Anda di halaman 1dari 6

Nama : Iftah Rizkiyah

NPM : CA211110031
Mata Kuliah : Pengambilan Keputusan
Dosen Pengampu : Dinda Aulia Rahman, SE., MA

MODUL 1
PENGANTAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DEFINISI
Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemikiran dalam pemecahan masalah untuk
memperoleh hasil yang akan dilaksanakan. Dalam manajemen, pengambilan keputusan
memegang peranan penting karena keputusan yang diambil oleh manajer merupakan hasil
pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau organisasi yang ia pimpin.
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah,
identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi .
Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam
pengambilan keputusan. Keputusan merupakan hasil akhir dalam mempertimbangkan sesuatu
yang akan dilaksanakan.
Pengambilan keputusan merupakan proses rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta,
informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai
paling baik dan tepat. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang terutama bagi seorang pemimpin.
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor
kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan
tunggal, artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling
terkait dengan masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan
alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Ada beberapa teori yang
paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan yaitu :
TEORI RASIONAL KOMPREHENSIF
Teori ini mempunyai beberapa unsur antara lain:
1. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan
dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang
dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah).
2. Kemudian Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat
keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
3. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
4. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
5. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan
dengan alternatif lain.
6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan
sasaran yang ditetapkan.
TEORI INKREMENTAL
Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran antara lain:
1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal.
3. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan
akibatnya.
4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan
sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
5. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap masalah.
Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari
kesepakatan guna mengambil keputusan.
6. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi
keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil
terbatas, praktis dan dapat diterima. Namun, Ada beberapa kelemahan dalam teori
inkremental ini antara lain:
1. Keputusan keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan
kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok
lemah terabaikan,
2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijakan lain,
3. Kemudian Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang
inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan
yang besar dan mendasar
4. Gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan
dan terpeliharanya status quo.
TEORI PENGAMATAN TERPADU (MIXED SCANING THEORY)
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat keputusan
menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi yang berbeda
beda. Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan kompromi yang
menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model inkremental dalam
proses pengambilan keputusan. Selain teori di atas, terdapat teori lain: Brinckloe (1977)
menyampaikan ada berbagai aliran yang menampilkan teori-teori pengambilan keputusan
yang berbeda yaitu aliran birokratik, aliran manajemen saintifik, aliran hubungan
kemanusiaan, aliran rasionalitas ekonomi, aliran satisficing.
1. Aliran Birokratik, Teori ini memberikan tekanan yang cukup besar pada arus dan
jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi.
2. Aliran manajemen saintifik, Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugastugas
itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-elemen logis yang dapat digambarkan secara
saintifik.
3. Aliran hubungan kemanusiaan Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat
lebih baik apabila lebih banyak perhatian diberikan kepada manusia dalam organisasi
tersebut.
4. Aliran rasionalitas ekonomi, Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit
ekonomi yang mengkonversi masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang
harus dilakukan dengan cara yang paling efisien.
5. Aliran satisficing Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna.
Aliran ini yakin bahwa para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu
membuat keputusan yang cukup rasional.
KONTEKS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kemampuan dan kemahiran seseorang (terutama pejabat pimpinan) dalam mengambil
keputusan secara rasional, logis, realistic, dan pragmatis merupakan suatu tolak ukur utama
dalam mengukur efektivitas kepemimpinan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
haruslah dilihat sebagai salah satu fungsi utama setiap pejabat pimpinan terlepas dari bentuk,
tipe, jenis dan ukuran organisasi yang dipimpinnya.
MODUL 2
RASIONALITAS TERBATAS
DEFINISI DAN KONSEP RASIONALITAS
A. RASIONAL
Banyak model ilmu sosial yang berasumsi bahwa manusia adalah makhluk rasional, karena
mengambil keputusan dengan memilih alternatif terbaik dan bukan melalui emosi. Teori
rasionalitas terbatas tidak setuju dengan asumsi ini. Rasionalitas terbatas Herbert Simon
menggunakan istilah seperti “substantif” dan “prosedural” untuk membedakan pengertian
perilaku manusia yang rasional.
Rasionalitas melibatkan:
• Daftar semua alternatif perilaku yang tersedia dan memungkinkan
• Menentukan semua hasil dan konsekuensi yang akan dihasilkan dari setiap alternatif
yang dapat diambil seseorang di masa depan. (baik secara deterministik atau dalam
bentuk distribusi probabilistik).
• Dan membandingkan alternatif-alternatif tersebut dengan evaluasi yang dilakukan
terhadap serangkaian konsekuensi yang akan mengikuti masing-masing alternatif
tersebut. Itu harus mengikuti tujuan yang telah ditentukan sebelumnya seperti utilitas,
keuntungan, atau fungsi pembayaran tertentu lainnya.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Rasional adalah menurut pikiran dan
pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal.
RASIONAL TERBATAS
Rasionalitas berbatas (bounded rationality) adalah kenyataan sehari hari kehidupan manusia.
Sistem kognitif bekerja dengan baik dengan bahan-baku terbatas (mis.sampel terbatas),
berbasis teori pertaruhan (game theory), prediksi masa depan dapat dilakukan secara tepat
berbasis satu atau dua informasi saja. Asumsi Rasionalitas berbatas (bounded rationality)
cukup lama bertahan dalam teori organisasi. Asumsi tersebut berasal dari domain ilmu
ekonomi, yang mengasumsikan bahwa manusia selalu mengambil keputusan secara rasional.
Teori rasionalitas terbatas dalam perilaku ekonomi menyatakan bahwa seseorang membuat
penilaian berdasarkan jumlah informasi yang terbatas dan kapasitas kognitif mereka. Hal ini
berbeda dengan asumsi umum dalam model ekonomi bahwa masyarakat adalah orang yang
rasional dan mudah mengambil keputusan secara optimal. Menurut teori ini, individu yang
rasional akan membuat keputusan yang memuaskan, bukan keputusan yang optimal.
Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) ditandai dengan aktivitas mencari dan
memuaskan. Alternatif dicari dievaluasi secara berurutan. Jika sebuah alternative telah
memenuhi kriteria minimum secara implisit maupun eksplisit, maka dikatakan memuaskan
dan pencarian selesai. Proses pencarian mungkin lebih mudah dengan mengidentifikasi
aturan di lingkungan tugas.
MODUL 3
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN BERPIKIR
SISTEMATIS
Berfikir sistematis merupakan kemampuan untuk memproses informasi, menganalisis
masalah, dan mengambil keputusan dengan metode yang terstruktur, logis, dan terorganisir.
Ini melibatkan penggunaan pendekatan teratur dalam memecahkan masalah atau mengatasi
situasi kompleks. Berikut beberapa pendapat Berfikir Kritis menurut pendapat ahli: b. 1.
Peter Senge Dalam Bukunya yang berjudul "The Fifth Discipline: The Art & Practice of The
Learning Organization". Peter Senge menjelaskan bahwa konsep berfikir sistematis dalam
konteks organisasi dan manajemen. Berfikir sistematis sebagai "kemampuan untuk melihat
keseluruhan sistem, mengidentifikasi pola pola dan hubungan di dalamnya, dan memahami
dampak keputusan di satu area terhadap seluruh sistem." Peter Senge membahas konsep
berpikir sistematis sebagai salah satu komponen penting dalam membangun organisasi yang
mampu belajar dan berkembang. Berikut beberapa pemahaman Peter Senge dalam
mendeskripsikan berpikir sistematis dalam bukunya: a. Kemampuan Melihat Keseluruhan
(Seeing the Whole) Menurut Senge, berpikir sistematis melibatkan kemampuan untuk
melihat organisasi atau masalah dalam konteks yang lebih besar. Ini berarti tidak hanya
memandang bagian-bagian terpisah dari suatu sistem, tetapi juga memahami bagaimana
bagian-bagian tersebut saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain. Pemahaman
tentang keseluruhan sistem membantu dalam merancang solusi yang lebih efektif. Identifikasi
Pola dan Hubungan (Identifying Patterns and Relationships) Berfikir sistematis melibatkan
kemampuan untuk mengidentifikasi pola pola dan hubungan-hubungan yang ada dalam suatu
sistem. Ini mencakup pengamatan. Dari beberapa penjelasan diatas dapat dipahami secara
umum bahwa berpikir sistematis merupakan suatu pendekatan atau proses berpikir yang
terorganisir, logis, dan terstruktur dalam menghadapi masalah, mengambil keputusan, atau
mengevaluasi situasi. Ini melibatkan langkah-langkah tertentu yang dirancang untuk
memahami, menganalisis, dan mengatasi masalah atau situasi dengan lebih efektif. Berikut
adalah beberapa aspek umum dari berfikir sistematis: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pendekatan Terstruktur:
Berfikir sistematis melibatkan penggunaan metode atau pendekatan yang terstruktur dan
terorganisir dalam memecahkan masalah. Ini dapat mencakup pembuatan daftar langkah-
langkah, penggunaan alat analisis, atau penggunaan kerangka kerja tertentu. Analisis
Informasi: Ini mencakup pengumpulan dan analisis informasi yang relevan dengan masalah
atau situasi yang sedang dihadapi. Ini membantu dalam pemahaman yang lebih baik tentang
masalah tersebut. Pertimbangan Alternatif: Berfikir sistematis melibatkan pertimbangan
berbagai alternatif atau solusi yang mungkin untuk masalah yang dihadapi. Ini mencakup
menganalisis konsekuensi dari masing-masing alternatif tersebut. Tujuan yang Jelas:
Biasanya, berfikir sistematis melibatkan penentuan tujuan yang jelas atau hasil yang
diinginkan. Ini membantu dalam menilai apakah solusi atau keputusan yang diambil sesuai
dengan tujuan tersebut. Logika dan Rasionalitas: Berfikir sistematis didasarkan pada logika,
rasionalitas, dan bukti yang tersedia. Ini berarti menghindari pemikiran emosional atau
impulsif dan menggunakan fakta dan data yang relevan. Berpikir sistematis membantu dalam
meminimalkan pengambilan keputusan yang impulsif atau terlalu subjektif. Hal ini
memungkinkan untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi, lebih akurat, dan lebih
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam beberapa situasi, langkah langkah ini
mungkin perlu dilakukan dengan cepat, sementara dalam situasi lain, proses pengambilan
keputusan bisa lebih panjang dan kompleks. Itu tergantung pada kompleksitas masalah dan
tingkat risiko yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai