Anda di halaman 1dari 24

ACTIVITY BASED

COSTING METHOD

Candra Setia Bakti ST.,MT.


Activity-Based Costing System

Activity Based Costing merupakan penentuan harga pokok


produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok
produk secara cermat untuk kepentingan manajemen ,dengan
mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap
aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.

Tujuan untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas


yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai
dengan pemakaian aktivitas setiap produk.
1. aktivitas
adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan
biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan.
contoh: pengiriman barang merupakan aktivitas pemasaran

2. sumber daya
unsur ekonomis yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas, karena itu harus dibebankan ke
objek biaya.
contoh: upah dan bahan baku sumberdaya untuk produksi

3. objek biaya
bentuk akhir dimana pengukuran biaya harus dilakukan.
contoh: produk, pemasaran, pelanggan, listrik

4. cost driver
faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, dapat diukur, digunakan sebagai dasar
membebankan biaya aktivitas ke cost pool tertentu. terdapat dua cost driver yaitu
resources driver and activity driver.
a. resources driver
ukuran kuantitas sumberdaya yang dikonsumsi oleh aktivitas.
contoh: presentase luas lantai yg digunakan untuk suatu aktivitas

b. activity driver
ukuran frekuensi & intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek
biaya, digunakan untuk membebankan dari cost pool ke objek biaya.
contoh: jumlah komponen suku cadang yang berbeda digunakan untuk mengukur
konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk
Activity-Based Costing System

Fundamental Assignment to Other


Cost Objects Cost Objects

Activities Cost of:


Product
Service
Customer

Costs of Activities
KLASIFIKASI DALAM
PERSEDIAAN

Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang memakai


Prinsip Pareto: the critical few and the trivial many.

Memfokuskan kepada persediaan yang critical (bernilai tinggi)


daripada yang trivial (bernilai rendah).

Klasifikasi ABC membagi persediaan dalam 3 kelompok


berdasarkan atas volume uang (rupiah/dolar) tahunan
Kelas A: nilai volume rupiah yang tinggi,
mewakili 70 - 80% dari nilai total volume
rupiah, meskipun jumlahnya sedikit (sekitar
15% dr jumlah persediaan)
Kelas B: Nilai volume rupiah yang menengah,
mewakili sekitar 15% dari nilai persediaan, dan
sekitar 30% dari jumlah persediaan
Kelas C: Nilai volume rupiahnya rendah,
hanya mewakili sekitar 10% dari nilai, tetapi
terdiri dari sekitar 55% dari jumlah persediaan.
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasifikasi barang dalam analisis ABC adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai
uang dari masing-masing tipe barang.
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan
pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai
uang barang.
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah.

Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan
perhatian terlebih dahulu.
ABC - 9

Activity-Based Costing

Activities performed to fill customer needs


consume resources that cost money.

Served Activities
Customer by Activities consume
activities resources

Resources
Costs cost Resources
money
ABC - 10

Activity-Based Costing

The cost of resources consumed by activities


should be assigned to cost objectives.

Assigned Assigned to
Costs to Resources activity cost
resources pools

Cost Reassigned
to cost Activities
objectives objectives
ABC - 11

Activity-Based Costing

Operationalizing the two-stage model requires:


Identifying activities.
Assigning costs to activities.
Determining the basis for assigning the cost
of activities to cost objectives.
Determining the cost per unit of activity.
Reassigning costs from the activity to the
cost objective on the basis of the cost
objectives consumption of activities.
ABC - 12

Two-Stage Activity Based Costing


Method

First stage: Costs assigned to resources are


reassigned to activities.

Cost of Cost of Cost of


Resource 1 Resource 2 Resource n

Activity Activity Activity Activity Activity


1 2 3 4 n
Continued on next slide
ABC - 13

Two-Stage Activity Based Costing


Method

Second stage: Costs assigned to activities are reassigned


to cost objectives using an activity cost
driver.
Activity Activity Activity Activity Activity
1 2 3 4 n

Objective Objective Objective Objective


1 2 3 n
Rincian biaya produksi dalam ABC:

1. Unit level activity cost


biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan.
Contohnya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi
dan biaya angkutan.

2. Batch level activity cost


biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Besar
atau kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh
fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
diproduksi dalam setiap order produksi.
Contoh : biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi, biaya
order pembelian.
3. Produk sustaining activity cost
biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk dan biaya-biaya
untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Biaya ini dibebankan
kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit yang akan dihasilkan selama umur
produk tersebut.

Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang diproduksi dan jumlah batch
produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh : desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk.

4. Facility sustaining activity cost


biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit yang
dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.
Contoh : biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi dan biaya karyawan kunci.
Keuntungan dan Keterbatasan dari
Activity Based Costing

Keuntungan
ABC menyediakan perkiraan tentang biaya produksi yang lebih akurat
dan lebih informatif, yang pada akhirnya akan menuju pengukuran
profitabilitas produk yang lebih akurat dan kemampuan yang lebih
baik untuk mengambil keputusan strategis dalam hal penentuan
harga,lini produk, pelanggan, dan pengeluaran kapital.
ABC menyediakan pengukuran yang lebih akurat mengenai aktifitas
yang menimbulkan biaya, sehingga para manager akan terbantu
untuk meningkatkan kualitas produk dan peningkatan nilai proses
sehingga dapat dihasilkan keputusan produk yang lebih baik,
kemampuan mengontrol biaya.
ABC mempermudah manager dalam mengakses informasi biaya yang
relevan untuk dapat mengambil kmeputusan bisnis sehingga
produknya menjadi lebih kompetitif.
Keterbatasan Activity Based Costing
Allocation, ada beberapa biaya yang mungkin perlu dialokasikan
pada suatu departemen dan pengukuran volume terhadap
produk hal ini dikarenakan adanya penemuan spesifik aktifitas
yang menyebabkan ketidak akuratan biaya penggunaan.
Omission of cost, ABC berasal dari penganalisisan beberapa
biaya yang diidentifikasikan dengan spesifikasi produk. Aktifitas
dapat menyebabkan pemasukan bagi biaya pemasaran,
periklanan pencarian dan pengembangan, teknik produk dan
permasalahan yang ditimbulkannya.
Expense and time, sistem ABC adalah suatu sistem yang sangat
mahal untuk dikembangkan, diimplementasikan dan banyak
menghabiskan waktu, seperti inovasi managemen atau sistem
perhitungan.
Contoh:
P.T. XYZ membuat 4 produk A, B, C, dan D dengan data sebagai berikut :

Produk Unit Jumlah / Jam Kerja Jam Mesin Biaya Komponen


Keluaran Putaran Langsung / / unit Material / Material /
Produksi unit unit unit

A 25 3 2 2 Rp. 30 8
B 25 4 4 4 75 5
C 250 7 2 2 30 8
D 250 10 4 4 75 6
24
Biaya Over Head Pabrik:
Biaya variabel jangka pendek = Rp 8.250,-
- Biaya variabel jangka panjang :
- biaya penjadwalan = Rp 7.680,-
- biaya set up = Rp 3.600,-
Total Cost.J.Panjang = Rp 11.280,-
- Biaya penanganan material = Rp 7.650,-

Total B.Over Head = b.J pendek + b.j Panjang + B. penanganan material = Rp 27.180,-

Hitunglah harga pokok perunit :


a. Menggunakan kalkulasi biaya produk konvensional dengan memakai tarif overhead
jam tenaga kerja
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
Biaya variabel jangka pendek = Jam mesin
Biaya penjadwalan = Jumlah putaran produksi
Biaya set up = Jumlah putaran produksi
Biaya penanganan material = Jumlah komponen
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut
Penyelesaian :
a. Kalkulasi biaya konvensional
Jumlah jam tenaga kerja
A 25 X 2 = 50
B 25 X 4 = 100
C 250 X 2 = 500
D 250 X 4 = 1000
Total= Rp.1650
Tarif Overhead Pabrik = Rp. 27.180, = Rp.16,47/Jam TK
Rp. 1.650
Keterangan A (Rp) B (Rp) C (Rp) D (Rp) Total (Rp)

Material 750,0 1.875 7.500 18.750 28.875,0


Upah 350,0 700 3.500 7.000 11.550,0
Biaya Utama 1.100,0 2.575 11.000 25.750 40.425,0

BOP @ 16.47 823.5 1.647 8.235 16.470 27.175,5

HP Produksi 1.923,5 4.222 19.235 42.220 67.600,5

Unit diproduksi 25 25 250 250

HP Produksi / unit 77 169 77 169


b. Kalkulasi Biaya dg metode Activity Based costing
1. By. Var jangka pendek Rp.8.250,- / 1.650 = Rp.5 / jam TK.
2. By. Pnjdwln Rp.7.680,- / 24 = Rp. 320 perputaran produksi.
3. By. Set Up Rp. 3.600,- / 24 = Rp. 150 perputaran produksi.
4. By penanganan Material Rp. 7.650/3.825 = Rp. 2/komponen.

Total Komponen
A 25 x 8 = 200
B 25 x 5 = 125
C 250 x 8 = 2.000
D 250 x 6 = 1.500
Total Biaya = Rp. 3.825
Keterangan A (Rp) B (Rp) C (Rp) D (Rp) Total (Rp)

Biaya Utama 1.100,0 2.575,0 11.000,0 25.750 40.425,0

Bi Var. Jk Pdk @ Rp. 5/Jam TK 250,0 500,0 2.500,0 5.000,0 8.250,0

Bi Penjadwalan 960,0 1.280,0 2.240,0 3.200,0 7.680,0


@ Rp. 320

Bi Set Up @ Rp. 150/putaran 450,0 600,0 1.050,0 1.500,0 3.600,0

Bi Penangangan material @ Rp. 400,0 250,0 4.000,0 3.000,0 7.650,0


2/komponen

HP Produksi 3.160.0 5.205,0 20.650,0 38.450,0 67.605,0

Unit diproduksi 25 25 250 250

HP Produksi / unit 126,4 208,2 83,16 153,8


c. Membandingkan hasil yang diperoleh
Keterangan A (Rp) B (Rp) C (Rp) D (Rp)

HP Produksi / unit metode 77,0 169,0 77,0 169,0


konvensional

HP Produksi / unit metode ABC 126,4 208,2 83,16 153,8

Keterangan A (Rp) B (Rp) C (Rp) D (Rp)

Metode ABC lebih banyak membebankan overhead terhadap produksi dengan


volume yang lebih rendah dan cenderung membebankan secara relatif lebih
kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai