I. Pendahuluan
ABC (Activity Based Costing) merupakan salah satu sumber informasi utama dalam
manajemen berbasis aktivitas agar menciptakan keakuratan pembebanan biaya untuk
mendukung pengambilan keputusan manajer. Alasan mengapa digunakannya ABC karena ABC
memberikan informasi yang akurat dalam proses bisnis, bukan hanya pada departemen
produksi saja. Idealnya, perhitungan harga pokok produk berdasarkan aktivitas mencakup
semua biaya yang terjadi sepanjang rantai nilai. Perhitungan harga pokok berbasis aktivitas
lebih rumit dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produk tradisional.Salah satu
metode tradisional adalah perhitungan harga pokok produk berdasarkan volume.
Perhitungan harga pokok produk berdasarkan aktivitas memiliki dua keunggulan yaitu
perhitungan harga pokok produk lebih akurat, sehingga meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan dan lebih lanjut, manajemen dapat mengidentifikasi dan mengeleminasi aktivitas
aktivitas yang tak bernilai tambah untuk meningkatkan efisiensi biaya. Dengan demikian
pengembangan sistem perhitungan harga pokok produk berdasarkan aktivitas dapat
meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Tetapi tidak semua perusahaan cocok untuk
menerapkan ABC ini. Ada sebuah cara untuk memutuskan apakah perusahaan cocok untuk
menerapkan sistem ABC ini. Agar ABC menjadi efektif , kebanyakan dari semua biaya yang
dikeluarkan oleh unit bisnis yang signifikan harus dianalisis secara sistematis. Biaya-biaya ini
tidak hanya mencakup sebagian besar biaya beban pabrik dan tetap , tetapi juga beberapa biaya
pemasaran dan administrasi tetap dan variabel. Penerapan ABC membutuhkan proses yang
kompleks dan komprehensif yang mahal dan memakan waktu, sehingga manajer tentu ingin
diyakinkan akan keuntungannya sebelum memulai penerapan ABC.
Potensi manfaat dari ABC dapat di analisis secara lanjut pada dua dimensi yang terpisah.
Dimensi pertama, ABC akan menghasilkan biaya atau hasil lain yang secara signifikan berbeda
dari model yang digunakan secara konvensional atau lainnya. ABC menimbulkan biaya yang
dapat atau tidak dapat lebih baik atau lebih akurat, tetapi dia berbeda secara nilai. Dimensi
kedua dari model ABC berusaha untuk menetapkan bahwa, mengingat bahwa informasi biaya
yang dihasilkan oleh ABC memang berbeda, manajemen akan menggunakannya untuk
keputusan yang signifikan. Manajer harus menganggap informasi ABC sebagai yang unggul,
dan sifat organisasi serta lingkungan kompetitif, hukum, dan sosialnya harus memungkinkan
manajer untuk menggunakan informasi itu secara bebas.
Faktor-faktor yang terlibat dalam dimensi pertama meliputi jumlah dan keragaman
produk atau layanan yang dihasilkan, keanekaragaman dan tingkat diferensial dari layanan
dukungan yang digunakan untuk produk yang berbeda, sejauh mana proses bersama digunakan,
efektivitas metode alokasi biaya saat ini, dan tingkat pertumbuhan biaya periode. Faktor-faktor
yang terlibat dalam dimensi kedua adalah kebebasan manajemen untuk menetapkan harga, rasio
biaya periode terhadap total biaya, pertimbangan strategis, iklim dan budaya pengurangan biaya
di perusahaan, dan frekuensi analisis yang diinginkan atau diperlukan.
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Cakupan perhitungan harga pokok berdasarkan volume dan aktivitas.
Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan langsung ke produk
karena biaya tersebut merupakan biaya langsung yang dapat dengan mudah dan akurat
ditelusuri ke masing-masing produk. Sebaliknya, biaya overhead pabrik tidak dapat dibebankan
secara langsung ke produk karena biaya ini merupakan biaya tidak langsung. Pembebanan
biaya overhead pabrik menggunakan perhitungan harga pokok berbasis aktivitas (ABC).
Pembebanan biaya langsung dan biaya tenaga kerja langsung tidak berbeda dengan metode
VBC, karena biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung
produk yang dapat secara mudah dan akurat ditelusuri ke masing masing produk. Perbedaannya
terletak pembebanan BOP ke produk, untuk ABC pool biayanya adalah aktivitas sementara
VBC adalah pabrik atau departemen produksi.
A.Metode Pembebanan Biaya
Tiga metode pembebanan biaya yang dapat digunakan untuk membebankan biaya sumber daya
ke objek biaya adalah metode penulusuran langsung (Direct Tracing Method), metode
penulusuran driver (Driver Tracing Method), dan metode alokasi (Allocation Method). Metode
penelususuran langsung digunakan untuk membebankan biaya langsung, sedangkan metode
penelusuran driver dan metode alokasi digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.
Metode penelusuran driver digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang
dikonsumsi secara bersama sama oleh beberapa objek biaya, dan memiliki hubungan sebab
akibat antara biaya dan aktivitas. Metode ini menggunakan cost driver (pemicu biaya) untuk
membebankan biaya ke objek biaya. Berdasarkan pembebanannya ada 2 jenis cost driver yaitu.
1. Driver Sumber Daya
Driver yang digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke
aktivitas.
2. Driver Aktivitas
Driver yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk.
Contoh seperti dibawah ini.
B.Perbedaan Perhitungan Harga Pokok Produk Berbasis Volume dan Perhitungan Harga
Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas
Perbedaan perhitungan harga pokok produk berbasis aktivitas dengan perhitungan harga pokok
produk berbasis volume diringkas sebagai berikut.
Keterangan ABC VBC
Fokus Proses Unit unit dalam organisasi
Pool BOP Aktivitas Departemen Produksi
Metode pembebanan biaya Menekankan pada penelusuran Menekankan pada alokasi
driver (Driver Tracing)
Driver biaya yang Driver berbasis unit dan non Driver berbasis unit
digunakan untuk unit
pembebanan biaya ke
masing masing produk.
Informasi Biaya Biaya aktivitas, seperti biaya Biaya sumber daya seperti
pengecekan, biaya pengesetan, biaya gaji, biaya listrik, biaya
biaya perpindahan, biaya penyusutan, biaya bahan
pembelian dan lainnya. bakar dan lainnya.
Manajemen Biaya Efisiensi biaya dilakukan Efisiensi biaya dilakukan
dengan mengelola aktivitas dengan mengelola biaya
dengan cara mengeleminasi sumber daya seperti
aktivitas yang tak bernilai mengefisiensikan biaya gaji,
tambah. biaya listrik biaya bahan
bakar dan lainnya.
Contohnya pada PT. Bank Citra Indonesia, aktivitas utamanya adalah memproses
transaksi kartu kredit, memproses transaksi kartu kredit, membuat tagihan kartu kredit,
menangani pengaduan nasabah, menyediakan jasa ATM sedangkan aktivitas
pendukungnya adalah melakukan supervisi karyawan. Biaya aktivitas supervisi
karyawan harus dialokasikan ke masing-masing aktivitas utama karena manajer Dept.
Kartu Kredit tidak menangani langsung kartu kredit (ditangani langsung oleh karyawan
kartu kredit).
Setiap aktivitas perlu diidentifikasi driver biayanya untuk membebankan biaya aktivitas
utama ke produk akhir (barang jadi) dan membebankan biaya aktivitas pendukung ke
aktivitas lainnya. Berikut ini driver biaya yang dapat digunakan untuk setiap aktivitas.
Berikut ini merupakan data konsumsi driver biaya sumber daya oleh masing-masing
aktivitas.
Aktivitas manajer hanya berhubungan dengan supervisi karyawan tidak berhubungan langsung
dengan kartu kredit (produk) sehingga diklasifikasikan sebagai aktivitas pendukung (secondary
activities). Gaji manajer, beban penyusutan komputer, dan beban perlengkapan yang dipakai
manajer merupakan biaya langsung aktivitas untuk meyupervisi karyawan dan dibebankan
dengan metode penelusuran langsung.
Beban penyusutan komputer juga merupakan biaya tidak langsung yang harus dibebankan ke
setiap aktivitas dengan driver biaya jumlah jam kerja karyawan.
Pemakaian Perlengkapan dapat ditelusuri ke masing masing aktivitas sehingga biaya
perlengkapan merupakan biaya langsung aktivitas. Misalnya, pemakaian sejumlah
perlengkapan untuk setiap aktivitas diketahui sebagai berikut.
Pembebanan biaya sumber daya ke masing masing aktivitas dapat diikhtisarkan pada tabel
berikut.
Unit level
Unit level activities adalah kegiatan yang dilakukan tiap kali sebuah unit
diproduksi. Biaya dari unit level activities bergantung pada jumlah unit yang
diproduksi. Contohnya adalah perakitan.
Batch level
Batch level activities adalah kegiatan yang dilakukan setiap gelombang
produksi. Biaya dari batch level activities tergantung pada jumlah gelombang,
tetapi biayanya tetap dengan mengikut jumlah unit pada gelombang tersebut.
Contohnya adalah setup mesin dan inspeksi.
Product level
Product level activities adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung
berbagai produk yang diproduksi. Kegiatan ini memakai input yang bisa
mengembangkan produk untuk bisa dijual. Contohnya adalah pemasaran.
Facility level
Facility level adalah kegiatan yang berhubungan dengan kelangsungan proses
manufaktur pada perusahaan tersebut, sepert pembangunan pabrik, keamanan,
pajak, dan lain lain.
Pada PT. Bank Citra Indonesia, jika biaya aktivitas menyediakan jasa ATM terkait kartu kredit
adalah 10.000.000 maka berikut ini adalah perhitungan tarif aktivitas.
Tabel C.7.2. Aktivitas Utama, Driver Aktivitas, dan Biaya Aktivitas Terkait
Pemrosesan transaksi
52.700.000 100.000 transaksi teller Rp.527 per transaksi
kartu kredit
teller
Pembuatan tagihan kartu
31.660.000 5.000 tagihan nasabah Rp.6.332 per tagihan
kredit
nasabah
Penangan pengaduan
21.640.000 1.000 pengaduan Rp.21.640 per pengaduan
nasabah
nasabah nasabah
Penyediaaan jasa ATM
10.000.000 50.000 transaksi ATM Rp.2.000 per transaksi
Tabel C.7.3. Tarif Aktivitas
Penyediaan ATM
Bagaimana mengetahui jika ABC tepat untuk sebuah perusahaan? ada cara obyektif
untuk memutuskan sebelum perusahaan mengambil risiko. Agar ABC menjadi efektif,
mayoritas dari semua biaya yang dikeluarkan oleh unit bisnis yang signifikan harus dianalisis
secara sistematis. Biaya-biaya ini tidak hanya mencakup biaya variabel dan biaya tetap , tetapi
juga biaya pemasaran dan administrasi tetap serta biaya pemasaran dan administrasi
variabel. Penerapan ABC membutuhkan proses yang kompleks dan komprehensif serta
memerlukan biaya yang mahal dan memakan waktu yang lama, sehingga manajer perlu
memastikan keuntungan yang didapat sebelum menerapkan ABC
Manfaat potensial dari ABC dapat dianalisis berdasarkan dua dimensi yaitu :
1. Dimensi pertama didasarkan pada probabilitas, ABC akan menghasilkan biaya atau
hasil lain yang signifikan berbeda dari yang dihasilkan oleh metode yang lebih
konvensional. Biaya yang dihasilkan dengan ABC mungkin lebih akurat, tetapi total
yang dihasilkan berbeda.
Faktor-faktor yang terlibat dalam dimensi pertama meliputi:
a. jumlah dan keragaman produk atau layanan yang dihasilkan
b. keanekaragaman dan tingkat diferensial dari layanan dukungan yang digunakan
untuk produk yang berbeda
c. sejauh mana proses Bersama digunakan
d. efektivitas metode alokasi biaya saat ini
e. tingkat pertumbuhan biaya periode.
2. Dimensi kedua yaitu bahwa informasi biaya yang dihasilkan oleh ABC memang
berbeda, manajemen akan menggunakannya untuk keputusan yang signifikan. Manajer
harus menganggap informasi ABC sebagai yang unggul. Sifat organisasi serta
lingkungan kompetitif, hukum, dan sosialnya harus memungkinkan manajer untuk
menggunakan informasi itu secara bebas.
Faktor-faktor yang terlibat dalam dimensi kedua ini adalah :
a. kebebasan manajemen untuk menetapkan harga
b. rasio biaya periode terhadap total biaya
c. pertimbangan strategis
d. iklim dan budaya pengurangan biaya di perusahaan
e. frekuensi analisis yang diinginkan atau diperlukan.
A CONTINGENCY APPROACH TO IMPLEMENTING ABC
Pendekatan kontingensi ini didasarkan pada analisis perusahaan itu sendiri. Pendekatan
ini terdiri dari pembobotan serta menggabungkan bobot faktor dan dimensi di atas untuk
mengevaluasi kemungkinan keberhasilan penerapan ABC. Skor tertimbang gabungan diplot
sebagai titik pada salah satu dari empat kuadran grafik. Makna yang melekat pada kuadran dan
lokasi skor akhir di kuadran itu, metodologi ini tidak dirancang untuk menghasilkan angka
skala-rasio yang menunjukkan manfaat relatif dari ABC, tetapi untuk menyusun analisis
sistematis dimana manajer perusahaan dapat mendiskusikan faktor-faktor umum yang
mendukung atau menolak implementasi ABC
1. Untuk organisasi tertentu, mungkinkah ABC akan menghasilkan biaya yang secara
signifikan berbeda dari yang dihasilkan dengan akuntansi konvensional, dan apakah
nampaknya biaya-biaya itu akan “lebih baik”?
2. Jika informasi yang dihasilkan oleh sistem baru lebih baik, akankah informasi baru
mengubah keputusan yang dibuat oleh manajemen?
Untuk menjawab pertanyaan diatas ada sepuluh factor yang dapat membantu
manajemen dalam menentukan jawaban. Lima faktor pertama membahas keuntungan potensial
dari ABC dibandingkan metode tradisional atau volume based costing (VBC) sedangkan lima
faktor yang kedua berurusan dengan kebutuhan dan kemampuan manajemen untuk bereaksi
terhadap distorsi/penyimbangan penetapan biaya produk.
1. Apakah nama untuk departemen berisi nama produk atau apakah kegiatan departemen
didorong oleh produk tertentu ? adakah departemen dukungan teknik, jika ada, apakah
departemen tersebut memberikan dukungan terhadap produk tertentu?
2. Apakah lokasi pabrik yang berbeda termasuk dalam satu system biaya ?
3. Apakah produk manufaktur relatif kompleks? (Sebagai patokan, produk kompleks
memerlukan lebih banyak dukungan, sehingga kemungkinan keragaman dalam
manufaktur meningkat.)
4. Apakah produk yang berbeda menggunakan ratai distribusi yang berbeda ? memiliki
persyaratan iklan yang terpisah, atau menyasar pasar yang berbeda?
5. Apakah penelitian dan pengembangan berorientasi pada produk atau homogen ?
6. Apakah perusahaan terorganisir ke fokus pada produk atau do product task forces
exist ?
7. Apakah produk yang berbeda memerlukan proses penanganan
material yang berbeda? Apakah ada tempat penyimpanan yang berbeda?
8. Apakah organisasi beroperasi atau bergerak dalam lingkungan JIT ?
9. Apakah ada perbedaan besar dalam volume produk atau kebanyakan ukuran ?
10. Apakah perusahaan menjual barang-barang OEM dan yang diproduksi?
Alokasi biaya periode mengacu pada kemampuan konseptual sistem biaya yang ada
untuk mengalokasikan biaya periode dengan benar. Alokasi biaya periode adalah
analisis suatu metodologi alokasi untuk menentukan apakah hasilnya seperti
ABC. Alokasi biaya adalah persamaan ABC bahwa, seiring waktu, apa yang disebut
biaya periode (tidak langsung, variabel, dan biaya tetap) dikaitkan dengan kegiatan
yang diperlukan dalam membuat berbagai produk. Dengan demikian, fokus utama
analisis ABC adalah pada mengaitkan biaya periode dengan produk. ABC juga
menyarankan bahwa banyak biaya nonmanufaktur, seperti biaya pemasaran, juga
merupakan fungsi dari aktivitas dan harus dimuat ke dalam produk.
1. Apakah buku besar diatur untuk membebankan biaya dukungan untuk produk melalui
penggunaan departemen khusus produk, time engineering, klasifikasi tenaga kerja tidak
langsung, dan sejenisnya?
2. Sejauh mana biaya tidak langsung tidak diidentifikasi oleh produk?
3. Berapa banyak basis alokasi bersamaan yang digunakan?
4. Apakah mereka konsisten dengan cost driver?
5. Berapa tingkat dalam pengalokasian? Jika multi-level, apakah alokasi berdasarkan
produk-spesifik?
6. Apakah hierarki alokasi penuh dengan perkiraan atau faktor yabg berubah-ubah?
7. Berapa banyak pusat biaya yang ada, dan seberapa spesifik produk terhadap pusat-
pusat biaya tersebut?
8. Jika hanya satu dasar alokasi yang digunakan, dapatkah ia mendistribusikan biaya
berdasarkan produk secara akurat meskipun ada kemungkinan kurangnya korelasi
antara output dan konsumsi sumber daya? Apakah distribusi biaya masih akurat jika
ada perubahan signifikan dalam sifat biaya periode? (asumsikan bahwa semakin
banyak basis alokasi digunakan, semakin mudah perubahan dapat tercermin dalam
biaya produk).
9. Dapatkah basis alokasi mencerminkan dampak fluktuasi volume produk secara akurat?
(misalnya, tingkat beban ditetapkan berdasarkan volume produk yang diantisipasi.
Apakah basis alokasi akan mengenali kemungkinan perubahan dalam persyaratan
dukungan jika campuran produk berubah secara signifikan?)
Kebebasan penetapan harga mengacu pada tingkat kekuatan dan kebebasan perusahaan
untuk menetapkan harga sehingga membangun keuntungan produk. Semakin banyak
kebebasan yang dimiliki perusahaan, biaya produk menjadi kurang penting. Harga akan
ditetapkan untuk memaksimalkan keuntungan dan akan tergantung pada elastisitas
pasar. Ketika kondisi monopoli berlaku dan permintaan tidak elastis, harga tinggi akan
ditetapkan. Di mana ada persaingan murni, banyak pesaing dan produk pengganti yang
tersedia, namun, harga akan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar. Perusahaan
harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ketika mereka mengevaluasi faktor ini:
1. Apakah semua harga produk diatur? Jika demikian, apakah harga didasarkan pada
biaya dan dapat dilakukan perubahan?
2. Seberapa kompetitif pasar? Apakah survei harga umumtersedia? Apakah profitabilitas
industri nampak sangat tinggi atau rendah? Apakah aspek kompetitif didasarkan pada
beberapa faktor selain harga?
3. Apakah ada hambatan tinggi untuk masuk ke pasar?
4. Apakah produk perusahaanunik di pasar? Bisakah harga premium diterapkan karena
layanan?
5. Dimanakah posisi produk dalam siklus hidupnya?
6. Apakah perusahaan penentu harga atau pengikut harga?
7. Seberapa dinamis harga produk? Apa penyebab dari perubahan atau kekurangannya?
7) Rasio Biaya Periode / Period Expense Ratio (FE)
Rasio biaya periode membahas kemungkinan materialitas dari distorsi/penyimpangan
biaya produk secara langsung. Jika kemungkinan distorsi sangat minimal sehingga
tidak ada tindakan manajemen yang dihasilkan dari koreksi mereka, maka distorsi
menjadi tidak relevan. Meskipun materialitas dari faktor ini juga harus dievaluasi dari
perspektif perubahan persentase dalam biaya yang dilaporkan, fokus utama adalah
dampak pada profitabilitas produk. (misalnya, perubahan biaya yang dilaporkan
sebesar 5% mungkin tidak penting bagi toko perhiasan yang beroperasi pada kenaikan
300%, tetapi ini sangat signifikan untuk toko bahan makanan berbasis volume yang
bekerja dengan margin 2% -4%).
Meskipun tidak ada formula khusus untuk mengukur kemungkinan distorsi biaya
produk dan menentukan materialitas dari distorsi tersebut, pertanyaan-pertanyaan
berikut dapat membantu proses penilaian. Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,
perusahaan harus mempertimbangkan hanya biaya periode yang harus dialokasikan;
biaya variabel yang dapat dimuat langsung ke produk harus diabaikan.
1. Akankah menjadi rata-rata pabrik atau menutupi tingkat beban? Apakah ini kelipatan
dari kerjaan? Bagaimana perbandingannya dengan tarif pusat produk atau pusta biaya?
2. Apakah proporsi biaya periodesignifikan dari totalstruktur biaya (termasuk biaya
langsung)? Apakah akan berdampak pada total profitabilitas jika persentase biaya
periodemeningkat 10%? 50%? 100%?
3. Apakah kegiatan pengurangan biaya difokuskan pada biaya produk (seperti
pengurangan harga pemasok) atau pada biaya periode? Apakah keyakinan manajemen
bahwa fokus pada biaya langsung menawarkan manfaat potensial yang lebih besar?
Apakah anggapan ini patut?
1. Seberapa luas kegiatan pengurangan biaya dalam organisasi? Apakah ada kelompok
teknik yang fokus secara eksklusif pada pengurangan biaya? Apakah ada rencana atau
saran dari karyawan?
2. Apakah banyak atau sering tugas yang berorientasi pada biaya? Apakahpengurangan
biaya ditelusuri secara internal? Apakah ada perubahan pada perhitunganpuncak yang
tidak terkait dengan beban?
3. Apakah kegiatan pengurangan biaya di atas bersifat umum dan tidak terkait dengan
produk tertentu? Apakah target pengurangan biaya ditetapkan secara total saja, atau
berdasarkan fungsi / aktivitas, atau oleh produk?
4. Apakah kegiatan pengurangan biaya fokus pada target non-periode? Apakah ada target
variasi materi atau tenaga kerja?
5. Apakah perbandingan make-versus-buy berlaku? Jika ya, seberapa sering analisisnya?
Seberapa dekat keputusan?
6. Apakah keputusan product scrubbing sering dan tergantung pada biaya? Apakah biaya
periode merupakan faktor utama dalam keputusan?
7. Apakah modifikasi proses difokuskan pada organisasi manufaktur? Apakah biaya
periode relevan?
8. Apakah perubahan kapasitas tergantung pada biaya? Apakah biaya periode yang
dialokasikan dimasukkan ke dalam pengambilan keputusan atau relevan
dengankeputusan?
Sekarang diberikan nilai pada faktor-faktor yang tercantum di atas dan plotkan mereka
pada bagan untuk memberikan fokus diskusi di antara para manajer dan memberi mereka
mekanisme untuk melihat perbedaan sehingga mencapai tujuan dengan cara yang lebih efektif.
Gambar diatas menunjukkan kotak yang dapat digunakan untuk memetakan faktor
situasional dalam evaluasi potensi ABC untuk situasi tertentu. Masing-masing dari 10
faktor diberi skor pada skala -5 hingga +5, dan skor masing-masing dari dua set dari
lima faktor dibandingkan dan digabungkan ke dalam dua skor. Skor agregat tertimbang
dari lima faktor yang mempengaruhi "distorsi biaya produk," yang menunjukkan
potensi manfaat ABC bagi perusahaan, diplot pada sumbu "Y". Skor komposit
tertimbang dari semua faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan kemampuan
manajemen untuk bertindak berdasarkan informasi biaya yang lebih baik dalam
membuat keputusan diplot pada sumbu "X".
Untuk menunjukkan skor dari dua set faktor pada diagram kontingensi dua dimensi,
kita harus menggabungkan skor dari setiap set menjadi skor tunggal pada karakteristik
10 faktor. Perlu menimbang masing-masing dari lima faktor dalam kedua klasifikasi
untuk mengenali bahwa perbedaan ada dalam kepentingan relatif dari masing-masing
faktor dalam perusahaan tertentu.
Masing-masing dari lima faktor pada masing-masing dimensi diagram dapat diberi skor
tergantung pada analisis manajemen tentang situasinya. Proses pembobotan dimulai
dengan anggapan peringkat yang sama (yaitu, pembobotan 20%). Kemudian manajer
memeriksa setiap faktor untuk menentukan apakah bobot harus diubah. Tujuan ini
dapat dicapai dalam proses "Delphi" di mana manajer dari semua area terkait
mengirimkan skor dan alasannya untuk semua faktor melalui surat. Kemudian mereka
menerima skor tinggi, rendah, dan rata-rata dengan rasional dan merevisi perkiraan
mereka. Putaran pertama dari proses ini bisa berdasarkan area-demi-area (seperti
akuntansi atau produksi), dan putaran terakhir dari proses ini dapat dilakukan dengan
anggota yang luas dari rapat manajemen untuk menentukan
skor. Pemeriksaan didasarkan pada tiga kriteria utama:
1. Jika faktor ini memiliki nilai ekstrim + atau -5, sejauh mana karakteristik utama
terpengaruh? Misalnya, tanpa keragaman produk, apakah akan terjadi distorsi biaya
produk? Tanpa kebebasan penetapan harga material, akankah tindakan manajemen
terjadi?
2. Jika faktor ini memiliki nilai ekstrem + atau -5, apa dampaknya terhadap faktor-faktor
lain?
3. Apakah faktor ini sangat subyektif atau sulit diukur, dan haruskah bobot disusun untuk
memperbaiki dampaknya?
Jika skor komposit yang direvisi tetap Kuadran I, ini merupakan indikasi bahwa sumber distorsi
berada dalam kategori yang didefinisikan sebagai overhead tradisional. Dalam hal ini,
perusahaan harus mempertimbangkan untuk menerapkan istilah sistem ABC penuh atau sistem
penetapan biaya yang menggabungkan konsep ABC. Distorsi biaya produk mungkin terjadi,
karena biaya-biaya tersebut digunakan secara luas di dalam organisasi, ada kemungkinan
kurangnya keputusan optimal dibuat.
Jika skor komposit yang direvisi bergeser ke Kuadran II, sumber distorsi berada dalam kategori
yang dikenal sebagai “di bawah garis” (penjualan dan pemasaran, administrasi, serta penelitian
dan pengembangan).Dalam hal ini, implementasi sistem ABC penuh tidak dijamin, teknik
alokasi tradisional yang ada memberikan informasi biaya yang memadai untuk komponen
overhead dari biaya produk, dan tidak ada alasan untuk mengeluarkan biaya implementasi dan
pemeliharaan penuh. sistem ABC tidak cocok digunakan. Jika pengeluaran “di bawah garis”
untuk tujuan total biaya produk adalah penyebab utama dalam pelaporan yang salah
terhadap biaya produk, bagaimanapun manajer harus memeriksa dengan cermat metodologi
alokasi dari analisis tersebut untuk kemungkinan kesalahan. Sebuah kios sistem sendiri dan
hanya menanganoi biaya dibawah garis mungkin tepat menggunakan konsep ABC.
Kuadran II
Jika hasil analisis diplot dalam kuadran II, menunjukkan bahwa meskipun manajemen bebas
untuk menggunakan informasi biaya produk, tidak mungkin bahwa biaya-biaya tersebut
mengandung distorsi material. Karena tidak ada manfaat langsung, penerapan ABC pada
kuadran II tidak dianjurkan. Namun, situasi harus dipantau untuk perubahan dari waktu ke
waktu, terutama jika nilai "'Y" relatif kecil.
Kuadran III
Hasil yang diplot dalam kuadran III jelas menunjukkan bahwa ABC tidak
direkomendasikan. Hal ini tidak mungkin bahwa distorsi biaya produk bahan yang ada dan
management memiliki kemampuan terbatas untuk memanfaatkan atau bereaksi terhadap biaya
yang dimodifikasi
Kuadran IV
Banyak manajer yang mungkin masih bingung apakah penerapan teknik ini akan meningkatkan
daya saing perusahaan mereka. Para eksekutif ini memerlukan beberapa metode untuk
mengevaluasi apakah potensi klaim dari manfaat ABC akan melebihi biaya tertentu dan
substansial dari implementasinya. Model analisis kontingensi membantu mereka dengan
mencocokkan karakteristik perusahaan, produknya, dan sistem penetapan biaya yang digunakan
dengan faktor-faktor yang membuat ABC paling efektif.
Faktor-faktor yang telah disajikan tidak eksklusif dan kolektif . Sementara sistem penilaian
bersifat subjektif, didasarkan pada faktor-faktor yang dikutip dalam literatur ABC sebagai
penyebab dalam menentukan keunggulan ABC dibandingkan penetapan biaya tradisional. Yang
paling penting, faktor-faktor tersebut menyajikan struktur bagi para manajer untuk digunakan
dalam musyawarah mereka dan mendorong mereka untuk mencapai beberapa
konsensus berkenaan dengan sejauh mana faktor-faktor tersebut hadir di perusahaan mereka
dan pada akhirnya untuk meyakinkan diri mereka sendiri, baik tentang ketidakgunaan,
keinginan atau kebutuhan kritis untuk implementasi ABC.
DAFTAR PUSTAKA
Estrin, T.L., Jeffrey Kantor, dan David Albers “Is ABC Suitable for Your Company?.”
Dalam Readings in Management Accounting. Ed. S. Mark Young. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.: 1997.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M. & Guan, Liming. Cost Management,
Accounting and Contro 6th edition. South-Western: Engage Learning: 2009.