Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDEKATAN BISNIS DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

DISUSUN OLEH:
HIKMAD H
ICE KRISNA
SAHIRA
CHAERIL MAHARUNI
MUH. RIFKY. APRIANSYA

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Makalah kami yang berjudul
“PENDEKATAN BISNIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN”. Tak lupa pula kita
kirimkan shalawat serta salam kepada nabi besar kita yaitu nabi Muhammad SAW. Dalam
penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun berkat kerja keras
dari teman -teman sehingga kendala -kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Kami sadar bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman -teman yang bersifat membangun untuk dijadikan
pelajaran ke depannya. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN
A.     PENGERTIAN ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
B.     PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
C.     KEKURANGAN DATA AKUNTANSI TRADISIONAL

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai
contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau
jasa yang ditawarkan. cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau
jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Keputusan biasanya diambil
ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi
atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan
yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-
cara baru untuk melanjutkannya.
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang
dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal
(hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang
bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola
komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur
organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap
tanpa dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya
merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut;
1.   Apa itu etika dan pengambilan keputusan?
2. Bagaimanakah Pendekatan-pendekatan dalam  pengambilan keputusan yang etis?
3. Apa itu analisis biaya manfaat?
4. Bagaimanakah analisis etis untuk pemecahan masalah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
membahas, mengetahui serta memahami:
1. Etika pengambilan keputusan
2. Pendekatan-pendekatan  pengambilan keputusan
3. Analisis biaya manfaat
4.  Analisis untuk pemecahan masalah
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Etika dan Pengambilan Keputusan


1. Etika
  Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika
dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak
bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu
tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau
kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara
bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma
yang mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.
Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku
seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat diterima
umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara
luas dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral
terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila manusia merefleksikan
unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu
akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan
pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa
yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu.
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika
memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia.
2. Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka
membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai contoh : manajer
puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang
ditawarkan cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang
menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah
menetukan jadwal produksi, menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana
meningkatkan bayaran karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan
bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang
mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja. Sedangkan
pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilhan-
pilhan semacam itu dibuat.
Beberapa pengertian keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah
sebagai berikut :
 Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-
unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau
kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan
serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan
keputusan tingkatnya sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam
organisasi.
 Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta
dan data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan seperti:
tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun
tidak kontradiktif).
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral
dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-
prinsip berikut ini :
1. Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap
orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak
orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap
proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja
dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya
semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.

2.      Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris
setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu
mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi
pihak lain.
3.      Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan
solusi terbaik yang bisa diambil.
4.      Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal
dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
B.     Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
1. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,
kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas.
Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini
dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan
pertimbangan etis dengan menyediakan:
a)   Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
b)   Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan
ke dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas
keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. Konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. Hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. Keadilan yang terlibat,
d. Motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
2.  Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat
yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu
tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan
manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis
jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang
merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup
keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan
keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan,
maka disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk
menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan
dalam jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan
benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan
kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis
jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.
b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan
eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme
dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan
menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi
yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau
tidak etis dalam mencapai tujuan.
c. Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan
atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan
kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter
moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika
kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat
pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu
mengidentifikas isu-isu etis dan panduan tindakan etis.
3.  Analisis Biaya Manfaat
Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan
bisnis sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah
menggunakan analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok
kepentingan khusus dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan
dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan.
Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan
yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian, eksekutif perusahaan
mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat eksternal tersebut
ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak lagi mereka meminta
kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis biaya-manfaat yang diperlukan
untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan. Analisis biaya-
manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a.       Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
b.      Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek

Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:


1.      Organisasi sektor swasta
·        Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
·        Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat.
·        Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publik Evaluasi
alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum.
·        Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata,
tungkai dan lain-lain.
·          Perhitungan waktu luang.
2.      Organisasi sektor publik
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
·        Program kesehatan
·        Program pendidikan
·        Fasilitas rekreasi
·        Proyek konservasi
·        Proyek-proyek perbaikan transportasi
·        Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi.

C.     Kekurangan Data Akuntansi Tradisional


Adapun kekurangan data akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan analisis
biaya manfaat memiliki kelemahan yaitu :
a.      Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa
depan dalam pengambilan keputusan.
b.      Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal.
c.      Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa
biaya.
d.      Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang
saham, bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).
1. Teknik Analisis Biaya-Manfaat
Daripada menggunakan keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan laba
bersih, terminology yang dipakai dalam ABM adalah keuntungan, biaya, dan kelebihan
manfaat atas biaya. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan
dan biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan sampai
sekarang. Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya atau rasio
keuntungan/ biaya lebih besar dari satu.
2. Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk
kegunaan lain. Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung
biaya kesempatan yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah
pajak yang hilang dari investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar
penundaan konsumsi mereka. Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat
marginal rata-rata tertimbang berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang
digunakan.
3.      Pengukuran Biaya Dan Manfaat
Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini
merupakan masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan
mengukur biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri). Sayangnya, banyak
biaya dan manfaat tidak dapat ditentukan secara langsung, dan pengganti atau cara tidak
langsung harus digunakan untuk memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun diakui
hampir tidak mungkin menangkap semua karakteristik dari niali pengganti.
4.      Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat
Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari
misi tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument ini
tidak melihat kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan sebelum
tahun 1844, keunggulan anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan
pemerintah. Selain itu kecenderungan yang jelas adalah bahwa tehnik anggaran biaya
manfaat akan dipakai di sektor swasta untuk memberikan fokus dalam pengambilan
keputusan program-progam perusahaan yang berdampak pada masyarakat.

Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan data
untuk keputusan di sektor swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah
kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya.
Selain itu akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sektor public, mereka
akan membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik
ABM secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami
menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan
dan keseriusan ABM dipahami.
Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:
1.      Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
2.      Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
3.      Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.

Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna


ABM maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan
administrasi. Kadang-kadang kendala anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu
untuk menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan
dari uang yang dibelanjakan.

5.      Pilihan Yang Tersedia


Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi
ABM sampai di titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada
metode yang bisa mencegah bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan
pertama kali harus memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa
biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk
membiayai setiap proyek ABM.
Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan buruk sebagai pengganti dan
metode yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai masyarakat
6.      Kendala-Kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan
oleh preparer dan pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu
sama lain, atau jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM
harus mencakup semua aspek proyek. Selain itu, proyek yang diterima memenuhi
persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.
Isu yang tidak terselesaikan pengambil keputusan ABM harus menyadari
bahwa ada banyak isu yang tidak pernah dapat sepenuhnya diselesaikan dengan
tehnik ABM. ABM tidak memperhitungkan masalah ekuitas, seperti kelayakan dari
menghukum satu kelompok atas keuntungan kelompok lain. Abm disini untuk tetap
dipakai, akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat maju,
organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal mereka.
Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan analisis biaya
manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau jika tidak mereka
akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari pengambil keputusan.
7.      Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan
kepentingan para pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan
pendekatan secara tradisional. Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi
dua cara, pertama asumsi bahwa seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan
keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa kelompok non-
shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien, supplier, kreditor, tokoh
masyarakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil keputusan yang dibuat
dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam pengambilan
keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok
Shareholder dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi
pembentuk dari sebuah stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan
salah satu unsure stakeholder atau biasa disebut primary stakeholder.
Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara
penuh, dan mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan. 
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada
keuntungan jangka panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena
perusahaan yang modern mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun
institusi yang tertarik pada keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis
diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui
kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih
wakil-wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka
memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas perlindungan terhadap lingkungan.
Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih terhadap kegiatan HAM pada
suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.
8.      Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder 
Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan
menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan
yang dapat mengakomodir kepentingan mereka suatu keputusan sebaiknya
mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder,
termasuk hak dalam membuat keputusan:
a.       Well-offnes adalah Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan
daripada Biaya.
b.      Fairness adalah Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan
antara keuntungan dan biaya.
c.       Right adalah Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak
Stakeholder.
9.      Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir
Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang
saham dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan
kesehatan suatu perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory
di harga yang lebih tinggi. 
10.  Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir
Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk
yang berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari
keuntungan dan biaya yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah
keputusan untuk menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat
secara adil sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. alasan dan
perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti.
BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan
etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian,
universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-
interest).
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif,
dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba
Empat.
https://mynewsblogjaya.blogspot.com/2017/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai