KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang
tidak terhingga kepada kami selaku kelompok kami, sehingga dapat menyelesaikan
makalah etika bisnis dan profesi ini.
Makalah etika bisnis dan profesi ini disusun untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah etika bisnis dan profesi ini juga merupakan sebagai output dari mata kuliah
etika bisnis dan profesi yang telah dipelajari dalam proses belajar mengajar di
kampus.
Kami menyadari bahwa makalah etika bisnis dan profesi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari
pihak pembaca demi penyempurnaan makalah yang akan datang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar 2
Daftar Isi
3
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1. Latar Belakang 4
1.2. Rumusan Masalah
5
1.3. Tujuan Penulisan
5
BAB II ISI
6
2.1.
Pendahuluan 6
2.1.1. Memotivasi Perkembangan
6
2.1.2. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis 6
2.1.3. Pendekatan Filosif
7
2.1.4. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
7
2.1.5. Deontologi
8
2.1.6. Etika Kebajikan
9
2.2. Sniff Tests dan Aturan Praktis Umum Tes Awal Etikalitas sebuah
Keputusan
10
2.3. Analisis Dampak Pemangku Kepentingan
11
2.3.1. Gambaran Umum
11
2.3.2. Kepentingan Dasar Para Pemangku Kepentingan
12
2.3.3. Pengukuran Dampak yang Dapat Diukur
13
2.3.4. Penilaian Dampak yang Tidak Dapat Dikuantifikasi
18
2.3.5. Analisi Dampak Pemangku Kepentingan
19
2.3.6. Pendekatan 5-Pertanyaan Tradisional 20
2.3.7. Pendekatan Standar Moral Tradisional 20
2.3.8. Pendekatan Pastin Tradisional 22
2.3.9. Memperluas dan Memandukan Pendekatan Tradisional 22
2.4. Pendekatan filosifis dan Analisis Dampak Pemangku Kepentingan
2.5. Memodifikasi Pendekatan Tradisional Analisis Dampak Pemangku
Kepentingan: Menilai Motivasi, Kebajikan yang diharapkan, dan Sifat
Karakter
23
2.5.1. Mengapa Mempertimbangkan Harapan Motivasi dan Perilaku
2.5.2. Peniaian Etis Motivasi dan Perilaku
15
2.6. Permasalahan lainnya dalam Pengambilan Keputusan Etis
26
2.6.1. Masalah Bersama
26
2.6.2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis 26
2.6.3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis 27
2.7. Sebuah Kerangka Kerja Komprehensif Pengambilan Keputusan Etis
2.7.1. Ringkasan Langkah-langkah untuk sebuah Keputusan Etis
BAB III PENUTUPAN 32
3.1. Kesimpulan
32
3.2. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
23
23
31
31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketika prinsip-prinsip atau peraturan tertentu yang terkandung dalam kode
etik tidak sepenuhnya berlaku untuk masalah tertentu yang dihadapi oleh seorang
akuntan profesional, para pembuat keputusan dapat berpedoman pada prinsip-prinsip
umum untuk sampai pada keputusan etis yang dapat dipertahankan. Apakah yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip umum etika dan bagaimana penerapannya?
Dibutuhkan suatu pembahasan tentang prinsip-prinsip etika dan bagaimana
mengembangkan sebuah kerangka keputusan menyeluruh yang praktis dan
komprehensif berdasarkan pada bagaimana tindakan yang diusulkan akan
mempengatuhi pemangku kepentingan utuk membuat keputusan.
Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat suatu topik yang berjudul
Pengambilan Keputusan Etis Praktis menjadi pokok pembahasan dalam
makalah kali ini. Penulis berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik mungkin
agar para masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar lainnya dapat memahami
serta dapat menerapkan kerangka keputusan menyeluruh yang praktis dan
komprehensif berdasarkan pada bagaimana tindakan yang diusulkan akan
mempengatuhi pemangku kepentingan utuk membuat keputusan.
1.2.Rumusan masalah
BAB II
ISI
5
2.1.
Pendahuluan
2.1.1. Memotivasi Perkembangan
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom menimbulkan kemarahan
publik, runtuhnya pasar modal, dan akhirnya Sarbanes-Oxley Act 2002, yang
membawa reformasi tata kelola tersebar luas. Skandal perusahaan berikutnya yang
melibatkan Adelphia, Tyco, Health-South, dan lainnya mengingatkan kita untuk lebih
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa eksekutif perusahaan dapat membuat
keputusan yang lebih baik, dan harus melakukannya untuk mempertahankan
profitabilitas dan kelangsungan hidup perusahaan mereka. Kasus pengadilan
berikutnya serta denda terkait, hukuman penjara, dan penyelesaiannya menekankan
pada keputusan untuk mengurangi kekebalan terhadap tindakan hukum.
2.1.2. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respon terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis,
makalah ini menyajikan kerangka kerja yang praktis, komprehensif, dan beraneka
ragam untuk pengambilan keputusan etis. Kerangka ini menyertakan persyaratan
tradisional untuk profitabilitas dan legalitas, serta persyaratan yang akan ditampilkan
filosofis secara penting dan yang baru ini dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal
ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
Pengetahuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang
biaya
Hak dan kewajiban terkena dampak
Kesetaraan yang dilibatkan
Motivasi atau kebijakan yang diharapkan
di
masa
depan.
Menurut
AACSB,
pendekatan
konsekuensialis
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat
orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Kebijaksanaan adalah kunci
kebajikan dalam menentukan pilihan yang tepat diantara pilihan-pilihan yang
ekstrem. Tiga kebajikan penting atau kebajikan cardinal lainnya adalah keberanian,
kesederhanaan, dan keadilan. Watak lain yang sering disebut sebagai kebajikan
meliputi: kejujuran, integritas, kepentingan, pribadi yang terkendai, belas kasih,
kesetaraan, ketidakberpihakan, kemurahan hati, kerendahan hati, dan kesedrhanaan.
Kebajikan harus selalu ditanamkan sepanjang waktu, sehingga mereka
menjadi tertanam/melekat dan bisa menjadi referensi yang konsisten. jika anda
memiliki kebajikan, itu adalah bagian dari karakter anda, suatu sifat atau watak yang
biasa anda tunjukka dalam. Hal ini bukan hanya sesuatu yang dapat anda tnjukkan,
tetapi sesuatu yang biasanya atau selalu anda tunjukkan. Untuk ahli etika kebajikan,
memiliki kebajikan adalah persoalan derajat.
Ada beberapa keraguan tentang kekuatan etika kebajikan sebagai pendekatan
untuk EDM.sebagai contoh, etika kebajikan berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan yang menggaubungkan kepekaan moral, persepsi, imajinasi, penilaian, dan
beberapa mengklaim bahwa hal ini tidak mengarah pada prinsip-prinsip EDM yang
mudah digunakan. Kritik lainnya yang relevan, termasuk bahwa:
Seperti juga penafsiran dari apa yang dibenarkan atau yang benar.
Persepsi seseorang tentang apa yang benar pada tingkat tertentu dipengaruhi
oleh ego atau kepentingan pribadi.
2.2.
10
percaya pada pengelolaan perusahaan secara lebih luas dari pada keuntungan jangka
pendek. Biasanya, memaksimalkan keuntungan dalam jangka wakyu lebih dari satu
11
12
dalam penentuan laba perusahaan yang menyebabkan dampak. Sebagai contoh, ketika
sebuah perusahaan melakukan pencemaran, biaya pembersihan biasanya dikeluarkan
oleh individu, perusahaan, atau kota yang terletak di hilir atau arah angin. Biaya
tersebut disebut sebagai eksternalitas, dan dampaknya dapat diukur langsung oleh
biaya pembersihan yang dilakukan oleh orang lain.
Untuk melihat gambaran lengkap tentang dampak dari sebuah keputusan,
laba atau rugi yang muncul dari transaksi harus dimodifikasi oleh eksternalitas yang
ditimbulkannya. Sering kali, perusahaan yang mengabaikan eksternalitas menyadari
bahwa mereka telah meremehkan biaya sebenarnya dari keputusan saat muncul denda
dan biaya pembersihan, atau muncul pemberitaan yang kurang baik.
13
2.3.3.3.
tidak sulit. Hal ini ditangani secara paralel dengan analisis penganggaran modal, di
mana nilai-nilai masa depan didiskontokan pada tingkat bunga yang mencerminkan
tingkat suku bunga yang diharapkan di masa mendatang. Pendekatan ini ditunjukkan
sebagai bagian dari analisis biaya-manfaat (ABM) dalam Brooks (1979).
14
15
2.3.3.6.
ke masa sekarang dan difaktorkan oleh resiko hasil, lebih berguna dalam menilai
keputusan yang diusulkan jika dibandingkan dengan hanya darikeuntungan saja.
Namun demikian, manfaat dari analalisis dampak pemangku kepentingan bergantung
pada identifikasi penuh semua pemangku kepentingan dan kepentingan mereka, serta
apresiasiyang penuh terhadap signifikansi dampaknya pada posisi masing masing.
Ketika penambahan manfaat sederhana dan biaya tidak sepenuhnya mencerminkan
pentingnya pemangku kepentingan atau dampak yang terlibat. Dalam situasi ini, nilai
nilai yang termasuk dalam ABM atau RBA dapat ditimbang, atau nilai
bersihsekarang dapat dibuat peringkat sesuai dengan dampak yang dibuat pada
pemangku kepentingan yang terlibat. Peringkat pemangku kepentingan dan dampak
yang terjadi atas mereka bergantung pada ketahanan situasional mereka dalam
menahan dampak juga digunakan ketika dampak yang tidak bisa diukur sedang
dipertimbangkan.
Kekuatan keuangan yang relatif tidak hanya memberikan alasan untuk
membuat peringkat kepentingan para pemangku kepentingan. Bahkan, ada beberapa
alasan, termasuk dampak dari tindakan yang diusulkan pada kehidupan atau
kesehatan pemangku kepentingan, atau pada beberapa aspek flora, fauna, atau
lingkungan kita yang lebih berada pada ambang bahaya atau kepunahan. Biasanya,
masyarakat mempunyai prasangka buruk pada perusahaanyang mengambil
keuntungan atas kehidupan, kesehatan, atau habitat kita. Di samping itu, membuat isu
isu ini sebagai prioritas utama sering kali justru akanmemicu adanya pemikiran
ulang
terhadap
tindakan
yang
menyinggung
agar
diperbaii
dengan
menghilangkannya.
Mitchell, Agle, dan Wood (1997) menyatakan bahwa pemangku kepentingan
dan kepentingan mereka dinilai dalam tiga dimensi : legitimasi atau hak hukum
dan/atau moral untuk mempengaruhi organisasi; kekuatan untuk memengaruhi
organisasi melalui media, pemerintah atau cara yang lain; serta urgensi (urgensitas)
yang dirasakan nyata dari persoalan yang muncul. Analisis semacam ini memaksa
16
17
Kehidupan
Kesehatan dan Keselamatan
Perlakuan adil
Penggunaan hati nurani
Harga diri dan privasi
Kebebasan berbicara
Beberapa hak ini telah dilindungi undang undang dan peraturan hukum,
sedangkan yang lain ditegakkan melalui hukum umum atau melalui sanksi publik
bagi yang melanggar. Sebagai contoh, karyawan dan konsumen dilindungi undang
undang kesehatan dan keselamatan, sedangkan martabat dan privasi dilindungi
hukum umum, dan efek jera menjadi subjek dari sanksi publik.
18
lanjut ?
19
Standar moral
utilitarian
memaksimalkan keuntungan bersih bagi
seluruh masyarakat
hak-hak individu
dihormati dan dilindungi
Pada tabel di atas, hal ini agak lebih umum dari pada focus dari pendekatan 5
pertanyaan,dan mengarahkan pengambil keputusan untuk membuat analisis yang
berbasis lebih luas pada manfaat bersih bukan hanya profitabilitas,sebagai tantangan
pertama keputusan yang diusulkan. Akibatnya ,pendekatan ini menawarkan kerangka
kerja yang lebih sesuai dengan pertimbangan keputusan yang memiliki dampak yang
signifikan diluar perusahaan dari kerangka 5 pertanyaan.
Pertanyaan ang berfokus pada keadilan distributive, atau kejujuran, ditangani
dengan cara yang sama seperti pada pendekatan 5-pertanyaan. Untuk perlakuan
lengkap dari pendekatan standar normal, lihat Business Ethics : Concepts and Cases
oleh Manual G. Velasquez, (1992). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
Pendekatan Standar Moral Tradisional I tidak secara khusus memberikan kajian
yang mendalam tentang motifasi bagi keputusan yang terlibat, kebijakan atau
karakter yang diharapkan.
ASPEK KUNCI
Etika aturan dasar
TUJUAN PEMERIKSAAN
Untuk menjelaskan sebuah organisasi dan/atau aturan dan nilai-nilai
individu
etika titik-akhir
etika peraturan
untuk menentukan manfaat bersih yang paling baik untuk semua pihak
untuk menetukan batasan-batasan yang harus dipertimbangkan seseorang
20
22
23
2.6.
24
aset atau sumber daya yang berlebihan, mereka akan melakukan dengan baik untuk
menggunakan solusi yang diterapkan di zaman dahulu.
2.6.2. Mengembangkan Aksi yang Lebih Etis
Perbaikan yang berulang-ulang adalah salah satu keuntungan dari
menggunakan kerangka kerja EDM yang diusulkan. Menggunakan serangkaian
pendekatan filosofis, 5-pertanyaan, standar moral, Pastin, atau pendekatan bersama
yang memungkinkan aspek-aspek tidak etis dari sebuah keputusan dapat
diidentifikasi, kemudian dimodifikasi secara berulang-ulang untuk memperbaiki
dampak keseluruhan dari keputusan tersebut. Pada akhir setiap pendekatan EDM,
harus ada pencarian yang spesifik untuk hasil sama-sama untung. Proses ini
melibatkan pelaksanaan imajinasi moral. Terkadang, direktur, eksekutif, atau akuntan
profesional akan mengalami kelumpuhan keputusan akibat dari kompleksitas analisis
atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan maksimal karena alasan ketidak
pastian, kendala waktu, atau sebab lainnya. Herbert Simon mengusulkan konsep
satisficing untuk memecahkan masalah ini. Ia berargumen bahwa seseorang tidak
boleh membiarkan kesempurnaan menjadi musuh kebaikan perbaikan yang harus
terus menerus sampai tidak ada kemajuan lebih lanjut yang dibuat seharusnya
menghasilkan solusi yang dianggap cukup baik dan bahkan optimal pada titik waktu
tersebut.
2.6.3. Kekeliruan Umum dalam Pengambilan Keputusan Etis
Menghindari perangkap umum pengambilan keputusan etis sangatlah
penting. Pengalaman menunjukkan bahwa para pengambil keputusan secara
berulang-ulang membuat kesalahan berikut:
Menyetujui budaya perusahaan yang tidak etis. Ada banyak contoh dimana
budaya perusahaan yang tidak didasarkan pada nilai-nilai etika telah
memengaruhi
atau
memotivasi
eksekutif
dan
karyawan
untuk
25
untuk memungkinkan diambilnya tindakan tidak etis dan ilegal. Pada kesempatan
lain, sistem penghargaan yang tidak etis memotivasi karyawan untuk
memanipulasi hasil keuangan atau berfokus pada kegiatan yang tidak dalam
etika.
Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan dampak pada pemegang saham.
Sering kali, dampak yang paling signifikan (bagi para pemangku kepentingan
yang bukan pemegang saham) dari tindakan yang diusulkan adalah apa yang
akan terjadi di masa depan akan terlebih dahulu menimpa pemangku kepentingan
yang bukan pemegang saham. Hanya setelah kelompok-kelompok ini bereaksi
barulah pemegang saham menanggung biaya untuk kelakuan buruk mereka.
Sarana bagi pemikiran yang dangkal ini adalah untuk memastikan pandangan
yang tepat untuk melakukan analisis, dan untuk memperhitungkan eksternalitas
atas dasar biayadampak dari manfaat yang diukur pada awalnya dirasakan oleh
26
sah secara hukum, tidak berarti itu membuatnya menjadi tindakan yang etis.
Batas keberimbangan. Terkadang, pengambil keputusan memiliki sikap bias atau
ingin bersikap adil hanya untuk kelompok yang mereka suka. Sayangnya, mereka
tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan opini publik dan biasanya
harus membayar kekeliruan mereka di akhir. Banyak eksekutif telah mengalah
pada organisasi-organisasi aktivis, tetapi juga belajar bahwa jika isu-isu
lingkungan diabaikan maka akan berbahaya bagi mereka. Sebuah kajian penuh
tentang keadilan untuk semua pemangku kepentingan adalah satu-satunya cara
pribadi
yang
saling
bertentangankepentingan
pengambil
27
etis.
Mengacuhkan kekayaan, keadilan, atau hak. Seperti yang ditunjukkan
sebelumnya, keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan jika salah
satu dari ketiga aspek ini ada yang terlupakan. Namun, berulang kali para
2.7.
diusulkan atau dilema etikan dan pemangku kepentingan yang terlibat . Sebagai cotoh
, sebuah masalah yang melibatkan dampak jangka pendek dan tidak ada eksternalitas
mungkin cocok untuk analisis 5 pertanyaan yang dimodifikasi , Masalah dengan
dampak jangka panjang dan ekternalitas ini mungkin lebih cocok dengan pendekatan
standar moral yang dimodifikasi, atau pendekatan pastin yang dimodifikasi . Masalah
signifikansi bagi masyarakat dari pada bagi perusahaan kemungkinan akan baik jika
dianalisis menggunakan pendekatan filosofis , atau pendekatan standar moral yang
dimodifikasi. Pendekatan EDM apaun yang digunakan , pembuat keptursan harus
mepertimbangkan semua isu yang diangkat .
2.7.1. Ringkasan Langkah-langkah untuk sebuah Keputusan Etis
Pendekatan dan isu-isu yang telah dijelaskan sebellumnya dapat digunakan
secara terpisah atau dalam kombinasi gabungan untuk membantu dalam mengambil
keputusan etis. Pengalaman menunjukan bahwa dengan menyelesaikan tiga langkah
berikut menyediakan dasar untuk menantang keputusan yang diusulkan .
1. Identifikasi fakta dan semua kolompok pemangku kepentingan serta
kepentingan yang mungkin akan terpengaruhi
29
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Analisis dampak pemangku kepentingan menawarkan cara formal dalam
membawa kebutuhan dari organisasi dan individu konsikuennya (masyarakat) kepada
sebuah keputusan. Perdagangan merupakan hal yang sulit dan dapat memperoleh
keuntungan dari kemajuan teknik semacam itu. Penting untuk tidak melupakan fakta
bahwa konsep analisis dampak pemangku kepentingan yang dibahas dalam makalah
ini perlu diterapkan bukan merupakan teknik tunggal, tetapi (teknik) bersama-sama
sebagai suatu perangkat. Hanya dengan begitulah suatu analisis yang komprehensif
akan dicapai dan keputusan etis dapat dibuat. Bergantung pada sifat dari keputusan
yang akan dihadapi, dan pemangku kepentingan yang akan terpengaruhi, analisis
yang tepat dapat didasarkan pada konsekuensialisme, deontologi, dan etika kebajikan
sebagai kumpulan, atau salah satu dari 5-pertanyaan yang dimodifikasi, standar
moral, atau pendekatan Pastin, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya
masalah bersama yang timbul. Setiap pendekatan EDM yang komprehensif harus
30
menyertakan tidak hanya sebuah pemeriksaan dampak keputusan atau tindakan, tetapi
juga analisis gap dari motivasi kebajikan, dan sifat karakter yang terlihat.
Seorang akuntan profesional dapat menggunakan analisis pemangku
kepentingan dalam membuat keputusan tentang akuntansi, audit, hal-hal praktik, dan
harus siap untuk memperisapkan atau membantu majikan atau klien dalam analisi
tersebut seperti yang saat ini menjadi kasus di area lain. Meskipun banyak eksekutif
berorientasi angka dan akuntan waspada jika terlibat dengan analisi subjektif lunak
yang menggambarkan analisis kebijakan dan harapan para pemangku kepentingan,
mereka harus ingat bahwa dunia telah berubah dengan menempatkan nilai yang jauh
lebih tinggi pada informasi non-angka. Mereka harus berhati-hati menempatkan
bobot terlalu banyak dalam analisis numerik, jika tidak mereka jatuh ke dalam
perangkap ekonom, yang, sebagaimana dikatakan Oscar Wilde: ketahuilah harga
dari segala sesautu dan nilai dari sesuatu yang sebenarnya tidak bernilai.
Direksi, eksekutif, dan akuntan juga harus mengerti bahwa teknik-teknik yang
dibahas dalam makalah ini menawarkan pemahaman berarti yang lebih baik dalam
hal interaksi di antara organisasi mereka dan/atau profesi dan potensi pendukung.
Penilaian dampak terhadap pemangku kepentingan bila dikombinasikan dengan
peringkat kemampuan setiap pemangku kepentingan untuk melawan aksi akan
mengarah pada pencapaian sasaran strategis yang lebih baik berdasarkan pemangku
kepentingan yang puas. Operasi yang berhasil dalam jaringan pemangku kepentingan
global akan memerlukan tindakan di masa depan yang tidak hanya sah secara hukum,
tetapi juga dapat dipertahankan secara etis.
3.2.Saran
Diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat mengambil keputusan etis praktis yang baik dalam kehidupan seharihari. Dalam menjalankan usaha/bisnisnya, seorang pengusaha haruslah mengambil
keputusan yang etis. Melalui kasus diatas diharapkan pula memberikan kesadaran
yang jauh lebih besar dari masalah-masalah dan tren etika yang sedang berjalan,
termasuk konflik kepentingan dan kontrol kepentingan pribadi. Kita harus mampu
31
melakukan persaingan yang bebas dari segala bentuk kecurangan dan tidak hanya
untuk mencari keuntungan semata dengan menghalalkan segala cara atau perbuatan
setiap haruslah mencerminkan tata kelola dan etika yang ia junjung. Sebaiknya
usahanya memulai sebelum pengetahuan atau pelatihan dasar-dasar yang harus
dipatuhi seperti yang terdapat dalam kode menjadi landasan dasarnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan. Jakarta; PT Salemba Empat.
33