mengambil keputusan.
Bila tarik kepemimpinan analitik ini adalah tentang kisah pengambilan
keputusan rasulullah Saw. Seperti kisah rasulullah dalam meletakkan batu hajar
aswad pada saat di Ka’bah dilanda banjir hingga mengakibatkan dinding Ka’bah
runtuh dan hancu dan kemudian dibangun lagi, pada saat kaum Quraisy
meletakkan Hajar Aswad di tempat semula yaitu di sudut dinding sebelah timur.
Dalam meletakkan Hajar Aswad ini, mereka terjadi perselisihan antara kabilah
yang satu dengan kabilah yang lain, karena menurut masing-masing kabilah
dirinyalah yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula,
dengan mengajukan berbagai alasan dan hujjah. Hampir saja terjadi adu
kekuatan dan pertumpahan darah, ada sesepuh Quraisy yang paling disegani

14
bernama, Abu Umayyah bin AIMughiroh Al-Makhzumy datang ketengah-
tengah kaum Quraisy untuk mendamaikan dengan mengusulkan agar orang
meletakkan Hajar Aswad yaitu Muhammad bin Abdullah karena dikenal Al-
Amin.
Lalu Muhammad minta sehelai kain, kemudian kain itu dibentangkannya
di atas tanah, diambilnya Hajar Aswad itu lalu diletakkannya di atas kain itu,
seraya berkata: Hendaklah sesepuh dan masing-masing kabilah memegang
pinggir kain dan mengangkat Hajar Aswad yang diatasnya bersama-sama
menuju ke tempatnya. Kemudian Muhammad menempatkan Hajar Aswad itu di
tempatnya dengan kedua tangannya dan selesailah sudah pekerjaan itu. Dengan
demikian masing-masing kabilah merasa ikut ambil bagian dalam meletakkan
Hajar Aswad melalui pucuk kain yang dipegangnya.
3. Gaya Konseptual
Gaya Konseptual menjadi cendrung sangat luas pandangannya dan
mempertimbangkan banyak alternatif orientasinya jangka panjang dan sangat
banyak dalam menemukan solusi yang kreatif terhadap masalah yang dihadapi.
Pada kasus gaya konseptual ini mungkin dapat dicontohkan oleh sahabat
Muadz, ketika diutus Rosulullah menjadi duta ke Yaman.

15
“Ketika Rasul mengutus Mu’adz ke Yaman, Beliau bertanya: wahai
Mu’adz, bagaimana caramu memberikan putusan/hukum? Dia menjawab; aku
memutuskan/menghukumi berdasarkan ketentuan dari al-Qur’an. Lalu Rasul
bertanya lagi: Bagaimana kalau tidak ada dalam al-Quran? Mu’adz menjawab,
maka aku memutuskan berdasarkan sunnah Rasul SAW. Rasul bertanya lagi:
bagaimana bila tidak kau temukan dalam sunnah Rasul? Mu’adz menjawab:
maka aku berijtihad berdasarkan pendapatku sendiri. Rasul bersabda: Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk/taufik kepada duta Rasul Saw.
(HR. Tirmidzi).
4. Gaya Behavioral (tingkah laku)
Ini dicirikan dengan mengambil keputusan yang bisa bekerja baik
dengan yang lain. Manajer tipe ini memperhatikan kinerja rekan kerja dan
bawahan serta r`eseptif terhadap usulan-usulan dari yang lain yang sangat
mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi. Manajer gaya ini mencoba
menghindarkan konflik dan mengupayakan penerimaan. Pada gaya
pengambilan keputusan behavior dapat dijelaskan dengan kisah Rasullullah Saw
di saat ditanya oleh wanita tua rentah yang menanyakan dalam dirinya kepada
rasulullah. Wahai utusan Allah (Rasulullah) bisakah diriku masuk surga? Beliau
menjawab, bahwa Engkau tidak bisa masuk surga. Akhirnya nenek itu menangis
dengan tanpa tanya kepada lagi, akhirnya rasulullah tersenyum kepadanya.
Bahwa di surga tidak ada nenek yang masuk surga, semua orang yang ada di
surga umur sebaya, anak-anak, kakek-kakekm atau nenek-nenek kelak akan
menjadi mudah lagi. Akhirnya wanita tua rentah merasa gembira.

F. Etika Pengambilan Keputusan


Setiap organisasi ada kode etik atau etikanya dalam segala hal demi terwujudnya
situasi yang menarik dan kondusif dalam organisasi. Begitu pula dalam masalah
pengambilan keputusan juga terdapat kode etiknya, adapun kode etik dalam mengambil
keputusan terdapat tiga kriteria yaitu:
1. Kriteria Utilitarian dimana keputusan-keputusan diambil semata-mata atas
dasar hasil atau konsekuensi mereka. Tujuan utilitarianisme adalah

16
memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan
ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis yang konsisten
dengan tujuan-tujuan seperti efisiensi, produktivitas dan laba yang tinggi.
2. Kriteria Perlindungan hak kriteria ini mempersilakan individu untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan
mendasar Seperti dikemukakan dalam dokumen-dokumen HAM. Penekanan
kriteria ini adalah menghormati dan melindungi hak dari individu seperti hak
keleluasaan pribadi dan kebebasan berbicara.
3. Kriteria Keadilan kriteria ini mensyaratkan individu untuk menerapkan
aturanaturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian
manfaat dan biaya yang pantas kriteria ini membenarkan pembayaran upah
yang sama kepada orang-orang untuk pekerjaan tertentu tanpa
memperhatikan perbedaan kinerja dan senioritas dalam pengambilan
keputusan pemberhentian massal.
Menurut Filsuf Alexander Macintyre dalam buku Kepemipinan dalam Perilaku
Organisasi mengidentifikasi empat sifat yang harus menjadi ciri seorang pengambil
keputusan dalam menangani persoalan sosial, yaitu:
1. Kebenaran dengan tidak menyederhanakan kompleksitas secara berlebihan
dalam memandang persoalan sebaiknya meninjau semua variabel pokoknya
kemudian memadukan menetapkan perioritas dan implikasinya.
2. Keadilan dengan menilai biaya serta manfaat dan mengalokasikan biaya
kepada mereka yang memperoleh manfaat.
3. Kemampuan untuk merencanakan hal yang belum diketahui dengan
memperhitungkan perubahan, menetapkan dimana perubahan itu mungkin
akan muncul dan menuntut memutuskan perintah untuk menentukan
tindakan.
4. Keluwesan dalam menyesuaikan terhadap perubahan dengan cara
merencanakan, melaksanakan dan sebagai tanggapan terhadap indikasi yang
baru merencanakan ulang dan melaksanakan ulang.
Di samping itu, terkadang ada juga hal-hal atau faktor yang mempengaruhi
seseorang mengambil keputusan melalui aspek etis atau tidak etis ada tiga hal, yaitu:

17
1. Tahap Perkembangan Moral adalah suatu penilaian dari seseorang untuk
menimbang apakah secara moral benar atau tidak makin tinggi perkembangan
moral seseorang maka ketergantungannya pada pengaruh luar makin kurang
dan Ia cenderung untuk berperilaku secara etis.
2. Lingkungan Organisasional yaitu merujuk pada suatu persepsi karyawan
mengenai pengharapan organisasional. Apakah organisasi itu cenderung dan
mendorong perilaku etis dengan memberikan jalan atau menghalangi perilaku
tidak etis dengan memberikan hukuman.
3. Tempat Kedudukan Kembali atau Budaya Nasional apa yang tanpa etis di
Indonesia belum tentu etis pula di Amerika karena tidak ada standar etis yang
global suap di Indonesia bisa dianggap budaya yang etis, tetapi di Amerika
bisa dianggap tidak etis.

18
BAB III
STUDI KASUS

A. Contoh Kasus Dalam Perusahaan


PT. Duta Fajar Prima merupakan Perusahaan kecil yang bergerak dalam bidang
percetakan dan perdagangan, mengalami konflik antar pegawai. Konflik ini berawal dari
salah satu staf yang telah lebih dulu bekerja yang membocorkan informasi nominal gaji
para pegawai ke beberapa para pegawai perusahaan dengan alasan iseng, sehingga isu
yang awalnya kecil mulai membesar dan menyebar ke semua pegawai. Karena berita
terkait perbedaan gaji menjadi bahan perbincangan terus-menerus dan hal ini tentunya
mulai menimbulkan kesenjangan antara satu pegawai dengan pegawai yang lainnya
ketika tahu mereka bekerja di satu divisi yang sama namun nominal gaji yang mereka
terima berbeda atau bahkan nominal gaji pegawai baru lebih besar dibandingkan dengan
nominal gaji pegawai yang telah bekerja lebih dulu. Sehingga dengan adanya kebocoran
informasi yang dilakukan oleh satu pegawai menjadikan lingkungan kerja tidak
kondusif dan tidak sehat, hal ini juga memicu penurunan produktivitas kerja perusahaan
sehingga dapat menimbulkan kerugian perusahaan.

B. Pertanyaan
1. Bagaimanakah cara perusahaan mengambil keputusan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut ?
2. Kebijakan apa yang harus diambil perusahaan dalam menindaklanjuti kasus
diatas ?
3. Apa yang harus dilakukan perusahaan agar kedepannya tidak terjadi pembocoran
informasi terkait antar pegawai ?

C. Penyelesaian
1. Suatu Perusahaan pasti pernah mengalami konflik atau permasalahan baik itu
dari internal maupun eksternal, maka dari itu pengambilan keputusan menjadi
sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan yang
muncul . Berdasarkan dari permasalahan yang dipaparkan diatas, di perlukan

19
pengambilan keputusan secara terprogram yang dilakukan oleh manajer. Dimana
manajer akan menggunakan aturan, kebijakan dan keputusan yang biasa
memang dilakukan oleh perusahaan. Dalam hal kasus ini penyelesaian konflik
harus melibatkan dua belah pihak, yaitu pihak perusahaan dan pegawai, baik
pegawai yang menyebarkan informasi maupun pegawai yang merasa keberatan
adanya perbedaan gaji tersebut. Hal yang harus dilakukan adalah :
a. Mengidentifikasi Permasalahan
Manajer harus terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan apa yang
terjadi di dalam perusahaan. Terkait kasus di atas ketika manajer
mengidentifikasi bahwa terjadinya kesenjangan di dalam perusahaan untuk
mengetahuinya maka, manajer harus terlebih dahulu mencari akar
permasalahan tersebut. Caranya manajer bisa memanggil beberapa pegawai
dan menanyakkan langsung kenapa permasalahan terkait gaji ini bisa terjadi.
b. Mencari Alternatif Penyelesaian
Ketika manajer telah menemukan akar dari permasalahan yang terjadi di
perusahaan, maka manajer akan menentukan alternatif-alternatif yang akan
dipakai dalam penyelesaian permasalahan. Manajer dapat menggunakan
pendekatan Pattemed yaitu dengan memakai aturan perusahaan yang sudah
ada. Dimana manajer bisa memberikan surat peringatan kepada pegawai
yang membocorkan informasi atau memberhentikannya dari perusahaan.
Begitu juga alternatif untuk pegawai yang merasa keberatan dengan adanya
perbedaan gaji, Perusahaan bisa memberikan penjelasan terkait permsalahan
tersebut atau memberikan kebijakan lain dalam memotivasi kinerja pegawai.
c. Mengevaluasi Alternatif
Terdapat beberapa pilihan alternatif yang ditentukan dalam penyelesaian
masalah diatas, namun kembali lagi manajer harus meninjau dan memastikan
bahwa alternatif yang dipilih tidak berdampak negatif bagi kedua belah
pihak, baik itu pihak dari perusahaan maupun pegawai
d. Menjalankan Keputusan
Setelah menentukan dan mengevaluasi manajer tinggal menerapkan atau
melaksanakan dari alternative-alternatif yang telah dipilih. Memanggil

20
kembali pihak-pihak yang terkait dalam permsalahan ini, menjelaskan
dengan baik-baik bagaimana perhitungan gaji diambil. Seperti perhitungan
gaji diambil dari kerajinan, kedisplinan, kerumitan pekerjaan serta hasil
pekerjaan. Begitu juga untuk pegawai yang membocorkan informasi.
Perusahaan dapat memberikan surat peringatan sebagai tanda bahwa apa
yang telah dilakukan dapat merugikan perusahaan serta menyebabkan konfli
antar pegawai.
e. Mengevaluasi dan Pengendalian
Perusahaan melakukan peninjauan apakah penyelesaian permasalahan
dengan alternatif yang dipilih berjalan dengan setuju tujuan atau tidak serta
melihat kembali apakah ada konflik tambahan dari permasalahan ini atau
tidak, jika masih terjadi konflik tambahan maka manajer dengan cepat
mencari solusi untuk mengatasinya.

2. Dalam kasus ini perusahaan dapat memanggil pihak-pihak terkait yang ada
dalam permasalahan ini, seperti pegawai yang melakukan pembocoran informasi
dan beberapa pegawai yang merasa keberatan dengan perbedaan gaji tersebut.
Manajer harus bersikap objektif, tidak merugikan perusahaan dan tidak
merugikan karyawan. Perusahaan bisa dengan member surat peringatan kepada
pihak terkait pelaku pembocoran informasi perusahaan, karena dalam kasus ini
pelaku menyebabkan konflik antar pegawai, menyebabkan menurunnya
produktivitas karyawan sehingga merugikan perusahaan. Perusahaan bisa
menjelaskan kepada pegawai yang merasa keberatan terkait perbedaan gaji ini
dengan baik-baik terkait perhitungan gaji yang diterima setiap pegawai, seperti
perhitungan dilihat dari kedisplinan, kerajinan, kerumitan pekerjaan dan hasil
kerja. Manajer juga memastikan bahwa kebijakan tersebut tidak berdampak
negatif baik bagi perusahaan maupun pegawai.

3. Menurut Kelompok Kami jika memang perusahaan sepanjang ini tidak membuat
atau memberikan slip gaji kepada setiap pegawai, maka dengan adanya kasus ini
perusahaan harus membuat pendataan upah kerja setiap karyawan yang ada

21
dengan detail dan terperini seperti, jumlah pokok upah yang diterima pegawai,
potongan upah kerja beserta sebabnya (jika ada), nantinya hasil final
perhitungan gaji akan diberikan kepada setiap karyawan yang bersangkutan
sehingga karyawan mengetahui data setransparan mungkin. Jika perusahaan
telah memberikan perhitungan gaji secara transparan namun masih ada pegawai
yang menyebarkan isu terkait gaji, maka perusahaan bisa memberikan surat
peringatan kepada karyawan namun jika memang perusahaan sudah memberikan
slip gaji kepada setiap karyawan sebelum permasalahan ini maka, perusahaan
dapat membuat perjanjian non disclosure aggrement dengan pegawai yang
memang dipercaya oleh perusahaan.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu alternatif dari
beberapa alternatif yang tersedia, dengan memperhatikan kondisi internal maupun
eksternal yang ada. Jadi pengambilan keputusan akan menjadi lebih baik, bila didasari
dengan data dan mengkaji masalah-masalah yang matang sebelum mengambil
keputusan. Sedangkan tipe pengambilan keputusan terdapat empat macam, yaitu : Gaya
Direktif, Gaya Analitik, Gaya Konseptual, Gaya Behavioral. Kode etik dalam
mengambil keputusan terdapat tiga kriteria yaitu ; Kriteria Utilitarian, Kriteria
Perlindungan, Kriteria Keadilan. Proses pengambilan keputusan menurut langkah-
langkahnya yaitu sebagai berikut: Penentuan masalah, Analisa situasi yang ada,
Pengembangan alternatif-alternatif, Analisa alternatif-alternatif, dan Pilihan alternatif
yang paling baik.

B. Saran
Untuk menjadi Pemimpin maka, harus mampu mengambil Keputusan dan
Keputusan diambil harus melalui proses dan tahapan agar keputusan yang diambil
mampu menciptakan kedamaian dan mampu memecahkan permasalahan yang ada.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adair, John. 2007 .Decision Making dan Problem Solving Strategies. London: Kogan
Page.
Anoraga,P. 2001. Psikologi Kepemimpinan,Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Boehm R.G. & Webb, B. 2002. Skills Handbook Using Social Studies. Columbus, OH:
SRA/McGraw-Hill
Depdiknas R.I. 2002. Proses Pengambilan Keputusan.Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat
Pertamam.
Indriyo, Gitosudarmo. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE
Koontz. 1998. Manajemen.terj.Tim Dosen Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia
Jakarta: Erlangga.
Kusnadi,dkk. 2005 .Pengantar Manajemen: Konsepsual & Perilaku, (Malang: Unibraw,
2005).
Nurs. 2003. Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung
Steiner, A. George. 2010. Kebijakan Strategi Manajemen, terj. Tim Dosen Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, (Jakarta: Erlangga, Sunarto.2004. Perilaku
Organisasi.Yogyakarta: Amus.
Sutisna Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional . Bandung : Angkasa
Vincent, Campbell, et al., 1997. Decisions Based on Science. Arlington VA: National
Science Teachers Association
Wanrich, William J. 1992. Leadership in Administration, of Vocational and Tehnical
Education. Ohio: Charles, E. Merril Publishing Company A Bell & Howell
Company

24

Anda mungkin juga menyukai