Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wahyu Indah Rahayu TUGAS 5

NIM : 061830500394
Kelas : 5 AD

PENDEKATAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Keputusan biasa nya
diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu organisasi
atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik
dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk
melanjutkannya. Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola
komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur
organisasi.
Beberapa pengertian keputusan menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut:
a) Davis (1988)
Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-
unsur perencanaan. Keputuan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau
kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan
serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
b) Siagian (1996)
Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan, yaitu :
1) Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang.
Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses
pengambilan keputusan.
2) Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Keputusan bisnis pada umumnya,
dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3) Beneficence
Keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi terbaik yang
bisa diambil.
4) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya.
  
B. Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
1) Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,
kerangka ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta
persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh
pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan
menyediakan:
 Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
 Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan
ke dalam tindakan praktis
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
– konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
– hak dan kewajiban yang terkena dampak,
– keadilan yang terlibat
– motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
 Pendekatan Filosofis
 Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan
manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip
bahwa suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu
memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga
keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar
daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari
manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis,
profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus
pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga teleological.
 Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban
dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan
pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan
kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan
eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah
konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk
perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan
apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk
membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
 Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan
atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk
membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek
motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral.
 Analisis Biaya Manfaat
Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
– Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
– Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek
Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
1) Organisasi sektor swasta
– Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tariff
– Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat
– Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi
alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan
umum
– Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata,
tungkai dan lain-lain
– Perhitungan waktu luang.
2) Organisasi sektor public
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
– Program kesehatan
– Program pendidikan
– Fasilitas rekreasi
– Proyek konservasi
– Proyek-proyek perbaikan transportasi
– Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi

Anda mungkin juga menyukai