Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE 2

ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

1. Fungsi-fungsi Manajemen

Sebuah perusahaan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika dikelola dengan cara
yang tepat. Para pengelola perusahaan, yaitu dewan komisaris, dewan direktur,dan para manajer,
tergabung ke dalam suatu kelompok yang disebut manajemen perusahaan. Manajemen inilah
yang bertanggungjawab untuk menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Proses manajemen dilakukan melalui aktivitas-aktivitas berikut ini:

1. Perencanaan (planning). Manajemen organisasi menentukan tujuan serta


mengidentifikasikan strategi dan metode untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian (organizing). Pengorganisasian meliputi pengaturan sumber daya yang


dimiliki oleh perusahaan untuk mencapai tujuan dan strategi yang ditetapkan, termasuk di
dalamnya mengembangkan struktur perusahaan untuk membagi berbagai
tanggungjawab,tugas dan wewenang pada masing-masing bagian.

3. Aktualisi (Actuating)
Mengimplementasi rencana ke dalam bentuk aksi menjadi Langkah ppenting untuk
mencapai suskses dalam bisnis. Dalam hal ini tiap divisi diharapkan untuk mulai bisa
mengerjakan tugas sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan mengaktualisasi ide
dasar / rencana bisnis yang sudah disepakati. Dengan rencana matang dan proses
aktualisasi yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, sistem manajemen bisa berjalan
dengan baik.

4. Pengarahan dan Pemberian Motivasi (directing/leading). Proses ini melibatkan


aktivitas operasional dari hari ke hari untuk menjaga kelancaran aktivitas organisasi,
antara lain melalui pemberian tugas kepada karyawan, penyelesaian masalah rutin,
penyelesaian konflik dan komunikasi efektif.

5. Pengendalian (controlling). Pengendalian berfungsi untuk memastikan tercapainya tujuan


organisasi. Aktivitas manajerial ini memonitor implementasi suatu rencana dan melakukan
tindakan koreksi yang diperlukan. Pengendalian biasanya dicapai dengan menggunakan
umpan balik, yaitu informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi atau
memperbaiki langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan rencana.

2. Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi manajemen dibutuhkan dan digunakan dalam semua lingkup


manajemen. Informasi akuntansi manajemen membantu para manajer menjalankan perannya
dalam melakukan aktivitas perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Manajer dan
karyawan menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah serta mengevaluasi kinerja.

Informasi akuntansi manajemen dikelola dalam suatu sistem, yaitu sistem informasi
akuntansi manajemen. Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem informasi yang
menghasilkan output dengan menggunakan input dan memprosesnya untuk mencapai tujuan
khusus manajemen.Tidak ada suatu kriteria formal yang menjelaskan sifat dari input atau proses,
bahkan ouput dari sistem informasi akuntansi manajemen. Kriteria tersebut bersifat fleksibel dan
tergantung pada tujuan tertentu yang hendak dicapai manajemen. Sistem akuntansi manajemen
mempunyai tiga tujuan utama:

1. Menyediakan informasi untuk pembiayaan jasa, produk dan obyek lain yang menjadi
kebutuhan/kepentingan manajemen.

2. Menyediakan informasi untuk perencanaan, pengendalian, pengevaluasian dan perbaikan


berkelanjutan.

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Mengingat pentingnya informasi akuntasi manajemen ini, manajer dan penguna lainnya
harus mengetahui bagaimana cara menggunakannya. Apapun bentuk orgasasinya, baik
perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, manajer harus memiliki kemampuan yang
cukup dalam menggunakan informasi akuntansi.
3. Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan
Secara garis besar, akuntansi dibagi ke dalam akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Tujuan utama akuntansi keuangan adalah untuk menyajikan informasi kepada pihak
eksternal perusahaan, misalnya investor dan kreditor. Adapun tujuan akuntansi manajemen adalah
menyajikan informasi kepada pihak internal, yaitu manajemen perusahaan. Sistem informasi
akuntansi pada suatu organisasi juga memiliki dua subsistem utama, yaitu sistem akuntansi
keuangan dan sistem akuntansi manajemen. Di lain pihak, sistem informasi akuntansi merupakan
subsistem dari sistem informasi manajemen perusahaan secara keseluruhan.

Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki kesamaan, yaitu:


Keduanya dibangun atas dasar pertanggungjawaban (stewardship). Manajemen sebagai
wakil perusahaan harus mempertanggungjawabkan keuangan dan operasional perusahaan
kepada semua pihak yang berkepentingan. Akuntansi keuangan berkaitan dengan operasi
perusahaan secara keseluruhan, sedangkan akuntansi manajemen berkaitan dengan
satuansatuan pertanggungjawaban untuk menyediakan laporan pertanggungjawaban yang
lebih terinci.

Akuntansi keuangan dan akuntansi pertanggungjawaban dibangun dalam suatu sistem
akuntansi umum, tidak dalam suatu sistem yang terpisah. Selain karena penyelenggaraan
dua sistem yang terpisah dilarang oleh pihak yang berwenang, hal tersebut juga akan
sangat mahal untuk diimplementasikan karena memerlukan buku-buku akuntansi, waktu
dan tenaga ekstra.

Berbagai perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dapat


dirangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1. Perbedaan antara Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan

Perbedaan Akuntansi Manajemen Akuntansi Keuangan

1. Target pengguna Berfokus pada penyediaan Berfokus pada penyediaan


informasi untuk untuk informasi untuk pengguna
pengguna internal Eksternal
4. Batasan input dan Tidak terikat aturan tertentu Pelaporan akuntansi
proses keuangan harus mengikuti
prosedur akuntansi yang
ditetapkan oleh pihak yang
berwenang (Bapepam & IAI
di Indonesia)

5.Jenis informasi Informasi keuangan & non Informasi keuangan yang


keuangan, dimungkinkan juga bersifat objektif
informasi yang bersifat subjektif

6.Orientasi Waktu Menekankan pada informasi Mencatat dan melaporkan


tentang peristiwa di masa peristiwa yang sudah terjadi
depan (data historis)

7.Tingkat Agregasi Evaluasi internal dan Informasi yang disediakan


pembuatan keputusan berfokus pada kinerja
dilakukan berdasarkan perusahaan secara
informasi yang sangat detail keseluruhan

8.Kedalaman Melibatkan aspek ekonomi Lebih spesifik


manajerial, teknik industri dan
ilmu manajemen (bersifat
multidisipliner)
4. Deskripsi Historis Singkat tentang Akuntansi Manajemen

Sebagian besar prosedur penentuan harga produk (product costing) dan prosedur
akuntansi internal yang digunakan di abad ini dikembangkan pada tahun 1880-1925. Pada tahun
1925, prosedur akuntansi manajemen lebih menitik beratkan pada penentuan biaya sediaan
(inventory costing) untuk pelaporan eksternal. Pada tahun 1950an-1960an, dilakukan beberapa
usaha untuk meningkatkan pemanfaatan secara manajerial dari sistem biaya tradisional. Pada
tahun 1980an-1990an, diketahui bahwa banyak praktik akuntansi manajemen tradisional yang
sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan manajerial. Tindakan signifikan mulai dilakukan
untuk mengubah konsep dan praktik akuntansi manajemen agar manajemen dapat meningkatkan
mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya dalam lingkungan bisnis yang semakin
kompetitif. Ini menandai dimulainya era akuntansi manajemen kontemporer.

5. Fokus Terkini dalam Akuntansi Manajemen

Lingkungan bisnis yang berubah begitu cepat sangat mempengaruhi perkembangan


konsep dan praktik akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen harus mampu menyediakan
informasi yang memungkinkan manajer untuk berfokus pada nilai pelanggan (customer value),
manajemen mutu total (total quality management), kompetisi berbasis waktu (time based
competition) dan pemanfaatan teknologi informasi.


Activity Based Management. Manajemen berbasis aktivitas adalah suatu sistem yang luas
dan terintegrasi yang berfokus pada perhatian manajemen terhadap aktivitas, bertujuan untuk
meningkatkan nilai pelanggan dan laba yang dihasilkan.


Orientasi pada Pelanggan. Orientasi pada pelanggan merupakan perbedaan antara apa yang
diperoleh pelanggan (kepuasan pelanggan) dengan apa yang diberikan oleh pelanggan
(pengorbanan pelanggan)


Penempatan stratejik. Manajemen biaya stratejik merupakan penggunaan informasi biaya
untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan strategi yang lebih baik yang akan
menghasilkan keunggulan kompetitif yang berkesinambungan.
AKUNTANSI MANAJEMEN
PERAN AKUNTAN DALAM ORGANISASI (PERTEMUAN KE 3)
Peran Akuntan Dalam Manajemen
Salah satu tugas akuntan manajemen dalam sebuah perusahaan yang menghadapi lingkungan
bisnis yang kompetitif adalah mengembangkan informasi keuangan yang dapat mendukung
pengelolaan perusahaan dan pencapaian tujuan yang strategis. Karena itu, akuntansi
manajemen harus lebih dinamis untuk menghadapi lingkungan yang berubah secara cepat dan
peningkatan diversitas produk secara proses produksinya.
Akuntansi manajemen harus mampu membantu manajemen perusahaan untuk menghadapi
lingkungan yang dimanis ini dengan cara memudahkan mengambil keputusan strategis. Karena
tanpa informasi keuangan yang tepat, perusahaan akan tersesat jauh dari hal-hal yang bersifat
kompetitif yang dapat menghasilkan keputusan pemanufakturan dan pemasaran yang secara
strategis keliru.
Tanpa informasi keuangan yang akurat, manajemen perusahaan dapat terjadi beberapa hal
yang tidak tepat seperti berikut ini:
- Pengambilan keputusan hanya didasarkan pada dugaan dan antuisi.
- Kurang jelasnya arah dan tujuan.
- Kurangnya persepsi yang menguntungkan perusahaan oleh pelanggan maupun pemasok.
- Kekeliruan dalam keputusan investasi, pemilihan produk, pasar atau proses pemanufakturan
yang tidak sesuai dengan tujuan strategis.

- Ketidakmampuan untuk secara efektif mendapatkan pesaing yang dapat dijadikan benchmark
sehingga menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang strategi kompetitif yang lebih efektif.
- Kegagalan untuk mengidentifikasi produk, pelanggan, dan pasar yang paling menguntungkan.

Karena itu, sangatlah penting untuk memahami alasan mengapa setiap fungsi manajemen
disebuah [perusahaan membutuhkan informasi keuangan yang memadai. Kebutuhan informasi
keuangan bagi keempat fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Manajemen Strategis


Manajemen strategis membutuhkan informasi keuangan untuk membuat keputusan strategis
yang tepat berkaitan dengan pemilihan produk, metode produksi, saluran pemasaran, dan hal
lain yang bersifat jangka panjang.
2. Fungsi Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Perencanaan dan pengambilan keputusan meliputi penganggaran serta perencanaan laba,
pengelolaan arus kas, dsan keputusan lain yang berkaitan dengan operasi perusahaan, seperti
penganggaran pembelian bahan, penjadwalan produksi, penentuan harga jual, perbaikan atau
penyewaan atau pembelian aset tertentu, dan perubahan strategi pemasaran hingga
pembuatanproduk baru.
3. Fungsi Pengendalian Manajemen dan Operasi
Pengendalian operasi berlangsung ketika para manajer menengah, seperti manajer
pabrik, manajer produk, dan manajer regional memonitor aktivitas para pengelola dibawahnya,
seperti kepala departemen, supervisor, dan karyawan. Sedangkan pengendalian manajemen
terjadi ketika atasan manajer-manajer menengah, seperti Controller dan Chief Financial Officer,
mengevaluasi para manajer menengah tersebut. Pengendalian manajemen dan operasi
membutuhkan informasi keuangan demi memberikan dasar yang wajar serta efektif untuk
mengidentifikasi operasi yang tidak efisien dan untuk memberikan penghargaan serta
dukungan kepada para manajer yang paling efektif.
4. Fungsi Penyusunan Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan untuk memberikan informasi
dan catatan yang akurat tentang berbagai asset, kewajiban, serta berbagai biaya selama satu
periode tertentu. Agar laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh berbagai pihak yang
membutuhkannya, dalam proses menyiapkan dan menyajikan laporan keuangan manajemen
perusahaan harus tunduk serta taat pada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia. Karena itu, manajer dan karyawan yang bertanggung jawab menyiapkan laporan
keuangan harus mempelajari standar tersebut sebagai acuan baku bagi mereka.
INFORMASI AKUNTANSI PENUH

2.1 Definisi Informasi Akuntansi Penuh


Informasi Akuntansi Penuh adalah seluruh aktiva yang digunakan, seluruh pendapatan yang
diperoleh, dan/atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Dari definisi
Informasi Akuntansi Penuh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Unsur yang membentuk Informais Akuntansi Penuh adalah total aktiva, total pendapatan,
dan/atau total biaya.
• Jika Informasi Akuntansi Penuh berupa aktiva maka informasi ini disebut dengan aktiva
penuh (full assets);
• Jika Informasi Akuntansi Penuh berupa seluruh sumber yang dikorbankan maka informasi
ini disebut dengan biaya penuh (full costs);
• Jika Informasi Akuntansi Penuh berupa pendapatan maka informasi ini disebut dengan
pendapatan penuh (full revenues);
2) Informasi Akuntansi Penuh selalau bersangkutan dengan objek informasi. Objek informasi
dapat berupa produk, keluaran produk, aktivitas, departemen, divisi, atau perusahaan sebagai
keseluruhan. Dalam hubungan dengan objek informasi, informasi akuntansi penuh
merupakan informasi akuntansi langsung yangterjadi dalam objek informasi tertentu
ditambah dengan bagian yang adil informasi akuntansi tidak langsung yang dibebankan
kepada objekinformasi. Jika Informasi Akuntansi Penuh berupa aktiva, aktiva penuh adalah
aktiva langsung yangbersangkutan dengan objek informasi ditambah dengan bagian yang
adil aktiva tidak langsung yang menjadi tanggungjawab objek informasi tersebut. Jika
Informasi Akuntansi Penuh berupa biaya, biaya penuh adalah biaya langsung yang
bersangkutan dengan objek informasi ditambah dengan bagian yang adil biaya tidak
langsung yang menjadi beban objek informasi tersebut. Jika Informasi Akuntansi Penuh
berupa pendapatan, pendapatan penuh adalah pendapatan langsung yang bersangkutan
dengan objek informasi ditambah dengan bagian yang adil pendapatan tidak langsung yang
menjadi hak objek informasi tersebut.

2.2 Manfaat Informasi Akuntansi Penuh bagi Manajemen


Informasi Akuntansi Penuh bermanfaat bagi manajemen untuk:
1) Pelaporan keuangan
2) Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
3) Untuk menjawab pertanyaan: berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?
4) Penentuan harga jual dalam Cost-type contract
5) Penetuan harga jual normal
6) Penetuan harga transfer
7) Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.
8) Penyusunan program.

2.2.1 Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan dibagi dua golongan; pelaporan keuangan kepada pihak luar dan
pelaporan kepada manajemen puncak.
Contoh laporan rugi laba kepada pihak luar perusahaan:

Penjualan Rp 10.000.000
Harga Pokok penjualan Rp 5.500.000
Laba Bruto Rp 4.500.000
Biaya Usaha Rp 2.000.000
Laba bersih Usaha Rp 2.500.000
Pendapatan (biaya) diluar Usaha Rp 500.000
Laba bersih sebelum pajak Rp 3.000.000
2.2.2 Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis)
Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek informasi:
produk (product), keluarga produk (product line), aktivitas (activities), atau unit organisasi.
Dalam perusahaan yang menghasilkan berbagai produk (product diversification),
manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk memungkinkan manajemen
melakukan analisis kemampuan setiap produk dalam menghasilkan laba (product profitability
analisis).
Contoh:
Manajer pemasaran PT X memerlukan informasi untuk memahami kemampuan 3 macam produk
dalam menghasilkan laba.

Keterangan Produk A Produk B Produk C Total


Penjualan 10.000 20.000 30.000 60.000
Biaya penuh untuk:
Desain & Pengembangan Produk 1.500 2.000 1.000 4.500
Biaya Produksi:
Facility-sustaining activity costs 1.000 4.000 9.000 14.000
Product-sustaining activity costs 500 3.000 6.500 10.000
Batch-related activity costs 600 5.000 2.000 7.600
Unit-level activity costs 4.200 6.800 10.000 21.000
Dukungan logistik 800 1.200 500 2.500
Jumlah biaya aktivitas (activity costs) 8.600 22.000 29.000 59.600
Laba (rugi) per produk 1.400 -2.000 1.000 400

Dari analisis di atasmanajemen memperoleh informasi sumber-sumber penyebab timbulnya laba


atau rugi dari tiap-tiap produk yang diproduksi perusahaan.
Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau suatu pusat laba
dalam perusahaan biasanya digunakan alat pengukur: kembalian investasi (return on invesment
/ROI) atau Residual income (RI). Kembalian investasi (return in invesment /ROI) dihitung
sebagai berikut:
Pendapatan Penuh−Biaya Penuh
Kembalian investasi = Aktiva Penuh

Residual income (RI) dihitung sebagai berikut:

Pendapatan Penuh Rp XXX


Biaya penuh Rp XXX -
Laba bersih Rp XXX
Beban Modal= y% x aktiva penuh Rp XXX -
Residual income (RI) Rp XXX

Contoh:
Divisi Produk Konsumen merupakan salah satu divisi dari 3 divisi yang dimiliki oleh PT A.
Aktiva penuh divisi tersebut per 31 Desember 1992 adalah Rp4.000.000.000. Beban modal atas
investasi dalam aktiva tersebut sebesar 20%. Pendapatan Penuh yang diperoleh divisi tersebut
tahun 1992 adalah Rp3.600.000.000, sedangkan biaya penuh yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut adalah Rp2.400.000.000.

3.600.000.000 − 2.400.000.000
Kembalian investasi =
4.000.000.000
= 0,3 = 30%
Residual income (RI):
Pendapatan Penuh Rp 3.600.000.000
Biaya penuh Rp 2.400.000.000 -
Laba bersih Rp 1.200.000.000
Beban Modal= y% x aktiva penuh Rp 800.000.000 -
Residual income (RI) Rp 400.000.000

2.2.3 Untuk menjawab pertanyaan: berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu?
Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
a. Evaluasi konsumsi sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu.
b. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya perusahaan
pesaing yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa.
c. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri
d. Penentuan harga jual produk atau jasa.
e. Penyediaan kemudahan dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan informasi
biaya untuk aktivitas-bukan-penambah nilai.
f. Penyediaan informasi untuk perbaikan tingkat kemampuan produk atau jasa dalam
menghasilkan laba dengan memantau total biaya daur hidup produk atau jasa (product life
cycle)
g. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs)
h. Cost reimbursement (Penggantian biaya)
i. Inventory costing

2.2.4 Penentuan harga jual dalam Cost-type contract


Cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju
untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari
total biaya sesungguhnya tersebut. Dalam Cost-type contract, baiaya penuh masa lalu dipakai
sebagai dasar penetuan harga jual. Contoh:

Biaya Penuh sesungguhnya Rp1.000.000


Laba 10% x Rp1.000.000 Rp 100.000
Harga yang harus dibayar pembeli Rp1.100.000

2.2.5 Penetuan harga jual normal


Dalam keadaan normal, manajamen puncak harus memperoleh jaminan bahwa harga jual
produk atau jasa yang dijual dapat menutup biaya penuh untuk menghasilkan produk atau jasa
tersebut dan dapat menghaslkan laba wajar. Pada prinsipnya harga jual harus dapat menutup
biaya penuh ditambah laba yang wajar.
Jika pendekatan full costing digunakan untuk dalam penentuan harga pokok produksi,
rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut:

Harga jual= Biaya Produksi + Biaya non Produksi + laba yang diharapkan

Harga jual= Biaya Produksi + Markup (Rp)

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐧𝐨𝐧𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 + 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐧𝐨𝐧𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 + (𝐲% × 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐮𝐡)


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢
Contoh:
Taksiran biaya produksi untuk kapasitas 5.000 unit disajikan sebagai berikut:
Per Unit Total
Biaya Produksi:
Biaya bahan baku Rp300 Rp1.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp150 Rp750.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp200 Rp1.000.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp250 Rp1.250.000
Total Biaya Produksi Rp900 Rp4.500.000

Biaya nonproduksi
BAU Variabel Rp75 Rp375.000
Biaya Pemasaran Variabel Rp80 Rp400.000
BAU tetap Rp25 Rp125.000
Biaya Pemasaran tetap Rp30 Rp150.000
Total Biaya Nonproduksi Rp210 Rp1.050.000
Biaya penuh Rp1.110 Rp5.550.000

Total aktiva menurut neraca awal tahun anggaran adalah Rp4.800.000 dan laba yang diharapkan
dari investasi dalam aktiva tersebut adalah 25%.

Harga jual produk adalah sebagai berikut:

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐧𝐨𝐧𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢 + 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐬𝐢

1.050.000 + (25% x 4.800.000)


𝑀𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 =
4.500.000
= 50%

Harga jual= Biaya Produksi per unit + Markup (Rp)


Harga jual= Rp900 + ( 50% x Rp900) = Rp1.350 per unit

Jika variabel costing yang digunakan, rumus penentuan harga jual adalah sebagai berikut:

Harga jual= Biaya Variabel + Biaya Tetap + laba yang diharapkan

Harga jual= Biaya variabel + Markup (Rp)

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐯𝐚𝐫𝐢𝐚𝐛𝐞𝐥

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 + (𝐲% × 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐮𝐡)


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐯𝐚𝐫𝐢𝐚𝐛𝐞𝐥

Berdasarkan contoh pada full costing, penentuan harga jual adalah sebagai berikut:

𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐤𝐚𝐧


𝑴𝒂𝒓𝒌𝒖𝒑 =
𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐯𝐚𝐫𝐢𝐚𝐛𝐞𝐥

1.525.000 + 1.200.000
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 =
4.025.000
= 67,7%

Harga jual= Biaya variabel per unit + Markup (Rp)

Harga jual= Rp 805 + (67,7% x 805) = Rp1.350 per unit

2.2.6 Penentuan harga Transfer


Dalam perusahaan yang telah membentuk pusat-pusat laba, tranfer barang dan jasa antar
pusat laba menimbulkan masalah penentuan harga transfer. Ada dua pendekatan yang digunakan
untuk menentukan harga tranfer: penentuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer
pricing) dan penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer pricing).
Jika penentuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer pricing), maka biaya
penuh masa yang akan datang dipakai sebagai dasar untuk menentukan harga produk atau jasa
yang ditranfer oleh pusat laba penjual ke pusat laba pembeli.

2.2.7 Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah.


Informasi akuntasi penuh yang bermanfaat untuk penetapan harga jual yang diatur dengan
peraturan pemerintah terdiri dari biaya penuh masa yang akan datang yang akan dikeluarkan
untuk menghasilkan produk atau jasa dan aktiva penuh yang akan digunakan untuk menghasilkan
produk atau jasa tersebut.
Contoh:
Untuk menghasilkan air diperlukan investasi Rp2.000.000.000. taksiran biaya produksi air adalah
Rp300 per liter pada volume produksi 50.000.000 liter air per tahun. Biaya nonproduksi
diperkirakan sebesar Rp1.100.000.000. Diputuskan laba wajar untuk perusahaan air tersebut
adalah 20% dari investasinya.
Harga jual dihitung sebagai berikut:
BAU & Biaya Pemasaran + Laba yang diharapkan
Persentase 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 =
Biaya produksi penuh per unit × Volume produksi dalam unit

1.100.000.000 + (20% × 2.000.000.000)


Persentase 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑢𝑝 =
300 × 50.000.000
= 10%

Biaya produksi air per liter Rp300


Mark up 10% x Rp300 30
Target harga jual air per liter Rp330

2.2.8 Penyusunan program.


Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai program-program
yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran jumlah sumber daya yang akan
dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program adalah kegiatan pokok yang telah
diputuskan oleh organisasi untuk dilaksanakan dalam jangka panjang sebagai pelaksanaan
strategi. Dalam perusahaan yang bertujuan mencari laba, tiap-tiap produk utama merupakan suatu
program. Selain itu, dalam perusahaan tersebut juga dapat dijumpai berbagai program seperti:
program penelitian dan pengembangan produk baru, program pelatihan karyawan, program
hubungan masyarakat, dan program lainnya. Keputusan pemilihan program yang akan
dilaksanakan dalam rangka pencapain tujuan dan srategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemilihan program yang akan dilaksanakan sebagian didasarkan atas informasi akuntansi
penuh di masa yang akan datang. Misalnya manajemen puncak menghadapi masalah pemilihan
program produk X atau Y. Untuk memungkinkan pemilihan satu diantara kedua program
tersebut, manajemen puncak perlu membandingkan informasi akuntansi penuh kedua program
tersebut. Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk penyusunan program terdiri dari
informasi aktiva penuh, pendapatan penuh, dan/atau biaya penuh masa yang akan datang yang
bersangkutan dengan program tertentu perusahaan.
ACTIVITY BASED COSTING (ABC) &
ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

A. Klasifikasi Biaya
Perusahaan manufaktur memiliki struktur biaya yang lebih kompleks dibandingkan
dengan perusahaan jasa dan dagang. Secara umum, biaya dalam perusahaan manufaktur
dikelompokan menjadi beberapa kelompok biaya menurut spesifikasi manfaatnya, yaitu:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan bahan baku yang akan
digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi dalam volume tertentu. Contoh adalah
kayu untuk meja dan kursi, kain untuk pakaian, dan sebagainya.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang
terlibat secara langsung dalam proses produksi. Contoh adalah buruh pabrik atau pekerja
yang berhubungan langsung dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
3. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, tetapi
juga dibutuhkan dalam proses produksi. Yang termasuk ke dalam biaya ini adalah:
a. Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan bahan
tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Contoh adalah
benang dan kancing untuk pakaian, paku dan cat untuk meja, dan sebagainya. Bahan
penolong merupakan unsur bahan baku yang tetap dibutuhkan oleh suatu produk,
namun bukan merupakan unsur utama. Tanpa bahan penolong, suatu produk tidak
akan pernah menjadi produk yang siap pakai dan siap dijual.
b. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang keluarkan untuk membayar jasa
pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk, namun pekerja yang
dimaksud tidak terlibat langsung dalam proses produksi. Contoh adalah mandor dari
para buruh pabrik, satpam pabrik, dan sebagainya. Tenaga kerja tidak langsung
merupakan tenaga kerja yang tetap dibutuhkan dalam, namun bukan merupakan
unsur utama. Tanpa tenaga kerja tersebut, proses produksi dapat saja terganggu.

1
c. Biaya Pabrikasi Lain
Biaya pabrikasi lain adalah biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu
produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Contoh
adalah biaya listrik dan air pabrik, biaya telepon pabrik, penyusutan bangunan pabrik,
penyusutan mesin, dan sebagainya.
4. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan untuk menampung keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai ke tangan
pelanggan. Biaya ini mancakup gaji salesman, biaya iklan, biaya listrik kantor pemasaran,
biaya telepon kantor pemasaran, biaya angkut penjualan, biaya penyusutan kantor
pemasaran, dan sebagainya.
5. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang digunakan untuk menampung
keseluruhan biaya operasi kantor. Biaya ini mencakup gaji direktur, gaji sekretaris, gaji staff
lainnya, biaya telepon kantor, biaya listrik dan air kantor, biaya penyusutan bangunan
kantor, biaya penyusutan peralatan kantor, dan sebagainya.
Kemudian biaya-biaya tersebut dikelompokan lagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu:
1. Biaya Produksi
a. Biaya bahan baku langsung
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead
2. Biaya Operasi
a. Biaya pemasaran
b. Biaya administrasi dan umum

B. Activity Based Costing (ABC)


Activity Based Costing (ABC) adalah penentuan biaya produk melalui pendekatan
pembebanan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya pada aktivitas
yang menyebabkan timbulnya produk atau jasa tersebut. ABC memperkenalkan hubungan
sebab akibat antara pemicu biaya (cost-driver) dengan aktivitas. Maka terdapat dua hal yang
menjadi dasar penyusunan metode ABC. Kedua hal tersebut merupakan alasan penting dalam
penerapan metode ABC, yaitu:

2
1. Biaya Memiliki Penyebab
Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas. Sistem ABC berangkat dari
keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya.
2. Penyebab Biaya Dapat Dikelola
Penyebab terjadinya biaya (aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap
aktivitas, maka biaya yang timbul dapat upayakan agar efektip dan efisien.
Aktivitas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau badan usaha
yang menyebabkan timbulnya biaya dalam upaya menghasilkan suatu produk barang/jasa.
Sementara itu sumber daya adalah unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam
pelaksanaan aktivitas, seperti contohnya adalah kas, mesin, bahan baku, karyawan/buruh dan
lainnya.
Pemicu biaya (cost driver) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya
aktivitas. Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur dan digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk atau jasa.
Sedangkan objek biaya adalah produk, jasa atau unit organisasi dimana biaya dibebankan
untuk beberapa tujuan manajemen. Misalnya sebuah produsen mesin cuci dan lemari es akan
menjadikan kedua produk tersebut sebagai objek biaya.
Dalam system ABC, sangatlah penting untuk mengidentifikasi dengan jelas aktivitas
yang menjadi pemicu biaya. Karena itu, mengenali dengan baik berbagai hal yang dapat
memicu biaya adalah sangat penting. Secara umum terdapat dua jenis pemicu biaya yang bisa
dikenali, yaitu:
1. Pemicu Sumber Daya (Resource Driver)
Ini adalah ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Pemicu sumber
daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas
ke kelompok biaya (cost pool) tertentu.
2. Pemicu Aktivitas (Activity Driver)
Ini adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan suatu aktivitas terhadap objek
biaya. Pemicu biaya aktivitas digunakan untuk membebankan biaya dari cost pool ke objek
biaya.

3
Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah
mengidentifikasi pemicu biaya (cost driver) bagi setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat
atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pengklasifikasian biaya, sehingga
menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

C. Perbandingan Biaya Produk Secara Tradisional dengan ABC


Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak secara memadai pada
berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit
adalah biaya, yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC
memperbaiki tingkat keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan menyadari bahwa
cara lain, selain volume produksi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membebankan
biaya overhead tetap ke biaya produk.
Pada dasarnya, metode ABC adalah konsep sederhana. Jika dalam metode
konvensional (tradisional) sumber daya yang digunakan oleh perusahaan dianggap diserap
oleh produk, maka dalam metode ABC sumber daya yang digunakan oleh perusahaan
dipandang diserap oleh aktivitas. Seluruh aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut
diserap oleh berbagai hal, seperti produk, proses tertentu, pengambilan keputusan,
pelanggan, divisi, dan lini produk tertentu.
Terdapat perbedaan antara metode perhitungan biaya ABC dengan metode biaya
tradisional, khususnya dalam penentuan harga pokok produk berikut:
Tradisional ABC
Tujuan Tingkat persediaan Pembebanan biaya produksi
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,
pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga Biaya overhead
kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang Digunakan Metode manual Komputerisasi

D. Proses Alokasi Biaya Dua Tahap


Dalam proses proses pembebanan biaya overhead dengan metode ABC, terdapat dua
tahap yang harus dipersiapkan. Masing-masing tahap tersebut sangat penting dalam
menentukan alokasi biaya overhead yang akurat. Berikut adalah dua tahap pembebanan
tersebut:

4
1. Biaya Overhead Dibebankan pada Aktivitas
a. Mengidentifikasi Aktivitas
Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah aktiivtas yang
dianggap menimbulkan biaya ketika membuat barang atau jasa dengan cara
mentapkan secara rinci tahap proses aktivitas produksi sejak menerima barang hingga
pemeriksaan akhir barang jadi serta siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan
menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak menambah nilai.
b. Menentuka Biaya yang Terkait dengan Masing-masing Aktivitas
Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab terjadinya
biaya (cost driver). Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam
ABC, yaitu faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha
dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
c. Mengelompokan Aktivitas yang Seragam Menjadi Satu
Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasi sebagai berikut:
• Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities)
Unit Level Activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk setiap produk yang
dihasilkan secara individual. Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produk. Biaya
aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Beberapa
contoh aktivitas ini adalah memesan bahan baku, mengebor suatu lobang,
mengispeksi suatu komponen, menyelia karyawan, dan menjalankan mesin.
Berbagai aktivitas tersebut cenderung dikonsumsi secara proporsional dengan
jumlah unit yang di produksi.
• Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)
Batch Level Activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan sekelompok
produk. Aktivitas dilakukan setiap kali batch di proses, tanpa memperhatikan berapa
unit yang ada pada batch tersebut. Beberapa contoh kegiatan yang termasuk ke
dalam aktivitas ini adalah seperti menangani bahan baku, membuat pesanan
produksi, dan pengaturan pesanan konsumen.
• Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)
Product Level Activities dilakukan untuk melayani berbagai kegiatan pembuatan
produk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Aktivitas berlevel produk
berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan
5
berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Beberapa contoh kegiatan yang
termasuk ke dalam kategori ini adalah mengadministrasi komponen, merancang
produk, mengurus pengiriman produk kepada konsumen, dan mengiklankan produk.
• Aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility Level Activities)
Facility Level Activities sering disebut sebagai biaya umum karena tidak berkaitan
dengan jenis produk tertentu. Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang
menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak
berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh
berbagai jenis produk yang berbeda. Beberapa contoh kegiatan yang termasuk ke
dalam aktivitas ini adalah meliputi menyiapkan laporan keuangan, mengelola pabrik,
mengurus kebersihan kantor, menyediakan jaringan computer dan sebagainya.
d. Menggabungkan Biaya Aktivitas yang Dikelompokan
Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan facility
sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan totdal biaya untuk tiap-tiap kelompok.
e. Menghitung Tarif per Kelompok Aktivitas
Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing kelompok
dengan jumlah cost driver.
2. Membebankan Biaya Aktivitas Pada Produk
Setelah penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas selesai dilakukan, langkah
berikutnya adalah membebankan biaya aktivitas tersebut ke masing-masing produk
menggunakan cost driver. Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui, maka dapat
dilakukan perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk sebagai berikut:

Overhead yang Dibebankan = Tarif Kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk

Jika dibuat suatu bagan, maka dua langkah pembebanan biaya overhead dengan
menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead
Tahap 1

Aktivitas Aktivitas Aktivitas


Tahap 2
Produk

6
Misalkan PT. ABCD membuat 2 jenis produk yang diberi kode AB dan CD. Taksiran
biaya yang berkaitan dengan proses produksi kedua produk tersebut adalah sebagai berikut:
Keterangan AB CD
Unit yang diproduksi 10.000 unit 20.000 unit
Jam tenaga kerja langsung per unit produk 4 jam 2 jam
Jam kerja mesin per unit produk 2 jam 4 jam
Kebutuhan bahan per unit produk 2 kg 1 kg
Harga bahan langsung per kg Rp20.000 Rp10.000
Upah tenaga kerja langsung per jam Rp5.000 Rp5.000

Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver
activity) pada periode tersebut adalah sebagai berikut:
Kelompok Aktivitas Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas
a. Tenaga listrik Rp40.000.000 Jam kerja langsung
b. Pemeliharaan Rp70.000.000 Jam kerja mesin
c. Penanganan material Rp60.000.000 Banyaknya bahan
d. Inspeksi Rp30.000.000 Unit produksi
Total Rp200.000.000

Berdasarkan data tersebut, jika dihitung biaya produksi per unit untuk masing-masing
produk dengan metode konvensional (tradisional), dimana biaya overhead pabrik dibebankan
dengan tarif jam kerja langsung akan menghasilkan jumlah sebagai berikut:
Biaya Bahan Baku Langsung
Produk Kebutuhan/Produk Harga Biaya/Unit Produk
AB 2 kg Rp20.000 Rp40.000
CD 1 kg Rp10.000 Rp10.000

Setiap unit AB membutuhkan 2 kg bahan baku dengan harga Rp20.000 per kg.
Sedangkan setiap unit CD membutuhkan 1 kg bahan baku dengan harga Rp10.000 per kg. Jadi,
biaya bahan baku per unit AB adalah Rp40.000 dan sebesar Rp10.000 per unit CD.

7
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Produk JKL per Unit Produk Upah/JKL Biaya/Unit Produk
AB 4 jam Rp5.000 Rp20.000
CD 2 jam Rp5.000 Rp10.000

Setiap unit AB membutuhkan 4 Jam Kerja Langsung (JKL) dengan upah sebesar
RpRp5.000 per JKL, sehingga biaya tenaga kerja langsung per unit AB adalah Rp20.000.
Sedangkan setiap unit CD membutuhkan 2 JKL dengan upah sebesar Rp5.000 per JKL,
sehingga biaya tenaga kerja langsung per unit CD adalah Rp10.000.
Biaya overhead yang dikeluarkan untuk membuat seluruh produk tersebut adalah
Rp200.000.000, dimana penetapan biaya overhead didasarkan pada JKL. Sedangkan jumlah
JKL yang diperlukan untuk menghasilkan 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah:
- AB 10.000 unit x 4 JKL = 40.000 JKL
- CD 20.000 unit x 2 JKL = 40.000 JKL
Total 80.000 JKL
Maka tarif biaya overhead pabrik dibebankan sebesar Rp200.000.000 : 80.000 JKL = Rp2.500
per JKL. Maka biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap unit produk adalah:
Produk JKL per Unit Produk Tarif/JKL Biaya/Unit Produk
AB 4 jam Rp2.500 Rp10.000
CD 2 jam Rp2.500 Rp5.000

Dengan perhitungan tersebut, besarnya biaya produksi per unit produk dengan
metode tradisional adalah:
Jenis Biaya AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000
Biaya Produksi Per Unit Produk 70.000 25.000

Jika biaya overhead yang dikeluarkan oleh PT. ABCD dihitung menggunakan metode
ABC, maka akan menghasilkan alokasi sebagai berikut:

8
Kelompok Aktivitas Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas Tarif per Satuan
a. Biaya Listrik Rp40.000.000 80.000 jam kerja langsung Rp500/JKL
b. Pemeliharaan Rp70.000.000 100.000 jam kerja mesin Rp700/JKM
c. Penanganan Material Rp60.000.000 40.000 banyaknya bahan Rp1.500/kg bahan
d. Inspeksi Rp30.000.000 30.000 unit produksi Rp1.000/unit produk
Total Rp200.000.000

Total JKM yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah sebagai
berikut:
- AB 2 JKM x 10.000 unit = 20.000 JKM
- CD 4 JKM x 20.000 unit = 80.000 JKM
Total = 100.000 JKM
Total bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 unit AB dan 20.000 unit CD adalah
sebagai berikut:
- AB 2 kg x 10.000 unit = 20.000 kg
- CD 1 kg x 20.000 unit = 20.000 kg
Total = 40.000 kg
Biaya inspeksi total adalah Rp30.000.000, sedangkan produk yang dihasilkan adalah
30.000 unit produk (10.000 unit AB dan 20.000 unit CD), sehingga biaya inspeksi yang
dialokasikan adalah Rp1.000 per unit produk (Rp30.000.000 : 30.000 unit).
Berdasarkan pemicu biaya dari setiap kelompok aktivitas dalam biaya overhead
tersebut, diketahui bahwa besarnya tarif:
- Listrik Rp40.000.000 : 80.000 JKL = Rp500 per JKL
- JKM Rp70.000.000 : 100.000 JKM = Rp700 per JKM
- Bahan Baku Rp60.000.000 : 40.000 kg = Rp1.500 per kg bahan baku
- Unit Produk Rp30.000.000 : 30.000 unit = Rp1.000 per unit produk

9
Pemicu Biaya Aktivitas
Kelompok Aktivitas Tarif per Satuan
AB CD
a. Biaya Listrik Rp500/JKL Rp2.000 Rp1.000
b. Pemeliharaan 700/JKM Rp1.400 Rp2.800
c. Penanganan Material 1.500/kg bahan Rp3.000 Rp1.500
d. Inspeksi Rp1.000/unit produk Rp1.000 Rp1.000
Total Rp7.400 Rp6.300

Keterangan:
a. Biaya Listrik
- AB Rp500 x 4 JKL = Rp2.000 per unit
- CD Rp500 x 2 JKL = Rp1.000 per unit
b. Pemeliharaan
- AB Rp700 x 2 JKM = Rp1.400 per unit
- CD Rp700 x 4 JKM = Rp2.800 per unit
c. Penanganan Material/Bahan
- AB Rp1.500 x 2 kg = Rp3.000 per unit
- CD Rp1.500 x 1 kg = Rp1.500 per unit
Dengan biaya overhead per unit produk seperti itu, maka biaya produksi untuk setiap
unit produk dengan metode ABC adalah:
Jenis Biaya AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 7.400 6.300
Biaya Produksi Per Unit Produk 67.400 26.300

10
Jika dibuat tabel perbandingan biaya produksi menurut metode tradisional dan
metode ABC, akan terlihat sebagai berikut:
Tradisional ABC
Jenis Biaya
AB CD AB CD
Biaya Bahan Baku 40.000 10.000 40.000 10.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000 10.000 20.000 10.000
Biaya Overhead Pabrik 10.000 5.000 7.400 6.300
Biaya Produksi per Unit Produk 70.000 25.000 67.400 26.300

Dari tabel perbandingan tersebut, terlihat bahwa perbedaan pokok antara metode
tradisional dengan ABC terletak pada alokasi biaya overhead. Sedangkan biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung akan menghasilkan alokasi biaya yang sama menurut kedua
metode. Dengan sistem tradisional dalam persaingan yang sangat ketat kemungkinan PT.
ABCD akan menetapkan harga jual sebagai berikut:
a. AB
Harga Jual Rp71.000
Biaya Produksi per Unit Rp70.000
Harga per Unit Rp 1.000
b. CD
Harga Jual Rp26.000
Biaya Produksi per Unit Rp25.000
Harga per Unit Rp 1.000
Sedangkan dengan sistem ABC dalam persaingan yang sangat ketat kemungkinan PT.
ABCD akan menetapkan harga jual sebagai berikut:
a. AB
Harga Jual Rp70.000
Biaya Produksi per Unit Rp67.400
Harga per Unit Rp 2.600

11
b. CD
Harga Jual Rp27.000
Biaya Produksi per Unit Rp26.300
Harga per Unit Rp 700

Jika ditotalkan laba yang diperoleh dengan menggunakan metode ABC lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan metode tradisional. Untuk itu, jika perusahaan sedang
menghadapi persaingan yang sangat ketat, maka penggunaan metode ABC akan sangat
diperlukan. Karena metode ABC menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih akurat
dibandingkan dengan system tradisional, maka dapat menolong perusahaan dalam
mengelola keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuannya menentukan
biaya produksi yang lebih akurat, penentuan harga jual per jenis produk pun akan lebih tepat,
sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang komptitif untuk jenis produk
tertentu.

D. Activity Based Management (ABM)


Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan
nilai (value) yang diterima oleh pelanggan, dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan
nilai (value) tersebut. ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Terdapat
beberapa hal yang menjadi keunggulan dari ABM dibandingkan dengan metode tradisional.
Keunggulan utama pendekatan ABM meliputi:
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas (termasuk aktivitas bisnis kunci) serta
mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk
menurunkan biaya dan meningkatkan nilai (value) bagi pelanggan.
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya demi
menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan.
ABM menggunakan analisis cost driver, analisis aktivitas, dan penilaian kinerja. Analisis
cost driver adalah pengujian, kuantifikasi, dan penjelasan dampak dari cost driver. Analisis
cost driver mencakup lingkup benchmarking, diagram sebab akibat, dan analisis pareto.
1. Benchmarking adalah upaya mencari praktik terbaik dalam industri sejenis dan industri
silang untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam hal tugas, aktivitas atau proses.

12
2. Diagram Sebab Akibat memetakan penyebab yang dapat mempengaruhi aktivitas, proses,
atau hasil yang diharapkan. Diagram ini juga sering disebut dengan diagram fishbone,
karena bentuknya yang mirip dengan tulang ikan.
3. Analisis Pareto adalah teknik statistik dalam pengambilan keputusan untuk pemilihan
sejumlah tugas yang menghasilkan efek keseluruhan yang signifikan. Analisis ini
merupakan alat manajemen yang menunjukan 20% cost driver penting yang
mempengaruhi 80% biaya yang dikeluarkan perusahaan.
ABM berfokus pada pengidentifikasian aktivitas yang dapat dieliminasi dan
meyakinkan bahwa aktivitas yang diperlukan sudah dijalankan secara efisien. Untuk
memperbaiki operasi, manajemen harus menghilangkan aktivitas yang tidak efisien dan tidak
perlu, menentukan cost driver aktivitas, serta mengubah level cost driver. Dalam menganalisis
aktivitas ini, manajemen berfokus pada penilaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dan
membaginya menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Ativitas Bernilai Tambah adalah aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap customer
value dan memberikan kepuasan kepada pelanggan atau organisasi yang
membutuhkannya. Misalnya, aktivitas perancangan produk, pemrosesan oleh tenaga kerja
langsung, penambahan bahan langsung atau pengiriman produk.
2. Aktivitas Tidak Bernilai Tambah adalah aktivitas yang tidak memberikan kontirbusi
terhadap costumer value atau terhadap kebutuhan organisasi. Misalnya, reparasi mesin,
inspeksi, atau penyimpanan produk.

13

Anda mungkin juga menyukai