Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPEMIMPINAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan

Dosen Pengampu :

Dr. Faisal Marzuki, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1.1: Kelompok 1.3:

 Taraka Rais Maulana ( 30 )  Alya Nabila Salma ( 09 )


 Bunaya Putri Zufikar ( 15 )  M. Fachrul Rozy ( 08 )
 Sabrina Gasella Ghaisani (25)  Luffi Hanifah (16)

Kelompok 1.2: Kelompok 1.4:

 Alya Kamila ( 10 )  Clarissa Romauli (06)


 Zakharia Alljoy ( 39 )  Azlia Zaafira Disyacitta (18)
 Azzahra Ramadhani (23)  Ernanda Dalimunthe (34)

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
kami mendapatkan kesempatan untuk membuat dan menyelesaikan makalah kepemimpinan ini.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada seluruh anggota kelompok satu yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini hingga dapat disusun dengan baik dan rapi.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan empat poin penting dalam
mata kuliah kepemimpinan yang mencakup: pengantar kepemimpinan, kepemimpinan di dalam
era Revolusi Industri 4.0, kecerdasan multidimensi pemimpin sejati, dan gaya kepemimpinan.

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun setiap anggota kelompok kami agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis,

Kelompok Satu
KEPEMIMPINAN

A. PENGANTAR KEPEMIMPINAN

1. Definisi Menurut Para Tokoh


a. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi
tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau
beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24).
b. Kepemimpinan adalah pembentukkan awal serta pemeliharaan struktur dalam
harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
c. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada
di atas kepatuhan rutin organisasi (Katz & Kahn, 1978:528).
2. Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangatlah penting untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dilaksanakan secara efektif dan menunjang
produktifitas organisasi secara keseluruhan. Seorang pemimpin harus mengerti tentang
teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi.
a. Teori Sifat
Teori sifat kepemimpinan membedakan pada pemimpin dari mereka yang bukan
pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi masing-
masing. Pada teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang
berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi
yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat atau ciri-ciri di dalam
dirinya.
b. Teori Perilaku dan Situasi
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan merupakan sanggahan terhadap
teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk tidak dilahirkan
begitu saja (leaders are made, not born). Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui
usaha penyiapan dan pendidikan serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak
menekankan pada sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Beberapa pandangan para ahli, antara lain James Owen (1973) berkeyakinan bahwa
perilaku dapat dipelajari. Hal ini berarti bahwa orang yang dilatih dalam perilaku
kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara efektif. Namun demikian hasil
penelitian telah membuktikan bahwa perilaku kepemimpinan yang cocok dalam satu
situasi belum tentu sesuai dengan situasi yang lain. Akan tetapi, perilaku
kepemimpinan ini keefektifannya bergantung pada banyak variabel. Robert F. Bales
(Stoner, 1986) mengemukakan hasil pemelitian, bahwa kebanyakan kelompok yang
efektif mempunyai bentuk kepemimpinan terbagi (shared leadership), seumpama satu
oramg menjalankan fungsi tugas dan anggota lainnya melaksanakan fungsi sosial.
Pembagian fungsi ini karena seseorang perhatian akan terfokus pada satu peran dan
mengorbankan peran lainnya.
c. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab
dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik
secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk
melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
d. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus
bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif
antara pemimpin dengan pengikutnya.
3. Krisis Kepemimpinan

Krisis kepemimpinan di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dan menimbulkan
regresi, terutama dalam perspektif kemakmuran rakyat dan perbedaan pendapat masing-
masing individu dalam kemasyarakatan dan bermusyawarah.

Banyak faktor yang mempengaruhi krisis kepemimpinan di Indonesia, diantaranya adalah:

 Ketidakserasian pendapat, opini, visi, dan misi antara para pemimpin dan para anggota
sistem sosial.
 Keinginan untuk mencapai perubahan pesat baik dengan revolusi maupun evolusi dari para
anggota sistem sosial, dan keinginan untuk mempertahankan status quo dari para
pemimpin.
 Ketidakmampuan pemimpin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zamannya,
baik dalam segi sifat maupun legalitas (regulasi) dan bertindak egois hanya untuk
menyelamatkan diri sendiri dan status yang dijabatnya, yang membuat para anggota sistem
sosial kecewa dan ingin mengambil tindakan tersendiri.
 Sistem sosial, politik dan ekonomi negara yang masih sangat rendah dalam segi
pemanfaatan potensi-potensi yang terdapat di negara ini, yang mempengaruhi
kepemimpinan secara keseluruhan.

Kepemimpinan di Indonesia masih sangat sulit untuk dikelola, terutama dengan kualitas
sumber daya manusia yang masih rendah dibandingkan dengan sumber daya alam yang
tersedia. Para pemimpin tidak dapat mengelola potensi-potensi yang dimiliki oleh negara ini
secara maksimal, baik dari segi keterbatasan finansial maupun kontroversi yang akan muncul
di dalam masyarakat.

Kesenjangan dari hasil yang diciptakan oleh kepemimpinan di Indonesia sangat terasa oleh
masyarakat. Banyak rakyat yang mengeluh tentang hilangnya kemakmuran dalam segi
ekonomi yang dulu pernah dirasakan karena upaya pemerintah dalam memakmurkan
negaranya dengan mengorbankan kemakmuran rakyatnya. Hal ini menimbulkan kesenjangan
sosial dan ekonomi dalam skala yang lebih besar.
4. Sistem Sosial

Sistem sosial adalah kumpulan dari berbagai individu yang dibentuk dan disatukan untuk
mencapai satu tujuan. Ada 2 macam sistem sosial dalam kemasyarakatan, yaitu:

 Organisasi Profit
Organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan yang di materialisasikan untuk
keperluan masyarakat luas di lingkungan eksternal sistem sosial. Materialisasi tujuan
tersebut dapat berupa barang atau jasa. Organisasi ini juga diciptakan untuk mencari
keuntungan internal sistem sosial.
 Organisasi Non-Profit
Organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan tanpa materialisasi. Tujuan
organisasi ini dapat berbentuk regulasi, bantuan atau kontribusi fisik maupun mental dalam
masyarakat luas. Organisasi ini bersifat lokal maupun internasional.

5. Anatomi Sistem Sosial


 Subsistem
Bagian internal dari sistem sosial dan diikat dengan ikatan sinergi, agar dapat
bekerja dalam satu kesatuan dan mencapai tujuan sistem tersebut. Jumlah subsistem
tergantung oleh kompleksitas sistem sosial itu sendiri.
 Ikatan Sinergi
Ikatan sinergi berguna untuk mentransformasi masukan menjadi keluaran sistem
yang mempunyai aspek-aspek baru dari masukan. Ikatan sinergi jika digabungkan dengan
kepemimpinan dapat menciptakan struktur organisasi dari sistem sosial yang
direpresentasikan.

B. Kepemimpinan di Era Revolusi Industri 4.0


Kepemimpinan adalah suatu sifat yang berani dan bisa mengambil suatu
keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan moral dan logikanya. Baik
adalah dari ukuran moral bagi pemimpin pemerintah sedangkan kebenaran adalah ukuran
logika kepemerintahan, mereka yang mengandalkan logika tanpa moral cenderung tirani
dalam kekuasaannya. Menurut Brodjonegoro (2018) tenaga kerja dalam semua bidang pada
era Revolusi Industri 4.0 dituntut memiliki keterampilan digital, baik tenaga teknis maupun tenaga
kerja manajerial. Selain tuntutan keterampilan yang sesuai, ternyata keterampilan sosial juga
sangat diperlukan dalam bekerja di era Revolusi Industri 4.0.
Hasil kajian di beberapa negara maju menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan
kecakapan non-rutin analitis dan kecakapan non-rutin interaktif. Sedangkan kebutuhan kecakapan
rutin kognitif, non-rutin manual, dan rutin manual mengalami penurunan. Kepemimpinan yang
ideal adalah kepemimpinan yang mengikuti tuntutan revolusi industri 4.0. pemimpin yang
mengikuti perkembangan teknologi pemimpin harus memiliki keterampilan dalam
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran di era revolusi
industrI 4.0. Gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya kepemimpinan yang
dapat mendorong atau memotivasi bawahannya, menumbuhkan sikap positif bawahan
pada pekerjaan dan organisasi, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi.
Peluang bisnis dalam era ekonomi digital ini ditangkap oleh salah seorang
pengusaha muda, Nadiem Makarim. Ia merupakan seorang berkebangsaan Indonesia yang
mendapat gelar Master of Business Administration dari Harvard Business School. Pada
tahun 2010, ia mendirikan perusahaan bisnis yang bergerak dengan bantuan teknologi
digital, yakni Go-jek. Inovasi tersebut kini menjadi salah satu bentuk revolusi kreatif di
bidang layanan transportasi. Semuanya dipelopori oleh kehadiran gadget, alat komunikasi
yang mengalami perkembangan pesat saat ini.
Nadiem Makarim dengan Go-Jeknya mampu menciptakan lapangan kerja,
setidaknya ia dapat mengurangi pengangguran di Indonesia yang jumlahnya semakin
bertambah. Tukang ojek sekarang bukan hanya sebuah profesi yang dipandang sebelah
mata, namun kini menjadi profesi bergengsi yang memang kehadirannya dibutuhkan
masyarakat. Dengan usaha keras Nadiem mampu mengusung Gojek menjadi bisnis yang
popular, walaupun di tengah-tengah perjalanan bisnisnya Ia menemukan permasalahan
seperti gesekan dengan tukang ojek tradiosional karena dianggap merebut atau mengurangi
pendapatannya namun Ia tetep semangat untuk memperjuangkan dan mengembangkan
usaha Gojeknya. Bahkan sekarang Ia hendak memperluas usahanya tidak sebatas ojek
mengatar penumpang semata tetapi juga sebagai kurir daan pengantar makanan. Semangat,
kecekatan, kepedulian dan sikapnya yang tidak mudah menerima keadaan yang ia hadapi
sekarang menjadikan inspirasi pemimpin di era revolusi industri 4.0.
C. KECERDASAN MULTI DIMENSI PEMIMPIN SEJATI
Kecerdasan adalah fenomena multidimensi yang tampil pada kapasitas multilevel
dari otak, pikiran, dan sistem tubuh kita. Berdasarkan teori multiple intelligence ini,
diungkapkan bahwa setiap orang memiliki sedikitnya delapan aspek kecerdasan, dengan
tingkat yang berbeda-beda. Adapun jenis kecerdasan jamak Menurut Howard Gardner
dalam buku Pendidikan Karakter (Pendidikan berbasis Agama & Budaya Bangsa (Anas
Salahudin & Irwanto Alkrienciehie, 2013: 277-279) yaitu:

1. Kecerdasan Logika atau Matematika (Math-Smart)


Menurut Munif Chatib dalam buku Sekolah Anak-anak Juara (2012: 86)
mengemukakan bahwa kecerdasan logika atau matematika adalah kemampuan dalam
berhitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan
operasi-operasi angka-angka.
2. Kecerdasan Bahasa (Word-Smart)
Kecerdasan Linguistik atau Bahasa adalah Kemampuan berpikir dalam bentuk
kata-kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan menghargai makna yang
kompleks.
3. Kecerdasan Visual Spasial (Picture-Smart)
Muhammad Yaumi dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences (2012:17) mengemukakan bahwa kecerdasan visual spasial adalah cara
pandang seseorang dalam proyeksi tertentudan kapasitas untuk berpikir dalam tiga cara
dimensi.
4. Kecerdasan Musik (Music-Smart)
Kecerdasan musik adalah kemampuan seseorang yang punya sensitivitas pada pola
titi nada, melodi, ritme, dan nada.
5. Kecerdasan Fisik/Kinestesis (Body-Smart)
Kecerdasan fisik adalah kemampuan belajar lewat tindakan dan pengalaman
melalui praktik langsung. Jenis kecerdasan ini lebih senang berada di lingkungan tempat
dia bisa memahami sesuatu lewat pengalaman nyata.
6. Kecerdasan Naturalis (Nature-Smart)
Jenis kecerdasan naturalis ini berkaitan erat hubungannya dengan lingkungan, flora
dan fauna, yang tidak hanya menyenangi alam untuk dinikmati keindahannya, tapi juga
peduli untuk menjaga dan melestarikan alam tersebut.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Self-Smart)
Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang
diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan
mengarahkan kehidupan seseorang.
8. Kecerdasan Interpersonal (People-Smart)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan
orang lain secara efektif. Termasuk juga kemampuan membentuk, menjaga hubungan,
serta mengetahui berbagai peran yang terdapat dalam suatu kelompok.
9. Kecerdasan Eksistensial (Spiritual-Smart)
Menurut Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul Orangtuanya Manusia (2012:
89) mengemukakan bahwa kecerdasan eksistensial adalah kemampuan merasakan dan
menghayati berbagai pengalaman rohani atas pelajaran atau pemahaman sesuai keyakinan
kepada Tuhan.

Kecerdasan juga sangat diperlukan oleh seorang pemimpin, karena menjadi pemimpin
yang sukses membutuhkan banyak kemampuan. Pemimpin yang hanya menguasai satu
kemampuan tidak dapat berinovasi, mempelopori perubahan sosial, dan mentransformasi bisnis.
Studi yang dilakukan oleh Mark J. Scullard, Jeffrey Sugerman, dan Emma Wilhelm menunjukkan
bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menguasai banyak hal. Berdasarkan buku
mereka, “The 8 Dimensions of Leadership”, terdapat 8 dimensi atau pendekatan kepemimpinan
yang harus dikuasai seseorang agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.

1. Pionir / Pelopor (Pioneering)


Seorang pionir mampu mempelopori suatu gerakan. Sebagai seorang pionir, akan
memudahkan seorang pemimpin untuk mempengaruhi banyak orang.
2. Berenergi / Bersemangat (Energizing)
Seorang pemimpin yang penuh energi selalu bersemangat dalam menjalankan usahanya, juga
sering menyemangati dan memotivasi orang lain, khususnya para pegawai dalam bekerja.
3. Suportif (Affirming)
Pemimpin suportif adalah pemimpin yang dapat membantu dan membangun pegawainya.
Pemimpin dapat dengan mudah memberi penghargaan pada pegawai dan menciptakan
lingkungan kerja yang nyaman bagi mereka. Sebagai gantinya, sang pemimpin akan
mendapatkan kesetiaan mereka.
4. Terbuka (Inclusive)
Pemimpin yang terbuka adalah pemimpin yang diplomatik, sabar, memiliki rasa
penerimaan yang tinggi, tulus, dan akomodatif. Pemimpin yang terbuka mampu
berkolaborasi dengan orang lain untuk menemukan win-win solution.
5. Rendah Hati (Humble)
Rendah hati merupakan karakteristik yang jarang dimiliki oleh seorang pemimpin.
Pemimpin yang rendah hati cenderung sederhana, berpikiran adil, dan konsisten.
6. Penuh pertimbangan (Deliberate)
Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin perlu mempertimbangkan pilihannya
dengan matang. Pemimpin yang penuh pertimbangan biasanya sangat analitis, teliti dan
disiplin, serta akan memulai dengan analisis dan perencanaan yang hati-hati untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas dengan harus mengetahui keuntungan dan
konsekuensi dari keputusan tersebut.
7. Tegas (Resolute)
Ketegasan adalah hal yang harus dimiliki setiap pemimpin. Pemimpin yang tegas adalah
orang yang rasional, mandiri dan tidak takut akan tantangan. Pemimpin akan mengkritisi
setiap rencana atau metode serta menetapkan standar yang tinggi untuk dicapai diri
sendiri dan orang lain. Tidak hanya menetapkan standar saja, namun juga harus
memastikan bahwa setiap rencana dapat dijalankan.
8. Berwibawa (Commanding)
Banyak perusahaan mencari sosok berwibawa untuk dijadikan pemimpin karena dianggap
memiliki jiwa kepemimpinan yang kental. Seperti dengan adanya keinginan memimpin atau
mengambil alih pekerjaan serta keinginan mencapai hasil tertentu yang akan memotivasi
untuk bekerja lebih cepat.
D. GAYA KEPEMIMPINAN

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan


Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus,
kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Dan gaya kepemimpinan adalah adalah
perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang
sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
bawahannya. Dalam gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu yang
mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerja sama, dan yang
mementingkan hasil yang dapat dicapai. Sehingga gaya kepemimpinan yang paling tepat
adalah suatu gaya yang dapat memaksimumkan produktifitas, kepuasan kerja,
penumbuhan, dan mudah menyesuaikan dengan segala situasi.
Faktor kepemimpinan memainkan peranan yang sangat penting dalam keseluruhan
upaya untuk meningkatkan kinerja, baik pada tingkat kelompok maupun pada tingkat
organisasi. Dikatakan demikian karena kinerja tidak hanya menyoroti pada sudut tenaga
pelaksana yang pada umumnya bersifat teknis akan tetapi juga dari kelompok kerja dan
manajerial (Sukidjo Noto Atmodjo, 2003).
Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,
pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan
kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dan orang-orang di
luar kelompok atau organisasi.
Jadi pada hakekatnya esensi kepemimpinan, adalah:
a. kemampuan mempengaruhi tatalaku orang lain, apakah dia pegawai bawahan,
rekan sekerja atau atasan
b. adanya pengikut yang dapat dipengaruhi baik oleh ajakan, anjuran, bujukan,
segesti, perintah, saran atau bentuk lainnya
c. adanya tujuan yang hendak dicapai.
2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin memiliki perbedaan dalam cara memimpin sebuah organisasi atau
perusahaan, tetapi pasti tertanam 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan dan unsur bantuan.
Sedangkan menurut Robert Albanese dan David D. Van Fleet gaya kepemimpinan terbagi
menjadi 4 yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Kharismatis

Gaya kepemimpinan kharismatis ini mampu menarik perhatian orang banyak.


Mereka dapat terpesona dengan cara berbicara seorang pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan kharismatis. Biasanya pemimpin yang memiliki sifat kharismatis ini
adalah seseorang yang visioner. Akan tetapi, tipe kepimimpinan model ini biasanya
seseorang yang hanya mampu dalam ucapan saja namun tidak dapat
mengaplikasikannya ke dalam perbuatan, seperti peribahasa “Tong Kosong Nyaring
Bunyinya”. Gaya kepemimpinan kharismatis dapat efektif jika mereka, para pemimpin,
belajar untuk komitmen dan meminta saran serta bantuan orang lain untuk menutupi
kelemahan mereka.

b. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter ini adalah gaya kepemimpinan yang mana pemimpin
akan mengambil segala keputusan dan membuat kebijakan. Tidak hanya sebagai
pengambil keputusan, pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga
berperan sebagai pengawas langsung terhadap segala aktivitas anggotanya. Dengan
kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apapun. Anggota cukup
melaksanakan apa yang diperintahkan pemimpin.
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada pada capaian prestasinya. Ketika
Ia memutuskan suatu tujuan, maka tujuan tersebut harus mencapai hasilnya tanpa ada
halangan. Semua yang akan diputuskan memerlukan perhitungan yang sistematis.
Namun kelemahan gaya kepemimpinan ini adalah kepribadian sang pemimpin yang
dingin dan sedikit kejam. Gaya kepemimpinan ini menerapkan bahwa semua orang
adalah musuh termasuk bawahannya. Gaya kepemimpinan otoriter ini dapat efektif
jika ada keseimbangan antara disiplin yang diberlakukan untuk bawahan serta adanya
kompromi yang diberikan kepada bawahan.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis ini adalah gaya pemimpin yang memberikan


wewenang secara luas kepada para bawahannya. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan
ini, anggota memiliki peranan besar. Setiap anggota dapat menentukan bagaimana cara
mencapai sebuah sasaran yang telah ditentukan oleh seorang pemimpin.
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis ini ada di penempatan perspektif seseorang.
Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan ini akan mencari win-win solution. Akan
tetapi kesabaran dan kepasifan menjadi titik lemah pemimpin dengan gaya demokratis
ini. Gaya kepemimpinan demokratis akan efektik jika pemimpin mau berjuang untuk
berubah ke arah yang lebih dan mengupayakan agar dia tidak selalu kalah, tetapi ada
kalanya menjadi pemenang.

d. Gaya Kepemimpinan Moralis

Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai


bawahannya, karena kebanyakan pemimpin yang menggunakan gaya ini adalah
seseorang yang sopan, hangat dan memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan
para bawahannya. Pemimpin bergaya moralis ini adalah orang yang sangat emosional.
Dia sangat tidak stabil, kadang bias tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa
sangat menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Albanese, Robert, David D. van Fleet. 1994. Organizational Behavior : A Managerial Viewpoint,
Texas: Dryden Press

Owens, James. 1973. Organizational Behaviorin Education. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Gliffs Hosstra University

Stogdill, Ralph M., Handbook of Leadership, Free Press, New York, 1974.

Stoner, James AF., & Charles Wankel. 1986. Manajemen Edisi Tiga, jilid 2. Alih Bahasa
Wilhelmus W, Bakowatun. Jakarta: Intermedia

Tannenbaum, R., Weschler, I. and F. Massarik. 1961. Leadership and Organization: A

Behavioral Approach. New York: McGraw Hill Book Co, Inc.

JURNAL

Susilo, Istiqomah Qodriani Fajrin Heru. 2018. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 61 No. 4
Agustus 2018

Tampubolon, BD. 2007. Jurnal Standarisasi Vol. 9 No. 3 tahun 2007:106-115

INTERNET

https://www.academia.edu/24267400/MAKALAH_KEPEMIMPINAN

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/20/teori-teori-kepemimpinan/

https://www.academia.edu/7635333/8_teori_utama_kepemimpinan

http://kumpulanfiledokument.blogspot.com/2014/08/makalah-kepemimpinan.html

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/viewFile/1938/pdf

https://www.jurnal.id/id/blog/kembangkan-kemampuan-multidimensional-anda/

Anda mungkin juga menyukai