Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI MANAJEMEN

Activity-Based Management

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si.

Oleh :
Ida Ayu Ary Mahadewi
1907531028

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management
(ABM)
Activity Based Management (ABM) merupakan suatu konsep yang mengerahkan
perhatian pada konsumsi sumber daya terhadap aktivitas yang dilakukan oleh suatu
perusahaan, sehingga untuk dapat mengetahui bagaimana suatu perusahaan menggunakan
sumber dayanya, maka terlebih dahulu haruslah dipahami mengenai aktivitas-aktivitas
apa saja yang telah terjadi didalam perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut
merupakan aktivitas yang telah mengkonsumsi sumber daya melalui pengidentifikasian
pemicu biayanya dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitas-
aktivitas tersebut.
Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang
memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai yang diterima oleh pelanggan dan meningkatkan laba perusahaan melalau
penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
Activity Based System, dimana antara ABM dan ABC saling berkaitan satu sama lain.
Activity Based Costing adalah metode pembebanan aktivitas-aktivitas berdasarkan
besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk
atau pelanggan, berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari
aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.
Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk yang
menimbulkan aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut
dipengaruhi oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya non- produksi.
ABC atau penentu harga pokok produk berbasis aktivitas merupakan sistem informasi
tentang pekerjaan atau kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai
bagi konsumen. Definisi lain ABC adalah suatu informasi yang dapat menyajikan secara
akurat dan tepat waktu mengenai pekerjaan atau aktvitas yang mengkonsumsi sumber
biaya aktivitas untuk mencapai tujuan pekerjaan produk dan pelanggan. ABC dirancang
untuk mengukur harga pokok produk melalui aktivitas- aktivitas. Biaya-biaya akan diukur
dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiap- tiap produk terhadap aktivitas selama
proses produksi, sehingga biaya yang timbul masing-masing jenis produk akan terlihat lebih
jelas. Sistem tersebut menerapkan sistem akuntansi aktivitas untuk menghasilkan
perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.

Manajemen Activity Based Costing (ABC) membutuhkan informasi yang berkualitas


tinggi dengan tepat waktu, yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan atau
activity dan sasaran pekerjaan itu sendiri atau produk dan customer agar dicapai apa yang
disebut dengan continues improvement atau perbaikan yang berkesinambungan. Setelah
manajer mempunyai informasi akurat dan tepat waktu, manajer akan menggunakan
informasi tersebut untuk menetapkan strategi yang tepat, mendesign ulang produk dan
menekan pemborosan-pemborosan yang terdapat pada aktifitas operasi dengan
menggunakan cara-cara yang digunakan pada sistem ABC ini agar dicapai suatu perbaikan
yang disebut Activity Based Managemen (ABM).
Hubungan ABC dengan ABM terjadi karena ABM membutuhkan informasi dari ABC
untuk melakukan analisis yang berhubungan dengan perbaikan yang berkesinambungan
ABM untuk standar pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang timbul karena terjadinya
pertukaran dantara perusahaan dengan konsumen.

B. Analisis Nilai Proses / Process Value Analysis (PVA)

Analisis nilai proses adalah hal yang fundamental bagi akuntansi


pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas; analisis ini berfokus pada akuntabilitas
berbagai aktivitas sebagai ganti pada biaya; dan analisis ini menekankan pada
maksimalisasi kinerja keseluruhan sistem sebagai ganti kinerja individual. Analisis nilai
proses membantu mengubah berbagai konsep akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan
aktivitas dari tingkat konseptual menjadi operasional. Analisis nilai proses berkaitan
dengan (1) analisis penggerak, (2) analisis aktivitas, dan (3) pengukuran kinerja aktivitas.

1. Analisis Penggerak: Pencarian Akar Pemicu


Mengelola berbagai aktivitas membutuhkan pemahaman atas penyebab biaya
aktivitasnya. Setiap aktivitas terdiri atas input dan output. Input aktivitas adalah berbagai
sumber daya yang dikonsumsi suatu aktivitas dalam rangka menghasilkan output-nya.
Output aktivitas adalah hasil atau produk dari suatu aktivitas. Ukuran output aktivitas
adalah jumlah suatu aktivitas dilakukan. Ukuran ini adalah ukuran yang dapat dihitung
atas suatu output.

Ukuran output praktis adalah ukuran permintaan yang dibutuhkan atas suatu
aktivitas dan hal yang disebut penggerak aktivitas. Ketika kebutuhan akan suatu aktivitas
berubah, biaya aktivitas dapat berubah

Akar pemicu dari biaya suatu aktivitas kerap merupakan akar pemicu dari berbagai
aktivitas terkait lainnya. Contohnya, kualitas pemasok yang rendah mungkin merupakan
akar pemicu biaya pemeriksaan suku cadang yang dibeli (ukuran output x jumlah jam
pemeriksaan) dan pemesanan ulang (ukuran output x jumlah pemesanan ulang). Dengan
mengimplementasikan manajemen kualitas total dan program evaluasi pemasok, kedua
aktivitas tersebut dan proses pengadaannya dapat diperbaiki.

2. Analisis Aktivitas: Mengidentifikasi dan Menilai Isi Nilai


Inti analisis nilai proses adalah analisis aktivitas. Analisis aktivitas adalah proses
untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengevaluasi berbagai aktivitas yang dilakukan
perusahaan. Analisis aktivitas harus menunjukkan empat hasil: (1) aktivitas apa saja yang
dilakukan, (2) berapa banyak orang yang melakukan aktivitas tersebut, (3) waktu dan
sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas, dan (4) penilaian atas nilai
aktivitas bagi perusahaan, termasuk saran untuk memilih dan mempertahankan berbagai
aktivitas yang menambah nilai.

• Aktivitas Bernilai-Tambah
Berbagai aktivitas yang dibutuhkan untuk dapat bertahan dalam bisnis
disebut sebagai aktivitas yang bernilai tambah. Beberapa aktivitas yang disyaratkan
memang dibutuhkan untuk memenuhi peraturan hukum. Berbagai aktivitas lainnya
dalam perusahaan tersebut adalah aktivitas discretionary. Aktivitas discretionary
diklasifikasikan sebagai aktivitas yang bernilai tambah jika secara simultan memenuhi
berbagai syarat: (1) aktivitas yang menghasilkan perubahan kondisi, (2) perubahan
kondisi yang tidak dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya, dan (3) aktivitas yang
memungkinkan berbagai aktivitas lainnya dilakukan.

• Aktivitas Tak-Bernilai-Tambah
Semua aktivitas selain berbagai aktivitas yang paling penting untuk tetap
bertahan dalam bisnis sehingga dipandang tidak perlu disebut sebagai aktivitas tak-
bernilai tambah. Aktivitas tak-bernilai tambah dapat diidentifikasi melalui
ketidakmampuannya memenuhi salah satu dari tiga 3 disebutkan di atas. Biaya tak-
bernilai tambah adalah berbagai biaya yang disebabkan oleh aktivitas tak-bernilai-
tambah atau kinerja tidak efisien dari aktivitas bernilai tambah. Karena peningkatan
persaingan, banyak perusahaan mencoba untuk mengeliminasi aktivitas tak-bernilai
tambah karena berbagai aktivitas tersebut menambah biaya yang tidak perlu dan
menekan kinerja.

• Pengurangan Biaya
Perbaikan berkelanjutan membawa tujuan pengurangan biaya. Berbagai usaha
untuk mengurangi biaya dari berbagai produk dan proses yang ada akan disebut
sebagai perhitungan biaya Kaizen. Kondisi persaingan memaksa perusahaan untuk
mengirimkan produk yang diinginkan para pelanggan secara tepat waktu dengan
biaya serendah mungkin. Hal ini berarti perusahaan harus terus berusaha keras untuk
memperbaiki biayanya. Perhitungan biaya Kaizen memiliki ciri perbaikan yang
konstan dan meningkat atas berbagai proses dan produk yang ada. Analisis aktivitas
adalah elemen penting dalam perhitungan biaya Kaizen. Analisis aktivitas dapat
mengurangi biaya melalui empat cara:

1. Eliminasi aktivitas,

Eliminasi aktivitas berfokus pada berbagai aktivitas yang tak-bernilai


tambah. Jika aktivitas yang gagal menambah nilai telah diidentifikasi, maka harus
pengukuran harus dilakukan untuk mengarahkan perusahaan mengeliminasi
aktivitas-aktivitas ini.
2. Pemilihan aktivitas,

Pemilihan aktivitas melibatkan pemilihan berbagai rangkaian aktivitas yang


ditimbulkan oleh beberapa strategi yang saling bertentangan. Berbagai strategi yang
berbeda dapat menyebabkan aktivitas yang berbeda.
3. Pengurangan aktivitas,

Pengurangan biaya mengurangi waktu dan sumber daya yang dibutuhkan


suatu aktivitas. Pendekatan pada pengurangan biaya ini seharusnya ditujukan,
terutama untuk memperbaiki efisiensi dari berbagai aktivitas yang dibutuhkan
atau menjadi strategi jangka pendek untuk memperbaiki berbagai aktivitas tak
bernilai tambah sampai aktivitas- aktivitas tersebut dapat ditiadakan.
4. Penyatuan aktivitas.

Penyatuan aktivitas meningkatkan efisiensi dari berbagai aktivitas yang


dibutuhkan dengan menggunakan economy of scale. Secara khusus, kuantitas dari
penggerak biaya ditingkatkan tanpa menambah biaya total aktivitas terkait. Hal ini
dapat menurunkan biaya per unit dari penggerak biaya terkait dan jumlah biaya
yang dapat ditelusuri pada produk yang menggunakan aktivitas tersebut.
3. Pengukuran Kinerja Aktivitas
Menilai seberapa baik berbagai aktivitas (dan proses) dilakukan adalah hal mendasar
dalam usaha pihak manajemen untuk memperbaiki profitabilitas. Pengukuran kinerja
aktivitas terdapat dalam bentuk keuangan keuangan dan nonkeuangan. Berbagai ukuran
ini didesain untuk menilai seberapa baik suatu aktivitas dilakukan dan seberapa baik
hasil yang dicapai. Ukuran-ukuran ini juga didesain untuk menunjukkan apakah ada
perbaikan konstan atau tidak. Ukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama:
efisiensi, kualitas, dan waktu.

Efisiensi berfokus pada hubungan berbagai input aktivitas dengan output aktivitas.
Kualitas berkaitan dengan melakukan aktivitas yang benar sejak aktivitas tersebut
dilakukan pertama kali. Ouput aktivitas yang cacat perlu diulang hingga menyebabkan
biaya yang tidak dibutuhkan dan pengurangan efisiensi. Waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu aktivitas juga merupakan hal penting. Waktu yang lebih lama biasanya
berarti lebih banyak penggunaan sumber daya dan lebih sedikit kemampuan untuk
merespons kebutuhan pelanggan. Ukuran waktu untuk kinerja cenderung bersifat
nonkeuangan, sedangkan efisiensi dan kualitas adalah ukuran keuangan dan nonkeuangan.

C. Ukuran Efisiensi Aktivitas

ABM (Activity Based Management) harus dapat mengungkapkan informasi untuk


mengetahui informasi seberapa baik kinerja aktivitas. Ukuran – ukuran keuangan harus
menunjukkan penghematan potensial dan penghematan sesungguhnya. Penghematan
adalah pengurangan biaya yang berarti pengurangan pemborosan atau
peningkatan efisiensi. Menaksir seberapa baik aktivitas dan proses dilakukan adalah
landasan bagi usaha manajemen untuk memperbaiki profitabilitas. Ukuran kinerja
berpusat pada tiga dimensi utama yaitu Efisiensi, kualitas dan waktu. Ukuran keuangan
untuk efisiensi aktivitas meliputi:
1. Laporan biaya bernilai tambah dan tak bernilai tambah

Pelaporan ini adalah cara untuk meningkatkan efisiensi aktivitas. Suatu sistem
akuntansi perusahaan seharusnya membedakan antara biaya bernilai tambah dan tak
bernilai tambah karena memperbaiki kinerja aktivitas membutuhkan penghapusan tak
bernilai tambah dan mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah. Mengetahui jumlah biaya
yang dihemat merupakan hal yang penting bagi tujuan strategis
Dengan membandingkan biaya aktual dengan biaya aktivitas bernilai tambah,
manajemen dapat menilai tingkat ketidak efisienan aktivitas dan menentukan potensi
untuk perbaikan.Biaya bernilai tambah (standar quantities yaitu SQ) dapat dihitung
dengan mengalikan kuantitas standar bernilai tambah dengan standar harga (standar
price yaitu SP). Biaya tak bernilai tambah dapat dihitung sebagai perbedaan anatara
output aktual tingkat aktivitas (activity quantity yaitu AQ) dan tingkat bernilai tambah
(SQ) dikalikan dengan biaya standar per unit.
Biaya bernilai tambah = SQ x SP
Biaya tak bernilai tambah = (AQ- SQ) SP
SQ = Tingkat keluaran bernilai tambah untuk suatu aktivitas
SP = Harga standar per unit ukuran keluaran aktivitas
AQ = Kuantitas aktual dari keluaran aktivitas yang digunakan atau kuantitas aktual dari
kapasitas aktivitas yang diperoleh.
2. Tren dalam laporan biaya aktivitas
Pelaporan ini menyatakan bahwa pengurangan biaya berjalan sesuai yang
diharapkan. Hampir setengah biaya tak bernilai dihapuskan. Sebagai catatan perhatian,
perbandingan biaya aktual dua periode akan menyatakan pengurangan yang sama.
Namun, pelaporan biaya tak bernilai tambah tidak hanya menyatakan pengurangan
namun juga dimana hal tersebut muncul. Hal ini memberikan informasi pada para
manajer tentang berapa banyak potensi penurunan harga yang masih mungkin
dilakukan. Dari pelaporan ini setidaknya para manajer tidak menjadi puas , namun
seharusnya secara berkelanjutan mencari tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

3. Penetapan standar Kaizen

Penghitungan biaya kaizen mengacu pada pengurangan biaya produk dan proses
yang ada. Dalam istilah operasional, hal ini diartikan ke dalam pengurangan biaya tak
bernilai tambah. Pengelolaan proses pengurangan biaya ini dipenuhi melalui
pengulangan penggunaan dua subsiklus utama :
1. Siklus perbaikan berkelanjutan atau kaizen. Siklus kaizen didefinisikan dengan
urutan rencana -> lakukan -> periksa -> bertindak (plan-do-check-act). Standar
kaizen mencerminkan perbaikan yang direncanakan untuk periode berikut.
2. Siklus pemeliharaan. Siklus pemeliharaan mengikuti aturan standar -> lakukan ->
periksa -> bertindak (standard-do-check-act). Suatu standar dibuat berdasarkan perbaikan
sebelumnya. Kemudian tindakan diambil dan hasil periksa untuk memastikan bahwa kinerja
tercapai pada tingkat baru ini. Jika tidak, maka tindakan korektif akan diambil untuk
mengembalikan kinerja .
4. Benchmarking

Langkah ini menggunakan praktik terbaik sebagai standar untuk mengevaluasi


kinerja aktivitas. Tujuan benchmarking adalah untuk menjadi yang terbaik dalam
melakukan aktivitas dan proses. Jadi, benchmarking seharusnya juga melibatkan
pertbandingan dengan para pesaing atau industri lain.
5. Perhitungan biaya siklus hidup

Tahap perencanaan produk dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya
aktivitas. Dalam kenyataanya, paling sedikit 90 persen atau lebih biaya yang
berhubungan dengan suatu produk termasuk dalam tahap pengembangan dari daur hidup
produk. Daur hidup produk secara sederhana adalah waktu keberadaan produk, dari
pengkonsepan hingga tidak terpakai. Biaya daur hidup adalah semua biaya yang
berhubungan dengan produk keseluruhan daur hidupnya. Karena kepuasan total
pelanggan telah menjadi isu vital dalam persiapan bisnis baru , biaya hidup keseluruhan
telah menjadi fokus utama dari manajemen biaya daur hidup. Biaya hidup keseluruhan
adalah biaya daur hidup suatu produk plus biaya pasca pembelian oleh pelanggan yang
meliputi operasional, dukungan, pemeliharaan dan pembuangan. Penghitungan biaya
hidup keseluruhan menekankan pada manajemen keseluruhan rantai nilai . Rantai nilai
adalah kumpulan aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang, mengembangkan,
memproduksi, memasarkan dan melayani suatu produk. Jadi , manajemen biaya daur
hidup memfokuskan pada aktivitas pengelolaan rantai nilai sehingga terbentuk
keunggulan bersaing jangka panjang. Untuk mencapai tujuan ini, para manajer harus
menyeimbangkan biaya hidup keseluruhan produk, metode pengiriman, inovasi dan
berbagai atribut produk termasuk kinerja, keistimewaan yang ditawarkan, keandalan,
kecocokan, ketahanannya, keindahannya dan kualitas yang dimilikinya.
KESIMPULAN

Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang


memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan
nilai yang diterima oleh pelanggan dan meningkatkan laba perusahaan melalau
penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
Activity Based System, dimana antara ABM dan ABC saling berkaitan satu sama lain.
Analisis nilai proses adalah hal yang fundamental bagi akuntansi
pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas; analisis ini berfokus pada akuntabilitas
berbagai aktivitas sebagai ganti pada biaya; dan analisis ini menekankan pada
maksimalisasi kinerja keseluruhan sistem sebagai ganti kinerja individual. ABM
(Activity Based Management) harus dapat mengungkapkan informasi untuk mengetahui
informasi seberapa baik kinerja aktivitas.
Kinerja aktivitas dievaluasi dengan menggunakan tiga dimensi: efesiensi, kualitas
dan waktu. Penulusuran biaya yang digerakkan pelanggan kepada pelanggan dapat
menyediakan informasi penting untuk manajer. Keakuratan biaya pelanggan
memungkinkan para manajer untuk membuat keputusan penentuan hargadan keputusan
yang berhubungan dengan pelanggan secara lebih baik, sehingga dapat memperbaiki
profitabilitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2016). Akuntansi Manajerial (8 ed., Vol. 1). Jakarta:

Salemba Empat.
https://www.academia.edu/11922465/manajemen_berdasarkan_aktivitas (Diakses pada 25 Maret
2021)

http://myekonotes.blogspot.com/2017/11/activity-based-costing- dan-activity.html
(Diakses pada 25 Maret 2021)

http://e-journal.uajy.ac.id/3948/3/2EA17413.pdf (Diakses pada 25 Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai