Anda di halaman 1dari 20

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kebijakan Remunerasi Pegawai Negeri Sipil DKI Jakarta

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Pengambilan Keputusan

Dosen pengampu : Dr. H. Ateng Kusnandar Adisaputra, MM

Disusun oleh Kelompok 1 :

Rida Aisah B1A170896

NurAjijah Intan B1A170897

Tina B1A170898

Suryani Paty B1A170893

MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS AL – GHIFARI
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam sebuah organisasi upaya untuk mengembangkan kemajuan organisasi
tersebut merupakan suatu hal yang penting. Namun seringkali seorang pemimpin
dihadapkan dengan suatu masalah yang membutuhkan ketepatan dalam hal
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang benar akan mengarahkan suatu
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dengan efisien. Oleh
karenanya dibutuhkan suatu keterampilan personal dari seorang pemimpin tersebut
untuk dapat memecahkan suatu masalah dengan tepat.
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif yang berlangsung
dalam suatu sistem. Setiap pemimpin pasti mempunyai teknik pengambilan keputusan
tersendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi setiap pengambilan keputusan oleh
seorang pemimpin. Salah satunya ialah gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin
tersebut.
Salah satu pemimpin yang sering disoroti tentang pengambilan keputusannya yang
dianggap kontroversional ialah Basuki Tjahaja Purnama atau sering dipanggil Ahok.
Ahok yang saat ini menjabat sebagai PLT Gubernur DKI Jakarta. Beliau dikenal
sebagai sosok pemimpin yang memiliki gaya bicara yang ceplas-ceplos dan tegas. Ia
bahkan sering membuat peraturan atau kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra
dikalangan masyarakat luas.
Salah satu kebijakan Ahok yang menimbulkan kontroversi ialah remunerasi atau
kenaikan tunjangan gaji pegawainya. Ahok tak segan-segan menggaji pegawainya
sampai dengan 12 juta perbulan untuk mereka yang mengikuti aturan yang telah di
tetapkan oleh Ahok dan sebaliknya Ahok tak segan untuk memecat pegawainya yang
tak bisa mengikuti aturan mainnya.
Dari penjelasan diatas, maka dalam makalah ini akan membahas mengenai
keputusan Ahok menaikkan gaji pegawainya yang dinilai oleh banyak kalangan terlalu
besar tersebut. Serta mengkajinya dengan beberapa teori tentang pengambilan
keputusan yang sudah ada.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil permasalahan
yaitu:
1) Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan dalam organisasi?
2) Apa yang dimaksud dengan etika?
3) Apa tujuan pengambilan keputusan?
4) Apa Kriteria pengambilan keputusan yang Etis?
5) Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam organisasi?
6) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
organisasi?
7) Apa saja jenis-jenis pengambilan keputusan dalam organisasi
8) Bagaimana pengambilan keputusan berdasarkan kasus keputusan Ahok tentang
remunerasi gaji PNS DKI Jakarta?
1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui maksud dari pengambilan keputusan dalam organisasi
2) Untuk mengetahui pengertian dari Etika
3) Untuk mengetahui pengambilan keputusan
4) Untuk mengetahui Kriteria pengambilan keputusan yang Etis
5) Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dalam organisasi
6) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam organisasi
7) Untuk mengetahui jenis-jenis pengambilan keputusan dalam organisasi
8) Untuk mengetahui cara pengambilan keputusan berkaitan kasus keputusan Ahok
tentang remunerasi gaji PNS DKI Jakarta
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Teori keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan diantara
pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih.
Teori keputusan dibagi menjadi dua, yaitu : (1) teori keputusan normatif yaitu teori
tentang bagaimana keputusan seharusnya dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas, dan
(2) teori keputusan deskriptif yaitu tentang bagaimana keputusan secara faktual dibuat.
(Salusu, 2004)

Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan


ataupun upaya untuk memecahkan masalah. Keputusan ini diambil setelah melalui
beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan dalam
pengambilan keputusan meliputi identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang
akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. (Salusu, 2004)

Pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi individu
maupun organisasi. Mengambil keputusan kadang-kadang mudah namun seringkali
sulit. Kemudahan atau kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya
alternatif yang tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia maka semakin sulit
pula dalam mengambil keputusan.

Keputusan yang di ambil memiliki tingkat yang berbeda-beda. Ada keputusan yang
tidak terlalu berpengaruh terhadap organisasi, tetapi ada sebuah keputusan yang dapat
menentukan kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu, hendaknya mengambil
keputusan dengan hati-hati dan bijaksana. (Albino, 2013).

2.2 Pengertian Etika

Etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar,
atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang
konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau taetha yang berarti tempat tinggal,
padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf Yunani, Aristoteles, etika
digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang menjelaskan fakta moral tentang
nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati.

Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang
tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya.
Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas
baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang seyogyanya dihindari) atau nilai-
nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam
bertindak.

(Brigita Lahutung, 07301541, Manajemen Keuangan)

Menurut Mathis dan Jackson, etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas,


alternatif ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal.

• Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya,


karena menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka
diputuskan penutupan perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari
karyawan. Hal itu akan berpengaruh terhadap kehidupan karyawan, keluarganya,
masyarakat dan bisnis lainnya.
• Alternatif Ganda : beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan
keputusan dengan jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh
keluwesan dalam melayani karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga
sementara terhadap karyawan yang lain menggunakan aturan yang ada.
• Akibat Berbeda : keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa
menghasilkan akibat yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya
mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan di suatu pabrik dalam waktu relatif
lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan lainnya untuk bekerja di
pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi pihak
karyawan dirugikan.
• Ketidakpastian Konsekuensi : konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika
sering tidak diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada
karyawan tertentu yang hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya
padahal karyawan tersebut benar-benar kualifaid.
• Efek Personal: keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan
karyawan dan keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping
membuat sedih si karyawan juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya,
kalau para pelanggan asing tidak menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka
akan berpengaruh negatif pada masa depan karir para “sales” tersebut.
2.3 Tujuan Pengambilan Keputusan

Tujuan pengambilan keputusan adalah untuk menyelesaikan masalah atau setidak-


tidaknya dapat mempersempit atau memperkecil masalah. Tujuan pengambilan
keputusan ini umumnya dibedakan menjadi 2 yakni : pertama adalah tujuan bersifat
tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila yang
dihasilkan hanya menyangkut satu masalah artinya sekali diputuskan dan tidak akan
ada kaitannya dengan masalah lain. Dan yang kedua adalah tujuan bersifat ganda yaitu
tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang
dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang
diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang bersifat kontradiktif
atau bersifat tidak kontradiktif. (Ayun, 2014)

2.4 Kriteria Pengambilan Keputusan yang Etis

(Brigita Lahutung, 07301541, Manajemen Keuangan)

• Pendekatan bermanfaat

Pendekatan bermanfaat(utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad


kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika bahwa
prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.

• Pendekatan individualisme

Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap
pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang
indivudu.

Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
- hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.

- hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di
luar pekerjaanya.

- hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah
yang melanggar moral dan norma agamanya.

- hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau
legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.

- hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak
atas perlakuan yang adil.

- hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.

Pilihan-pilihan Etis seorang Manajer

a) Tingkat prekonvesional = mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman.


Bertindak dalam kepentingannya sendiri.
b) Tingkat konvensional = menghidupkan pengharapan oranglai. Memenuhi
kewajiban sistem sosial. Menjujnjung hukum.
c) Tingkat poskonvensional = mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih
sendiri. Mengetahui bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan
mencari solusi kreatif untuk mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan
kepentingan diri dan kepentingan orang banyak.

Nilai Etika dan Moral dalam Pengambilan Keputusan Jumat, 04 April 2008 08:00 WIB

(Vibiznews – Leadership) – Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan


dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya
akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai
integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang
diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga
kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Misalnya seperti kasus Enron, tentunya pengambilan keputusan dilakukan tanpa
mengacu pada nilai-nilai etika dan moral. Oleh karena itu, hasilnya adalah kehancuran.
Maka, ada baiknya sebelum Anda mengambil keputusa mengacu pada prinsip-prinsip
berikut ini:

Autonomy

Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan Anda melakukan eksploitasi terhadap orang
lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang Anda ambil
tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu
mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda.

Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali


perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal
sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.

Non-malfeasance

Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi
pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana
tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.

Misalnya kasus yang belakangan menghangat yaitu pemerintah dengan UU ITE


(Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) yang baru disahkan dan
ditentang oleh banyak pihak. Salah satunya implikasi dari UU tersebut adalah
pemblokiran situs porno. Meskipun usaha pemerintah baik, namun banyak pihak yang
menentangnya.

Beneficence

Apakah keputusan yang Anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat yang
Anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan
solusi terbaik yang bisa diambil.

Justice

Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk


implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang
ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

2.5 Proses Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Proses pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh


pembuat keputusan untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis
yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Seseorang mula-mula harus menyadari dan menepatkan diri sebagai pimpinan
dalam suatu organisasi yang harus bertanggung jawab sebagai pimpinan organisasi.
Sebagai pimpinan harus memutuskan sesuatu jika dalam organisainya itu terdapat
masalah.
2. Klasifikasi Masalah
Masalah yang dihadapi lebih dahulu harus dianalisa, mengingat bahwa masalah
itu mempunyai bermacam-macam sifat, bentuk dan kopleksitasnya.
3. Mencari dan mengembangkan alternatif.
Altenatif atau pilihan juga harus dianalisa dan dikembangkan sesuai dengan
situasi yang mempengaruhi baik organisasinya maupun masalah itu sendiri.
4. Analisa Alternatif
Kemudian perlu menganalisa keputusan itu sendiri yang harus dibuatnya,
terutama yang adianalisa adalah alternatif-alternatif yang dikemukakan dengan
konsekuensi masing-masing. Untuk kemudian dipilih satu diantara alternatif tersebut
yang dianggap paling tepat.
5. Pengambilam Keputusan
Setelah keputusan diambil maka keputusan itu kemudian dialaksanakan.
Keberhasilan pelaksanaan keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa
kepemimpinan dan manajemen dari pimpinan yang bersangkutan .
6. Memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaan keputusan.
Setiap langkah pelaksanaan keputusan harus diikuti dengan evaluasi. Setiap
langkah diadakan pemantuan, hasilnya segera dievaluasi untuk menentukan apakah
pelaksanaan itu masih sesuai dengan yang diharapkan.

Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam organisasi adalah dengan
melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan metode tertentu untuk mengambil
keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal
empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule
without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi
(authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).

1.) Kewenangan Tanpa Diskusi


Metode pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh para pemimpin
otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang
cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup
sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan
berkaitan dengan persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk
mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan
para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena
mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila
dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota
kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
2.) Pendapat Ahli
Seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli
(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik,
apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli dan memang benar-benar
tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah
masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat
mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa
orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat
keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan
ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-
benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3.) Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after
discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi
dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil
melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para
anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam
pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang
terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat
diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari
pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada
anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat
keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan
pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi
pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan.
4.) Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu
organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini
memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan
dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung
jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode
konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling
menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama,
sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau
darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman,
tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa
satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya.
Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu,
bergantung pada faktor-faktor:
1. Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
2. Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
3. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Secara umum pengambilan keputusan dipengaruhi oleh:

1. Adanya pengaruh tekanan dari luar.

Adanya pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya
pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat
keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar
dapat mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adnaya
ketegasan dari pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah.

2. Adanya pengaruh kebiasaan lama atau sifat-sifat pribadi (Konservatisme)


Factor sifat baik maupun tidak baik yang ada dalam diri seorang pembuat
keputusan, merupakan hal yang dapat mempengaruhi keputusannya tersebut.
Dalam hal ini seseorang pembuat keputusan akan terbiasa dengan sifat pribadinya.
Hal ini dapat dilihatdari sisikepribadian seseorang pimpinan, bagaimana dia
mengabil sebuah keputusan dalam menghadapi masalah. Tentu seorang pemimpin
organisasi harus bijaksana dalam bersikap ketika ada masalah dan mengambilan
keputusan.
3. Adanya pengaruh dari kelompok luar
Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan dikarenakan kelompok
atau organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat dipertimbangkan oleh
pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan pengaruh kelompok lain
ini juga dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan kepentingan kelompok
tersebut.
4. Adanya pengaruh keadaan masa lampau (Pengalaman)
Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal yang sangat
penting, karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan berani
dalam menentukan keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian yang
dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman yang pernah
dialaminya.
Sementara menurut John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah :
1) Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan
rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan
kesenangan.
2) Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi
secara subjective.
3) Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi,
memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4) Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan.
Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui
kemampuanya dalam bertindak.
5) Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu
orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6) Structural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin
memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku
tertentu.

2.7 Jenis-jenis Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Jenis-jenis pengambilan keputusan yang terdiri dari (Albino, 2013):


1. Pengambilan keputusan berdasarkan Intuisi.
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan yang elbih
bersifat subjektif yakni mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor
kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusan intuisi ini terdapat beberapa
keuntungan, yaitu :
1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan
2) Keputusan intuisi lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan
2. Pengambilan Keputusan Rasional.
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan Fakta.
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data da informasi. Kumpulan fakta yang dikelompokkan secara
sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari
data. Dengan demikian, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi
kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman.
Seringkali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
menginngat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan
keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau.
Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya maka pimpinan
langsung melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi
dan kondisi saat ini jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang
sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang ada.
5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang.
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang yang dimiliki.
Setiap orang yang menjadi pemimpin dalam organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-
keuntungan tersebut antara lain :
1) Banyak diterimanya oleh bawahan.
2) Memiliki otentik.
3) Karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanen
sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata mata akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictstorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadang kala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

6. Pengambilan Keputusan Terprogram.


Jenis pengambilan keputusan ini.mengandung suatu respon otomatik
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan
pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang besar bagi seorang analis
adalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini dan memberikan atau
menyediakan metode-metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan
yang terprogram di mana saja. Agar pengambilan keputusan harus
didefinisikan dan dinyatakan secara jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan,
pekerjaan selanjutnya hanyalah mengembangkan suatu algoritma untuk
membuat keputusan rutin dan otomatik. Dalam organisasi terdapat
kesempatan-kesempatan untuk melaksanakan pengambilan keputusan
terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur
pelaksanaan standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan
keputusan yang terprogram ini adalah membebaskan manajemen untuk tugas-
tugas yang lebih penting. Misalkan : keputusan pemesanan barang, keputusan
penagihan piutang, dan lain-lain.
7. Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram.
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah -masalah yang
tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses-
proses pengambilan keputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks, hanya
sedikit parameter-parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang
diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini diperlukan
seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan
bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan
tidak terprogram dengan baik. Perluasan fasilitas fasilitas pabrik,
pengembangan produk baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-
kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah
contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak
terprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai
tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, administrator sekolah
dan manajer organisasi lainnya dalam menjawab masalah dan mengatasi
konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungkan secara langsung.
Misalkan : Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam
pengambilan keputusan tidak terprogram. Keputusan untuk bergabung dengan
perusahaan lain adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.

2.8 Kajian Keputusan Ahok Tentang Remunerasi Gaji PNS DKI Jakarta

Basuki Tjahaja Purnama atau biasa dipanggil Ahok merupakan salah satu
pemimpin, lebih tepatnya seseorang yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta saat
ini. Beliau cukup ramai dibicarakan oleh masyarakat karena memiliki retorika dan gaya
kepemimpinan yang berbeda dibandingkan pemimpin lain. Beliau dipandang sebagai
pemimpin yang arogan, tempramen, dan to the point. Berdasarkan gaya
kepemimpinannya, Ahok dapat dikategorikan dalam gaya kepemimpinan otokratis.
Pembawaan Ahok yang tegas dan keras membuat Ahok disegani oleh masyarakat. Hal
tersebut juga berlaku ketika Ahok menyampaikan retorikanya serta pengambilan
keputusannya yang sering kali dinilai keras dan menimbulkan pro dan kontra dalam
masyarakat.

Salah satu contoh keputusan atau kebijkan Ahok yang baru-baru ini menimbulkan
bahan pembicaraan dikalangan masyarakat umum ialah reformasi birokrasi yang
dilakukan oleh Ahok dengan cara menaikan tunjangan gaji Pegawai Negeri Sipil PNS)
di institusi yang dipimpinnya. Kebijakan ini diwacanakan akan diselengarakan mulai
tahun 2015. Tak tanggung-tanggung Ahok dapat menggaji pewagainya yang mau
mengikuti aturannya sebesar 12 juta perbulannya.

Kepada publik Ahok menjelaskan alasanya menetapkan gaji sebesar tersebut ialah
untuk mengurangi korupsi-korupsi anggaran yang digunakan untuk menggaji para PNS
DKI jakarta. Selain itu dikebijakan ini juga bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja
para PNS DKI Jakarta dalam memberikan pelayanan keapada masyarakat. Karena
dalam kebijkan ini akan diterapkan sistem point, dimana pegawai yang dapat mencapai
point-point tertentu maka ia akan mendapat gaji yang melebihi gaji pokoknya. Namun
sebaliknya jika pegawainya tidak mampu mendapatkan point yang telah ditentukan ia
hanya bisa membawa gaji sejumlah gaji pokoknya saja dan nantinya juga dapat dipecat.

Berdasarkan dengan teori-teori yang telah dijabarkan diatas pengambilan


keputusan Ahok untuk melakukan remunerasi gaji pewagainya merupakan suatu
keputusan yang berkaitan erat dengan keberlangsungan institusi yang dipimpinnya.
Dimana dengan diterapkannya sistem target point tersebut akan mengubah kebiasaan
buruk PNS DKI jakarta yang selama ini dinilai kurang dalam melakukan pelayanan
terhadap masyarakat. Dengan adanya remunerasi ini menurut Ahok juga dapat
menghemat anggaran untuk penggajian para PNS DKI Jakarta tersebut.

Menurut metode penerapannya keputusan Ahok ini dianggap condong pada metode
kesepakatan tanpa diskusi. Dimana metode ini lebih sering diterapkan oleh pemimpin-
pemimpin yang dianggap bergaya otokratik seperti Ahok tersebut. Dalam pengambilan
keputusan ini dirasa Ahok tidak mensertakan semua elemen yang ada baik dari
pegawainya sendiri maupun kementrian-kementrian terkait. Walaupun akhirnya
kebijakan Ahok ini mendapat persetujuan dari Kemendagri namun dalam pratiknya
kebijakan Ahok ini juga mendapatkan teguran dari Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara- Reformasi Birokrasi (Kemenpan- RB). Dalam sebuah berita
dikatakan bahwa menteri Pendayagunaan Aparatur Negara- Reformasi Birokrasi secara
khusus mengirimkan surat keapada Ahok mengenai keputasannya tersebut yang dinilai
dapat menimbulkan kecemburuan kepada daerah lainya di Indonesia.

Jika dilihat dari jenisnya kebijakan Ahok ini merupakan sebuah keputusan yang
berkesinambungan anatara keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan
berdasarkan fakta, dan keputusan berdasarkan wewenang. Keputusan ini dinilai rasional
jika kita nilai dari sistem yang diterapkan yakni seorang pegawai akan mendapatkan
gaji yang besar jika kinerjanya bagus dan sebaliknya. Keputusan ini berdasarkan fakta
karena selama ini banyak PNS yang menerima gaji buta, ia hanya sedikit kerja namun
masih mendapatkan tunjangan-tunjangan yang ada serta adanya evaluasi honorium
setelah penerapan sistem e-budgeting oleh Pemprov DKI ditemukan banyak kegiatan
yang tidak efisien serta hanya membuang anggaran secara percuma. Dilihat dari
keweangannya kebijakan tersebut memang berhak diambil oleh Ahok sebagai seorang
pemimpin dalam organisasi dalam hal ini sebagai Gubernur DKI Jakarta) mempunyai
tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan
ataupun upaya untuk memecahkan masalah. Keputusan ini diambil setelah melalui
beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Proses pengambilan keputusan
diawali dengan identifikasi masalah, klasifikasi masalah, mencari dan mengembangkan
alternatif, analisa alternatif, pengambilan keputusan dan memantau dan mengevaluasi
keputusan.
Gaya kepemimpinan juga berpengaruh dalam menentukan pengambilan keputusan.
Seperti contoh diatas, pemimpin yang saat ini sering disoroti yakni Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok yang saat ini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dikenal
sebagai pemimpin yang tegas dan bergaya kepemimpinan otokratik. Dalam beberapa
pengambilan keputusannya Ahok sering kali dinilai terlalu berani. Tak terkecuali
keputusan atau kebijakannya untuk meremunersai gaji PNS di lingkungannya.
Kebijakan tersebut dinilai diambil dengan cara memutuskan secara tidak berdiskusi
dengan beberapa pihak terkait. Cara ini memang identik dengan gaya seorang
pemimpin yang dianggap otokratik seperti Ahok.
DAFTAR PUSTAKA

Albino.D, 2013, Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi, Universidade De Paz : Timor


Leste

Anonim. 2012, Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan : Decision


Making. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ayun, Sriatmi, 2014, Pengambilan Keputusan. UNDIP
Fellyan, Dessy, dk, 2014, Retorika dan Gaya Kepemimpinan Ahok dalam Penegakan
Kebijakan di Jakarta, Malang, Universitas Brawijaya.
P.Robbins, Stephen & Mary Coulter. 2005. Management, eight edition. Jakarta : Erlangga
Salusu. 2004. Pengambilan Keputusan Stratejik, edisi 7. Jakarta : Grasindo.

https://psychosystem.wordpress.com/2011/02/09/pengambilan-keputusan/ di akses tanggal


02-04-2015 pukul 10.25 WIB
https://thekicker96.wordpress.com/proses-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi/ di akses
tanggal 02-04-2015 pukul 19.47 WIB
http://www.koran-jakarta.com/?28821-ahok%20tak%20tanggapi%20teguran%20kemenpan-
rb / di akses pada tanggal 02-04-2015 pukul 20.56 WIB
http://www.beritasatu.com/megapolitan/230547-ini-alasan-basuki-wacanakan-gaji-pns-dkirp-
12-juta.html / di akses pada tanggal 02-04-2015 pukul 20.45 WIB
http://henryfoyalcommunity.blog.perbanas.ac.id/

http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/10/27/apa-itu-etika/

http://id.wikipedia.org/wiki/Etika

http://www.managementfile.com/journal.php?sub=journal&awal=70&page=strategic&id=91

Anda mungkin juga menyukai