Anda di halaman 1dari 7

BAHAN PRESENTASI

KELOMPOK 3

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA

Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi

Disusun oleh:

Ade Amalia Saroh Maghfiroh

Agni Nur Fitriani

Wikeu Ayu Lestari

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GALUH

2023
Pendekatan Dalam Pengambilan Keputusan Beretika

A. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah, hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi.
Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam
pengambilan keputusan.
Keputusan yang memiliki etika bisnis adalah yang bisa menyeimbangkan berbagai
pihak, serta terutama mampu membuat pekerjaan dapat kembali terlaksana dan selesai hingga
batas waktu yang ditetapkan.
Tahap-tahap pengambilan keputusan, diantaranya :
 Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.
 Membuat daftar masalah yang dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas
dengan maksud agar terciptanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
 Melakukan identifikasi dari masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan
gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
 Memetakan setiap maslaah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang
kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan
dipakai.
 Memastikan bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut sesuai prinsip dan kaidah
yang berlaku paa umumnya.
Di sisi lain Simon (1960) mengatakan bahwa pengambilan keputusan berlangsung melalui 4
tahap, yaitu :
 Intelligence, yaitu proses pengumpulan informasi yang berjuan mengidentifikasi
permasalahan.
 Design, yaitu tahap perancangan solusi terhadap masalah, dimana pada tahap ini
dikajji bebragai macam alternatif pemecahan masalah
 Choice, yaitu tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari macam alternatif yang
ada dan memilih yang terbaik
 Implementation, tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya.
Dalam mendukung pengambilan keputusan, para manager menempatkan perspektif etika
sebagai penguat keputusan. Beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan, yaitu :
 Utilitarian Approach (Pendekatan Manfaat), menyatakan bahwa perilaku-perilaku
moral harus menghasilkan kebaikan tersebsar bagi kelompok mayoritas. Keputusan
dengan menempatkan pendekatan manfaat artinya keputusan diambil berdasarkan
mana yang lebih tinggi manfaatnya ari dua atau lebih keputusan yang diambil.
Perbuatan yang emmang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut
utilitarianisme tidak pantas disebut baik. Menepati janji, berkata benar, atau
menghormati milik orang lain adalah baik karena hasil baik yang dicapai dengannya.
Sedangkan mengingkari janji, berbohong, atau mencuri adalah perbuatan buruk
karena akibat buruk yang dibawakannya, bukan karena suatu sifat buruk dari
perbuatan-perbuatan itu.
 Individualism Approach (Pendekatan Individualisme), adalah konsep etika yang
menyatakan suatu tindakan adalah bermoral jika mendukung kepentingan jangka
panjang individu, yang akhirnya mengarah kepada kebaikan yang lebih besar.
 Moral-Rights Approach (Pendekatan Hak-Hak Moral), adalah konsep etika yang
memandang bahwa keputusan-keputusan moral adalah keputusan yang tidak
melanggar hak asasi dari mereka yang dipengaruhi oleh keputusan-keputusan
tersebut. Pada pendekatan ini ditekankan tentang bagaimana menghargai hak asasi
manusia (human right) sebagai landasan berfikir dalam pengambilan keputusan.
 Justice Approach (Pendekatan Keadilan), menyatakan bahwa keputusan-keputusan
moral harus didasarkan pada standar, keadilan, kewajaran, dan tidak memihak.
B. Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis sebagai respons terhadap keputusan yang dapat
dipertahankan secara etis, kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk
profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting
dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk
meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. keadilan yang terlibat,
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
C. Pendekatan filosofi
1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial
dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga teleological. Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan
untuk menganalisis keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku
kepentingan dan untuk mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam
jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral
jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan
bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi
positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.
2) Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban,
hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang
diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan
analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi
dimana untuk kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan
diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau
tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan
kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral
yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat orang
bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut
AACSB etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat
pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas
isu-isu etis dan panduan tindakan etis.
Penggunaan pohon keputusan sebagai pendukung dalam proses pengambilan
keputusan.
Pohon keputusan menurut Susan Welch dan John C. Comer dapat mendefinisikan
sebagai suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk merinci
masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-komponen, kemudian dibuatkan
alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi masing-masing alternatif. Sedangkan
menutu Johannes Supranto diagram pohon keputusan ialah suatu diagram berupa pohon
bercabang-cabang yang menggambarkan hubungan antara alternatif keputusan/tindakan
dengan kejadian-kejadian tidak pasti yang melingkupi setiap alternatif dan hasil alternatif
yang dipilih.

Menurut Kamaluddin, pohon keputusan yang lengkap mempunyai komponen-komponen


sebagai berikut:
 Titik pilihan (Choice Node), merupakan hasil akhir sebuah leputusan yang diperoleh
dari beberapa alternatif, dan merupakan suatu pilihan terbaik.
 Cabang Alternatif ( Alternative Branches), merupakan banyak kemungkinan pilihan
jawaban dari suatu persoalan yang berpangkal pada titik pilihan. Pada suatu akhir dari
cabang pilihan terdapat nilai atau kemungkinan dari suatu hasil yang diharapkan.
 Titik Hasil (Outcome Node), merupakan hasil dari tiap-tiap cabang dalam pohon
keputusan. Titik hasil ini ditandai dengan sebuah lingkaran pada tiap-tiap cabang
pohon keputusan.
 Cabang Hasil (Outcome Branches), merupakan banyaknya kemungkinan untuk
meraih suatu hasil dari titik hasil, dan pada tiap-tiap ujung alternatifnya ada nilai
kesuksesan (biaya dan profit).
 Kesuksesan (Payoff), merupakan sekumpulan laba (benefit) atau biaya yang mungkin
dihasilkan, yang diakibatkan kombinasi suatu keputusan dan suatu keadaan dasar
yang acak.
Contoh Kasus :
Analisis meningkatkan, mempertahankan, dan mengembangkan produktivitas perolehan
keuntungan pada Pabrik Silicagel (Pada Tiga kondisi ekonomi).

Selanjutnya berdasarkan data tabel diatas, kita dapat membuat pohon keputusan sebagai
berikut :

Berdasarkan pohon keputusan diatas ditarik kesimpulan bahwa keputusan yang akan diambil
adalah keputusan B dimana perusahaan akan meningkatkan produktivitas dengan cara
merenovasi dan memperluas pabrik lama dan tetap di lokasi lama. Hal ini dikarenakan
analisis perolehan keuntungan pada keadaam ekonomi bagus, sedang, dan buruk lebih besar
dibandingkan dua opsi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai