Anda di halaman 1dari 25

Activity Based Costing (ABC)

Dan
Activity Based Management (ABM)

Oleh:
Elisa Fitri Lumban Gaol (207017078)
Abdur Rahman Hakim (207017079)
Syalsabila Abdina (207017080)
Definisi, Landasan Berpikir, dan Fungsi/Tujuan

Definisi
- Activity Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang
memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana
aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.

- Activity Based Management merupakan pendekatan yang terintegrasi yang


memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan meningkatkan laba
perusahaan melalau penyediaan nilai pelanggan tersebut dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari Activity Based Costing System, dimana antara ABM
dan ABC saling berkaitan satu sama lain.ABM menekankan pada konsep product
costing maupun process value.
Landasan Berfikir

• Activity Based Costing (ABC) : Saat ini Persaingan global yang tajam memaksa
perusahaan untuk cost effective, sedangkan Kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi harus terus mampu mencerminkan konsumsi sumber data dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Pendekatan tradisional tidak
dapat memberikan informasi biaya yang akurat apabila jumlah biaya overhead yang
bersifat non-unit cukup material.

• Activity Based Management (ABM) : Aktivitas adalah hal utama dalam pengendalian
dan penilaian kinerja lingkungan yang dinamis. Akuntansi berbasis aktivitas adalah
pendekatan yang tepat untuk lingkungan dinamis yang memaksa perusahaan untuk
Fungsi / Tujuan

• Tujuan  ABM  adalah  untuk meningkatkan kualitas pengambilan


keputusan dengan menyajikan informasi biaya yang akurat ,
meningkatkan  nilai  produk  atau  jasa  yang diserahkan  ke
konsumen, dan melakukan pengurangan biaya secara berkelanjutan,

• Tujuan ABC adalah untuk mengatasi kelemahan akuntansi biaya


tradisional yang didesain khusus untuk perusahaan manufaktur dalam
meningkatkan akurasi analisis biaya dengan memperbaiki cara
penulusuran biaya ke objek biaya.
Tahapan Penerapan
Tahapan Penerapan ABC System
ABC System membebankan biaya (BOP) ke produk melalui 2 tahap yaitu :
1. Tahap 1 : Penelusuran dan penentuan biaya ke setiap aktivitas 
Dalam tahap pertama dilakukan pembebanan biaya-biaya sumber ekonomi yang dikonsumsi ke
setiap aktivitas. Dapat dilakukan dengan pengelompokan aktivitas-aktivitas ke dalam kelompok
aktivitas yang homogen (Cost Pool). Kelompok biaya yang homogen merupakan suatu kumpulan
dari beberapa aktivitas yang mempunya rasio konsumsi yang sama untuk semua produk sehingga
dapat dijelaskan oleh satu pemacu biaya (cost driver) yang sama. Dalam tahap pertama terdiri dari
5 langkah yaitu : 
• Indentifikasi aktivitas yang terjadi
• Pengasosiasian sumber ekonomi ke setiap aktivitas
• Pengelompokan aktivitas (unit, batch, produk serta fasilitas) 
• Pengelompokan biaya pada setiap kelompok aktivitas ke dalam kelompok biaya yang homogen
(cost pool yang homogen)
• Penentuan tarif pembebanan BOP setiap kelompok aktivitas dalam pusat biaya yang homogen
(pool rate)
2. Tahap 2 : Pembebanan biaya aktivitas ke setiap produk 
Pada tahap kedua, biaya overhead pabrik akan ditelusuri ke produk. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada tahap pertama
(Pool rate)dan dikalikan dengan jumlah aktivitas yang dikonsumsi yang dikonsumsi
oleh setiap produk. Jumlah aktivitas yang dikonsumsi setiap produk dapat dijelaskan
melalui kuantitas cost driver (pemacu biaya) yang digunakan oleh setiap produk.
Overhead yang dibebankan ke tiap kelompok biaya produk dihitung dengan : 

BOP dibebankan = tarif kelompok x jumlah konsumsi pemacu biaya

Dalam tahap kedua ini ada dua langkah yaitu : 


• Penentuan jumlah konsumsi aktivitas bagi setiap jenis produk
• Pembebanan BOP setiap kelompok aktivitas homogen pada setiap produk
berdasarkan pool rate yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tahapan Penerapan ABM System
Process Value Analysis
Merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang mengapa dan bagaimana
suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Process Value Analysis dilakukan dengan 3
langkah yaitu : 
• Driver Analysis untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu aktivitas
• Activity Analysis untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang
terlibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi dan evaluasi bagi
manajemen tentang aktivitas tersebut. Analisa aktivitas dapat dibedakan menjadi dua
aktivitas yaitu : aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah. Hasil akhir
dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya (cost redution) yang ditimbulkan karena
adanya continues improvement
• Activity Performance Measurement yaitu pengukuran kinerja dalam pelaksanaan suatu
aktivitas dengan menggunakan alat ukur finansial dan non finansial. Alat ukur yang
digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil
yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu menunjukkan perbaikan yang secara
terus menerus dilakukan perusahan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal yaitu waktu, kualitas
serta efisiensi.
Keunggulan ABC dan ABM System
Keunggulan ABC System
• Biaya produk(cost) yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur teknologi
tinggi dan semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. 
• Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang modem dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers), banyak dari pemicu biaya
tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-based) dari pada berbasis volume produk. 
• Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari biaya produk
variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang relevan terhadap
pengambilan keputusan yang strategik.
• Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses, pelanggan, area
tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem ABC ini akan menghilangkan
aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak memiliki nilai tambah pada proses pembuatan
suatu produk.
• Sistem ABC meningkatkan kualitas keputusan yang diambil manajemen.
Keunggulan ABM System

• Mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis dan mengindentifikasi


bagaimana proses dan aktivitas tersebut dapat diperbaiki untuk
menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.

• ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber


daya untuk menambah nilai aktivitas , pelanggan , produk , dan metode
untuk mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan
 
Aplikasi ABC dan ABM System dalam Operasional
Produksi/Layanan dan/atau Pengukuran Kinerja
Manajemen: Studi Kasus
Penerapan ABC dan ABM dalam Proses Produksi pada PT. Gunung
Madu Plantations  IX Gunung  Batin Lampung Tengah
PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah merupakan
perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk utama berupa gula. Dalam proses
produksi, PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah melakukan
berbagai aktivitas, mulai dari pembelian bahan mentah (tebu) yang kemudian
dipersiapkan dan diproses sampai menjadi produk jadi berupa Gula GMP.  PT. Gunung
Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah melakukan pengelolaan aktivitas
manajemen (activity management) dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus
(continous improvement) dalam proses produksi, sehingga aktivitas tidak bernilai tambah
(non value added activity) dapat dikurangi serta memberikan dampak  terhadap
 pengurangan biaya produksi. 
Biaya produksi dalam setiap departemen mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan
ini terjadi karena masih adanya aktivitas yang tidak  memberikan nilai tambah bagi
perusahaan yaitu pada departemen masakan dan putaran dalam sub aktivitas menyeleksi
ukuran kristal gula serta pada departemen pengemasan dan penyelesaian dalam sub
aktivitas mengangkut gula ke gudang, dan sub aktivitas menyimpan gula digudang. Selain
itu terdapat juga adanya perubahan jumlah biaya disetiap sub aktivitas tidak bernilai
tambah yang mengalami peningkatan dan penurunan. Akibat dari masih adanya aktivitas
yang tidak bernilai tambah dalam departemen proses produksi, biaya untuk produksi juga
meningkat, dan kondisi laba pada perusahaan juga mengalami perubahan (berfluktuasi).
Dengan demikian, terlihat ada fenomena bahwa kegiatan produksi yang terjadi dalam
setiap departemen masih memiliki sub-sub aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah,
dan karena itulah jumlah biaya yang dinikmati pada setiap departemen produksi
mengalami peningkatan danpenurunan setiap tahunnya. Kondisi tersebut tentu saja akan
berdampak pada penurunan laba juga, meskipun hasil penjualan PT. Gunung Madu
 Plantations IX Gunung Batin Lampung Tengah mengalami peningkatan. Hal ini juga
disebabkan oleh pihak manajemen perusahaaan belum optimalnya penerapan activity based
management dalam proses produksi dan perhitungan biaya produksi perusahaan.
Pada tahun berikutnya PT. Gunung Madu Plantations IX Gunung Batin Lampung
Tengah optimalnya penerapan activity based management dalam proses produksi dan
perhitungan biaya produksi perusahaan yaitu dengan cara mengidentifikasi aktivitas,
menganalisis pemicu atau penggerak aktivitas, dan melakukan perhitungan pada semua
aktivitas yang terjadi dalam setiap departemen untuk mengetahui biaya aktivitas
bernilai tambah dan tidak bernilai tambah serta menghitung biaya aktivitas
produksinya. Dari hasil penerapan Activity Based Management dalam proses produksi
dan perhitungan biaya aktivitas, maka terdapat 3 (tiga aktivitas) yang ternyata tidak
memberikan nilai tambah dalam proses produksi perusahaan, yaitu aktivitas menyeleksi
ukuran kristal gula, aktivitas mengangkut gula ke gudang, dan
aktivitas menyimpan gula di gudang. Setelah mengetahui aktivitas serta biaya yang
BPR akan memimpin organisasi dengan lebih baik, lebih
tidak bernilai tambah, perusahaan melakukan pengurangan biaya dengan cara
 efektifdan efisien jika dilakukan dengan benar
mengeliminasi dan mengefisienkan aktivitas tersebut. Penerapan Activity Based
Management (ABM) dapat meningkatkan efisiensi produksi serta memberikan dampak
penghematan biaya produksi dan meningkatkan laba perusahaan. 
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity
based manajemen di PT. GunungMadu Plantations IX Gunung
Batin Lampung Tengah:
 
1.​Budaya Organisasi
2.​Dukungan dan Komitmen Manajemen Puncak 
3.​Perubahan Proses
4.​Pelatihan Berkelanjutan
ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA
PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA KEDIRI

Dari hasil penelitian, Berikut ini merupakan ringkasan data produksi dari
Perusahaan Kecap Murni Jaya Kediri yaitu sebagai berikut.

Ringkasan Data Produksi Perusahaan Kecap Murni Jaya Kediri Tahun 2015
Adapun rincian dari biaya overhead
pabrik dan daftar Cost Driver yang
dikeluarkan oleh Perusahaan Kecap
Murni Jaya Kediri selama tahun
2015 adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Perhitungan harga
pokok produksi pada Perusahaan Kecap Murni Jaya Kediri melalui dua tahap.
a. Tahap pertama yaitu Biaya Overhead Pabrik diakumulasi menjadi satu kesatuan
untuk keseluruhan pabrik dengan menggunakan dasar pembebanan biaya berupa unit
produk. Perhitungan tarif tunggal berdasarkan unit produk dapat disajikan sebagai
berikut:
Tarif tunggal berdasarkan produk
Tarif BOP = Rp. 2.290.400.250 / 1.942.525 Unit = Rp. 1.179,08 / Unit
b. Tahap kedua yaitu Biaya Overhead Pabrik dibebankan ke produk dengan
mengalikan tarif tersebut dengan biaya yang digunakan masing-masing produk.
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Sistem Tradisional disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Activity Based Costing
a. Prosedur tahap pertama Tahap pertama menentukan harga pokok produksi berdasarkan
Sistem Activity Based Costing adalah menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang
mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari:
1) Mengindentifikasi dan menggolongkan aktivitas. Aktivitas Perusahaan Kecap Murni Jaya
Kediri dapat digolongkan menjadi tiga level aktivitas.
2) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
3) Menentukan Cost Driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas setelah aktivitas-
aktivitas diidentifikasikan sesuai dengan levelnya, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi Cost Driver dari setiap biaya. Pengidentifikasian ini dimaksudkan dalam
penentuan tarif per unit Cost Driver pada setiap produk di Perusahaan Kecap Murni Jaya
Kediri Tahun 2015.
4) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen (Homogeneus Cost Pool)
5) Menentukan tarif kelompok (Pool Rate) Tarif per unit Cost Driver dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
b. Prosedur tahap kedua
Tahap kedua menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan aktivitas adalah membebankan tarif
kelompok berdasarkan Cost Driver. Biaya untuk setiap kelompok Biaya Overhead Pabrik dilacak
ke berbagai jenis produk. Berdasarkan pembebanan biaya overhead pabrik yang telah dilakukan,
maka perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan Sistem Activity Based Costing pada
Perusahaan Kecap Murni Jaya Kediri.
Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2015 menggunakan
Sistem Activity Based Costing diperoleh hasil Harga Pokok Produksi untuk Kecap Cap
Mencoo adalah sebesar Rp. 10.603,26.
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Harga Pokok
Produksi dengan Sistem Activity Based Costing untuk Kecap Cap Mencoo adalah
sebesar Rp. 10.603,26. Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan Sistem Tradisional,
maka Sistem Activity Based Costing memberikan hasil yang lebih kecil, sehingga laba
perusahaan semakin banyak.
Dari analisis diatas, bahwa dapat dilihat Perhitungan Harga Pokok Produksi
menggunakan Sistem Activity Based Costing memberikan hasil yang lebih murah dari
Sistem Tradisional. Perbedaan yang terjadi antara Harga Pokok Produksi dengan
menggunakan Sistem Tradisional dengan Sistem Activity Based Costing disebabkan
karena pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing produk. Pada Sistem
Tradisional biaya pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu Cost Driver
saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan Biaya Overhead Pabrik.
Pada Sistem Activity Based Costing, Biaya Overhead Pabrik pada masing-masing
produk dibebankan pada banyak Cost Driver, sehingga Sistem Activity Based Costing
mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap jenis produk secara tepat berdasarkan
konsumsi masing-masing aktivitas.
Kesimpulan
REFERENSI

http://myekonotes.blogspot.com/2017/11/activity-based-
costing-dan-activity.html?m=1
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai