BAB I
PENDAHULUAN
BAB 1I
PEMBAHASAN
Sebagai respon terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, maka
makalah ini menyajikan kerangka kerja praktis, komprehensif dan beraneka ragam untuk
pengambilan keputusan etis bagi pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk
meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
1. Pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis isu – isu penting yang harus
dipertimbangkan serta pertanyaan atau tantangan yang harus diungkapkan.
2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan faktor keputusan yang relevan ke
dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis menilai etikalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat 4 pertimbangan sebagai berikut :
1. Konsekuensi atau kekayaan yang dibuat dalam hal keuntungan bersih atau biaya, yaitu
Konsekuensialisme
2. Hak dan kewajiban yang terkena dampak, yaitu Deontologi
3. Kesetaraan yang dilibatkan, yaitu Keadilan
4. Motivasi atau kebijakan yang diharapkan, yaitu Motivasi Pembuat Keputusan
Pada pertimbangan Konsekuensialisme, Deontologi dan Keadilan berfokus pada
dampak keputusan terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lain dikenal
Analisis Dampak Pemangku Kepentingan.Pertimbangan keempat yaitu Motivasi Pembuat
Keputusan dikenal sebagai Etika Kebajikan.Keempat pertimbangan tersebut di atas harus
diperiksa secara menyeluruh dan penerapan nilai – nilai etika yang tepat dalam keputusan
dan pelaksanaan sehingga keputusan / tindakan dapat dipertahankan secara etis.
keputusan atau konteks terlibat. Oleh karena focus Konsekuensialisme dan Utilitarianisme
berfokus pada hasil atau akhir dari suatu tindakan, teori – teori tersebut sering dianggap
sebagai Teleologis.
2.1.2 Deontologi
Deontologis berfokus pada kewajiban atau tugas memotivasi keputusan atau
tindakan, bukan konsekuensi dari tindakan. Menurut Teori Deontologi, suatu tindakan
dapat saja secara etika benar walaupun tidak menghasilkan selisih positif antara kebaikan
dan keburukan untuk pengambilan keputusan.
Etika Deontologi mengambil posisi bahwa kebenaran bergantung pada rasa hormat
yang ditunjukkan dalam tugas, hak dan keadilan dicerminkan dalam tugas – tugas tersebut,
berakibat :
“Suatu pendekatan Deontologis mengangkat isu – isu berkaitan dengan tugas, hak serta
pertimbangan keadilan dan mengajarkan para mahasiswa menggunakan standar moral ,
prinsip dan aturan sebagai panduan membuat keputusan etis terbaik”
Penalaran Deontologis berdasarkan pemikiran Kant, beragumen bahwa seseorang
yang rasional membuat keputusan tentang apa yang baik untuk dilakukan, akan
mempertimbangkan tindakan apa yang akan baik untuk dilakukan semua anggota
masyarakat. Tindakan itu akan meningkatkan kesejahteraan pengambil keputusan dan juga
masyarakat.
Kant mengembangkan 2 hukum untuk menilai tindakan beretika sebagai berikut:
1. Categorical Imperative
Hukum ini disebut Imperative karena harus ditaati dan Categorical karena tidak
bersyarat dan absolute. Terdapat 2 aspek dalam hukum ini sebagai berikut:
Hukum mengandung kewajiban. Hukum Etika mengandung kewajiban etika.
Tindakan beretika adalah tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hukum etika.
Suatu tindakan yang beretika dengan benar jika dan hanya jika tindakan tersebut
konsisten secara universal.
2. Practical Imperative dalam berhubungan dengan pihak lain. Setiap orang harus kita
perlakukan sama, sebagaimana kita memperlakukan diri sendiri.
Penggunaan pendekatan yang sama dapat menghasilkan rasa hormat terhadap hak
asasi manusia dan perlakuan adil bagi semua, yang akan tercapai bila para individu
bertindak dengan “ kepentingan pribadi yang terkendali “.Konsep dari perlakuan yang
6
setara dan tidak memihak, merupakan dasar pengembangan konsep keadilan distributive,
retributive dan kompensasi. John Rawls mengembangkan seperangkat prinsip – prinsip
keadilan yang melibatkan harapan untuk kebebasan pribadi yang sama , memaksimalkan
manfaat hingga keuntungan terkecil dan pemberian kesempatan yang adil. Pendekatan
John Rawls memanfaatkan konsep “ tabir ketidakpedulian” untuk mensimulasikan kondisi
ketidakpastian agar memungkinkan pengambil keputusan mengevalusi dampak dari
tindakan mereka pada diri sendiri.Para pembuat keputusan harus memutuskan tindakan
terbaik tanpa tahu apakah mereka akan menjadi orang yang diuntungkan atau dirugikan
dengan adanya keputusan tersebut.
Sayangnya Utilitarianisme dan Konsekuensialisme berfokus pada Utilitas dan bisa
mengakibatkan pada tindakan atau keputusan yang mengabaikan, meremehkan, atau
membatasi keadilan atau kejujuran suatu keputusan, dan rasa hormat terhadap tugas yang
diberikan dan hak – hak yang diharapkan oleh mereka yang terlibat.Namun
menggabungkan pendekatan Konsekuensialisme dan Deontologis khususnya perlakuan
setara akan membuat waspada terhadap situasi dimana keinginan yang oleh beberapa
pihak dianggap bermanfaat (atau akhir)akan menjadi pembenaran penggunaan tindakan
yang tidak etis untuk mencapai tujuan akhir.
menggabungkan kepekaan moral, persepsi, imajinasi ,penilaian dan beberapa klaim bahwa
hal ini tidak mengarah ke prinsip – prinsip EDM yang mudah digunakan.Kritik lain
relevan bahwa :
Interpretasi kebajikan adalah hal sensitif terhadap budaya.
Seperi juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar.
Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhi
kepentingan pribadi.
2.2 Sniff Tests Dan Aturan Praktis Umum – Test Awal Etikalitas
Direktur, eksekutifan akuntan professional telah mengembangkan Tes dan Aturan
Praktis yang digunakan untuk menilai etikalitas keputusan tahap awal, sebagai berikut :
2.2.1 Sniff Tests
Merupakan hal wajar bagi manajer dan karyawan lain untuk diberi pertanyaan agar
memeriksa keputusan yang diajukan dengan cara pendahuluan yang cepat untuk melihat
apakah perlu dilakukan analisis etika tambahan menyeluruh. Test cepat seperti ini sering
disebut Sniff Test
Sniff Tests untuk Pengambilan Keputusan Etis
Akankah saya merasa nyaman jika tindakan atau keputusan ini muncul di halaman depan
surat kabar nasional besok pagi ?
Akankah saya bangga dengan keputusan ini ?
Akankah ibu saya bangga dengan keputusan ini ?
Apakah tindakan atau keputusan ini sesuai dengan misi dan kode etik perusahaan ?
Apakah hal ini terasa benar bagi saya ?
2.2.2 Aturan Praktis
Banyak eksekutif telah mengembangkan aturan praktis mereka sendiri untuk
memutuskan apakah suatu tindakan etis atau tidak. Sebagai contoh Carrol mengidentifikasi
enam aturan pertama sebagai aturan penting menurut manajer yang melakukan praktek.
Aturan Praktis untuk Pengambilan Keputusan Etis:
1. Golden Rule
Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan.
2. Peraturan pengungkapan
8
Jika anda merasa nyaman dengan tindakan atau keputusan setelah bertanya pada diri
sendiri, apakah anda akan keberatan jika semua rekan, teman, dan keluarga anda
menyadari hal itu, maka anda harus bertindak / memutuskan.
3. Etika Intuisi
Lakukan apa yang “firasat anda” katakan untuk dilakukan.
4. Imperatif Kategoris
Jangan mengadopsi prinsip-prinsip tindakan, kecuali prinsip-prinsip tersebut dapat,
diadopsi oleh orang lain.
5. Etika Profesi
Lakukan hanya apa yang bisa anda jelaskan di depan komite dari rekan – rekan
profesional anda.
6. Prinsip Utilitarian
Lakukan yang terbaik untuk jumlah terbesar.
7. Prinsip Kebajikan
8. Lakukan apa yang menunjukkan kebajikan yang diharap
Sayangnya walaupun Sniff Tests dan Aturan Praktis ini didasarkan pada prinsip –
prinsip etis dan seringkali berguna, aturan – aturan ini jarang, dengan sendirinya
mencerminkan pemeriksaan komprehensif dari keputusan tersebut , karena itu membuat
individu perusahaan yang terlibat rentan untuk membuat keputusan tidak etis. Untuk
alasan ini tehnik Analisis Dampak Pemangku Kepentingan lebih komprehensif harus
diterapkan.
Tabel di bawah ini menyajikan hubungan prinsip – prinsip para filsuf dan criteria
yang dinilai oleh Sniff Test, Aturan – aturan praktis dan Analisis dampak pemangku
kepentingan.
Menguntungkan?
Konsekuensi, Utilitas Manfaat > Biaya
Risiko disesuaikan
Tugas Fidusia
Tugas, Hak, Keadilan Hak – hak individu
Konsekuensi, Utilitas Keadilan, Legalitas
i,
Karakter,
Harapan Kebajikan
Integritas,
Keberanian, Proses
9
1. Kepentingan mereka harus menjadi lebih baik sebagai akibat dari keputusan
Konsekuensialisme
2. Keputusan akan menghasilkan distribusi adil antara manfaat dan beban Deontologi
dan Etika kebajikan
3. Keputusan seharusnya tidak menyinggung salah satu hak setiap pemangku kepentingan
termasuk hak pengambil keputusan Deontologi dan Etika kebajikan
4. Perilaku yang dihasilkan harus menunjukkan tugas yang diterima sebaik-baiknya
Deontologi dan Etika kebajikan
signifikansi dampaknya pada posisi masing – masing. Mitchell, Agle, dan Wood (1997)
menyatakan bahwa pemangku kepentingan dan kepentingan mereka dinilai dalam tiga
dimensi yaitu :
Legitimasi atau hak hukum/moral untuk mempengaruhi organisasi.
Kekuatan untuk mempengaruhi organisasi melalui media, pemerintah dll.
Urgensi (urgensitas) yang dirasakan dan nyata dari persoalan muncul.
Banyak eksekutif lupa bahwa pemangku kepentingan organisasi berubah dari
waktu ke waktu seperti halnya kekuasaan yang mereka pegang bergantung pada urgensi
yang mereka rasakan terkait isu – isu yang perlu mereka perhatikan. Dalam kehidupan
nyata pemangku kepentingan tanpa legitimasi atau kekuatan akan berusaha mempengaruhi
orang – orang dengan kekuatan dan mereka berhasil.
=============================================================
Harapan harapan Motivasi, Kebajikan,Sifat Karakter dan Proses
Motivasi yang diharapkan
Pengendalian diri atau keserakahan
Pertimbangan kesetaraan atau keadilan
Kebaikan, kepedulian, kasih saying dan kebajikan
Kebajikan yang diharapkan
Loyalitas penuh
Integritas dan transparansi
Ketulusan bukan bermuka dua
Sifat karakter yang diharapkan
Keberanian untuk melakukan hal yang benar setiap individu / standar profesional
Keandalan
Objektivitas, ketidakberpihakan
Kejujuran, kebenaran
Mementingkan diri sendiri bukan egoisme
Menyeimbangkan pilihan diantara perbedaan besar
Proses yang mencerminkan motivasi, kebajikan, dan karakter yang diharapkan
================================================================
Sebuah Pendekatan Komprehensif untuk EDM
PERTIMBANGAN URAIAN
Kekayaan/ konsekuensialisme Keputusan yang diusulkan menghasilkan keuntungan
lebih besar dari biaya.
Hak hak,tugas, atau Deontologi Keputusan yang diusulkan tidak boleh menyinggung
hak para pemangku kepentingan, termasuk pengambil
keputusan.
Kejujuran/kesetaraan/keadilan Distribusi manfaat dan beban harus adil.
Harapan kebajikan/Etika kebajikan Motivasi untuk keputusan harus mencerminkan
ekpektasi kebajikan.
Keempat pertimbangan harus dipenuhi agar sebuah keputusan dianggap etis
================================================================
14
Tujuan dari tehnik ini seharusnya membangun sebuah profil tentang motivasi ,
kebajikan, sifat – sifat karakter, dan proses yang terlibat dengan dan ditunjukkan oleh
keputusan atau tindakanyang dapat dibandingkan dengan yang diharapkan. Analisis Gap
Etika Kebajikan yang dihasilkan merupakan pertimbangan penting dalam Analisis
Komprehensif EDM, dirancang untuk menghasilkan keputusan dan tindakan etis yang
dapat dipertahankan dan memperbaiki tata kelola.
3. Berfokus hanya pada legalitas. Banyak manajer hanya peduli dengan suatu tindakan
yang sah secara hukum, faktanya Undang undang tidak sesuai harapan masyarakat.
4. Batas keberimbangan. Terkadang pengambil keputusan memiliki sikap bias atau ingin
bersikap adil hanya untuk kelompok yang mereka suka.
5. Batas untuk meneliti hak. Para pembuat keputusan harus meneliti dampak pada
keseluruhan hak semua kelompok pemangku kepentingan dan mempertimbangkan
nilai–nilai mereka sendiri saat membuat keputusan
6. Konflik kepentingan
7. Keterkaitan diantara para pemangku kepentingan. Para pengambil keputusan gagal
mengantisipasi apa yang mereka lakukan untuk satu kelompok akan berkontribusi
memicu tindakan orang lain
8. Kegagalan mengidentifikasi semua kelompok pemangku kepentingan, merupakan suatu
kebutuhan dan kepentingan sebelum menilai dampaknya pada masing – masing
kelompok
9. Kegagalan membuat peringkat kepentingan tertentu dari pemangku kepentingan,
dengan kecenderungan umum memperlakukan kepentingan seluruh pemangku
kepentingan menjadi sama pentingnya
10. Mengacuhkan kekayaan, keadilan atau hak
11. Kegagalan untuk mempertimbangkan motivasi untuk keputusan
12. Kegagalan untuk mempertimbangkan kebajikan
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis dan Profesi untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan. Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. Modul Etika Profes dan Tata Kelola Korporat.
19
MAKALAH
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS PRAKTIS
(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat)
Dosen Pengampu : Dr. Frans Sudirjo, SE, MM, Ak
Disusun Oleh :
Riza Nurcholifah Cahyanti 12030116220030
Maria Lisa Elisabeth, SE 12030116220031
KATA PENGANTAR
Penulis
21
DARTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1 Pendekatan Filosofis – Sebuah Ikhtisar....................................................3
2.1.1 Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi......................3
2.1.2 Deontologi......................................................................................4
2.1.3 Etika Kebijakan..............................................................................17
2.2 Sniff Tests Dan Aturan Praktis Umum – Test Awal Etikalitas...............36
2.2.1 Sniff Tests......................................................................................36
2.2.2 Aturan Praktis.................................................................................37
2.3 Analisis Dampak Pemangku Kepentingan Perangkat Penilaian..............42
2.3.1 Keputusan dan Tindakan................................................................36
2.3.2 Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan..........................37
2.3.3 Pengukuran Dampak yang dapat diukur........................................36
2.4 Modifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Dampak Pemangku Kepentingan:
Menilai Motivasi, Kebajikan yang Diharapkan, Sifat Karakter..............46
2.4.1 Mengapa mempertimbangkan harapan motivasi dan perilaku.......36
2.4.2 Penilaian Etis Motivasi dan Perilaku.............................................37
2.5 Permasalahan Lain dalam Pengambilan Keputusan Etis.........................42
2.4.1 Masalah Bersama...........................................................................36
2.4.2 Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis.........................................37
2.4.2 Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis................37
2.6 Kerangka Kerja Komprehensif Pengambilan Keputusan Etis.................42
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................48