Anda di halaman 1dari 23

ETIKA DAN

HUKUM BISNIS
SASARAN DAN RUANG LINGKUP
ETIKA BISNIS

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis


Program studi : Manajemen

Tatap Muka

04
Kode Matakuliah : 31211E3FA
Disusun oleh : Rina Kurniawati, SHI, MH

Prinsip-prinsip Umum Etika Bisnis


Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar
baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar
kerja atau operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika
bisnis sebagai berikut:

 Prinsip otonomi
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan
bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan
yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

 Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal
perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan
dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.Terdapat tiga lingkup
kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama
dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-
syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan
mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.

 Prinsip tidak berniat jahat


Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran
yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.

 Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis.
Contohnya, upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama
kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung
jawabkan.

 Prinsip hormat pada diri sendiri


Pinsip hormat pada diri sendiri dalam etika bisnis merupakan prinsip tindakan yang
dampaknya berpulang kembali kepada bisnis itu sendiri. Dalam aktivitas bisnis tertentu ke
masyarakat merupakan cermin diri bisnis yang bersangkutan. Namun jika bisnis memberikan
kontribusi yang menyenangkan bagi masyarakat, tentu masyarakat memberikan respon sama.
Sebaliknya jika bisnis memberikan image yang tidak menyenangkan maka masyarakat tentu
tidak menyenangi terhadap bisnis yang bersangkutan. Namun jika para pengelola perusahaan
ingin memberikan respek kehormatan terhadap perusahaan, maka lakukanlah respek tersebut
para pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerangka Pengambilan Keputusan Beretika

Pengertian Pengambilan Keputusan


Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas
menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang
baru. Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan
nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat
mereka bekerja. Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan
individual merupakan satu bagian penting dari perilaku organisasi.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah
Alternatif yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah
bagaimana pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan
menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :
- Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa
yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan
dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana
yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas
pengambilan rencana dalam organisasi.
 Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
 Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran
yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.
 Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
 Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu
proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat
dianalisa, diperhalus, dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian
yang lebih besar dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang
lebih sederhana dikemukakan oleh Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah
kegiatan yang menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih sebagai
penyelesaian suatu masalah tertentu.
 Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan
sebagai hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan
pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah
ditetapkan. Seorang pengambil keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti;
logika, realita, rasional, dan pragmatis.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ;
tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun
tidak kontradiktif). Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan
keputusan adalah sebagai berkut :
1. Hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan
kepentingan orang lain;
4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian
harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang
diambil itu betul; dan
9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan
berikutnya.
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya reaksi atas sebuah
masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional,
dan mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada
kerangka kerja pengambilan keputusan yang etis atau ethical decision making (EDM)
Framework.

Perkembangan Terkini
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah menunjukkan kepada masyarakat
luas, runtuhnya pasar modal, dan pada akhirnya Sarbanes Oxley Act 2002, yang membawa
reformasi tata kelola yang luas. Skandal-skandal korporasi berikutnya, termasuk Adephia,
Tyco, HealthSouth, dan skandal lainnya menyajikan kesadaran publik yang semakin tinggi
bahwa para eksekutif dapat membuat keputusan yang lebih baik. Kasus pengadilan
berikutnya terkait denda, hukuman penjara, dan penyelesaiannya telah menggaris bawahi
kebutuhan akan keputusan untuk menghasilkan tindakan yang legal. Pengadilan pendapat
umum juga telah secara kejam berdampak pada perusahaan dan individu yang telah bertindak
tidak etis. Kehilangan reputasi akibat tindakan tidak etis atau ilegal telah menyebabkan
penurunan pendapatan dan keuntungan, merusak harga saham, dan akhir karir bagi banyak
eksekutif meskipun tindakan tersebut belum diinvestigasi secara penuh dan tanggung jawab
bagi mereka belum sepenuhnya terbukti.

Ethical Decision Making (EDM) Framework


Kerangka kerja EDM menilai etis atau tidaknya suatu keputusan atau tindakan dengan
menguji :

 Konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih


 Hak dan kewajiban yang terpengaruh
 Keadilan yang ada
 Motivasi atau kebajikan yang diharapkan
Tiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu konsekuensialisme,
deontologi dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan pada dampak suatu keputusan
terhadap pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terpengaruh, yang dikenal
dengan analisis dampak pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil
keputusan, adalah pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan. Keempat pertimbangan
harus sungguh-sungguh diuji dan nilai etika yang sesuai harus diterapkan dalam keputusan
dan implementasinya jika suatu keputusan atau tindakan dapat dipertahankan secara etis.

Pendekatan Pengambilan Keputusan


Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (Leonard J Brooks : 330)
Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian
manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga Teleological.

Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan.

Stakeholder Impact Analysis sebagai Alat Penilaian


Keputusan dan Tindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang
diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi hasil akhir
atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada dampak keputusan
terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak ini
diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran
keberadaan yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini
sekarang berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin
memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit.
Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja,
konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai
kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap
pemegang saham dan kelompok non-pemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku
kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan
dalam jangka waktu lebih dari setahun memerlukan hubungan yang harmonis dengan
kelompok pemangku kepentingan dan kepentingannya.
Kepentingan mendasar dari pemangku kepentingan
Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku kepentingan
kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :
 Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan
 Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan
dan beban
 Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan,
termasuk para pembuat keputusan.

Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan tersebut gagal
untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu hak para pemangku
kepentingan.

Analisis dampak pemangku kepentingan Pengambilan


Keputusan
Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemangku
kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk
pengambil keputusan. Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah
dampak keputusan pendek daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau
probabilitas, atau mengambil tempat dalam pengaturan perusahaan.

Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu.


Analisis etis yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan Pastin
dikembangkan untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat
dipamerkan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.

Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka 5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib masalah tanpa
banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses
pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.
Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan
keputusan pada relevansi isu tertentu untuk organisasi atau pengambil keputusan yang
terlibat.

Pendekatan Standard Moral


Pendekatan standar moral.
Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada
tiga kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari
pendekatan 5-pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas
berdasarkan keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari
keputusan yang diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok
untuk pertimbangan keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari
kerangka kerja 4-pertanyaan.
Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani dengan cara yang
sama seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.

MORAL STANDARD QUESTION OF PROPOSED DECISION


Bermanfaat
Maximaize bersih manfaat bagi masyarakat apakah tindakan memaksimalkan manfaat
secara keseluruhan sosial dan meminimalkan cedera social
hak-hak individual
Menghormati dan melindungi adalah sction yang konsisten dengan hak
setiap orang?
Keadilan
Distribusi manfaat yang adil dan beban akan memimpin untuk ajust distribusi
manfaat dan beban?
Semua standar moral harus diterapkan ada: tidak ada adalah tes cukup dengan itu sendiri

Pendekatan pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu
dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur
perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-
nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya,
hal ini dapat menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman
aturan dasar etika baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk
memahami aturan dasar yang berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk
proposal dan untuk melindungi pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan
keputusan masa lalu atau tindakan dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering
keputusan, karena upaya ini dilakukan untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk
melihat bagaimana dan mengapa mereka dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering
dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan
bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk melihat, melalui tindakan masa lalu, apa
nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu
dan organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur
perilaku mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-
nilai ini, ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.

Memperluas dan pencampuran pendekatan


Dari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan sempurna ke
salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah yang diangkat oleh suatu
masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan, mengharapkan bahwa ada
dampak jangka panjang yang signifikan atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis
biaya-manfaat daripada profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-
manfaat analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya.
Demikian pula, konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-Pastin, jika
diperlukan dalam keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di dalam perusahaan.
Perawatan harus diambil ketika memperluas dan blending pendekatan, bagaimanapun, untuk
memastikan Thet setiap bidang baik offness, keadilan, dan dampak pada hak-hak individu
diperiksa dalam analisis keputusan-lain komprehensif terakhir mungkin rusak.

Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholder


Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang
dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk
menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku
kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan
yang digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan
yang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari
motivasi, vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif
komprehensif dari ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-
pendekatan filosofis tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.

Menilai motivasi, dan kebajikan yang diharapkan dan karakter


Sebagaimana dicatat sebelumnya, suatu analisis etis yang komprehensif harus melampaui
Tucker, Velasques, dan model Pastin untuk memasukkan penilaian motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder. Kebajikan
harapan, bagaimanapun, belum secara luas diakui sebagai penting dalam analisis stakeholder,
sebagai skandal terakhir menunjukkan mereka harus. Keputusan yang dibuat oleh eksekutif
perusahaan dan oleh akuntan dan pengacara yang terlibat dalam Enron, Arthur Andersen,
WorldCom, Tyco, Adephia, dan lain-lain telah menunjukkan bahwa para pengambil
keputusan banyak yang gagal untuk hidup sampai dengan harapan para pemangku
kepentingan. Beberapa termotivasi akan keserakahan, bukan oleh kepentingan enlighteded
berfokus pada kebaikan semua. Lain pergi bersama dengan keputusan etis karena mereka
tidak mengakui bahwa mereka diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki kewajiban
untuk melakukannya.
Beberapa beralasan bahwa karena semua orang sedang melakukan sesuatu yang
mirip, bagaimana bisa salah? Mereka lupa untuk mempertimbangkan cukup kebajikan (dan
kewajiban) mereka diharapkan untuk menunjukkan. Apabila suatu kewajiban fidusia telah
memiliki masa depan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya,
keutamaan sifat-karakter yang diharapkan seperti integritas, profesionalisme, keberanian, dan
sebagainya-tidak cukup diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde
penilaian harapan etika moralitas sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses EDM
untuk memperkuat sistem pemerintahan dan penjaga terhadap keputusan etis.

Pengembangan tindakan lebih etis


Perbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang
diusulkan EDM. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard
moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk
diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak
keseluruhan dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada
kelompok stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan
kompensasi untuk kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada
akhir setiap pendekatan EDM, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses
ini melibatkan latihan imajinasi moral.
Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan
mengambil keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan
pilihan yang terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert
Simon__memberikan konsep untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa
seseorang "seharusnya tidak membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan"----
perbaikan iteratif sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan
solusi yang harus dipertimbangkan cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.

Kebiasan yang keliru pada para pembuat keputusan :


- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang saham. Seringkali,
dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan
yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder.
- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham
Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu
tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder.
- Berfokus hanya pada legalitas
banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan.
Hukum, beranggapan bahwa "Jika itu sesuai aturan hukum, berarti tindakannya etis."
- Keadilan yang terbatas
Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Dan
mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum dan ujung ujungnya membayar
untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah dan mengabaikan atas
resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk
semua pemangku kepentingan.
- Pembatasan hak yang teliti
Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak seluruh pemangku
kepentingan.
- Konflik kepentingan
Perkiraan/prasangka bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian tindakan yang
diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan pribadi dari
pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan , atau sekelompok pengambilan
keputusan adalah penyimpangan terhadap kepentingan terbaik perusahaan
- Keterkaitan pemangku kepentingan
Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa yang mereka putuskan untuk
satu kelompok akan mempengaruhi kelompok yang lain.
- Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder
Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum
mengevaluasi dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang
diambil untuk diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui.
Sebuah pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi
tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk
menilai bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang
paling rentan stakeholder.
- Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder
Kecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan stakeholders sama tingkat
pentingnya. Namun, sering memperlakukan kepentingan yang mendesak yang paling
penting. Mengabaikan ini tidak benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan
tidak etis.
- Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.
Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa keputusan etis yang komprehensif tidak bisa
dilakukan jika salah satu dari tiga aspek terlupakan.
- Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusan
Selama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk
tindakan, seperti consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah
kehilangan melihat kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan
manfaat (atau sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya
sedikit kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainnya . Cupet ini, murni SEFT -
pengambil keputusan organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.
- Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya ditunjukkan
Anggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad
baik dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka.
Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran,
kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama
stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang
terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional
yang mengabaikan nilai-nilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka
diharapkan untuk melindungi koleksi publik.

Langkah-langkah untuk Pengambilan Keputusan Yang


Beretika

Langkah-langkah untuk mengambil Keputusan yang Beretika

1. Mengidentifikasi fakta dan seluruh kelompok pemangku kepentingan serta


kepentingannya yang terpengaruh
2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang
terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis
3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok
pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan
hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan secara
menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian tidak
masuk dalam analisis.

Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association (1993)
sebagai berikut :
1. Menentukan fakta (what, who, where, when and how)
2. Menetapkan masalah etika
3. Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai
4. Menetapkan alternative pilihan
5. Membandingkan nilai dengan alternative
6. Menetapkan konsekuensinya
7. Membuat keputusan

Perkembangan terbaru Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom skandal menimbulkan


kemarahan publik, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes-Oxley Act of 2002, yang
membawa pembaruan tata pemerintahan luas. Skandal perusahaan berikutnya melibatkan
Adephia, Tyco, healthsouth, dan lain-lain berfungsi untuk lebih meningkatkan kesadaran
masyarakat bahwa eksekutif perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik. Jelas
bahwa tidak lagi cukup untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang merupakan
tindakan hukum, keetisan juga harus dipertahankan.

Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis (EDM)

Dalam modul ini menyajikan suatu kerangka multifaset komprehensif untuk pengambilan
keputusan etis, itu dirancang untuk meningkatkan penalaran etis dengan menyediakan
sebagai berikut :
 Wawasan ke dalam identifikasi dan analisis isu-isu utama yang perlu dipertimbangkan
dan pertanyaan-pertanyaan atau tantangan untuk dibesarkan
 Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan-faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis

Kerangka kerja yang Ethic Decision Maker (EDM) menilai etiskalitas dari suatu keputusan
atau tindakan dengan memeriksa :
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya;
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak;
c. keadilan yang terlibat;
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

Pertama tiga pertimbangan ini konsekuensialisme, tata susila, dan keadilan diperiksa dengan
berfokus pada dampak keputusan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang
terkena dampak, suatu pendekatan yang dikenal sebagai analisis dampak stakeholder.
Pertimbangan yang memajukan motivasi pembuat keputusan adalah suatu pendekatan yang
dikenal sebagai etika moralitas. EDM praktis yang utama pada bab ini didasarkan pada
konsep-konsep yang dikembangkan oleh para filsuf. Akibatnya, pengembangan terhadap
pemahaman tentang pendekatan pengambilan keputusan dipelopori oleh filsuf ternyata
berguna.

Filosofis Pendekatan : Konselwensialisme, Tata Susila


dan Kebajikan Etika
Dalam pendapat Filsuf telah lama terfokus pada pembuatan keputusan terbaik dari
masyarakat serta perspektif individu, tetapi arti penting filsafat mereka belum dihargai
dengan baik atau dipahami dalam bisnis dan profesi. Semua ini adalah tentang perubahan.
Dirangsang untuk meningkatkan pendidikan etika dan EDM oleh Enron, Arthur
Andersen, dan WorldCom skandal, dan reformasi tata pemerintahan selanjutnya, the AACBS
Ethics Education Task Force (2004) telah menyerukan bisnis siswa untuk membiasakan diri
dengan tiga pendekatan filosofis untuk pengambilan keputusan etis: konsekuensialisme, tata
susila, dan kebajikan etika. Analisis dampak stakeholder menawarkan cara formal untuk
membawa ke keputusan kebutuhan dari organisasi dan individu konstituennya (masyarakat).
Trade-off yang sulit dan dapat mengambil manfaat dari kemajuan seperti teknik, adalah
penting untuk tidak melupakan fakta bahwa konsep-konsep analisis dampak stakeholder yang
dibahas dalam bab ini harus diterapkan bukan sebagai teknik tunggal tetapi bersama-sama
sebagai satu kesatuan. Baru kemudian akan ada analisis yang komprehensif dapat dicapai dan
keputusan etis. Tergantung pada sifat dari keputusan yang harus dihadapi, dan berbagai pihak
yang akan terpengaruh, analisa yang tepat dapat didasarkan pada konsekuensialisme, tata
susila, dan kebajikan etika sebagai satu set, atau dalam salah satu dari 5 pertanyaan, standar
moral, atau pastins's pendekatan, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya masalah-
masalah umum yang mungkin muncul. EDM apapun pendekatan yang komprehensif tidak
hanya harus mencakup pemeriksaan dampak keputusan atau tindakan, tetapi juga sebuah
analisis kesenjangan motivasi, kebajikan, dan karakter yang terlibat.
Akuntan profesional dapat menggunakan analisis stakeholder dalam mengambil
keputusan mengenai akuntansi, audit, dan praktik masalah-masalah, dan harus siap untuk
mempersiapkan atau membantu dalam analisis tersebut bagi majikan atau klien seperti saat
ini terjadi di daerah lain. sementara banyak angka yang sulit berorientasi acountants eksekutif
dan berhati-hati akan menjadi terlibat dengan "lembut" subyektif analisis yang
menggambarkan harapan stakeholder dan kebajikan analisis, mereka shoud diingat bahwa
dunia berubah untuk menempatkan nilai yang lebih tinggi pada informasi nonnumerical .
mereka harus berhati-hati menempatkan terlalu banyak bobot pada analisis numerik agar
mereka tidak jatuh ke dalam perangkap para ekonom, yang, seperti Oscar Wilde pernah
berkata: "tahu harga segala sesuatu dan nilai yang bukan apa-apa."
Direktur, eksekutif, dan akuntan juga harus mengerti bahwa teknik-teknik yang
dibahas dalam bab ini menawarkan pemahaman yang lebih baik sarana interaksi antara
organisasi mereka dan/atau profesi dan potensi pendukung. Penilaian dampak stakeholder
ketika dikombinasikan dengan peringkat masing-masing stakeholder kemampuan untuk
menahan aksi akan mengarah pada pencapaian yang lebih baik berdasarkan tujuan strategis
stakeholder puas. Operasi sukses dalam suatu jaringan global yang semakin menuntut para
pemangku kepentingan akan memerlukan tindakan masa depan itu tidak hanya hukum, tetapi
juga secara etis dapat dipertahankan.

Suatu Tinjauan Kasus : Seorang yang merokok baik untuk perekonomian apakah benar?
Pendukung antirokok bersorak pada musim panas 1997 ketika industri tembakau AS
setuju untuk membayar lebih dari US $ 368.5 miliar untuk menyelesaikan tuntutan hukum
yang dibawa oleh empat puluh negara bagian yang mencari kompensasi untuk rokok yang
terkait dengan biaya Medicaid. Jaksa Agung Mississippi Mike Moore, yang membantu
mengatur kampanye hukum negara, yang disebut perjanjian "yang paling bersejarah dalam
pencapaian kesehatan masyarakat dalam sejarah." Tetapi adalah hak Negara untuk melakukan
apa yang mereka lakukan?
Premis fundamental tuntutan hukum dan anti-tembakau lain inisiatif, adalah bahwa
perokok-dan, perusahaan tembakau-tempat pajak tambahan bagi kita semua mengenai
penumpukan biaya tambahan ke dalam sistem pelayanan kesehatan publik. Argumen adalah
bahwa mereka, dan biaya sosial lainnya, melebihi miliaran dalam tugas dan penerimaan pajak
yang pemerintah kumpulkan dari distribusi rokok.
Tetapi analisis aktuaria basic premis yang menyatakan bahwa justru sebaliknya adalah
benar. Seperti yang tidak semestinya karena terdapat suara, perokok menyelamatkan uang
kita semua karena mereka mati cepat dan jauh lebih sedikit dalam perawatan kesehatan dan
tunjangan seperti pensiun. Biaya ekstra yang mereka lakukan menghasilkan jauh sebanding
dengan subsidi setiap mereka membayar untuk sebungkus rokok.
Pertama-tama, jika dilihat dari usia harapan hidup secara konsisten selama dekade
terakhir. Pada tahun 1994 kesaksian di depan komite keuangan Senat AS, kantor penilaian
teknologi AS menunjukkan bahwa rata-rata perokok meninggal lima belas tahun lebih awal
daripada non perokok, jadi biaya perawatan kesehatan perokok kurang dalam tagihan bukan
perokok karena mereka mati sekitar satu dekade sebelumnya. Semakin lama seseorang hidup
semakin banyak biaya untuk memperlakukan terutama karena sebagian besar biaya
perawatan kesehatan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir kehidupan.
Salah satu paradoks kedokteran modern adalah bahwa kemajuan dalam perawatan.
memperpanjang kehidupan sebenarnya telah meningkatkan biaya perawatan kesehatan
seumur hidup. Orang-orang yang akan mati dari pada penyakit akut. selama kehidupan kerja
mereka di masa lalu kini menikmati pensiun yang panjang, dan penderitaan berbagai penyakit
yang melemahkan memerlukan intervensi medis biaya tinggi. Menurut seorang ahli, mantan
gubernur Colorado richard Lamm, yang kini direktur pusat kebijakan publik dan isu-isu
kontemporer bahwa universitas denver, bukan perokok rata-rata dirawat selama tujuh
penyakit utama selama seumur hidup nya. Perokok rata-rata hanya bertahan pada dua
penyakit utama.
Jadi berapa banyak lagi yang masyarakat non perokok menambah tagihan perawatan
kesehatan nasional daripada perokok? salah satu yang terbaik adalah dengan adipati studi
ekonom universitas viscusi, yang melakukan analisis komparatif yang lengkap pada tahun
1994 untuk sebuah konferensi mengenai kebijakan pajak yang diselenggarakan oleh berreau
nasional riset ekonomi di Washington DC .
Viscusi menyimpulkan bahwa perokok, di assence, mensubsidi biaya layanan
kesehatan yang tidak merokok . Dengan menggunakan statistik pemerintah, viscusi
menghitung biaya medis tembakau dengan menambahkan hal-hal seperti persentase hari
perawatan pasien untuk perawatan kanker paru-paru di rumah sakit yang dapat dikaitkan
dengan merokok dan cedera bakar dan kematian dari kebakaran dimulai oleh tidak dapat
ditemukan rokok. Viscusi memperhitungkan biaya lain-dengan mati muda, perokok
menghilangkan pajak pendapatan masyarakat. Viscusi bahkan menambahkan biaya untuk
biaya yang berkaitan dengan asap tangan kedua. Viscusi menghitung berapa banyak
tembakau menyelamatkan masyarakat. Karena mereka jauh lebih sedikit menerima
pembayaran dari pemerintah dan rencana pensiun dan manfaat pensiun dan manfaat
mengkonsumsi lebih sedikit obat, panti jompo dan rumah sakit dolar, ia memperkirakan
bahwa rata-rata perokok Amerika menyelamatkan masyarakat pada setiap bungkus rokok
yang dijual di Amerika Serikat meninggalkan surplus bersih dari 31 sen di atas disebabkan
biaya diskon iklan rokok. Menambahkan 80 sen per paket di pajak yang membayar perokok
Amerika membawa total surplus untuk $ 1,11 untuk setiap bungkus rokok

Pakar lain berpendapat bahwa ada hilangnya produktivitas masyarakat karena jumlah
hari sakit perokok dibandingkan bukan perokok. Tapi apakah biaya ini ditanggung oleh
perekonomian secara keseluruhan, atau dengan individu perokok yang absen berarti bahwa
mereka tidak akan mencapai potensi penghasilan penuh mereka kehilangan pekerjaan akibat
promosi dan kelayakan membayar? Intinya dalam semua ini adalah bahwa pendekatan
aktuaria menunjukkan bahwa fakta-fakta tidak mendukung klaim politik saat ini tentang
biaya perokok benar-benar meninggalkan ekonomi lebih baik dan harus didorong, tidak
menyurutkan melalui pajak, pembatasan dan tuntutan hukum

Dari uraian di atas maka timbul Pertanyaan:


a. Apa yang bisa menambah analisis etis atas Viscuisi’s aktuaria analisis?
b. Analisis etis apa yang dapat mengubah kesimpulan?Mengapa?

Dan jawabannya adalah :


a. Dari segi keuntungan, hal ini sangat menguntungkan karena dari setiap batang rokok
memiliki potongan pajak tersendiri. Untuk hal kelegalan, rokok ini masih legal untuk
diperdagangkan. Sehingga tidak salah bila produsen dan pemerintah masih
menjalankan usaha ini.
b. Dari analisisnya adalah merokok merupakan hal yang kurang etis walaupun dari segi
keuntungan, hal ini sangat menguntungkan karena dari setiap batang rokok memiliki
potongan pajak tersendiri. Untuk hal kelegalan, rokok ini masih legal untuk
diperdagangkan walaupun ada sebagian Negara yang mengharamkan rokok karena
dianggap membawa dampak negatif. Dilihat dari sisi keadilan kami rasa peredaran
rokok ini kurang adil karena pihak pemroduksi dan pemerintah hanya memikirkan
profit dari usaha ini. Mereka tahu dampak negative bagi kesehatan para perokok
dimana kesempatan sehat dan kesempatan hidup perokok pasti akan berkurang namun
mereka tetap melakukan peredaran rokok. Seperti yang kita ketahui bahwa rokok
mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya
dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.

Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Berikut adalah beberapa
zat berbahaya yangdikandung oleh rokok:
 Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
 Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat
karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
 Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen.

Dimana efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko
(dibanding yang tidak mengisap asap rokok):
 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
 4x menderita kanker esophagus
 2x kanker kandung kemih
 2x serangan jantung.

Kesan Asap Rokok Terhadap Isteri Perokok adalah :


 Melahirkan bayi yang kurang berat badan
 Dalam hal melahirkan bayi yang tidak cukup bulan.
 Lebih terdedah kepada kanser
 Mengurangkan kesuburan dan putus haid awal.

Kesan Asap Rokok Terhadap Anak Perokok :


 Lebih mudah lelah
 Mendapat jangkitan paru-paru.
 Pertumbuhan paru-paru kanak-kanak terganggu
 Mudah menjadi perokok apabila dewasa kelak

Dari data tersebut walaupun perokok lebih cepat meninggal namun sebelum beliau meninggal
ternyata sakit yang diidap adalah penyakit-penyakit yang parah dimana pastinya akan
mengeluarkan biaya kesehatan yang lebih besar. Dilihat pula dari dampak tidak langsung
bagi lingkungan, perokok pasif ternyata juga mendapatkan dampak kesehatan jadi pada
intinya sebagian penyakit yang diderita oleh non perokok disebabkan oleh dampak tidak
langsung dari perokok.

Daftar Pustaka
1. Agus Arijanto, 2013, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Edisi Ketiga, PT. Rajagrafindo
Persada Jakarta
2. Arissetyanto Nugroho dan Agus Arijanto.2015, Etika Bisnis (Business Ethic)
Pemahaman Teori dan Implementasinya, IPB Press, Bogor
3. Brooks.Leonard J & Dunn,Paul : Business & Professional Ethicc for Directors.
Executives & Accountant, South Western college Publishing, 2011
4. Dus ka,Ronald F. and Duska,Brenda S (2011), Accounting Ethics, Blackwell Publishing
5. Velasquez. G. Manuel, Business Ethics concept and Cases. Sixth edition , 20061.
Bambang Setiaji, 2006 , Etika Bisnis,Mup- Mus, Surakarta.
6. A. Sonny Keraf, 2010, Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.
7. K. Bertens, 2000, Pengatar Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta.
8. Muhaimin, 2011, Perbandingan Praktik Etika Bisnis, Pusaka Pelajar. Yogyakarta.
9. Arus Akbar Silondae, Wirawan B. Ilyas , 2011, Pokok – Pokok Hukum Bisnis , Salemba
Empat, Jakarta.
10. Munir Fuady, 2008 ,Pengatar hukum bisnis menata Bisnis modern di Era Global, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung.
11. Pipin Syarifin , Dedah jubaedah, 2004 , Peraturan hak kekayaan hak intelektual di
Indonesia, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
12. Richard burton Simatupang, 2003, Aspek hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.
13. Said Sampara.., dkk , 2009, Buku ajar Pengantar ilmu hukum, Total Media , Yogyakarta.
14. Salim HS, 2004, Perkembangan Hukum jaminan di Indonesia, PT> Rajgrafindo Persada,
Jakarta.
15. Peraturan Mentri Perdagangan RINo. 09/M-DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan
Tata cara Penerbitan surat SIUP

Anda mungkin juga menyukai