Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI MANAJEMEN DAN BIAYA LANJUTAN

RMK & REVIEW ARTIKEL

ACTIVITY BASED COSTING

&

ACTIVITY BASED MANAGEMENT

Oleh :
Etty Dwi Hariani (19201330540)
Riki Eka Ernia Rahayu (19201330545)

PROGRAM STUDI S2 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
SURABAYA
2020
RMK
ACTIVITY BASE COSTING DAN ACTIVITY BASE MANAGEMENT

A. Activity Base Costing


1. Activity-based costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang
membebankan biaya kepada produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas.
2. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa
perusahaan dilakukan oleh aktivitas dimana aktivitas yang dibutuhkan tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya
dibebankan kepada aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan kepada objek biaya
berdasarkan penggunaannya. ABC memperkenalkan hubungan sebab akibat antara cost
driver dengan aktivitas.
3. Cost driver (pemicu biaya) digunakan untuk menghitung biaya sumber daya dari setiap
unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan kepada produk atau jasa
dengan mengalikan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap aktivitas yang
dikonsumsi pada periode tertentu.

Biaya Overhead Aktivitasnya Pemicu Biaya


Biaya untuk melakukan Kegiatan melakukan set-up Frekwensi Set-up mesin
set-up mesin mesin
Biaya untuk Kegiatan melakukan Frekwensi pergerakan dari
pemindahan bahan baku pemindahan bahan baku dari Gudang ke bagian produksi
dari gudang ke bagian gudang ke bagian produski
produksi

4. Sistem ABC mengikuti prosedur dua tahap untuk menetapkan biaya overhead ke produk.
Tahap Satu  Identifikasi kegiatan yang signifikan dan tetapkan biaya overhead untuk
setiap kegiatan secara proporsional dengan sumber daya yang digunakan.
Tahap Dua  Identifikasi pemicu biaya yang sesuai untuk setiap kegiatan dan
alokasikan biaya overhead ke produk.
5. Banyak perusahaan mengelola aktivitas-aktivitas ke dalam empat kategori untuk
memperbaiki penelusuran biaya, yaitu :
Level Biaya Penjelasan Contoh
Besar kecilnya biaya dipicu Perakitan dan Pengepakan
1. Unit Level
oleh volume produksi produk
Besar kecilnya biaya dipicu Perencanaan Produksi, Set-Up
2. Batch Level oleh aktivitas berkala atau
berkelompok
Biaya dipicu terkait dengan Penelitian dan Pengembangan

3. Product- aktivitas membuat produk Disain, Protitpe, Pemasaran

Sustaining baru hingga kegiatan

Level memasarkan produk tersebut

Biaya yang dipicu oleh Listrik, air, pendingin,


4. Facility (or
aktivitas terkait dengan pemanas, sekuriti
General
proses produksi di tingkat
Operations)
pabrik
Level

6. Kelebihan Activity Based Costing :


1. Menyediakan informasi biaya yang detail terutama untuk biaya overhead
2. Penentuan Harga Pokok Produksi suatu produk menjadi lebih akurat
3. Penentuan Harga Jual menjadi lebih tepat

7. Kekurangan Activity Based Costing :


1. Memerlukan perubahan radikal terhadap pemahaman biaya (basis aktivitas)
2. Implementasinya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama
3. Biaya Overhead diasumsikan variabel terhadap aktivitas (ada porsi biaya overhead
yang merupakan biaya tetap)

B. Activity Base Management


Menurut Hansen dan Mowen manajemen berdasarkan aktivitas mengidentifikasi
berbagaiaktivitas, biaya aktivitas, output aktivitas dan nilai aktivitas bagi organisasi.
Manajemen berdasarkan aktivitas merupakan pendekatan untuk kesuluruhan sistem yang
terintegrasi dan berfokus pada perhatian manajemen atas berbagai aktivitas dengan tujuan
meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan nilai ini.
Model manajemen berdasarkan aktivitas memiliki dua dimensi yaitu
a. Dimensi biaya  memperbaiki akurasi pembebanan biaya
b. Dimensi proses.  mengurangi biaya dengan memberikan kemampuan untuk melakukan
dan mengukur perbaikan berkelanjutan.
Sumber utama informasi manajer berdasarkan aktivitas ini ialah ABC(Activity Based
Costing) dan PVA (Process Value Analysis).
Dalam perencanaan sistem ABM (Activity Based Management) akan memberikan
justifikasi untuk implementasinya pada sasaran dan tujuan sistem ABM, Posisi persaingan
perusahaan saat ini dan yang diinginkan; Proses bisnis dan bauran produk perusahaan;
Jadwal, tanggung jawab yang dibebankan, dan sumber daya yang dibutuhkan
untukimplementasi; Kemampuan perusahaan untuk mengimplementasikan, mempelajari dan
menggunakan informasi baru.
Agar implementasi ABM dapat terwujud, memerlukan alat fundamental untuk
mengendalikan manajemen yaitu akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi
pertanggungjawaban bertujuan mempengaruhi perilaku dalam cara tertentu sehingga
seseorang atau kegiatan perusahaan alam disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama.
Adapun melalui 4 elemen penting yaitu pemberian tanggungjawab, pembuatan ukuran
kinerjaatau benchmarking, pengevaluasian kinerja dan pemberian penghargaan.
3 jenis sistem akuntansi pertanggungjawaban berubah sepanjang waktu adalah berdasarkan
keuangan, aktivitas dan strategi.

Perbandingan Ukuran Kinerja


NO Ukuran Berdasarkan Keuangan Ukuran Berdasarkan Aktivitas
1 Anggaran unit perusahaan Standar berorientasi pada proses
2 Perhitungan biaya standar Standar bernilai tambah
3 Standar statis Standar dinamis
4 Standar yang saat ini dapat dicapai Standar optimal

Perbandingan Evaluasi Kinerja


NO Evaluasi Berdasarkan Keuangan Evaluasi Berdasarkan Aktivitas
1 Efisiensi keuangan Pengurangan waktu
2 Biaya yang dapat dikendalikan Perbaikan kualitas
3 Biaya aktual versus standar Pengurangan biaya
4 Ukuran keuangan Pengukuran tren
Perbandingan Penghargaan
NO Penghargaan Berdasarkan Keuangan Penghargaan Berdasarkan Aktivitas
1 Berdasarkan kinerja keuangan Berdasarkan kinerja multidimensi
2 Penghargaan individual Penghargaan kelompok
3 Kenaikan gaji Kenaikan gaji
4 Promosi Promosi
5 Bonus dan pembagian laba Bonus Pembagian laba, dan keuntungan

C. Analisis Keuntungan Konsumen


Penelusuran biaya yang digerakkan pelanggan kepada pelanggan dapat menyediakan
informasi penting untuk manajer. Keakuratan biaya pelanggan memungkinkan para manajer
untuk membuat keputusan penentuan harga, keputusan bauran pelanggan, dan keputusan
yang berhubungan denganpelanggan secara lebih baik sehingga dapat memperbaiki
profitabilitas.
Sama halnya, penelusuran biaya yang digerakkan pemasok kepada pemasok akan
memungkinkan manajer untuk memilih pemasok yangbenar benar berbiaya rendah sehingga
menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih tinggi dan meningkatkan profitabilitas.
Sedangkan dalam buku Kaplan dan Anthony dijelaskan bahwa dengan manajemen berbasis
aktivitas memaksa para manajer untuk berpikir tentang tidak hanya berapa biaya untuk
membuat suatu produk tetapi juga tentang apa yang pelanggan peroleh dari produk yang
mereka bayar.
Activity BasedManagement bisa dibangun untuk unit bisnis yang memenuhi dua aturan:
1. Pengeluaran besar dalam sumber daya tidak langsung
2. Keanekaragaman dalam produk, pelanggan, dan proses.

Untuk meningkatkan profitabilitas lini produk, Manajer mengambil beberapa tindakan


yang sering disebut manajemen berbasis aktivitas, merujuk pada pengambilan keputusan
manajer dengan menggunakan informasi tentang aktivitas yaitu :
a) Harga produk
b) Produk pengganti
c) Mendesain ulang produk
d) Meningkatkan proses dan strategi operasi
e) investasi teknologi
f) Menghilangkan produk
D. Abc Di Perusahaan Jasa
Sistem ABC tidak hanya berfokus ke perhitungan harga pokok produk/jasa, namun
mencakup perspektif yang lebih luas, yaitu pengurangan biaya melalui pengelolaan aktivitas.
Perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang serta organisasi sektor publik dan organisasi nirlaba
berkepentingan untuk mengurangi biaya dalam pengelolaan aktivitas, sehingga perusahaan
dan organisasi tersebut membutuhkan sistem informasi biaya yang mampu menyediakan
informasi berlimpah tentang aktivitas.
 Namun, ada beberapa perbedaan dasar antara perusahaan jasa dan manufaktur yaitu
Kegiatan dalam perusahaan manufaktur cenderung menjadi jenis yang sama dan
dilaksanakan dengan cara yang serupa. Hal ini berbeda untuk perusahaan jasa.
 Perbedaan dasar lainnya antara perusahan jasa dan manufaktur adalah pendefinisian
keluaran. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah ditentukan (produk-produk
nyata yang di produksi), tetapi untuk perusahaan jasa, pendefinisian keluaran lebih sulit.
Keluaran untuk perusahaan jasa kurang nyata. Keluaran harus didefinisikan sehingga
keluaran dapat dihitung harganya.
Untuk menjawab permasalahan di atas, Activity Based Costing benar- benar dapat digunakan
pada perusahaan jasa, setidak-tidaknya pada beberapa perusahaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan Activity Based Costing pada perusahaan
jasa adalah:
1. Identifying and Costing Activities  Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas
dapat membuka beberapa kesempatan untuk pengoperasian yang efisien.
2. Special Challenger  Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur
akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti
sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu
persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan
biaya yang tidak dapat dihindari.
3. Output Diversity  Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang nggambarkan
aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk
dijelaskan atau ditentukan
REVIEW ARTIKEL
PERANAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM PERHITUNGAN
HARGA POKOK PRODUKSI KAIN YANG SEBENARNYA UNTUK PENETAPAN
HARGA JUAL
Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang Indah
Oleh :
Riki Martusa
&
Agnes Fransisca Adie

LATAR BELAKANG PENELITIAN


Meningkatnya persaingan dalam industri , menuntut perusahaan untuk memiliki
keunggulan agar dapat tetap melangsungkan hidupnya dan memperbesar usahanya. Untuk itu,
perusahaan harus dapat menetapkan harga jual yang wajar dengan cara menetapkan harga
pokok produk dengan tepat. Harga pokok produk yang dibahas dalam penelitian ini
merupakan biaya penuh (full costing) sehingga meliputi biaya produksi dan non-produksi.

TUJUAN PENELITIAN
1 Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mengelompokkan biaya dengan tepat.
2 Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah membebankan biaya dan melakukan
perhitungan harga pokok produk dengan tepat.
3 Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menetapkan mark-up dengan tepat untuk
perhitungan harga jual.
4 Untuk mengetahui apakah Activity-based costing system akan menghasilkan
perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang berbeda dengan perhitungan
yang dilakukan perusahaan selama ini.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian deskriptif analitis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengumpulkan data tentang biaya yang dikeluarkan di PT Panca Mitra Indah Clothing,
menyajikannya sehingga memberikan gambaran tentang keadaan sebenarnya PT Panca Mitra
Indah Busana, apakah PT Panca Mitra Indah Busana memang mengklasifikasikan
pengeluaran dengan benar.
HASIL PENELITIAN
1 PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya menjadi dua, yaitu
biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku.
2 PT Panca Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih
sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku yang
digunakan, biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan harga pokok tiap
produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh perusahaan hanya digunakan
untuk menghitung keseluruhan laba akhir perusahaan.
3 Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing
system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang
berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan.

KETERBATASAN PENELITIAN
- Di dalam penelitian tersebut penulis hanya menggunakan 1 periode pembukuan untuk
menentukan perhitungan biaya dengan tepat, sehingga para pembaca tidak bisa
menyimpulkan ketepatan biaya dalam PT Panca Mitra Indah Buana jika hanya 1
periode karena tidak ada pembandingnya.
- Akan lebih baik jika penulis meneliti perusahaan yang komponen biaya di dalamnya
bermacam – macam, seperti perusahaan industry makanan misalnya.

Anda mungkin juga menyukai