Anda di halaman 1dari 8

Teori Pengambilan Keputusan Agar Keputusan

Menjadi Efektif dan Adil


Setiap manusia pasti selalu mengambil keputusan baik untuk dirinya sendiri atau untuk
kepentingan kelompok. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan dengan sembrono. Hal ini
menyangkut soal kehidupannya sekarang, masa lalu, dan masa depan.
Teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai cara memilih alternatif
yang tepat untuk dijadikan sebagai sebuah keputusan. Biasanya berkaitan dengan perilaku
seseorang dalam memutuskan sesuatu.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan bertindak hanya
berdasarkan persepsinya terhadap situasi yang sedang dihadapinya. Hal ini disebabkan karena
setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda.Sehingga, akan berpengaruh pada pengambilan
keputusan yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan
pengaruh pilitik ekonomi, dan sosial.
Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri ataupun
faktor lingkungan. Berikut akan dibahas mengenai teori pengambilan keputusan. Grameds dapat
menyimak paparan di bawah ini yang telah dirangkum dari berbagai artikel ilmiah dan laman di
internet.

Teori Pengambilan Keputusan (Behavioral Decision


Theory)
Harold dan Donnel, mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai pemilihan di antara
alternatif suatu cara bertindak. Hal tersebut menjadi inti dari perencanaan, sebuah rencana tidak
dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk
atau reputasi yang telah dibuat.
Adapun teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menelaah mengenai keputusan dan
berkaitan dengan perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan. Teori ini
mengungkapkan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan tindakan hanya
berpijak pada persepsinya pada situasi yang sedang dihadapi.
Setiap orang memiliki struktur pengetahuan yang berbeda dan akan berpengaruh pad acara
pembuatan suatu keputusan. Yang mana, keputusan tersebut tidak dapat dilepaskan dari berbagai
konteks sosial berupa tekanan-tekanan dan pengaruh-pengaruh politik, ekonomi, dan sosial.
Seseorang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan tidak akan menggunakan
pikiran rasional jika telah merasa bahwa keputusan yang diambil sangat erat kaitannya dengan
kepentingan pribadinya. Hal tersebut dijelaskan lebih detail pada self-fulfiling propechy effect.
Self- fulfiling propechy effect dipahami sebagai seseorang yang berharap pihak lain akan
berperilaku atau mengambil keputusan sesuai dengan kehendaknya. Berdasarkan self – fulfiling
propechy effect ada dua tipe auditor. Berikut rinciannya.
1. Auditor yang takut reputasinya akan turun maka cenderung memberikan
pendapat qualified pada perusahaan yang bermasalah.
2. Auditor yang takut kepentingan-kepentingan pribadi baik yang menyangkut ekonomi atau
tidak akan terganggu maka cenderung memberikan pendapat unqualified pada perusahaan
yang bermasalah.

Teori Pengambilan Keputusan


(Theory of Decision Making)
Kebijakan merukapan suatu tindakan yang menjurus pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh seseorang terhadap suatu permasalahan. Tindakan para pemimpin atau pengambil kebijakan
biasanya bukan merupakan keputusan tunggal.
Artinya kebijakan yang diambil biasanya kebijakan akan diputuskan dengan cara
mengambil beberapa keputusan yang saling berkaitan dengan masalah yang ada. Pengambilan
keputusan dapat dipahami sebagai pemilihan alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif
yang tersedia.
Berikut beberapa teori yang sering digunakan dalam pengambilan kebijakan.
1. Teori Rasional Komperehensif
Melansir dari laman mulyono.staff.uns.ac.id., teori raisonal komperehensif memiliki beberapa
unsur sebagai berikut.
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat
diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan sangat
jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan dengan
alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan, nilai, dan
sasaran yang ditetapkan
Menurut Charles Lindblom, pengambilan keputusan sebenarnya tidak dihadapkan pada
masalah-masalah yang konkret. Namun, sering kali yang terjadi adalah pengambilan
keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan. Teori rasional komperehensif
menekankan pada hal-hal yang sifatnya tidak rasional dalam diri pemangku atau pengambil
keputusan. Jika seseorang pengambil keputusan memiliki cukup informasi mengenai
beragam alternatif. Sehingga akan mampu memprediksi dengan tepat akibat-akibat dari
pilihan alternatif yang ada. Serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya dan
mempertimbangkan banyak masalah yang saling berhubungan.
Tidak jarang, pengambil keputusan memiliki konflik kepentingan antara nilai-nilai diri
dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta
dan nilai-nilai yang ada dapat dibedakan dengan mudah. Namun, kenyataannya sulit
membedakan antara fakta dengan nilai-nilai yang ada. Ada beberapa masalah di beberapa
negara berkembang seperti Indonesia untuk menerapkan teori rasional komperehensif. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dirangkum dari
laman mulyono.staff.uns.ac.id sebagai berikut ini.
1. Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai untuk
dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan
yang kurang tepat.
2. Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara
berkembang ekologi budanyanya berbeda.
3. Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam
pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan korup
sehingga menciptakan hal-hal yang tidak rasional.
2. Teori Inkremental
Teori ini menjadi cara yang paling sering digunakan oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam
mengambil keputusan. Pada prinsipnya, teori ini menghindari banyak masalah yang telah
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan.
Melansir dari laman mulyono.staff.uns.ac.id, pokok-pokok pikiran dari teori inkremental sebagai
berikut.
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk
mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang
langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini hanya
dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab dan
akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur dan
memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan
sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang mendasari
kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau melengkapi
keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan penyempurnaan.
Teori ini didasarkan pada berbagai analisis maka akan sangat tepat jika diterapkan pada
negara-negara yang memiliki struktur majemuk. Keputusan dan kebijakan diambil dengan
dasar slaing percaya antara satu pihak dengan pihak lainnya secara politis yang lebih aman.
Kondisi realistik dari berbagai negara dalam mengambil keputusan atau kebijakan oleh
pengambil keputusan akan dihadapkan dengan situasi yang kurang baik. Seperti kekurangan
waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dapat digunakan
sebagai bahan atau dasar analisis secara komperehensif.
Teori ini menjadi model pengambilan keputusan yang memberikan hasil terbatas, dapat
diterima, dan praktis. Meskipun begitu, teori ini memiliki kelemahan sebagai berikut.
1. Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari
kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.
2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan
berbagai macam kebijakan lain
3. Di negara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental tidak tepat
karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.
4. Menutut Yehezkel Dror gaya inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahsilkan
kelambanan dan terpeliharanya status quo.
3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)
Atas dasar kelemahan-kelemahan dari konsep teori-teori sebelumnya maka AItai Etzioni,
ahli sosiologi organisasi merumuskan gagasan baru yang disebut dengan pengamatan terpadu.
Pengamatan terpadu (mixed scaning) yang didefinisikan sebagai suatu pendekatan untuk
mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-
keputusan inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan untuk keputusan-
keputusan fundamental setelah keputusan-keputusan tersebut tercapai. Model pengamatan
terpadu yang dirumuskan Etzioni memberikan kemungkinan bagi para pembuat keputusan.
Mereka dapat mengambil keputusan dengan menerapkan teori rasional kompeehensif dan
teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda. Pada dasarnya teori pengamatan terpadu ini
menggunakan pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional
komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.

Jenis-Jenis Bias yang Dilakukan Pemimpin dalam


Mengambil Keputusan
Sebagai seorang pimpinan atau pengambil keputusan maka tidak mungkin akan selalu
memberikan keputusan atau kebijakan yang adil. Mereka pun dapat berbuat kesalahan atau
mengambil keputusan secara bias. Berikut beberapa bias-bias keputusan—yang dirangkum dari
laman ruangkerja.id—yang sering dilakukan oleh pemimpin.
1. Confirmation Bias
Confirmation bias (bias konfirmasi) sering terjadi ketika menginterpretasikan sebuah
kejadian untuk mendukung kesimpulan sebelumnya. Pemimpin membuat keputusan fatal
berdasarkan pada keyakinan sendiri, tanpa ada data pendukung yang valid.
Mereka menganggap bahwa keputusan yang diambil telah valid dan mengabaikan data-data yang
berlawanan dengan keputusannya. Pemimpin tidak boleh mengambil keputusan dengan dasar
asumsinya sendiri.
Di beberapa kasus, pemimpin sebaiknya meninja ulang seluruh sumber informasi sebelum
membuat keputusan. Langkah tersebut diambil untuk menghemat waktu dan menghindari bias
konfirmasi. Pemimpin dapat membuat tim untuk mengumpulkan informasi.
2. Bias Blind Spot
Bias blind spot dapat terjadi ketika pemimpin tidak menyadari bahwa mereka memiliki bias atau
pandangan yang ambigu. Bias dapat berdampak pada kurangnya masukan dari anggota tim
tertentu. Sehingga, keputusan yang diambil sering kali secara sepihak dari pemimpin.
3. Projection Bias
Projection bias dapat menunjukkan perilaku pemimpin dalam memberikan apresiasi berlebihan
pada yim yang sependapat dengannya. Pemimpin dengan bias tersebut, cenderung akan
berasumsi bahwa orang lain berpikir dan manyakini bahwa pendapatnya yang terbaik. Mereka
berasumsi jika cara berpikir atau perilakunya akan mirip dengan pola pikir dan cara
meresponsnya.

Cara-Cara Efektif Pengambilan Keputusan Bagi


Pemimpin
Pengambilan keputusan secara bias dapat dihindari dengan menerapkan beberapa strategi.
Melansir dari laman ruangkerja.id, berikut beberapa cara-cara efektif yang dapat dilakukan
pemimpin dalam mengambil keputusan atau menetapkan kebijakan.
1. Identifikasi Keputusan yang Akan Diambil
Sebelum mengambil keputusan, lebih baik melakukan identifikasi masalah yang
membutuhkan pengambilan keputusan secara cepat. Identifikasi ini bertujuan agar tidak ada
bias dalam keputusan yang diambil.
2. Mengumpulkan Informasi dan Data Pendukung
Kumpulkan berbagai informasi baik dari internal ataupun eksternal organisasi. Semakin
banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin luas pembahasan dalam proses
pengambilan keputusan.
3. Membuat Alternatif Pilihan
Setelah informasi terkumpl maka proses pengambilan keputusan melalui tahapan diskusi atau
bertukar pikiran antartim. Pemimpin dan tim membuat alternatif pilhan yang beragam.
4. Menimbang Informasi yang Diperoleh
Dari berbagai alternatif keputusan maka akan dipertimbangkan sisi positif dan negative jika
pilihan tersebut diambil. Sebelum membuat keputusan atau kebijakan maka alangkah lebih
baik jika meminta masukan dari berbagai pihak untuk mendapatkan keputusan yang efektif.
5. Tentukan Pilihan dari Berbagai Alternatif yang Ada
Setelah bertukar pikiran dan menimbang informasi maka pemimpin akan mengerucutkan
pada satu pilihan terbaik. Hal tersebut harus didasarkan pada berbagai pertimbangan dan
kematangan informasi yang diperoleh.
6. Menjalankan Keputusan Efektif
Setelah kelima langkah dilakukan maka pemimpin harus melakukan aksi nyata sebagai
bentuk perwujudan keputusan tersebut. Aksi yang dilkukan telah dipikirkan dengan panjang
dan matang.
7. Review dan Evaluasi Keputusan yang Diambil
Setelah mengambil keputusan maka harus dilakukan evaluasi dan review terhadap keputusan
yang telah dijalankan. Untuk menjadi keputusan yang efektif maka pastinya harus terus
dilakukan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai