ANGGOTA KELOMPOK
Rantai nilai untuk tiap-tiap perusahaan di dalam industri apa saja adalah
aktivitas-aktivitas penciptaan nilai yang saling terkait, mulai dari pemerolehan
sumber bahan baku dasar sampai kepada penyerahan produk atau jasa akhir
kepada pelanggan. Makalah ini menjelaskan bagaimana menyusun dan
menggunakan rantai nilai. Pembahasan di dalam makalah ini bertujuan untuk
menyoroti fakta bahwa pengetahuan manajemen biaya strategik yang muncul dari
rantai nilai adalah berbeda dan lebih baik daripada pengetahuan yang diperoleh
dari pendekatan-pendekatan akuntansi manajemen tradisional.
Salah satu tema besar di dalam manajemen biaya strategik ialah
menyangkut fokus terhadap upaya-upaya dalam manajemen biaya : bagaimana
sebuah perusahaan mengorganisasikan pemikiran-pemikirannya mengenai
manajemen biaya? Di dalam kerangka manajemen biaya strategik, mengatur biaya
secara efektif memerlukan fokus yang luas yang mana Michael Porter
menyebutnya dengan "rantai nilai" - yakni sekumpulan aktivitas penciptaan nilai
yang saling terkait. Fokus ini bersifat eksternal bagi perusahaan, di mana masing-
masing perusahaan dipandang dalam konteks keseluruhan rantai dalam aktivitas
aktivitas penciptaan nilai yang mana hal tersebut hanyalah berupa sebuah bagian
atau tahapan, mulai dari pemerolehan bahan baku dasar sampai after-sales service
Sebaliknya, akuntansi manajemen tradisional mengadopsi fokus yang
sebagian besar bersifat internal bagi perusahaan, di mana masing-masing
perusahaan dipandang dalam konteks dari pembelian, proses, fungsi, produk, dan
pelanggan. Dengan kata lain, akuntansi manajemen tradisional mengambil
perspektif nilai tambah mulai dari pembayaran kepada pemasok (pembelian)
sampai pada penyerahan produk atau jasa kepada pelanggan (penjualan).
Ternautamanya, di dalam perspektif akuntansi manajemen tradisional, adalah
untuk memaksimalkan perbedaan (yaitu, nilai tambah) antara pembelian dan
penjualan. Pengetahuan strategik yang dihasilkan oleh analisis rantai nilai,
bagaimanapun, berbeda secara signifikan dari - dan lebih unggul - daripada yang
disarankan oleh analisis nilai tambah.
Life Cycle Costing
Life cycle costing adalah salah satu metode atau teknik manajemen yang
ditawarkan untuk mengidentifikasi dan memonitor biaya produk atau jasa selama
siklus hidupnya dalam rangka penghitungan biaya yang lebih akurat dan lebih
mendukung manajemen dalam pengambilan keputusan. Secara fundamental
proses dari life cycle costing meliputi kegiatan menilai biaya yang timbul dari
suatu produk selama siklus hidupnya, serta melakukan evaluasi berbagai alternatif
yang berdampak pada biaya tersebut.
Tujuan dari life cycle costing adalah untuk membantu manajemen dalam
mengelola total biaya secara cermat pada seluruh siklus hidup produk, membantu
manajemen untuk mengidentifikasi kemungkinan area-area pengurangan biaya
yang paling efektif. Life cycle costing juga membantu manajemen dalam
memperkirakan dampak biaya dari suatu desain dan alternatif pendukung. Hal ini
membantu manajemen dalam memahami konsekuen dari mengembangkan dan
membuat sebuah produk.
The Concept
Konsep value chain harus dibedakan dengan konsep value added. Konsep
value added merupakan analisis nilai tambah yang dimulai dari saat pembelian
bahan baku sarnpai dengan produk jadi. Konsep value added menekankan pada
penambahan nilai produk selama proses produksi di dalam perusahaan . Semua
biaya yang non-value added akan dihilangkan dan perusahaan fokus pada hal-hal
yang mempunyai nilai pada produk . Konsep ini mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan karena analisisnya terlalu lambat dimulai, analisis dimulai saat bahan
baku dibeli dan tidak memperhatikan saat pembentukan nilai yang terjadi pada
aktivitas yang dilakukan pemasok bahan baku tersebut; dan terlalu cepat selesai
sebab analisis berakhir saat produk selesai diproses dan mengabaikan proses
distribusi produk ke tangan pelanggan dan penanganan setelah itu (Shank dan
Govindarajan, 1992).
Hal ini mengakibatkan perusahaan kehilangan kesempatan (missed
opportunities) untuk mengeksplorasi hubungannya dengan pemasok dan
konsumen untuk memantapkan posisinya dalam persaingan pasar. Survey yang
dilakukan terhadap para manajer di Selandia baru menunjukan perusahaan mereka
mempunyai kelemahan dalam hal : Kualitas bahan baku yang kurang bagus, saat
pengantaran bahan baku yang tidak tentu, manajemen bahan baku yang masih
kurang, dan penanganan kepuasan konsumen yang masih kurang.
Kelemahan ini terjadi karena perusahaan tidak mengekplorasi hubungan
dengan pemasok dan konsumen. Hubungan yang baik dengan pemasok dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal peningkatan kualitas bahan
baku,waktu pengantaran bahan baku yang tepat dan biaya yang lebih rendah.
Sedangkan hubungan dengan konsumen dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan. Di lain pihak
analisis value chain merupakan analisis aktivitas-aktivitas yang menghasi lkan
nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar perusahaan .
Konsep value chain memberikan perspektif letak perusahaan dalam rantai
nilai industri. Konsep value chain lebih luas dibandingkan value added dan dapat
dikatakan value added merupakan bagian dari value chain.
Supplier Linkages
Perbedaan antara perspektif rantai nilai dan perspektif nilai tambah dapat
dilihat secara jelas dalarn konteks masalah penjadwalan yang timbul ketika
perusahaan mengabaikan total rantai nilai. lndustri otomobil menyediakan comoh
yang baik.
Beberapa tahun yang lalu, sebuah perusahaan otomobil besar Amerika
Serikat mulai untuk mengimplementasikan manajemen Just-in-Time (JIT) pada
pabrik perakitann ya. Biaya perakitan mengambil porsi 30 persen dari penjualan .
Perusahaan berpendapat bahwa penggunaan JIT dapat mengeliminasi 20 persen
dari biaya perakitan tersebut, karena biaya perakitan pada pabrik-pabrik otomobil
Jepang diketahui lebih dari 20 persen di bawah biaya perakitan pada pabrik
-pabrik otomobil Amerika Serikat. Seiring perusahaan mulai mengatur pabrik-
pabriknya secara berbeda dalam rangka menghilangkan penumpukan dan
pemborosan persediaan, biaya perakitannya turun secara signifikan. Akan tetapi
perusahaan mengalami permasalahan yang dramatis dengan pemasok-
pemasoknya, yang mana meminta kenaikan harga melebihi biaya yang dapat
dihemat perusahaan ketika perusahaan mengimplementasikan JIT. Perusahaan-
perusahaan otomobil Amerika Serikat saat itu merespon permintaan kenaikan
harga dari pemasok-pemasoknya dengan meminta para pemasoknya untuk
menerapkan JIT pula pada aktivitas operasi mereka.
Perspektif rantai nilai mengungkapkan sebuah gambaran yang berbeda
mengenai keseluruhan situasi. Dari penjualan perusahaan otomobil, 50 persen
merupakan pembelian dari pemasok suku cadang. Dari jumlah tersebut, 37 persen
merupakan pembelian oleh pemasok suku cadang, dan sisanya 63 persen
merupakan nilai tambah yang diberikan oleh pemasok . Dengan demikian,
pemasok sebetulnya menambah lebih nilai produksi kepada perusahaan otomobil
daripada pabrik perakitannya (63 persen x 50 persen = 31.5 persen, versus 30
persen). Dengan mengurangi penumpukan persediaan dan mengharuskan
implememasi JIT pada pemasok, perusahaan telah menciptakan ketegangan
dengan pemasok pemasoknya . Akibamya, total biaya manufaktur pemasok naik
lebih daripada biaya perakitan perusahaan yang mengalami penurunan.
Ketika diidentifikasi, alasan di balik terjadinya masalah tersebut,
sebetulnya tidak rumit. Pabrik perakitan mengalarni perubahan yang besar dan
tidak pasti dalarn jadwal produksi. Ketika penumpukan persediaan dihilangkan
dari proses produksi yang sangat tidak dapat diprediksi, aktivitas produksi dari
pemasok menjadi sebuah mimpi buruk. Untuk setiap dolar biaya manufaktur yang
dapat dihemat oleh pabrik perakitan ketika perusahaan berpindah ke konsep
manajemen JIT, parik-pabrik pemasok mengeluarkan lebih dari satu dolar karena
ketidakpastian jadwal produksi perusahaan yang dipasoknya.
Karena cakupan perspektif nilai tambah yang sempit, perusahaan otomobil
mengabaikan konsekuensi bahwasanya perubahan-perubahan penjadwalan
produksinya memiliki dampak terhadap biaya para pemasoknya. Manajemen telah
mengabaikan fakta bahwa konsep JIT memerlukan kerjasama dengan para
pemasok . Faktor utama yang berkontribusi dalarn kesuksesan pada pabrik
perakitan perusahaan-perusahaan otombil Jepang adalah kestabilan jadwal
produksi pemasoknya . Sementara pabrik perakitan pada perusahaan-perusahaan
otomobil Amerika Serikat, secara tetap kehilangan jadwal produksi untuk satu
minggu ke depan sebesar 25 persen atau lebih, sementara pabrik-pabrik perakitan
pada perusahaan perusahaan otomobil di Jepang bervariasi sebesar 1 persen - atau
kurang - dari jadwal yang telah direncanakan empat minggu sebelumnya.
Kegagalan dalam mengadopsi perspektif rantai nilai disebabkan oleh
ketidaktahuan atau ketidakpahaman akuntan manajemen mengenai konsep analisis
supply chain cost dalam perusahaan-perusahaan otomobil terbukti menimbulkan
biaya yang tidak sedikit bagi perusahaan. Konsekuensi penjadwalan tersebut dapat
ditangani secara lebih baik seandainya akuntan -akuntan manajemen pada industri
otomobil memiliki pemahaman yang baik mengenai konsep rantai nilai.
Hubungan-hubungan yang bermanfaat (yaitu, hubungan dengan pemasok
dan pelanggan yang dikelola dengan cara sedemikian rupa di mana seluruh pihak
diuntungkan) dapat pula ditelusuri secara lebih akurat melalui analisis rantai nilai
dibandingkan melalui analisis nilai tambah. Sebagai contoh, ketika coklat
borongan dalam jumlah yang besar dikirim dalam bentuk cair di dalam mobil-
mobil tanki daripada coklat yang sudah berbentuk batangan, perusahaan
-perusahaan produsen coklat (misal, pemasok) mengeliminasi biaya membentuk
coklat dalam benruk batangan dan biaya packing, tetapi mereka juga menghemat
biaya pembuat gula-gula (manisan) yang berbahan bairn coklat dalam
membongkar dan mencairkan coklat-coklat yang sudah berbentuk batangan.
Customer Linkages
Missed Opportunities
A Framework of Interdependence
The Methodology
Kategori kedua dari pemicu biaya, yaitu executional cost driver, adalah
mereka penentu "posisi biaya perusahaan yang bergantung pada kemampuannya
untuk mengeksekusi" berhasil. Sedangkan pemicu biaya struktural tidak
monoton skala dengan kinerja driver eksekusional driver. Artinya, untuk setiap
structural drivers, lebih banyak tidak selalu lebih baik. Jadi, misalnya ada
skala yang tidak ekonomis untuk lingkup: Sebuah lini produk yang lebih
kompleks tidak selalu lebih baik atau tentu lebih buruk dari lini yang
kurang kompleks. Terlalu banyak pengalaman dapat menjadi sama buruknya
seperti terlalu sedikit pengalaman didalam lingkungan yang dinamis. Texas
Instruments, misalnya, menekankan kurva belajar dan menjadi produser biaya
terendah di dunia microchip using. Kepemimpinan teknologi versus
"followership" adalah pilihan untuk kebanyakan perusahaan. Daftar yang
mendasar atas executional cost driver, paling tidak mencakup sebagai berikut:
Work Force (Keterlibatan Tenaga Kerja) "partisipasi": apakah tenaga
tenaga kerja memiliki komitmen untuk perbaikan berkelanjutan (kaizen di
Jepang)?
Total Quality Management (TQM): apakah tenaga kerja yang ada memi
liki komitmen terhadap kual itas produk secara total?
Capacity Utilization (kapasitas utilisasi): apa yang merupakan pilihan
skala pada pembangunan pabrik maksimum?
Plant layout efficiency (tata letak pabrik efisiensi): seberapa efisien,
terhadap norma saat ini tata letak pabrik?
Product configuration (konfigurasi produk): apakah desain atau
formulasi produk sudah efektif?
Linkages with suppliers or customers (Hubungan dengan pemasok atau
pelanggan): apakah hubungan dengan pemasok atau pelanggan sudah
dieksploitasi, sehubungan dengan value chain dari perusahaan?
'
Tidak ada konsensus saat ini ada tentang apa yang merupakan
"fundamental" cost driver. Satu publikasi, misalnya, menawarkan dua daftar yang
berbeda dari cost driver yang mendasar. Mel ihat perilaku biaya dalam hal
strategis, bagaimanapun, setuju bahwa volume output saja tidak dapat menangkap
semua aspek dari perilaku biaya. Pada akhimya, berapa perubahan biaya satuan
karena perubahan volume output dalam jangka pendek terlihat sebagai
pertanyaan yang kurang menarik dari pada bagaimana posisi biaya perusahaan
dipengaruhi oleh posisi komparatif perusahaan di berbagai driver yang relevan
dalarn situasi kompetitif. Dasar pemikiran dari fundamental cost driver ini antara
lain:
1. Value chain as the broader framework
Konsep dari cast driver merupakan cara untuk dapat mengerti perilaku
biaya di dalam masing-masing aktivitas di dalarn value chain. Dengan
demikian, ide-ide seperti ABC hanya bagian dari kerangka rantai nilai.
2. Volume untuk analisis strategi
Untuk analsisi strategi, volume bukan cara yang dapat digunakan
sepenuhnya untuk menjelaskan peri laku biaya.
3. Structural choices dan executional skills.
Apa yang lebih berguna dalam arti strategis adalah untuk menjelaskan
posisi biaya dalarn hal pilihan struktural dan keterampilan pelaksanaan
yang membentuk posisi kompetiti f perusahaan. Misalnya, Michael Porter
menganalisa konfrontasi klasik pada tahun 1962 antara General Electric
dan Westinghouse turbin uap dalarn struktural dan eksekusional cost
driver untuk setiap perusahaan.
4. Relevant strategic drivers
Tidak semua strategic driver dapat dikatakan penting sepanjang waktu
walaupun beberapa adalah penting di semua kasus.
5. Cost analysis framework
Untuk masing-masing cost driver,framework atas analisis biaya diperlukan
untuk memahami positioning perusahaan.
6. Cost driver specific to activities
Aktivitas-aktivitas yang berbeda di dalam value chain dipengaruhi oleh
customer customer yang berbeda.