PENDAHULUAN
hanya antar individu tetapi juga antar lembaga atau badan hukum lainnya. Hukum
adalah tata aturan sebagai suatu sistem aturan aturan-aturan tentang perilaku manusia.
Dengan demikian hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal, tetapi seperangkat
aturan yang memilki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem.
satu aturan saja. Pernyataan bahwa hukum adalah suatu tata aturan tentang perilaku
manusia tidak berarti bahwa tata hukum hanya terkait dengan perilaku manusia, tetapi
juga dengan kondisi tertentu yang terkait dengan perilaku manusia. Setiap aturan
tertentu dalam kondisi tertentu. Kondisi tersebut tidak harus berupa tindakan manusia,
tetapi dapat juga berupa suatu kondisi. Namun, kondisi tersebut baru dapat masuk
dalam suatu aturan jika terkait dengan tindakan manusia, baik sebagai kondisi atau
sebagai akibat. Setiap pelanggar hukum yang ada, aka dikenakan sanksi berupa
diterima oleh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus
sesuai dan tidak bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.
Pertanyaan mengenai ”apa itu hukum” tampaknya adalah suatu pertanyaan yang
sangat mendasar dan sangat tergantung dari konsep pemikiran dari hukum itu sendiri,
sehingga jawabannya pun mungkin akan terus berkembang sesuai mazhab dan aliran-
aliran yang dikemukakan dalam melakukan pendekatan secara kualitatif tentang makna
hukum. Yang jelas perlu dipahami bahwa tujuan hukum adalah terciptanya suatu
Tujuan hukum ini tentunya akan tercapai apabila didukung oleh tugas hukum, yakni
terhadap hukum juga semakin kompleks, banyak bermunculan pemikiran dari pakar-
pakar hukum yang melahirkan aliran-aliran atau mzhab-mazhab. Salah satu aliran yang
akan dibahas adalah aliran utilitarianisme yang dapat dimasukkan dalam ajaran moral-
praktis. Penganut aliran utilitarianisme ini menganggap bahwa tujuan hukum semata-
sosial bahwa setiap warga masyarakat mencari kebahagiaan dan hukum merupakan
salah satu alatnya. Hukum harus mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
Salah satu penganut aliran utilitarianisme adalah Jeremy Bentham yang inti
ajarannya yaitu “tujuan hukum dan wujud keadilan adalah untuk mewujudkan the
Sistem hukum Indonesia sebagai sebuah sistem aturan yang berlaku di negara
Indonesia adalah sistem yang sedemikian rumit dan luas, yang terdiri atas unsur-unsur
hukum, dimana diantara unsur hukum yang satu dan yang lain saling berkaitan, saling
mempengaruhi serta saling mengisi. Oleh karenanya pembicaraan satu bidang atau
unsur subsistem hukum yang berlaku di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari yang lain,
sehingga mirip dengan tubuh manusia, unsur hukum bagaikan suatu organ yang
hukum yang hakiki. Setiap Aliran dalam Filsafat hukum memberi sumbangsih pada
perjalanan hukum, Salah satu aliran Filsafat Hukum itu akan dikaji dengan melihat
aliran yang menarik untuk dikaji karena merupakan aliran yang melihat tujuan hukum
BAB II
KAJIAN TEORITIS
KEMANFAATAN
MEMBERI
Dari sketsa aliran utilitarianisme di atas terliihat bahwa hukum harus memberi
kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya orang, namun menurut aliran kalau hukum itu
pakar ilmu hukum yang menganut aliran ini. Penganut utilistis ini adalah Jeremy
bentham, John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering. Namun demikian terdapat perbedaan
sedangkan utilitarianisme sosiologis Rudolf von Jhering adalah bapak utilitarisme. 4[4]
utilitarianisme perbuatan, selain itu dikenal juga utilitarianisme aturan dari filosof
1. Utilitarianisme Perbuatan
keuntungan, kesenangan dan kepuasan manusia. Dalam hukum tidak ada masalah
kebaikan atau keburukan, atau hukum yang tertinggi atau yang tertinggi dalam ukuran
nilai. Bentham berpandangan bahwa tujuan hukum adalah hukum dapat memberikan
kejahatan yang didasarkan atas berat tidaknya pelanggaran dan yang terakhir ini diukur
dan masyarakat. Suatu pelanggaran yang merugikan orang lain, menurut Bentham
besar. 5[5]
1. Tujuan hukum adalah hukum dapat memberikan jaminan kebahagiaan kepada individu-
individu baru orang banyak. Prinsip utiliti Bentham berbunyi ”the greatest heppines of
orang.
2. Prinsip itu harus diterpkan secara Kuatitatif, karena kualitas kesenangan selalu sama.
Alam
Kebahagiaaan Kesusahan
Manusia
Hukum
Memelihara Kemanfaatan
Umum
(1864).
1) Mill mengkritik pandangan Bentham bahwa kesenangan dan kebahagiaan harus diukur
kesenangan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih rendah. Kualitas
2) Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan yang terlibat dalam suatu
kejadian, bukan kebahgiaan satu orang saja yang barangkali bertindak sebagai pelaku
utama.
naluri manusia untuk menolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri
sendiri maupun oleh siapa saja yang mendapatkan simpati dari kita. Perasaan keadilan
kepentingan individual, melainkan lebih luas dari itu, sampai kepada orang lain yang
kita samakan dengan diri kita sendiri. Hakikat keadilan mencakup semua persyaratan
MengejarKesenangan MenghindariPenderitaan
MemeliharaKemanfaatan
JaminanKebahagiaan
Gambar 3. SketsaAjaran RodolfVon Jhering
butir : 7[7]
1) Jhering menolak pandangan von Savigy yang berpendapat bahwa hukum timbul dari
2) Romawi, dapat dikaterisir sebagai suatu System des disciplin Egoismus (sitem egoisme
itu dianggap berguna bagi bangsa yang dapat diterima sebagai hukum. Jadi Jhering
3) Karena hukum senantiasa sesuai dengan kepentingan negara, maka tentu saja hukum
itu tidak lahir spontan, melainkan dikembangkan secara sistematis dan rasional, sesuai
bangsa, tetapi tidak spontan, yang penting bukan jiwa bangsa, tetapi pengelolahan
4) pengelolahan hukum dinamai Jhering dengan istilah Tekhnik Hukum. Teknik Hukum ini
pakar hukum untuk menguasai hukum positif secara rasional, dengan tujuan agar
5) Rasionalisai hukum dalam teknik hukumnya Jhering itu berlangsung dua tahap :
adalah
kualitas.
Rasionalisasi kedua ini bahwa hukum ditingkatkan menjadi ide-ide dan institusi-institusi
- Mencari aturan intern tata hukum. Ditujukann pada suatu pengertian menyeluruh
- Mempertimbangkan kualitas dan nilai bagian-bagian tata hukum untuk dapat sampai
semata, logis dan abstrak. Karena itu ajaran Jhering ini dinamai : begriffjurisprudenz
(keahlian hukum berdasarkan kepentingan sosial). Hal ini tampak dibawah ini :
....the essense of law a expressed in tis purpose, which was the protection of the
interest of sicoety and the individual by coordinating those interest, thus minimazing
circumstances likely to laki to conflict. Under the law, interest of society will have
precedences in the event or conflict. Tehe needs of men within sosiecty dominanted
(Esensi hukum yang tercermin dalam tujuannya adalah untuk melindungi kepentingan-
8) Menurut Jhering
”Law is the sum of the condition of social life in the widest sense of the term, as secured
by the power of the state through the sense of the external compulsion.”
sangat luas yang ditegakkan oleh kekuasaan negara melalui usaha paksaan dari luar).
9) Paksaaan dan kekuasaan merupakan uansur esensial hukum, dalam hubungan ini
Legal rules necessitate compulsion and force; without them the rules were like a fire
(Aturan hukum membutuhkan kekuasaan;tanpa itu aturan-aturan bagikan api yang tidak
panas).
10) The function of the law to secure and to maintain the foundation of social life.
11) Fungsi hukum adalah untuk menjamin dan memelihara pondasi kehidupan sosial.
12) Jhering memandang esensi hukum merupakan kehendak nyata untuk melindungi
lebih didahulukan.
seharusnya dikorbankan dan ini hanya mungkin tercapai melalui :asas-asas gerak
sosial” (social motion). Gerak sosial ini mendapat tiga jenis pengaruh :
a) Pengaruh egoistis
Pengaruh egoistis ini dari imbalan dan paksaan, dapat digunakan untuk mengorbankan
- Implikasi perlakuan unsur paksaan membuat ide hukum dan negar dapat dilaksanakan.
b) Pengaruh altruistik
2. Utilitarianisme Aturan
keseluruhan diuji dengan prinsip kegunaan. Kalau begitu, perbuatan adalah baik secara
moral, bila sesuai dengan aturan yang berfungsi dalam sistem aturan moral yang paling
Utilitarianisme. diakui bahwa dengan demikian kita bisa lolos dari banyak kesulitan yang
sendiri tidak tanpa kesulitan juga. Kesulitan utama timbul, jika terjadi konflik antara dua
aturan moral. Misalnya, seorang kepala keluarga mencuri auang utnuk dapat membeli
obat tersebut, segera ia akan mati. Bapak itu sudah berusaha seribu satu cara untuk
memperoleh uang yang sangat diperlukan itu, tetapin selalu gagal. Tinggal
kemungkinan terakhir ini : mencuri. Di sini terdapat konflik antara dua aturan moral
:”orang tidak boleh mencuri” dan ”orang tua harus sekuat tenaga untuk menyelematkan
anaknya”. Dari dua aturan moral ini, yang mana paling penting? Untuk menjawab
pertanyaan ini harus kita lihat situasi konkret. Dan mungkin kebanyakan orang akan
mengatakan bahwa dalam situasi konkret tadi kepala keluarga itu boleh saja mencuri,
belas) konsepsi tentang hukum. Kedua belas konsepsi hukum yang dikemukakan oleh
Pound tersebut dipergunakan untuk menjelaskan gagasan tentang hak-hak asasi yang
sebenarnya berguna untuk menerangkan untuk apa sebenarnya hukum itu, dan
menunjukkan bahwa seberapa mungkin haruslah sedikit hukum itu, karena hukum
merupakan satu kekangan terhadap kebebasan manusia, dan kekangan itu walaupun
hanya sedikit menuntut pembenaran yang kuat. Hal inilah yang melatarbelakangi
adanya 12 konsepsi Pound tentang hukum, karena gagasan untuk apa hukum itu
terkandung sebagian besarnya di dalam gagasan tentang apa hukum itu, maka satu
tinjauan pendek mengenai gagasan tentang sifat hukum dipandang dari pendirian ini
akan sangat berguna dalam mepelajari tujuan hukum dari segi filososfis. Adapun ke-12
yang diturunkan oleh Tuhan untuk mengatur tindakan manusia, misalnya undang-
undang Nabi Musa, atau undang-undang Hammurabi, yang diturunkan oleh Dewa
Matahari setelah selesai disusun, atau undang-undang Manu yang didiktekan kepada
para budiman oleh putra Manu, Bhrigu namanya, di depan Manu sendiri dan atas
petunjuknya.
b. Ada satu gagasan tentang hukum sebagai satu tradisi dari kebiasaan lama yang
ternyata dapat diterima oleh dewa-dewa dan karena itu menunjukkan jalan yang boleh
ditempuh manusia dengan amannya. Sebab manusia primitif, yang menganggap dirinya
dilingkungi oleh kekuatan gaib di dalam alam yang banyak tingkah dan suka membalas
dilarang oleh mahkluk gaib. Dengan demikian ia dan orang sekampungnya akan
dimarahi oleh mahkluk gaib tersebut. Kesalahan umum menuntut supaya orang
melakukan hanya apa yang diperbolehkan, dan melakukan menurut cara yang
digariskan oleh kebiasaan yang sudah lama dituruti, setidaknya jangan melakukan apa
yang tidak disenangi oleh dewa-dewa. Hukum adalah himpunan perintah yang
tradisional akan dicatat, yang di alam kebiasaan itu dipelihara dan dinyatakan.
Bilamana kita menjumpai sehimpunan hukum primitif yang merupakan tradisi golongan
dipunyai oleh satu oligarchi politik, boleh jadi ia akan dianggap sebagai tradisi
golongan, persis seperti sehimpunan tradisi yang sama tetapi dipelihara oleh ulama
atau pendeta, pasti akan dipandang sebagai yang telah diwahyukan oleh Tuhan.
c. Gagasan ini rapat dengan yang kedua, yakni memahamkan hukum sebagai
kebijaksanaan yang dicatat dari para budiman di masa lalu yang telah dipelajari. Jalan
yang selamat, atau jalan kelakuan manusia yang disetujui oleh Tuhan. Apabila satu
kebiasaan tradisional dari keputusan dan kebiasaan tindakan telah dituliskan dalam
Demosthenes yang hidup dalam abad kekempat sebelum Masehi dapat melukiskan
d. Hukum dapat dipahamkan sebagai satu sistem asas-asas yang ditemukan secara
filasaft, yang menyatakan sifat benda-benda, dan karena itu manusia harus
sarjana hukum Romawi, yang sebenarnya merupakan cangkokan dari gagasan kedua
dan ketiga tadi, dan dari satu teori politik tentang hukum sebagai perintah dari bangsa
yang tercatat dan perintah bangsa-bangsa yang semata-mata sebagai pernyataan atau
pencerminan dari asas-asas yang dicari kepastiannya secara filsafat, harus diukur,
dibentuk, ditafsirkan , dan ditambah oleh yang tigta tadi. Setelah diolah oleh ahli-ahli
filsafat ini, konsepsi yang tersebut tadi kerapkali mendapat bentuk lain,
e. Sehingga kelima hukum dipandang sebagai satu himpunan penegasan dan pernyataan
f. Ada satu gagasan mengenai hukum sebagai satu himpunan persetujuan yang dibuat
manusia di dalam masyarakat yang diatur secara politik, persetujuan yang mengatur
hubungan antara yang seorang dengan yang lainnya. Ini adalah suatu pandangan
demokratis tentang identifikasi hukum dengan kaidah hukum, dan karena itu dengan
pengundangan dekrit dari negara kota yang diperbincangkan di dalam buku Minos dari
gagasan politik dan kewajiban moril yang melekat pada suatu janji akan dipergunakan
untuk menunjukkan mengapa orang harus menepati persetujuan yang mereka buat di
g. Hukum dipikirkan sebagai satu pencerminan dari akal Illahi yang menguatkan alam
semesta ini; satu pencerminan dari bagian yang menentukan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai satuan yang berkesusilaan, yang berbeda dengan
yang masih dilakukan, yang ditujukan kepada mahkluk lain selain manusia. Begitulah
konsepsi Thomas Aquino, yang mempunyai penganut banyak sampai abad ke-17 dan
h. Hukum telah dipahamkan sebagai satu himpunan perintah dari penguasa yang
berdaulat di dalam satu masyarakat yang disusun menurut satu sistem kenegaraan,
tentang bagaimana orang harus bertindak di dalam masyarakat itu, dan perintah itu
pada tingkat terakhir berdasarkan apa saja yang dianggap terdapat di belakang
Romawi pada masa republik dan masa klasik mengenai hukum positif. Dan karena
Kaisar memegang kedaulatan rakyat Romawi yang diserahkan kepada baginda, maka
mempunyai keuatan satu undang-undang. Cara berfikir serupa itu cocok dengan
memusatkan kerajaan Perancis pada abad ke-16 dan ke-17, dan dengan perantaraan
ahli-ahli hukum itu masuklah cara berfikir itu ke dalam hukum publik. Rupanya dia
dicocokkan dengan satu teori politik tentang kedaulatan rakyat yang menurut teori itu,
rakyat dianggap sebagai pengganti parlemen untuk memegang kedaulatan pada waktu
Revolusi Amerika, atau sebagai pengganti Raja Perancis pada waktu Revolusi
Perancis.
i. Satu gagasan yang menganggap hukum sebagai satu sistem pemerintah, ditemukan
kebebasan serupa itu pula, yang diberikan kepada kemauan orang-orang lain.
Gagasan ini yang dianut dalam salah satu bentuk oleh mazhab sejarah, telah membagi
ksetiaan sarjana hukum kepada teori hukum sebagai perintah dari pemegang
kedaulatan, dan hal in terjadi hampir di sepanjang abad yang lalu. Menurut anggapan
pada masa itu, pengalaman manusia yang menemukan prinsip hukum ditentukan
dengan sesuatu cara yang tak dapat dielakkan lagi. Ini bukanlah soal daya upaya
suatu gagasan mengenai hak dan keadilan, satu gagasan tentang kebebasan yang
mewujudkan dirinya di dalam pelaksanaan peradilan oleh manusia, atau oleh kerja-
kerja hukum yang biologis atau psikologis atau tentang sifat-sifat jenis bangsa, yang
kemudian menghasilkan sistem hukum daru suatu masa dan suatu bangsa yang
bersangkutan.
j. Orang menganggap hukum itu sebagai satu sistem asas-asas, yang ditemukan secara
filsafat dan dikembangkan sampai pada perinciannya oleh tulisan-tulisan sarjana hukum
dan putusan pengadilan, yang dengan perantaraan tulisan dan putusan itu kehidupan
lahir manusia diukur oleh akal, atau pada taraf lain, dengan tulisan dan putusan itu
kemauan tiap orang yang bertindak diselaraskan dengan kehendak orang lain. Cara
berfikir ini muncul pada abad ke-19 sesudah ditinggalkan teori hukum alam dalam
bentuk yang mempengaruhi pikiran hukum selama dua abad, dan filsafat diminta untuk
k. Hukum dipahamkan sebagai sehimpunan atau sistem kaidah yang dipikulkan atas
manusia di dalam masyarakat oleh satu kelas yang berkuasa untuk sementara buat
memajukan kepentingan kelas itu sendiri, baik dilakukan dengan sadar maupun tidak
sadar. Interpretasi ekonomis dari hukum ini banyak bentuknya. Di dalam satu bentuk
yang idealistis, yang dipikirkannya adalah pengembangan satu gagasan ekonomi yang
tak dapat dihindarkan. Di dalam satu bentuk sosiologis mekanis, pikirannya dihadapkan
pada perjuangan kelas atau satu perjuangan untuk hidup di lapangan perekonomian,
dan hukum adalah akibat dari pekerjaan tenaga atau hukum yang terlibat atau
dipandang sebagai perintah dari pemegang kedaulatan, tetapi perintah itu seperti yang
ditentukan isi ekonomisnya oleh kemauan kelas yang berkuasa, pada gilirannya
ditentukan oleh kepentingan mereka sendiri. Semua bentuk ini terdapat dalam masa
peralihan dari stabilitas kematangan hukum ke satu masa pertumbuhan baru. Apabila
gagasan bahwa hukum dapat mencukupkan keperluan sendiri telah ditinggalkan, dan
orang mulai mencoba menghubungkan ilmu hukum dengan ilmu-ilmu sosial lainnya,
yang lebih dulu menonjol ialah hubungan dengan ilmu ekonomi. Tambahan lagi pada
mudah dianggap orang sebagai type darimperintah hukum, dan satu percobaan hendak
membentuk satu teori tentang pembuatan undang-undang oleh badan legislatif
l. Akhirnya ada satu gagasan tentang hukum sebagai perintah dari undang-undang
disempurnakan oleh pengalaman manusia mengenai apa yang akan terpakai dan apa
yang tidak terpakai di dalam penyelenggaraan peradilan. Teori type ini terdapat pada
akhir abad ke-19, tatkala orang mulai mencari dasar fisik dan biologis, yang dapat
ditemukan oleh pengamatan, dan bukan lagi dasar metafisik, yang ditemukan oleh
perenungan filsafat. Satu bentuk lain menemukan satu kenyataan sosial yang terakhir
dengan pengamatan dan mengembangkan kesimpulan yang logis dari kenyataan itu,
mirip seperti yang dilakukan oleh sarjana hukum metafisika. Ini adalah akibat lagi dari
dikenal dengan “Law as a tool of social engineering”. Untuk itu, Pound membuat
9) kesejahteraan social
Dari klasifikasi tersebut dapat ditarik dua hal penting, yaitu: Pertama, Pound
mengikuti garis pemikiran yang berasal dari von Jhering dan Bentham, yaitu berupa
pendekatan terhadap hukum sebagai ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam
kelanjutan dari apa yang telah dilakukan Jhering. Oleh karena itu, dilihat dari hal
menyadari prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkait dalam tiap-tiap persoalan khusus.
Dengan kata lain, klasifikasi tersebut membantu menghubungkan antara prinsip hukum
dan praktiknya.
a. Ketertiban Hukum
Tujuan hukum yang paling sederhana ialah hukum diadakan supaya terjaga
ketenteraman dalam masyarakat tertentu, tujuan hukum yang demikian ini sangat
penting artinya bagi masyarakat, karena dalam masyarakat yang disusun dalam suatu
b. Menjaga Perdamaian:
Tujuan hukum ialah untuk menjaga perdamaian dalam keadaan bagaimana saja, dan
dipelihara dengan mengorbankan apa saja. Pengertian hukum yang demikian ini
disebut sebagai hukum yang primitif, alasannya ialah bahwa perdamaian antara
kekerabatan yang satu dengan kekerabatan lain , antara orang-orang yang sekutu, dan
Tujuan hukum ketiga ini timbul, untuk mencegah pergeseran antar sesama masyarakat.
Hal ini disebabkan sistem kekerabatan semakin hilang dan digeser oleh orang-orang
yang kehilangan kekerabatan serta para pendatang, sementara itu orang-orang yang
adanya perlindungan hukum untuk kegiatan yang terkait ekonomi, yaitu tujuan
bebas, yang bertumpuk-tumpuk selama jaman pertengahan sebagai insiden dari sistem
kewajiban di dalam hubungan antar manusia dan sebagai pengucapan dari gagasan
yang statis.
b. Tujuan Konstruktif:
Tujuan ini berkembang pada saat hukum dagang memberikan efek kepada apa yang
dilakukan orang menurut kehendaknya, yang menilik niat bukan bentuknya, yang
melaksanakan kemauan tiap orang untuk menciptakan akibat hukum. Tujuan konstruktif
ini dikembangkan dari hukum Romawi dan kebiasaan saudagar dengan perantaraan
c. Menjaga Kestabilan:
Pada akhir abad ke-19, timbul pandangan hukum adalah keburukan, karena pada
hakekatnya hukum mengekang kebebasan orang, sehingga para sarjana hukum dan
itu pada akhir abad ke-19 gagasan hukum yang ada dipergunakan untuk mencapai
ke-17. Amerika mulai mengganti bentuk-bentuk organisasi politik yang ada pada Abad
Pertengahan di Eropa ketika aktor kunci, menanggapi beragam rangkaian insentif politik
dan ekonomi, membentuk koalisi yang mempengaruhi satu set pengaturan politik,
feodalisme, dan secara bertahap diganti dengan yang lain yakni negara berdaulat.
Pada tahun 1648, Perdamaian Westphalia menciptakan satu set prinsip yang disepakati
sebagai peraturan yang sah yang memberikan dasar normatif pertama untuk sistem
munculnya negara kota perdagangan Italia. Tidak ketinggalan juga peristiwa Revolusi
Perancis disertai gagasan tentang penentuan nasib sendiri oleh rakyat Perancis saat
itu. D. Ciri-ciri Sistem Negara Modern Berdasarkan sejarah dan latar belakang
munculnya sistem negara modern yang telah dijelaskan sebelumnya, ciri-ciri sistem
negara modern tidak lain adalah ciri-ciri negara Batas-batas wilayah yang jelas bangsa
(nation-state), yakni: dan tetap Struktur kekuasaan impersonal Legitimasi diambil dan
1. Jenis-jenis Negara Modern Ada beberapa jenis negara modern, yakni: Negara
2. Negara Liberal (Liberal State) : Negara dipisahkan dari pihak swasta. Demokrasi
BAB III
PEMBAHASAN
“utility” bermanfaat, berguna. Maka istilah inipun kemudian ditemukan dalam tujuan
hukum yakni “kemanfaatan”. Maka tujuan hukum disamping keadilan dalam pencapaian
utilitarianisme. Dari prinsip dasar di atas, jelas diketahui relevansi aliran utilitarianisme
dalam hukum di Indonesia yaitu memberikan pandangan bahwa tujuan hukum itu juga
harus memberikan kemanfatan. Tujuan hukum kemanfaatan itu merupakan salah satu
ajaran para penganutnya. Untuk menjawan rumusan masalah itu, kita dapat melihat
apakah rakyat Indonesia telah mencapai kebahagiaan secara individu, tetapi tidak
mungkin dapat mencapai kebahagiaan secara individu maka dapa dilihat seberapa
masalah tersebut.
dalam hal ini hukum di indonesia. Relevansinya itu merupakan salah satu pemikiran
yang mengkaji bagaimana tujuan hukum itu. Aliran utilsme yang menjelaskan bahwa
Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines). Jadi baik buruk atau adil
tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan
kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap
individu. Tetapi jika tidak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin), diupayakan agar
kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (bangsa
Indonesia) tersebut.
mengingat faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan hukum
manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang terbanyak. Ini berarti hukum
merupakan cerminan perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio semata.
Kehadiran tradisi negara modern yang mengikat dan tidak bisa dihindari
menyebabkan sulitnya tercapai tujuan hukum yang sebenarnya, namun aliran ini dapat
pendekatan terhadap hukum ke arah tujuan sosial dan sebagai alat dalam
perkembangan sosial. Dalam perkembanngan masyarakat yang semakin kompleks,
tujuan hukum selain untuk menjaga ketertiban umum juga dapat menjaga perdamaian
kekerabatan yang satu dengan kekerabatan lain , antara orang-orang yang sekutu, dan
tujuan hukum modern di Indonesia, akan sedikit di uraikan kembali prinsip-prinsip aliran
utilitarianisme.
Maksud dari Bentham tidak lain memandang bahwa ukuran baik-buruk suatu
atau tidak. Sebagai salah ilustrasi yang ditawarkan Bentham suatu pemidanaan harus
bersifat spesifik untuk tiap kejahatan dan betapa kerasnya pidan itu tidak boleh melebihi
Pendapat yang hampir sama dengan Bentham adalah John Stuart Mill, namun
Mill malah memodifikasi maksud “happiness” itu bahwa kebahagiaan sebagai salah
satu sumber kesadaran keadilan tidak hanya terletak pada asas ‘kemanfaatan” semata,
sedangkan Rudolf Von Jhering kemudian menganut utilitarianisme sosial. Jika diamati
rangkain teori Jhering merupakan kombinasi pemikiran tiga pemikir dalam aliran
pemikiran ilmu hukum yakni Bentham, Mill dan John Austin sebagaimana ia menolak
historis murni yang direncanakan dan tidak disadari. Menurut Jhering, hukum mesti
dibuat oleh negara atau dasar sepenuhnya untuk mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya kita melihat lagi keadaan Indonesia saat ini, dimana sedang menuju
negara modern, hal itu dapat dilihat dengan ikut campur tangan negara dalam
Begitu banyak produk hukum yang tercipta untuk mengatur kepentingan warga negara
dengan tujuan hukum yang ingin dicapai adalah menjaga kestabilan & ketertiban
mendasar atas peranan dan fungsi fungsi yang diselenggarakan pemerintah. Negara
selaku integritas kekuasaan massa, sudah tentu membutuhkan suatu tingkat kestabilan
peranan atau penyelenggaraan fungsi fungsinya dengan tujuan tujuan yang dicapai.
Dalam upaya mencapai hal tersebut, tidak saja diperlukan keselarasan atas tujuan
tujuan yang dikehendaki oleh kelompok kelompok social maupun kelompok ekonomi
yang terdapat pada Negara, akan tetapi juga kreativitas untuk menciptakan secara
Sistem negara hukum modern di Indonesia cukup baik. Hal ini terlihat dari proses
menujukkan situasi yang cukup stabil baik secara domestik maupun internasional
Namun, bukan berarti dengan baiknya performa sistem ini menujukkan bahwa
mengejawantahkan sistem ini merupakan suatu keharusan. Walaupun, di antara yang
lain, sistem ini merupakan yang terbaik hampir disegala aspek ( militer, ekonomi,
akan terbentuk sistem-sistem negara yang baru.Sistem negara modern yang ada saat
ini masih tergolong muda untuk menjadi yang terakhir. Banyak hal yang tak terduga
yang bisa memaksanya untuk menyesuaikan diri. sistem negara modern memang
menutup kemungkinan juga bila dalam suatu waktu, pelaksanaan sistem negara
modern di Indonesia berbeda dengan negara lainnya. Mungkin namanya akan kekal
dan tak tergantikan. Tetapi, substansinya akan senantiasa berubah seiring berputarnya
menurut aliran utilitarianisme mengarah ke arah yang lebih baik walaupun kurang
efektif. Hal itu dikarenakan negara tidak mungkin bisa menjamin kesehjateraan tiap
rakyatnya (tiap indivudu) dan dalam pembetukan hukum banyak dipengaruhi oleh
kepentingan elit politik atau kepentingan penguasa. Akhirnya ironis karena hukum tidak
para penguasa.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Relevansi aliran utilesme dalam hukum Indonesia yaitu aliran ini merupakan salah satu
pemikiran yang mengkaji bagaimana tujuan hukum itu. Aliran utilsme yang menjelaskan
orang. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines). Jadi dapat diukur
efektif tidaknya suatu hukum di Indonesia dengan melihat baik buruk atau adil tidaknya
suatu hukum dengan bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan
kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap
individu. Tetapi jika tidak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin), diupayakan agar
kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (bangsa
Indonesia) tersebut.
2. Pencapaian tujuan hukum indonesia sebagai negara modern menurut aliran utilisme
B. SARAN