Anda di halaman 1dari 19

PRATICAL ETHICAL DECISION MAKING

INTRODUCTION
Keputusan bisnis tradisional dibuat hanya berdasarkan laba, legalitas, dan kepentingan diri
sendiri yang berulang kali menyebabkan kegagalan etika yang signifikan, dimana termasuk
pada tahun 2002 dan 2008 yang terlambat jauh dari konsekuensi keuangan dan manusia di
seluruh dunia. Sedangkan, laba, legalitas, dan kepentingan diri sendiri memberikan manfaat
dan diperlukan kriteria pokok, sejarah telah menunjukkan bahwa mereka membutuhkan
tambahan dengan pertimbangan etika menjadi etis untuk dipertahankan dan untuk
memberikan perlindungan bagi direktur, eksekutif, akuntan profesional, investor, dan
stakeholders lain. Selanjutnya, para pengambil keputusan akan disarankan juga untuk
meyakinkan bahwa keputusan mereka adalah sesuai dengan prinsip-prinsip dan standar etika
yang wajar atau masuk akal.

PERKEMBANGAN MOTIVASI UNTUK MEMPELAJARI ETIKA


Skandal enron, arthur andersen, dan worldcom yang memberi dampak kemarahan publik,
menurunnya pasar modal, dan akhirnya perbuatan Sarbanes-Oxley pada tahun 2002, dimana
membawa tentang luasnya reformasi pemerintahan. Skandal-skandal perusahaan dan
menyajikan kegagalan pinjaman untuk lebih meningkatkan kesadaran publik bahwa eksekutif
perusahaan seharusnya dapat membuat keputusan lebih baik untuk mempertahankan
profitabilitas dan kelangsungan hidup perusahaan mereka. Selanjutnya kasus pengadilan serta
tekait denda, hukuman penjara, dan pemukiman dapat digarisbawahi membutuhkan
keputusan untuk mengurangi kerentanan terhadap tindakan hukum juga. Pengadilan dari
opini publik juga telah keras untuk perusahaan dan individu yang berperilaku tidak etis.
Kehilangan reputasi karena tindakan tidak etis dan ilegal telah terbukti dapat mengurangi
pendapatan dan laba, merusak harga, dan bagi banyak eksekutif karirnya berakhir, yang
sebelumnya diselidiki penuh dan mereka bertanggung jawab sepenuhnya bila terbukti.
Pengembangan menjadi sangat penting bagi direktur dan eksekutif perusahaan, sekarang ini
harus menambahkan perhatian pada tata kelola perusahaan dan menyediakan bimbingan
selain peran mereka.

Pada tahun 2003, International Federation of Accountants (IFAC) juga mengumumkan atas
pendidikan etika yang wajib untuk pendidikan etika bagi profesional akuntan. International
Education Standards for Accountants (IES1-6, 2003), dalam IES 4 menyajikan rincian nilai

1
profesional, etika, dan perilaku yang diperlukan bagi profesional akuntan untuk memahami
dan melaksanakan tugas mereka dibawah kode etik profesional akuntan dari IFAC.

KERANGKA KERJA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka ini
menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan yang
dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru- baru ini dituntut oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:

1. Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus


dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
2. Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan-faktor yang relevan
ke dalam tindakan praktis.

Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:

a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya;
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak;
c. keadilan yang terlibat;
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan

PENDEKATAN FILOSOFI
Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Pendekatan ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu
benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan
kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang
menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik
berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini
hanyalah sebagian manfaat dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis,
profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau
akhir dari tindakan, maka disebut juga Teleological.

2
Deontologi
Deontologi berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan
tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi
dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan
sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi
kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus
termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa
pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan
tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

Virtue Ethics
Konsekuensialisme menekankan pada konsekuensi dari tindakan dan deontology
menekankan pada tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk
membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari
karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan.

SNIFF TES DAN HEURISTIK UMUM


Pendekatan filosofis memberikan dasar bagi pendekatan keputusan praktis yang berguna dan
membantu, meskipun sebagian besar eksekutif dan akuntan profesional tidak menyadari
bagaimana dan mengapa demikian. Direksi, eksekutif, dan akuntan profesional telah
mengembangkan tes dan aturan praktis yang dapat digunakan untuk menilai keputusan etika
secara awal. Jika tes awal ini menimbulkan kekhawatiran, analisis pemikiran yang lebih harus
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis dampak pemangku kepentingan. Hal ini
cocok untuk manajer dan karyawan lain yang akan diminta untuk memeriksa usulan
keputusan dengan cepat, cara awal untuk melihat apakah analisis etis tambahan full-blown
diperlukan.

Tes-tes cepat yang sering disebut sebagai tes sniff. Jika salah satu tes cepat adalah negatif,
karyawan diminta untuk mencari seorang petugas etika untuk konsultasi, atau melakukan
analisis full-blown dari tindakan yang diusulkan. Analisis ini harus dipertahankan, dan
mungkin ditinjau oleh petugas etika. Banyak eksekutif telah mengembangkan aturan praktis
mereka sendiri untuk memutuskan apakah suatu tindakan etis atau tidak. Meskipun tes sniff
dan aturan praktis ini didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan seringkali sangat berguna,
mereka jarang, sendiri, merupakan pemeriksaan komprehensif keputusan dan karena itu

3
meninggalkan individu dan perusahaan yang terlibat rentan terhadap membuat keputusan etis.
Untuk alasan ini, teknik yang lebih komprehensif yaitu analisis dampak pemangku
kepentingan harus digunakan setiap kali keputusan yang diusulkan dipertanyakan atau
cenderung memiliki konsekuensi yang signifikan.

ANALISIS DAMPAK STAKEHOLDER


Sejak John Stuart Mill mengembangkan konsep utilitarianisme pada tahun 1861, suatu
pendekatan yang diterima untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan
mengevaluasi hasil akhir atau konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan
pada dampak keputusan terhadap kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham.

Biasanya, dampak ini diukur dari keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan
telah menjadi ukuran keberadaan yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham.
Pandangan tradisional ini sekarang berubah dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua
pemegang saham ingin memaksimalkan hanya keuntungan jangka pendek menunjukkan
fokus yang terlalu sempit.

Kedua, hak dan tuntutan kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja,


konsumen/klien, supplier, pemerhati lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai
kepentingan dalam keluaran keputusan, atau didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap
pemegang saham dan kelompok non-pemegang saham, yang keduanya menjadi pemangku
kepentingan, kepada siapa respon perusahaan ditujukan.

PENDEKATAN PEMBUATAN KEPUTUSAN TRADISIONAL YANG


DIMODIFIKASI
Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemakai kepentingan
untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk pengambil
keputusan. Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah dampak
keputusan pendek daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau probabilitas,
atau mengambil tempat dalam pengaturan perusahaan. Pendekatan dapat digabung
disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu.

4
Analisis etis yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan Pastin
dikembangkan untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat
dipamerkan dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.

MENGINTEGRASIKAN PENDEKATAN DAMPAK ANALISIS FILOSOFI DAN


STAKEHOLDER
Pendekatan-konsekuensialisme filosofis, deontologi, dan kebajikan-etika yang dikembangkan
pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk menginformasikan dan
memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku kepentingan dampak.
Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan yang digunakan harus
memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang terlibat dalam
keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari motivasi, vitues, dan
karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif komprehensif dari ethicality dari
keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-pendekatan filosofis tradisional harus
menambah model stakeholder dan sebaliknya.

ISU EDM (ETHICAL DECISION MAKING) LAINNYA


Pengembangan Tindakan Lebih Etis
Perbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang
diusulkan EDM. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard
moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk
diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak
keseluruhan dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada
kelompok stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan
kompensasi untuk kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada
akhir setiap pendekatan EDM, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses
ini melibatkan latihan imajinasi moral.

Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan mengambil


keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan
yang terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert Simon__memberikan
konsep untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa seseorang "seharusnya tidak
membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan" perbaikan iteratif sampai tidak ada

5
kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan solusi yang harus dipertimbangkan
cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.

KEBIASAN YANG KELIRU PADA PARA PEMBUAT KEPUTUSAN


Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu
tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap
pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk
memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan
eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh
sekelompok nonshareholder. Selain itu, dampak yang paling signifikan (pemegang saham,
pemegang saham) dari suatu tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di
masa depan dan mereka dengan nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah
kelompok ini bereaksi terhadap pemegang saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk
miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk
mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan biaya-manfaat, meskipun dampaknya
diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder.

Banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan.
Hukum, beranggapan bahwa  "jika itu sesuai aturan hukum, berarti tindakannya etis."
Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Dan
mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum dan ujung ujungnya  membayar
untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah dan  mengabaikan atas
resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk
semua pemangku kepentingan.

Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak seluruh pemangku


kepentingan. Perkiraan/prasangka  bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian
tindakan yang diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan
pribadi dari pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan , atau sekelompok
pengambilan keputusan adalah penyimpangan  terhadap kepentingan terbaik perusahaan.
Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa yang mereka putuskan untuk
satu kelompok akan mempengaruhi kelompok yang lain.

6
Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum
mengevaluasi dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang
diambil untuk diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui.
Sebuah pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi
tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk
menilai bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang
paling rentan stakeholder. Kecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan
stakeholders sama tingkat pentingnya. Namun, sering  memperlakukan kepentingan yang
mendesak yang paling penting. Mengabaikan ini tidak benar dan dapat menyebabkan
keputusan kurang optimal dan tidak etis. Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa keputusan
etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah satu dari tiga aspek terlupakan.

Selama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk
tindakan, seperti consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah
kehilangan melihat kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan
manfaat (atau sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya
sedikit kurang beruntung pendek dan jangka panjang lainn. Cupet ini, murni SEFT -
pengambil keputusan organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.
Anggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad
baik dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka.
Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran,
kurangnya integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama
stakeholder, dan kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang
terlibat dalam tindakan tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional
yang mengabaikan nilai-nilai yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka
diharapkan untuk melindungi koleksi publik.

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG BERETIKA


Terdapat tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association
(1993) adalah menentukan fakta (what, who, where, when and how), menetapkan masalah
etika, mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai, menetapkan alternative pilihan,
membandingkan nilai dengan alternative, menetapkan konsekuensinya dan membuat
keputusan.

7
Kasus
Tylenol Recalls (2010): It’s Still about Reputation

Johnson & Johnson adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan dan
pemasaran obat-obatan dan alat kesehatan lainnya di banyak negara di dunia. Setelah kasus
penarikan kapsul Tylenol pada tahun 1982, yang ditindaklanjuti secara sigap oleh J&J,
perusahaan ini kembali harus menghadapi masalah penarikan produknya pada tanggal 30
April 2010. J&J McNeil Consumer Healhcare, LLC (McNeil Division) menarik obat-
obatannya termasuk Tylenol, Motrin, dan benadryl. Ini merupakan penarikan produk (recall)
yang keempat dalam tujuh bulan terakhir. Produk mereka dikatakan menyebabkan mual, sakit
perut, muntah-muntah, dan diare pada yang mengonsumsinya. Food and Drug Administration
(FDA) bertanggungjawab dalam memastikan suatu perusahaan memproduksi dan
mendistribusikan obat-obatan yang aman bagi konsumennya, berdasarkan current Good
Manufacturing Processes (cGMP) yang berisikan persyaratan minimum atas metode, fasilitas,
dan pengawasan yang digunakan dalam produksi dan pengemasan produk.

Pada tahun 2009, inspeksi FDA pada pabrik di Fort Washington dan Las Piedras memberikan
catatan atas beberapa masalah dengan “pengawasan laboratorium, proses pembersihan
peralatan, dan kegagalan mengidentifikasikan masalah”, tetapi ini dikatakan “telah diperbaiki
secara umum”. Selama tahun 2009, beberapa masalah telah diidentifikasi oleh FDA yang
membuat FDA mengirim surat peringatan kepada McNeil pada tanggal 15 Januari 2010,
namun manajemen McNeil maupun J&J tidak merespon untuk menjamin adanya investigasi
berkala dan resolusi atas permasalahan yang ditemukan FDA. Di saat yang sama, FDA
mengidentifikasi laporan kematian seorang anak perempuan berusia 6 tahun, namun tidak
bisa mengaitkannya dengan salah satu obat perusahaan.

Tanggal 19 Februari 2010, FDA menghubungi pegawai senior dari McNeil dan perusahaan
induk J&J untuk rapat dan membahas penarikan kembali dan surat peringatan kala itu dan
kegagalan untuk melapor kembali ke FDA. Dalam rapat, FDA diberitahu bahwa perubahan
struktur, manajemen baru, dan konsultan baru akan ditempatkan untuk mengatasi masalah-
masalah itu.

Pada 21 Juli 2010, FDA merilis laporan investigasi pada pabrik J&J di Lancaster PA yang
mengindikasikan adanya kebiasaan mengabaikan peraturan manufakturing dan kualitas,
kegagalan menginvestigasi masalah dapat berdampak pada komposisi produk, kecerobohan

8
dalam membersihkan dan menjaga peralatan, dan pencatatan yang buruk. Laporan ini
memuat 12 tipe pelanggaran yang dilakukan. Menurut Associated Press, pada hari di mana
laporan ini terbit, saham J&J jatuh sebesar 2,5 persen menjadi $57,12. Estimasi biaya recall
dan penutupan pabrik di Fort Washington adalah sebesar $600juta di tahun 2010. Manajer
pabrik Fort Washington dipecat dan 300-400 orang kehilangan pekerjaannya.

Jawaban Kasus J & J


1. Pihak yang seharusnya bertanggungjawab atas kesalahan ini adalah manajemen
perusahaan & Food and Drug Administration (FDA). Sebab, pihak lab di McNeil (Anak
perusahaan J&J) dan prosedur produksi obat tidak sesuai aturan cGMP. Seharusnya
manajemen lebih intens memonitoring segala aktivitas produksi obat. Kesalahan
kandungan obat sangatlah berbahaya. Akibat kesalahan kandungan obat bisa membuat
orang yang mengkonsumsinya mengalami gangguan bahkan jiwanya dapat terancam.
2. Prosedur yang harus dirubah dalam kasus ini adalah memperbaiki dan memperkuat
sistem pengawasan atas produksi obat hingga pendistribusian, serta manajemen juga
harus menjalankan seluruh prosedur yang ada dalam memproduksi dan mendistribusikan
obat sesuai dengan current Good manufacturing Processes yang sudah ditetapkan. Untuk
memperbaiki kondisi yang buruk ini, CEO perusahaan telah melakukan langkah-langkah
penyelamatan nyawa konsumen dan penyelamatan kelangsungan hidup perusahaan.
Kedua hal tersebut hanya bisa dicapai melalui kepercayaan. J&J mampu menjawab
kepercayaan tersebut dengan usaha merubah kemasan menjadi lebih aman dengan
menciptakan sistem packaging yang lebih baik. Walaupun kos pengemasan jauh lebih
aman, J&J tidak menaikkan harga obat. Mereka telah berorientasi dengan nyawa
konsumen dan kelangsungan hidup perusahaan dengan mengorbankan profit.
3. Langkah-langkah FDA untuk memperbaiki kondisi yaitu dengan mengirim surat
peringatan pada tanggal 15 Januari 2010, untuk McNeil, dan manajemen puncak McNeil
atau J & J telah menanggapi dengan menjamin penyelidikan yang tepat waktu dan
resolusi masalah yang diangkat. Pada waktu yang sama, FDA menyelidiki laporan
kematian seorang gadis berusia 6 tahun tapi tidak bisa menghubungan kematiannya ke
salah satu obat perusahaan.
4. Orang J&J berperilaku berbeda hampir 30 tahun kemudian. Hal ini dikarenakan J&J
telah merubah segala prosedur produksi yang menyimpang, dan membangun opini
publik yang baik dengan meningkatkan pengawasan dalam proses produksi. J&J selaku
perusahaan induk memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi.

9
5. Perkiraan kerugian yang dialami J&J akibat masalah ini adalah menurut Associated
Press, saham J & J turun 2.5 persen menjadi $57.12. Tahun 2010 perkiraan biaya
penarikan dan penutupan pabrik Fort Washington adalah $600 juta.

10
Review Artikel Nasional

PENGARUH PERSEPSI PERAN ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL,


SIFAT MACHIAVELLIAN, DAN PREFERENSI RISIKO TERHADAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
(STUDI PADA KONSULTAN PAJAK DI KOTA MALANG)
Tirta Hadi Kusuma, Hamidah Nayati Utami dan Ika Ruhana

1. Area Of Interest
Penelitian ini berfokus pada bagaimana tindakan konsultan sebagai agen perpajakan
dalam menghadapi klien-klien yang menginginkan penekanan jumlah pajak, sedangkan
kunsultan mesti mematuhi peraturan perpajakan guna menambah pemasukan negara.
Kode etik atau standar profesi konsultan pajak IKPI sudah diberikan pada saat pertama
kali bergabung menjadi anggota IKPI sehingga penelitian tentang pengambilan keputusan
etis konsultan pajak layak diuji pada objek penelitian tersebut.

2. Fenomena Penelitian
Pajak merupakan sektor yang mempunyai peran vital dalam penerimaan negara.
Prosentase penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
setiap tahunnya selalu meningkat. Konsultan pajak berperan sebagai agen perpajakan dan
juga intermediary antara WP dan fiskus yang merepresentasikan Wajib Pajak yang patuh
terhadap peraturan perpajakan guna meningkatkan pemasukan Negara. Sedangkan di sisi
lain konsultan pajak juga harus memenuhi keinginan klien untuk membayar pajak
seminim mungkin pada saat yang bersamaan. Pengambilan keputusan etis merupakan
sebuah proses dalam menentukan sebuah keputusan yang sesuai etika.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Persepsi Peran Etika dan
Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, dan Preferensi Risiko secara bersama-sama
maupun parsial terhadap Pengambilan Keputusan Etis.

11
4. Dasar Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
a) Nilai-nilai
Nilai-nilai pengambilan keputusan merupakan pedoman dan keyakinan dasar yang
digunakan ketika berhadapan dengan situasi dimana harus dilakukan suatu pilihan.
Etika tidak bisa lepas dari norma dan nilai yang berpengaruh terhadap
pembentukan etika dan moral individu.

b) Kepribadian
Para pengambil keputusan dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, baik
secara sadar maupun secara tidak sadar. Hal ini dapat dikatanan sebagai
kepribadian, yang tampak jelas dari pilihan yang dilakukan.

c) Kecenderungan Mengambil Risiko


Pengambilan risiko adalah kepribadian yang menakar segala keputusannya dengan
risiko. Individu yang memiliki keinginan memperoleh hasil tinggi akan berani
mengambil risiko tinggi (agresif), sedangkan individu dengan tingkat hasil rata-
rata akan mengambil risiko yang lebih rendah (konservatif).

Faktor-faktor perilaku Konsultan pajak


a) Persepsi peran etika dan tanggungjawab social
Persepsi adalah proses interpretasi seseorang terhadap lingkungannya. Pengertian
etika bagi konsultan pajak adalah suatu aspek intrinsik yang melengkapi
saransaran perpajakan. Konsultan pajak berperan dalam hal pembentukan
moralitas perpajakan, karena terlibat dalam proses pengambilan keputusan
perusahaan dimana mereka menjadi konsultan.

b) Sifat Machiavellian
Menurut Hardiman, Machiavelli memandang manusia sebagai suatu mahluk yang
dikendalikan oleh kepentingan diri, mahluk irasional yang tingkah-lakunya
diombangambingkan oleh emosi-emosinya. Menurut Christie bahwa individu
yang cenderung bersifat machiavellian memiliki karakteristik yang manipulatif,
persuasif, tidak etis, dan penuh dengan kebohongan.

12
c) Preferensi risiko
Kecenderungan mengambil risiko adalah satu aspek yang sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Setiap keputusan terdapat beberapa kemungkinan atau
alternatif untuk dipilih. Konsekuensikonsekuensi terkandung dalam setiap
alternatif keputusan. Konsultan pajak yang handal dalam melakukan perencanaan
pajak (tax planning) akan memberikan rekomendasi yang agresif terhadap klien
pajaknya

Pengambilan keputusan etis


Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih.
Hal yang membedakan pengambilan keputusan etis dengan jenis pengambilan keputusan
yang lain yaitu terletak pada apa yang disebut sebagai prinsip-prinsip etis. Pertama, pada
alasan yang digunakan dalam menghasilkan suatu keputusan. Kedua, pada fakta bahwa
pengambil keputusan menerima prinsip yang dipersoalkan itu sebagai bagian dari
pandangan moralnya yaitu tentang baik dan buruknya. Pengambilan keputusan etis yaitu
proses pemilihan suatu cara dari beberapa alternatif dan keputusan yang dihasilkan tidak
melanggar norma hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

5. Hipotesis
Model hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Persepsi Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, dan
Preferensi Risiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan
Keputusan Etis.
H2: Persepsi Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, dan
Preferensi Risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan
Keputusan Etis.

6. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatori (explanatory research)
dengan pendekatan kuantitatif. “Penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menyoroti
hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya” (Singarimbun dan Effendi, 2006:5). Penelitian dilakukan pada
konsultan pajak yang terdaftar di IKPI cabang Malang dengan menggunakan teknik

13
sampel jenuh. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Sampel yang
digunakan sejumlah 34 responden atau dengan tingkat pengembalian sebesar 87,2%.

7. Hasil Penelitian
a) Pengaruh Persepsi Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial terhadap
Pengambilan Keputusan Etis
Hasil penelitian ini menunjukkan Peranan Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam
persepsi konsultan pajak resmi dapat menuntun dalam memilih tindakan yang sesuai
jika dihadapkan pada dilema etika. Konsultan Pajak yang terdaftar di IKPI cabang
Malang memiliki Kode Etik Profesi yang senantiasa digunakan sebagai pedoman
dalam bertindak dan berperilaku. Keputusan yang diambil oleh konsultan pajak
dengan dasar etika dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral dan hukum.

b) Pengaruh Sifat Machiavellian terhadap Pengambilan Keputusan Etis


Sifat Machiavellian secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Pengambilan Keputusan Etis. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Jiwo (2011) dan Adriana (2013) yang menyimpulkan bahwa Sifat
Machiavellian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan Keputusan
Etis. Variabel Sifat Machiavellian dari hasil pengujian menghasilkan nilai negatif
yang artinya setiap kenaikan tingkat Sifat Machiavellian maka akan meningkatkan
kecenderungan individu melakukan pengambilan keputusan yang tidak etis.

c) Pengaruh Preferensi Risiko terhadap Pengambilan Keputusan Etis


Preferensi Risiko secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
Pengambilan Keputusan Etis. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada penelitian Adriana (2013) yang dalam hasil penelitiannya
mempunyai kesimpulan bahwa Preferensi Risiko berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Pengambilan Keputusan Etis pada Konsultan Pajak. Objek dalam
penelitian ini sama dengan yang diteliti Adriana (2013) yang meneliti Konsultan
Pajak dan hasil yang diperoleh adalah sama.

8. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan atas variabel Persepsi Peran Etika dan
Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, dan Preferensi Risiko, dan Pengambilan

14
Keputusan Etis dengan menggunakan studi pada konsultan pajak yang terdaftar di IKPI
cabang Malang adalah sebagai berikut:
a) Mayoritas responden menyatakan setuju dengan Persepsi Peran Etika dan Tanggung
Jawab Sosial, mayoritas responden menyatakan tidak setuju dengan Sifat
Machiavellian, mayoritas responden menyatakan tidak setuju dengan Preferensi
Risiko, dan mayoritas responden menyatakan setuju dengan Pengambilan Keputusan
Etis.
b) Persepsi Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, dan Preferensi
Risiko secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pengambilan Keputusan
Etis.
c) Persepsi Peran Etika dan Tanggung Jawab Sosial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pengambilan Keputusan Etis, Sifat Machiavellian berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap Pengambilan Keputusan Etis serta Preferensi Risiko
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Pengambilan Keputusan Etis.

9. Saran
Saran bagi penelitian selanjutnya, sampel bisa diperluas lagi, penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada konsultan pajak yang menjadi anggota asosiasi konsultan pajak lainnya,
penelitian selanjutnya dapat menambah variable-variable lainnya, dan Penelitian
selanjutnya bisa menghilangkan kata etis pada variabel pengambilan keputusan etis,
karena kata etis memberikan nilai positif pada veriabel tersebut sehingga ada
kecenderungan faktor-faktor positif yang akan lebih berpengaruh pada model persamaan
dalam penelitian.

15
Review Artikel Internasional

CONVERGENCE IN INTERNATIONAL BUSINESS ETHICS? A COMPARATIVE


STUDY OF ETHICAL PHILOSOPHIES, THINKING STYLE, AND ETHICAL
DECISION-MAKING BETWEEN US AND KOREAN MANAGERS
Yongsun Paik • Jong Min Lee • Yong Suhk Pak
J Bus Ethics DOI 10.1007/s10551-017-3629-9

1. Area of Interest
Penelitian ini berfokus pada menyelidiki hubungan antara filsafat etika dalam
pengambilan keputusan etis. Etika bisnis tidak bersifat universal maupun statis yang
berkaitan erat dengan dua parameter: waktu dan budaya. Nilai dan prinsip etika berubah
seiring waktu.

2. Fenomena Penelitian
Selama dua dekade terakhir, globalisasi bisnis sangat fenomenal, dan dampaknya telah
dipelajari secara luas di berbagai bidang penelitian bisnis internasional termasuk etika
bisnis. Pendukung perspektif konvergensi berpendapat bahwa globalisasi mempromosikan
nilai-nilai umum, norma dan sikap manajer bisnis di seluruh negara sebagai industrialisasi
memaksa individu, terlepas dari budaya, untuk mengadopsi sikap dan perilaku industri
seperti rasionalisme dan sekularisme untuk bertahan hidup di masyarakat industri modern.
Secara khusus, mengingat bahwa etika bisnis adalah fungsi dari waktu dan budaya, apakah
perbedaan nasional dalam pengambilan keputusan etis manajerial masih tetap atau
menjadi lebih kecil dari waktu ke waktu merupakan penyelidikan yang menarik ke dalam
etika bisnis internasional. Aspek lain yang penting, tetapi kurang berkembang, etika bisnis
internasional menyangkut hubungan antara gaya berpikir manajer dan pengambilan
keputusan etis manajerial mereka. Literatur telah mengungkapkan bahwa manajer dengan
gaya berpikir yang berbeda, atau gaya kognitif, memandang situasi atau dilema etis sangat
berbeda.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara gaya berpikir dan
pengambilan keputusan etis di Korea.

16
4. Dasar Teori
Teori Posisi Etika
Teori posisi etis menyatakan bahwa orang memiliki berbagai tingkat idealisme dan
relativisme yang menentukan filosofi moral mereka. Teori ini mengidentifikasi empat
filosofi moral atau posisi etis yang berbeda: (1) situasionisme (idealisme tinggi/relativisme
tinggi), (2) subjektivisme (idealisme rendah/relativisme tinggi), (3) absolutisme (idealisme
tinggi/relativisme rendah), dan (4) exceptionism (idealisme rendah/relativisme rendah).

Teori Kontrak Sosial


Teori ini berpendapat bahwa definisi sosial perilaku etis dapat berasal dari dua jenis norma
etika yang berbeda, yaitu 'hypernorms' dan 'norma komunitas.' Hypernorms mengacu pada
prinsip-prinsip dasar eksistensi manusia yang beroperasi melintasi konteks budaya dan
berfungsi sebagai kerangka kerja konseptual kunci untuk menyelesaikan masalah etika
dalam konteks global dan sebagai pedoman dalam mengevaluasi norma-norma moral
tingkat rendah. Namun, kontrak makrososial mensyaratkan ruang bebas moral
memungkinkan adanya 'kontrak mikro' spesifik komunitas yang menetapkan norma-norma
moral yang relevan dengan komunitas lokal selain hypernorms. Namun, perlu dicatat
bahwa, sementara masyarakat dapat menciptakan norma-norma komunitas yang berbeda
dari komunitas lain, norma-norma komunitas tidak seharusnya bertentangan dengan
hypernorms.

5. Hipotesis
H1: Manajer Korea menggunakan filosofi utilitarian aturan lebih banyak untuk
pengambilan keputusan etis, dibandingkan dengan dua dekade terakhir.
H2: Manajer Korea dengan gaya berpikir linier / nonlinier yang seimbang akan lebih
cenderung membuat keputusan etis daripada manajer dengan gaya berpikir linier
atau nonlinear yang dominan.

6. Metode Penelitian
Sampel dalam penelitian in adalah 270 manajer dan professional bisnis dari 16
perusahaan Korea yang berbeda dari berbagai ukuran di berbagai industri. Peneliti
melakukan survei pada tahun 2012 untuk mengumpulkan data tentang gaya berpikir
manajer Korea dan pengambilan keputusan etis manajerial mereka bersama dengan
filosofi etis mereka. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner.

17
7. Temuan
Proporsi utilitarianisme tindakan dan aturan yang dipekerjakan oleh manajer Korea pada
tahun 2012 mengungkapkan perubahan signifikan dibandingkan dengan hasil yang
disajikan pada tahun 1995. Meskipun tingkat perubahan dalam respons terhadap dilema
etis yang berbeda bervariasi, peneliti menemukan tren yang berkembang dari manajer
Korea yang menggunakan lebih banyak filosofi utilitarian aturan di semua dilema etis
kecuali untuk masalah paternalisme.
Analisis tidak mengungkapkan perbedaan yang signifikan di antara berbagai jenis pemikir
di semua sketsa. Meskipun secara statistik menunjukkan bahwa manajer dengan cara
berpikir yang lebih seimbang memiliki niat perilaku yang sedikit lebih etis dalam sketsa
2, peneliti tidak menemukan perbedaan rata-rata yang signifikan secara statistik pada
sketsa lainnya.

8. Simpulan
Manajer Korea menjadi lebih bergantung pada utilitarianisme aturan untuk pengambilan
keputusan etis selama dua dekade terakhir, yang dominan digunakan oleh manajer
Amerika Serikat, menguatkan hipotesis konvergensi penelitian yang dibangun berdasarkan
teori kontrak sosial. Namun peneliti menemukan bahwa manajer dengan gaya berpikir
linier dan nonlinier tidak selalu membuat keputusan yang lebih etis dibandingkan dengan
manajer dengan gaya berpikir linier atau nonlinear.

9. Riset selanjutnnya
Penelitian selanjutnya dapat mengidentifikasi mekanisme yang mendasari hubungan
antara gaya berpikir dan filosofi etika. Selain itu, penelitian selanjutnya juga dapat
mengungkap hubungan antara gaya berpikir dan filosofi etika akan sangat meningkatkan
pemahaman kita tentang dasar kognitif etika bisnis.

18
19

Anda mungkin juga menyukai