DISUSUN OLEH:
HIKMAD H
ICE KRISNA
SAHIRA
CHAERIL MAHARUNI
MUH. RIFKY. APRIANSYA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
B. PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
C. KEKURANGAN DATA AKUNTANSI TRADISIONAL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai
contoh, manajer puncak bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau
jasa yang ditawarkan. cara terbaik untuk membiayai berbagai operasi, produk atau
jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru. Keputusan biasanya diambil
ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi
atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan
yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-
cara baru untuk melanjutkannya.
pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang
dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal
(hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang
bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)
Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola
komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur
organisasi. Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap
tanpa dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya
merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut;
1. Apa itu etika dan pengambilan keputusan?
2. Bagaimanakah Pendekatan-pendekatan dalam pengambilan keputusan yang etis?
3. Apa itu analisis biaya manfaat?
4. Bagaimanakah analisis etis untuk pemecahan masalah?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
membahas, mengetahui serta memahami:
1. Etika pengambilan keputusan
2. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan
3. Analisis biaya manfaat
4. Analisis untuk pemecahan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2. Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris
setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu
mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi
pihak lain.
3. Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan
solusi terbaik yang bisa diambil.
4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal
dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
B. Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
1. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,
kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas.
Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini
dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan
pertimbangan etis dengan menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan
ke dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas
keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. Konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. Hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. Keadilan yang terlibat,
d. Motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
2. Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat
yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu
tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan
manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis
jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang
merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup
keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan
keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan,
maka disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk
menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan
dalam jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan
benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan
kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis
jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.
b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan
eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme
dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan
menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi
yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau
tidak etis dalam mencapai tujuan.
c. Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan
atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan
kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter
moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika
kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat
pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu
mengidentifikas isu-isu etis dan panduan tindakan etis.
3. Analisis Biaya Manfaat
Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan
bisnis sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah
menggunakan analisis akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok
kepentingan khusus dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan
dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan.
Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan
yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian, eksekutif perusahaan
mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat eksternal tersebut
ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak lagi mereka meminta
kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis biaya-manfaat yang diperlukan
untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan. Analisis biaya-
manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
b. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek
Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan data
untuk keputusan di sektor swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah
kepentingan terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya.
Selain itu akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sektor public, mereka
akan membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik
ABM secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami
menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan
dan keseriusan ABM dipahami.
Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:
1. Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
2. Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
3. Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.