NILAI SAHAM
OLEH:
KELOMPOK II
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
1. PENDAHULUAN
Nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar
(market value), dan nilai instrisik (intrisic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut
pembukuan perusahaan emiten. Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai
instrisik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Memahami tiga konsep nilai merupakan hal
yang perlu dan berguna untuk mengetahui saham yang bertumbuh (growth) dan murah
(undervalued). Pertumbuhan perusahaan menunjukkan Investment Opportunity Set (IOS) atau
set kesempatan investasi dimasa datang. Perusahaan yang bertumbuh mempunyai rasio lebih
besar dari nilai satu, yang berarti pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan tersebut lebih
besar dari nilai bukunya. Nilai pasar dan nilai instrisik dapat digunakan untuk mengetahui
saham-saham yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai pasar yang lebih kecil dari
nilai instrisik menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah karena investor
membayar saham lebih kecil dari yang seharusnya dibayar.
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔
Nilai buku per lembar = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
Jika perusahaan mempunyai dua kelas saham, yaitu saham preferen dan saham biasa.
Maka perhitungan nilai buku per lembar untuk masing – masing kelas saham lebih rumit
dibandingkan hanya mempunyai saham biasa saja. Adapun perhitungan nilai buku per lembar
saham untuk dua macam kelas saham adalah sebagai berikut ini:
a) Hitung nilai ekuitas saham preferen dihitung dengan mengalikan nilai tebus
ditambah dengan dividends in arrears dengan lembar lembar saham preferen yang
beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan.
b) Hitung nilai ekuitas saham dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan
nilai ekuitas saham preferen.
c) Nilai buku saham biasa dihitung dengan membagi nilai ekuitas saham biasa dengan
jumlah lembar saham biasa yang beredar.
Contoh :
Suatu perusahaan mengotorisasi untuk menerbitkan saham biasa sebanyak 1.000.000 lembar
dengan nilai nominal Rp 5.000. Pada tanggal 18 Februari 2015, perusahaan mengeluarkan
sebanyak 800.000 per lembar. Dari penjualan saham biasa ini perusahaan mendapatkan kas
sebesar Ro 6.400.000.000 (800.000 x Rp 8.000) yang terdiri dari :
Modal saham biasa 800.000 x Rp 5.000 =Rp 4.000.000.000
Agio saham biasa 800.000 x Rp 3.000 =Rp 2.400.000.000
Total Kas Diterima =Rp 6.400.000.000
Pada tanggal 17 November 2015, perusahaan membeli balik saham biasa yang beredar
sebagai saham treasuri sebanyak 100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 15.000.
Nilai total saham reeasuri adalah :
Saham treasuri = 100.000 x Rp 15.000
= Rp 1.500.000.000
Selanjutnya pada tanggal 5 Desember 2015 sebanyak 20.000 lembar saham treasuri dijual
kembali dengan harga Rp 17.500 per lembarnya. Dari penjualan saham treasuri ini
perusahaan mendapatkan kas sebesar Rp 350.000.000 (20.000 x Rp 17.500) yang terdiri dari :
Modal saham treasuri 20.000 x Rp 15.000 = Rp 300.000.000
Agio saham treasuri 20.000 x Rp 2.500 = Rp 50.000.000
Total kas diterima = Rp 350.000.000
Pada tanggal neraca 31 Desember 2015 posisi saham treasuri perusahaan adalah sebanyak
80.000 lembar (100.000 lembar pada tanggal 17 November dan dijual 20.000 lembar pada
tanggal 5 Desember). Nilai dari saham treasuri ini adalah sebesar Rp 1.200.000.000 (Rp
1.500.000.000 – Rp 300.000.000). Saham treasuri ini adalah milik perusahaan, bukan milik
pemegang saham biasa, sehingga akan mengurangi total nilai ekuitas. Misalnya laba ditahan
untuk akhir tahun ini adalah sebesar Rp 550.000.000 maka penyajian ekuitas yang nampak di
neraca adalah sebagai berikut.
EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Modal Disetor :
Modal Saham
Saham biasa, nominal Rp 5.000 diotorisasi sebanyak
1.000.000 lembar, 800.000 dikeluarkan dengan harga
Rp 8.000 dan sebanyak 720.000 lembar saham beredar Rp 4.000.000.000
Total Modal Saham Rp 4.000.000.000
Tambahan Modal Disetor :
Agio Saham Biasa Rp 2.400.000.000
Agio Saham Treasuri Rp 50.000.000
Total Tambahan Modal Disetor Rp 2.450.000.000
Total Modal Disetor Rp 6.450.000.000
Laba Ditahan Rp 550.000.000
Total Laba Disetor dan Laba Rp 7.000.000.000
Dikurangi :
Saham Treasuri (80.000 lembar) (Rp 1.200.000.000)
TOTAL EKUITAS Rp 5.800.000.000
Jumlah saham biasa yang beredar pada tanggal neraca adalah sebanyak :
Tanggal 18 Februari dijual sebanyak 800.000 lembar
Tanggal 17 November membeli balik sebanyak 100.000 lembar -
Jumlah saham biasa beredar 700.000 lembar
Tanggal 5 Desembar Dijual kembali sebanyak 20.000 lembar +
Jumlah saham beredar akhir tahun 720.000 lembar
Nilai total ekuitas pada akhir tahun adalah Rp 5.800.000.000. Karena perusahaan hanya
mempunyai sebuah kelas saham saja, yaitu saham biasa maka nilai buku perlembar saham
biasa dihitung :
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑬𝒌𝒖𝒊𝒕𝒂𝒔
Nilai buku per lembar = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓
𝑅𝑝 5.800.000.000
= 720.000
= Rp 8.056
3. NILAI PASAR
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai
yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham
yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar
ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.
4. NILAI INTRINSIK
Nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan disebut dengan nilai fundamental
atau nilai intrinsik. Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai
sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis)
atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). Analisis
fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan
perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain sebagainya) sedangkan
analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi
saham) untuk menentukan nilai dari saham. Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi
dalam menentukan harga saham, sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh
akademisi. Ada dua pendekatan untuk menghitung nilai saham melalui analisis fundamental
yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio
approach)
4.1 PENDEKATAN NILAI SEKARANG
Pendekatan nilai sekarang juga disebut metode kapitalisasi laba karena melibatkan
proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika
investor percaya bahwa nilai dari perusahaan tergantung prospek perusahaan tersebut di masa
mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran
kas dimasa depan, maka nilai perusahan tersebut dapat ditentukan dengan mendiskontokan
nilai-nilai arus kas (cash flow) di masa depan menjadi nilai sekarang sebagai berikut:
∞
𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐊𝐚𝐬𝐭
𝐏𝟎 = ∑
(𝟏 + 𝐤)𝐭
𝐭=𝟏
Notasi:
P0 = Nilai sekarang dari perusahaan (value of the firm)
t = Periode waktu ke t dari t=1 sampai ∞
k = Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan
(required rate of return).
Arus kas merupakan komponen dalam penentuan nilai perusahaan. Sebagai alternatif
dari arus kas, laba juga dapat digunakan untuk menghitung nilai perusahaan. Laba (earnings)
dapat ditahan sebagai sumber dana internal atau dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan
alasan, bahwa dividen merupakan satu-satunya arus pendapatan yang diterima oleh investor,
model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto arus kas untuk
menghitung nilai intrinsik saham sebagai berikut.
∞
𝐃𝐭
𝐏𝟎 = ∑
(𝟏 + 𝐤)𝐭
𝐭=𝟏
Notasi:
Dt = dividen yang dibayarkan periode ke-t
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kesepuluh.
BPFE:Yogyakarta.