Anda di halaman 1dari 13

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) &

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

A. Klasifikasi Biaya
Perusahaan manufaktur memiliki struktur biaya yang lebih kompleks dibandingkan
dengan perusahaan jasa dan dagang. Secara umum, biaya dalam perusahaan manufaktur
dikelompokan menjadi beberapa kelompok biaya menurut spesifikasi manfaatnya, yaitu:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan bahan baku yang akan
digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi dalam volume tertentu. Contoh adalah
kayu untuk meja dan kursi, kain untuk pakaian, dan sebagainya.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang
terlibat secara langsung dalam proses produksi. Contoh adalah buruh pabrik atau pekerja
yang berhubungan langsung dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tetapi
juga dibutuhkan dalam proses produksi. Yang termasuk ke dalam biaya ini adalah:
a. Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan bahan
tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Contoh adalah
benang dan kancing untuk pakaian, paku dan cat untuk meja, dan sebagainya. Bahan
penolong merupakan unsur bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu produk,
namun bukan merupakan unsur utama. Tanpa bahan penolong, suatu produk tidak
akan pernah menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang keluarkan untuk membayar jasa
pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk, namun pekerja yang
dimaksud tidak terlibat langsung dalam proses produksi. Contoh adalah mandor dari
para buruh pabrik, satpam pabrik, dan sebagainya. Tenaga kerja tidak langsung
merupakan tenaga kerja yang tetap dibutuhkan dalam, namun bukan merupakan
unsur utama. Tanpa tenaga kerja tersebut, proses produksi dapat saja terganggu.

1
c. Biaya Pabrikasi Lain
Biaya pabrikasi lain adalah biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Contoh
adalah biaya listrik dan air pabrik, biaya telepon pabrik, penyusutan bangunan pabrik,
penyusutan mesin, dan sebagainya.
4. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan untuk menampung keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai ke tangan
pelanggan. Biaya ini mancakup gaji salesman, biaya iklan, biaya listrik kantor pemasaran,
biaya telepon kantor pemasaran, biaya angkut penjualan, biaya penyusutan kantor
pemasaran, dan sebagainya.
5. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang digunakan untuk menampung
keseluruhan biaya operasi kantor. Biaya ini mencakup gaji direktur, gaji sekretaris, gaji staff
lainnya, biaya telepon kantor, biaya listrik dan air kantor, biaya penyusutan bangunan
kantor, biaya penyusutan peralatan kantor, dan sebagainya.
Kemudian biaya-biaya tersebut dikelompokan lagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu:
1. Biaya Produksi
a. Biaya bahan baku langsung
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead
2. Biaya Operasi
a. Biaya pemasaran
b. Biaya administrasi dan umum

B. Activity Based Costing (ABC)


Activity Based Costing (ABC) adalah penentuan biaya produk melalui pendekatan
pembebanan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya pada aktivitas
yang menyebabkan timbulnya produk atau jasa tersebut. ABC memperkenalkan hubungan
sebab akibat antara pemicu biaya (cost-driver) dengan aktivitas. Maka terdapat dua hal yang
menjadi dasar penyusunan metode ABC. Kedua hal tersebut merupakan alasan penting dalam
penerapan metode ABC, yaitu:

2
1. Biaya Memiliki Penyebab
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Sistem ABC berangkat dari
keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya.
2. Penyebab Biaya Dapat Dikelola
Penyebab terjadinya biaya (aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap
aktivitas, maka biaya yang timbul dapat upayakan agar efektip dan efisien.
Aktivitas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau badan usaha
yang menyebabkan timbulnya biaya dalam upaya menghasilkan suatu produk barang/jasa.
Sementara itu sumber daya adalah unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam
pelaksanaan aktivitas, seperti contohnya adalah kas, mesin, bahan baku, karyawan/buruh dan
lainnya.
Pemicu biaya (cost driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya
aktivitas. Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur dan digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk atau jasa.
Sedangkan objek biaya adalah produk, jasa atau unit organisasi dimana biaya dibebankan
untuk beberapa tujuan manajemen. Misalnya sebuah produsen mesin cuci dan lemari es akan
menjadikan kedua produk tersebut sebagai objek biaya.
Dalam system ABC, sangatlah penting untuk mengidentifikasi dengan jelas aktivitas
yang menjadi pemicu biaya. Karena itu, mengenali dengan baik berbagai hal yang dapat
memicu biaya adalah sangat penting. Secara umum terdapat dua jenis pemicu biaya yang bisa
dikenali, yaitu:
1. Pemicu Sumber Daya (Resource Driver)
Ini adalah ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Pemicu sumber
daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas
ke kelompok biaya (cost pool) tertentu.
2. Pemicu Aktivitas (Activity Driver)
Ini adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan suatu aktivitas terhadap objek
biaya. Pemicu biaya aktivitas digunakan untuk membebankan biaya dari cost pool ke objek
biaya.

3
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah
mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) bagi setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat
atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pengklasifikasian biaya, sehingga
menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

C. Perbandingan Biaya Produk Secara Tradisional dengan ABC


Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak secara memadai pada
berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit
adalah biaya, yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC
memperbaiki tingkat keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan menyadari bahwa
cara lain, selain volume produksi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membebankan
biaya overhead tetap ke biaya produk.
Pada dasarnya, metode ABC adalah konsep sederhana. Jika dalam metode
konvensional (tradisional) sumber daya yang digunakan oleh perusahaan dianggap diserap
oleh produk, maka dalam metode ABC sumber daya yang digunakan oleh perusahaan
dipandang diserap oleh aktivitas. Seluruh aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut
diserap oleh berbagai hal, seperti produk, proses tertentu, pengambilan keputusan,
pelanggan, divisi, dan lini produk tertentu.
Terdapat perbedaan antara metode perhitungan biaya ABC dengan metode biaya
tradisional, khususnya dalam penentuan harga pokok produk berikut:
Tradisional ABC
Tujuan Tingkat persediaan Pembebanan biaya produksi
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,
pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga Biaya overhead
kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang Digunakan Metode manual Komputerisasi

D. Proses Alokasi Biaya Dua Tahap


Dalam proses proses pembebanan biaya overhead dengan metode ABC, terdapat dua
tahap yang harus dipersiapkan. Masing-masing tahap tersebut sangat penting dalam
menentukan alokasi biaya overhead yang akurat. Berikut adalah dua tahap pembebanan
tersebut:

4
1. Biaya Overhead Dibebankan pada Aktivitas
a. Mengidentifikasi Aktivitas
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktiivtas yang
dianggap menimbulkan biaya ketika membuat barang atau jasa dengan cara
mentapkan secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang hingga
pemeriksaan akhir barang jadi serta siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan
menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai.
b. Menentukan Biaya yang Terkait dengan Masing-masing Aktivitas
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab terjadinya
biaya (cost driver). Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam
ABC, yaitu faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha
dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
c. Mengelompokan Aktivitas yang Seragam Menjadi Satu
Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasi sebagai berikut:
• Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Unit Level Activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk setiap produk yang
dihasilkan secara individual. Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produk. Biaya
aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Beberapa
contoh aktivitas ini adalah memesan bahan baku, mengebor suatu lobang,
mengispeksi suatu komponen, menyelia karyawan, dan menjalankan mesin.
Berbagai aktivitas tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan
jumlah unit yang di produksi.
• Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Batch Level Activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan sekelompok
produk. Aktivitas dilakukan setiap kali batch di proses, tanpa memperhatikan berapa
unit yang ada pada batch tersebut. Beberapa contoh kegiatan yang termasuk ke
dalam aktivitas ini adalah seperti menangani bahan baku, membuat pesanan
produksi, dan pengaturan pesanan konsumen.
• Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)
Product Level Activities dilakukan untuk melayani berbagai kegiatan pembuatan
produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Aktivitas berlevel produk
berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan
5
berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Beberapa contoh kegiatan yang
termasuk ke dalam kategori ini adalah mengadministrasi komponen, merancang
produk, mengurus pengiriman produk kepada konsumen, dan mengiklankan produk.
• Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility Level Activities)
Facility Level Activities sering disebut sebagai biaya umum karena tidak berkaitan
dengan jenis produk tertentu. Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang
menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak
berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh
berbagai jenis produk yang berbeda. Beberapa contoh kegiatan yang termasuk ke
dalam aktivitas ini adalah meliputi menyiapkan laporan keuangan, mengelola pabrik,
mengurus kebersihan kantor, menyediakan jaringan computer dan sebagainya.
d. Menggabungkan Biaya Aktivitas yang Dikelompokan
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan facility
sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan totdal biaya untuk tiap-tiap kelompok.
e. Menghitung Tarif per Kelompok Aktivitas
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing kelompok
dengan jumlah cost driver.
2. Membebankan Biaya Aktivitas Pada Produk
Setelah penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas selesai dilakukan, langkah
berikutnya adalah membebankan biaya aktivitas tersebut ke masing-masing produk
menggunakan cost driver. Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui, maka dapat
dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk sebagai berikut:

Overhead yang Dibebankan = Tarif Kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk

Jika dibuat suatu bagan, maka dua langkah pembebanan biaya overhead dengan
menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead
Tahap 1

Aktivitas Aktivitas Aktivitas


Tahap 2
Produk

6
Misalkan PT. ABCD membuat 2 jenis produk yang diberi kode AB dan CD. Taksiran
biaya yang berkaitan dengan proses produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan AB CD
Unit yang diproduksi 10.000 unit 20.000 unit
Jam tenaga kerja langsung per unit produk 4 jam 2 jam
Jam kerja mesin per unit produk 2 jam 4 jam
Kebutuhan bahan per unit produk 2 kg 1 kg
Harga bahan langsung per kg Rp20.000 Rp10.000
Upah tenaga kerja langsung per jam Rp5.000 Rp5.000

Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver
activity) pada periode tersebut adalah sebagai berikut:
Kelompok Aktivitas Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas
a. Tenaga listrik Rp40.000.000 Jam kerja langsung
b. Pemeliharaan Rp70.000.000 Jam kerja mesin
c. Penanganan material Rp60.000.000 Banyaknya bahan
d. Inspeksi Rp30.000.000 Unit produksi
Total Rp200.000.000

Berdasarkan data tersebut, jika dihitung biaya produksi per unit untuk masing-masing
produk dengan metode konvensional (tradisional), dimana biaya overhead pabrik dibebankan
dengan tarif jam kerja langsung akan menghasilkan jumlah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Langsung
Produk Kebutuhan/Produk Harga Biaya/Unit Produk
AB 2 kg Rp20.000 Rp40.000
CD 1 kg Rp10.000 Rp10.000

Setiap unit AB membutuhkan 2 kg bahan baku dengan harga Rp20.000 per kg.
Sedangkan setiap unit CD membutuhkan 1 kg bahan baku dengan harga Rp10.000 per kg. Jadi,
biaya bahan baku per unit AB adalah Rp40.000 dan sebesar Rp10.000 per unit CD.

7
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produk JKL per Unit Produk Upah/JKL Biaya/Unit Produk
AB 4 jam Rp5.000 Rp20.000
CD 2 jam Rp5.000 Rp10.000

Setiap unit AB membutuhkan 4 Jam Kerja Langsung (JKL) dengan upah sebesar
RpRp5.000 per JKL, sehingga biaya tenaga kerja langsung per unit AB adalah Rp20.000.
Sedangkan setiap unit CD membutuhkan 2 JKL dengan upah sebesar Rp5.000 per JKL,
sehingga biaya tenaga kerja langsung per unit CD adalah Rp10.000.
Biaya overhead yang dikeluarkan untuk membuat seluruh produk tersebut adalah
Rp200.000.000, dimana penetapan biaya overhead didasarkan pada JKL. Sedangkan jumlah
JKL yang diperlukan untuk menghasilkan 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah:
- AB 10.000 unit x 4 JKL = 40.000 JKL
- CD 20.000 unit x 2 JKL = 40.000 JKL
Total 80.000 JKL
Maka tarif biaya overhead pabrik dibebankan sebesar Rp200.000.000 : 80.000 JKL = Rp2.500
per JKL. Maka biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap unit produk adalah:
Produk JKL per Unit Produk Tarif/JKL Biaya/Unit Produk
AB 4 jam Rp2.500 Rp10.000
CD 2 jam Rp2.500 Rp5.000

Dengan perhitungan tersebut, besarnya biaya produksi per unit produk dengan
metode tradisional adalah:
Jenis Biaya AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000
Biaya Produksi Per Unit Produk 70.000 25.000

Jika biaya overhead yang dikeluarkan oleh PT. ABCD dihitung menggunakan metode
ABC, maka akan menghasilkan alokasi sebagai berikut:

8
Kelompok Aktivitas Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas Tarif per Satuan
a. Biaya Listrik Rp40.000.000 80.000 jam kerja langsung Rp500/JKL
b. Pemeliharaan Rp70.000.000 100.000 jam kerja mesin Rp700/JKM
c. Penanganan Material Rp60.000.000 40.000 banyaknya bahan Rp1.500/kg bahan
d. Inspeksi Rp30.000.000 30.000 unit produksi Rp1.000/unit produk
Total Rp200.000.000

Total JKM yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah sebagai
berikut:
- AB 2 JKM x 10.000 unit = 20.000 JKM
- CD 4 JKM x 20.000 unit = 80.000 JKM
Total = 100.000 JKM
Total bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah
sebagai berikut:
- AB 2 kg x 10.000 unit = 20.000 kg
- CD 1 kg x 20.000 unit = 20.000 kg
Total = 40.000 kg
Biaya inspeksi total adalah Rp30.000.000, sedangkan produk yang dihasilkan adalah
30.000 unit produk (10.000 unit AB dan 20.000 unit CD), sehingga biaya inspeksi yang
dialokasikan adalah Rp1.000 per unit produk (Rp30.000.000 : 30.000 unit).
Berdasarkan pemicu biaya dari setiap kelompok aktivitas dalam biaya overhead
tersebut, diketahui bahwa besarnya tarif:
- Listrik Rp40.000.000 : 80.000 JKL = Rp500 per JKL
- JKM Rp70.000.000 : 100.000 JKM = Rp700 per JKM
- Bahan Baku Rp60.000.000 : 40.000 kg = Rp1.500 per kg bahan baku
- Unit Produk Rp30.000.000 : 30.000 unit = Rp1.000 per unit produk

9
Pemicu Biaya Aktivitas
Kelompok Aktivitas Tarif per Satuan
AB CD
a. Biaya Listrik Rp500/JKL Rp2.000 Rp1.000
b. Pemeliharaan 700/JKM Rp1.400 Rp2.800
c. Penanganan Material 1.500/kg bahan Rp3.000 Rp1.500
d. Inspeksi Rp1.000/unit produk Rp1.000 Rp1.000
Total Rp7.400 Rp6.300

Keterangan:
a. Biaya Listrik
- AB Rp500 x 4 JKL = Rp2.000 per unit
- CD Rp500 x 2 JKL = Rp1.000 per unit
b. Pemeliharaan
- AB Rp700 x 2 JKM = Rp1.400 per unit
- CD Rp700 x 4 JKM = Rp2.800 per unit
c. Penanganan Material/Bahan
- AB Rp1.500 x 2 kg = Rp3.000 per unit
- CD Rp1.500 x 1 kg = Rp1.500 per unit
Dengan biaya overhead per unit produk seperti itu, maka biaya produksi untuk setiap
unit produk dengan metode ABC adalah:
Jenis Biaya AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 7.400 6.300
Biaya Produksi Per Unit Produk 67.400 26.300

10
Jika dibuat tabel perbandingan biaya produksi menurut metode tradisional dan
metode ABC, akan terlihat sebagai berikut:
Tradisional ABC
Jenis Biaya
AB CD AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000 7.400 6.300
Biaya Produksi per Unit Produk 70.000 25.000 67.400 26.300

Dari tabel perbandingan tersebut, terlihat bahwa perbedaan pokok antara metode
tradisional dengan ABC terletak pada alokasi biaya overhead. Sedangkan biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung akan menghasilkan alokasi biaya yang sama menurut kedua
metode. Dengan sistem tradisional dalam persaingan yang sangat ketat kemungkinan PT.
ABCD akan menetapkan harga jual sebagai berikut:
a. AB
Harga Jual Rp71.000
Biaya Produksi per Unit Rp70.000
Laba per Unit Rp 1.000
b. CD
Harga Jual Rp26.000
Biaya Produksi per Unit Rp25.000
Laba per Unit Rp 1.000
Sedangkan dengan sistem ABC dalam persaingan yang sangat ketat kemungkinan PT.
ABCD akan menetapkan harga jual sebagai berikut:
a. AB
Harga Jual Rp70.000
Biaya Produksi per Unit Rp67.400
Laba per Unit Rp 2.600

11
b. CD
Harga Jual Rp27.000
Biaya Produksi per Unit Rp26.300
Laba per Unit Rp 700

Jika ditotalkan laba yang diperoleh dengan menggunakan metode ABC lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional. Untuk itu, jika perusahaan sedang
menghadapi persaingan yang sangat ketat, maka penggunaan metode ABC akan sangat
diperlukan. Karena metode ABC menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih akurat
dibandingkan dengan system tradisional, maka dapat menolong perusahaan dalam
mengelola keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuannya menentukan
biaya produksi yang lebih akurat, penentuan harga jual per jenis produk pun akan lebih tepat,
sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang komptitif untuk jenis produk
tertentu.

D. Activity Based Management (ABM)


Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan
nilai (value) yang diterima oleh pelanggan, dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan
nilai (value) tersebut. ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Terdapat
beberapa hal yang menjadi keunggulan dari ABM dibandingkan dengan metode tradisional.
Keunggulan utama pendekatan ABM meliputi:
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas (termasuk aktivitas bisnis kunci) serta
mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk
menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya demi
menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
ABM menggunakan analisis cost driver, analisis aktivitas, dan penilaian kinerja. Analisis
cost driver adalah pengujian, kuantifikasi, dan penjelasan dampak dari cost driver. Analisis
cost driver mencakup lingkup benchmarking, diagram sebab akibat, dan analisis pareto.
1. Benchmarking adalah upaya mencari praktik terbaik dalam industri sejenis dan industri
silang untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal tugas, aktivitas atau proses.

12
2. Diagram Sebab Akibat memetakan penyebab yang dapat mempengaruhi aktivitas, proses,
atau hasil yang diharapkan. Diagram ini juga sering disebut dengan diagram fishbone,
karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan.
3. Analisis Pareto adalah teknik statistik dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan
sejumlah tugas yang menghasilkan efek keseluruhan yang signifikan. Analisis ini
merupakan alat manajemen yang menunjukan 20% cost driver penting yang
mempengaruhi 80% biaya yang dikeluarkan perusahaan.
ABM berfokus pada pengidentifikasian aktivitas yang dapat dieliminasi dan
meyakinkan bahwa aktivitas yang diperlukan sudah dijalankan secara efisien. Untuk
memperbaiki operasi, manajemen harus menghilangkan aktivitas yang tidak efisien dan tidak
perlu, menentukan cost driver aktivitas, serta mengubah level cost driver. Dalam menganalisis
aktivitas ini, manajemen berfokus pada penilaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dan
membaginya menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Ativitas Bernilai Tambah adalah aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap customer
value dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang
membutuhkannya. Misalnya, aktivitas perancangan produk, pemrosesan oleh tenaga kerja
langsung, penambahan bahan langsung atau pengiriman produk.
2. Aktivitas Tidak Bernilai Tambah adalah aktivitas yang tidak memberikan kontirbusi
terhadap costumer value atau terhadap kebutuhan organisasi. Misalnya, reparasi mesin,
inspeksi, atau penyimpanan produk.

13

Anda mungkin juga menyukai