Anda di halaman 1dari 16

ETIKA BISNIS (B1)

“ETIKA UTILITARIANISME”
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Putu Saroyini Piartrini, M.M., Ak.

OLEH:

Kelompok 5

Gusti Komang Trisna Sudiatmika (05 / 2107521026)


Ni Putu Nirmala Suzanne Pramesti (12 / 2107521060)
Ni Komang Sri Murtini (19 / 2107521137)
I Made Denny Wahyu Adiya (26 / 2107521191)
Putu Mahes Widiananda (33 / 2107521164)
Herru Wijaya (40 / 2107521297)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

”Om Swastyastu“

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat penulis bisa menyelesaikan tugas Etika Bisnis yang berjudul “Etika
Utilitarianisme”.Tugas ini diajukan guna memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Stratejik.
Harapan penulis semoga tulisan ini bisa membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca,sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi tugas ini dan kedepannya
dapat lebih baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah Etika Bisnis guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

“Om Santhi, Santhi, Santhi Om”

Jimbaran, 16 April 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsep etika dan moralitas telah menjadi perhatian utama dalam praktik bisnis. Pada
awalnya fokus utama bisnis adalah pada pencapaian keuntungan finansial tanpa
mempertimbangkan implikasi etis dari keputusan bisnis. Namun, dengan terungkapnya
berbagai macam bisnis yang immoral seperti Enron dan Lehman Brothers telah
memunculkan kesadaran akan pentingnya memperhitungkan aspek moral dalam aktivitas
bisnis.
Era globalisasi yang dibarengi dengan perkembangan teknologi membuat bisnis meluas
secara global. Hal ini dapat menjadi salah satu kendala bagi perusahaan besar untuk
menerapkan etika dalam bisnis. Untuk dapat menerapkan etika dalam bisnis tentu perlu
diketahui teori apa saja yang meliputi etika dalam bisnis. Teori Etika utilitarianisme
menekankan pada konsep kebahagiaan atau kepuasan sebagai landasan moral.
Utilitarianisme, yang diakar pada pemikiran filosofis Jeremy Bentham dan John Stuart Mill
menekankan bahwa kebijakan yang paling baik adalah yang memberikan kebahagiaan atau
kepuasan maksimum bagi sebanyak mungkin orang. Prinsip utama utilitarianisme adalah
tindakan yang menghasilkan kebahagiaan atau kepuasanyang paling banyak adalah tindakan
yang etis. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kebijakan bisnis, para pelaku bisnis yang
mengadopsi perspektif utilitarian harus mempertimbangkan dampak positif yang dihasilkan
oleh kebijakan tersebut pada tingkat kebahagiaan atau kepuasan stakeholder secara
keseluruhan. Penulis akan membahas lebih lanjut mengenai teori etika utilitarianisme beserta
contoh kasus yang berkaitan dengan etika utilitarianisme.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dirumuskan penulis
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana analisis keuntungan dan kerugian?
1.2.2 Apa kelemahan etika utilitarianisme?
1.2.3 Bagaimana contoh kasus yang berkaitan dengan etika utilitarianisme?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan yang dapat dirumuskan penulis
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui analisis keuntungan dan kerugian.
1.3.2 Untuk mengetahui kelemahan etika utilitarianisme.
1.3.3 Untuk mengetahui kasus yang berkaitan dengan etika utilitarianisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Keuntungan dan Kerugian
Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis jangan semata-
mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar bahwa ini
sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi
banyak pihak lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder.
Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu
kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan
dan merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan
seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas
sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam
kerangka uang (satuan yang sangat mudah dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian
serius adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek
financial,melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak karyawan,
kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus
ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak
mungkin pihak terkait yang berkepentingan.
Ketiga¸ bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini
pentingkarena bias saja dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis
tertentu sangatmenguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling
kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama.
Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan adalah long term net
benefits. Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam
membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan
alternatif kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua alternatif kebijaksanaan dan
kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi
kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang, alternatif yang tidak
merugikan kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan.
Kedua, semua alternatif pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang
akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca
keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbangkan dalam
kerangka jangka panjang. Kalau ini bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar
sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang dilakukan suatu Perusahaan tidak hanya
menguntungkan secara financial, melainkan juga baik dan etis.
2.2 Kelemahan Etika Utilitarianisme
2.2.1 Masalah Penilaian
Permasalahan terkait dengan utilitarianisme sering kali berfokus pada kesulitan dalam
menilai atau mengukur utilitas secara akurat. Meskipun pendekatan ini menitikberatkan pada
kegunaan, manfaat, atau keuntungan sebagai dasar bagi tindakan yang baik dan etis, namun
hal ini tidak selalu berlaku secara universal. Nilai-nilai yang diterapkan dalam utilitarianisme
tidak dapat dianggap seragam bagi semua individu. Terlebih lagi, penggunaan utilitas sebagai
ukuran moral menjadi semakin sulit karena sifat humanistik dan universalitas yang dianutnya.
Oleh karena itu, moralitas tidak dapat secara tepat dinilai berdasarkan konsep kegunaan,
manfaat, atau keuntungan sebagaimana yang diajukan oleh aliran utilitarianisme, seperti:
1) Menilai dan membandingkan nilai utilitas dari berbagai tindakan pada individu yang
berbeda merupakan tantangan. Tanpa pengetahuan tentang tindakan-tindakan yang
memberikan nilai utilitas tertinggi, prinsip utilitarianisme sulit diterapkan.
2) Beberapa aspek seperti nyawa atau kesehatan sulit untuk dinilai dalam hal biaya dan
keuntungan.
3) Banyak aspek biaya dan keuntungan dari suatu tindakan sulit diprediksi, sehingga
penilaian menjadi sulit. Contohnya, akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang sulit
diprediksi.
4) Masih belum ada kesepakatan tentang apa yang seharusnya dianggap sebagai biaya,
terutama dalam konteks perbedaan nilai sosial dan budaya yang signifikan.
5) Asumsi utilatarian yang menyatakan bahwa semua barang dapat diukur atau dinilai
mengimplikasikan bahwa semua barang dapat diperdagangkan. Jadi, untuk barang tertentu
yang nilainya sebanding, satu – satunya cara untuk menyelesaikan masalah – masalah
tersebut adalah menerima penilaian dari suatu kelompok sosial atau kelompok lain.
2.3 Kasus yang Berkaitan dengan Etika Utilitarianisme
Pada 23 September 2010, Traidos Bank, sebuah lembaga keuangan kecil Inggris dengan
pendapatan 2009 $ 127,3 juta dan laba bersih $ 13,6 juta, secara publik mengumumkan bahwa
mereka telah menyingkirkan raksasa farmasi Swiss, Roche, dari portofolio investasinya karena
“klinis Roche uji coba dengan organ transplantasi di Tiongkok tidak memenuhi kriteria Traidos
untuk seleksi. ”
Traidos Bank mencatat di situs webnya bahwa itu adalah "Bank etis yang menawarkan
rekening tabungan dan investasi" dan membanggakan diri sebagai "bank etis dan berkelanjutan
yang terkemuka di dunia." Traidos menyatakan bahwa pengambilan keputusan sehari-hari
dipandu oleh enam prinsip:
▪ Mempromosikan pembangunan berkelanjutan - mempertimbangkan dampak sosial,
lingkungan, dan keuangan dari semua yang kami lakukan
▪ Menghormati dan mematuhi hukum – di setiap negara tempat kita melakukan bisnis
▪ Menghormati hak asasi manusia - individu, dan dalam masyarakat dan budaya yang
berbeda; mendukung tujuan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB
▪ Hargai lingkungan – Melakukan semua yang kami bisa membuat dan mendorong efek
lingkungan yang positif
▪ Bertanggung jawab – Kepada siapa pun untuk apa pun yang kita lakukan
▪ Tingkatkan terus menerus –Selalu mencari cara yang lebih baik untuk melakukan
sesuatu di setiap area bisnis kita.
Selain menawarkan rekening tabungan dan memberikan pinjaman kepada "organisasi
yang membawa manfaat sosial, budaya atau lingkungan nyata," Traidos Bank menawarkan 13
dana di mana individu dapat menginvestasikan uang mereka. Dana, pada gilirannya,
menginvestasikan uang ini dalam bisnis "berkelanjutan" atau membeli saham perusahaan yang
memenuhi "kriteria etik yang ketat" dan "yang menyediakan produk atau layanan yang
berkelanjutan, atau mencapai kinerja sosial dan lingkungan di atas rata-rata, dan secara aktif
berkontribusi untuk pembangunan berkelanjutan."
Pada tahun 2009, Traidos Bank telah meninjau operasi Roche dan telah menentukan
bahwa perusahaan farmasi tersebut memenuhi kriteria etika bank dan memenuhi syarat untuk
memasukkan sahamnya ke dalam portofolio investasi bank. Bahkan, Roche tampak seperti
tambahan yang luar biasa untuk portofolio dana investasinya:
Hasil kami menempatkan perusahaan di 50% perusahaan farmasi dengan kinerja terbaik
di Eropa. Kami menganggap Roche transparan tentang masalah keberlanjutan, dengan posisi
komprehensif mengenai rekayasa genetika dan pedoman etika yang jelas untuk uji klinis.
Perusahaan memiliki sistem untuk memantau dan menegakkan standar sosial dalam rantai
pasokannya, dan mendukung para pemasok dengan sistem manajemen lingkungan bersertifikat.
Selain itu, Roche memiliki target ambisius untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi gas
rumah kaca.
Tetapi beberapa bulan kemudian bank mengetahui tentang program penelitian Roche di
Cina, dan setelah penyelidikan lebih lanjut, bank memutuskan Roche tidak lagi memenuhi
kriteria etisnya. Apa yang Bank temukan adalah pada bulan Januari 2010:
Roche menerima Penghargaan Mata Publik yang disponsori oleh Deklarasi Berne dan
Greenpeace. Penghargaan ini memberi nama dan memalukan korporasi dengan perilaku sosial
atau ekologis yang tidak etis. ............................................... Roche menerima
penghargaan karena uji klinisnya di China untuk obat CellCept, yang mencegah
penolakan organ yang dicangkokkan. Karena sebagian besar organ yang dicangkok di
Tiongkok berasal dari tahanan yang dieksekusi dan Roche tidak memverifikasi asal organ
dalam persidangan yang berbasis di Tiongkok, posisinya dipertanyakan.
Roche sedang menguji obat CellCept pada pasien transplantasi Cina karena hukum
Tiongkok mengharuskan obat apa pun yang dijual di China terlebih dahulu harus diuji pada
pasien Cina. CellCept adalah obat yang mencegah sistem kekebalan pasien dari menolak
organ yang telah ditransplantasikan ke pasien. Organ transplantasi diambil dari orang yang
baru saja meninggal atau dinyatakan "mati otak," atau dari donor hidup yang menyumbangkan
organ atau bagian dari organ ketika organ mereka yang tersisa dapat beregenerasi atau dapat
mengambil alih pekerjaan organ yang disumbangkan (seperti ginjal atau bagian dari hati). Di
sebagian besar negara, ada aturan ketat yang mengatur pengambilan organ dari donor. Secara
khusus, sebagian besar negara tidak mengizinkan organ diambil dari donor, hidup atau mati,
kecuali mereka sebelumnya memberikan persetujuan bebas dan informasi mereka dan banyak
negara tidak mengizinkan donor untuk memperdagangkan organ mereka untuk uang.
Persyaratan tersebut bermasalah di China, menurut bank, karena sebagian besar organ
transplantasi berasal dari tahanan dan kondisi di mana organ telah dihapus seringkali tidak
diketahui:
Hingga 90 persen dari semua organ transplantasi di Tiongkok berasal dari tahanan yang
dieksekusi. Regulasi seputar transplantasi di Tiongkok telah meningkat dalam beberapa tahun
terakhir dan termasuk perlindungan yang lebih baik untuk hak-hak tahanan. Tetapi bahkan
ketika seorang tahanan seharusnya menyetujui sumbangan organ, persetujuan seperti itu ketika
dipenjara tidak dapat dianggap sebagai kehendak bebas. Dalam penilaian akhir kami, kami
menyeimbangkan informasi yang dikumpulkan dan menyimpulkan bahwa pendekatan Roche
terhadap uji klinis di Cina tidak dapat diterima. Ukuran dan pengaruh perusahaan menjamin
posisi yang jauh lebih jelas tentang asal-usul organ yang ditransplantasikan. Karena perusahaan
tidak lagi memenuhi standar minimum hak asasi manusia kami, itu telah dikeluarkan dari
semesta investasi berkelanjutan Traidos dan akan dihapus dari semua investasi Traidos dalam
jangka pendek.
Roche prihatin dengan meningkatnya kontroversi mengenai partisipasinya dalam operasi
transplantasi yang dalam banyak kasus, perusahaan tahu, harus menggunakan organ yang
diambil dari tahanan tanpa persetujuan mereka atau dengan "persetujuan" yang telah dipaksa
keluar dari mereka. Menurut perusahaan, sementara memang benar bahwa persentase tertentu
dari organ pasien uji harus diambil dari tahanan, tidak mungkin bagi perusahaan untuk mencari
tahu apa sumber dari organ pasien Tiongkok yang mana pun. Namun, perusahaan
menunjukkan, jika tidak menguji obatnya pada pasien transplantasi di Tiongkok, apa pun
sumber organ mereka, maka tidak dapat memasarkan obatnya di sana. Perusahaan merasa
bahwa kebaikan yang lebih besar akan dilayani dengan melanjutkan tes obat-obatannya
meskipun banyak organ yang ditransplantasikan pada pasien uji diambil dari tahanan. Kalau
tidak, ribuan calon pasien transplantasi Cina tidak hanya akan kehilangan manfaat obat, tetapi
dalam banyak kasus akan menderita hasil yang berbahaya dan mahal karena mereka
membutuhkan obat tetapi tidak akan tersedia. Dalam laporan tentang pertemuan pemegang
saham tahunan perusahaan pada 2 Maret 2010, Roche memberikan ringkasan pernyataan Dr.
Schwan, juru bicara perusahaan yang menguraikan posisi perusahaan:
Dr Schwan menyatakan bahwa CellCept adalah obat yang telah menyelamatkan dan terus
menyelamatkan ribuan nyawa pasien dengan mencegah penolakan organ pasca transplantasi.
Menarik obat dari pasar di negara mana pun secara moral tidak terpikirkan, katanya, karena ini
akan membahayakan kehidupan manusia. Dia mencatat bahwa, di semua negara, lembaga
independen menangani pengadaan organ dan informasi donor bersifat rahasia. Roche tidak
memiliki cara untuk secara langsung mempengaruhi proses ini, katanya. . . .
Roche sedang mempelajari dosis CellCept optimal untuk pasien China, yang responsnya
terhadap CellCept mungkin berbeda dari pasien Barat karena faktor etnis atau perbedaan dalam
konstitusi, kata Dr Schwan. Fokus uji coba adalah pada keamanan dan kemanjuran [CellCept]
pada pasien China.
Pada bulan Mei 2007, pemerintah Tiongkok melarang penjualan organ tubuh manusiadan
meminta donor yang masih hidup dapat menyumbangkan organ tubuh mereka hanya kepada
pasangan, kerabat berdarah, atau menginjak dan mengadopsi anggota keluarga.
Namun demikian, perdagangan organ terus berkembang di Tiongkok. Tidak hanya organ
dari orang yang meninggal (termasuk tahanan yang dieksekusi yang organnya masih legal
untuk “dipanen”) dijual secara rahasia kepada dokter, rumah sakit, atau “perantara” organ,
tetapi donor yang hidup juga secara diam-diam menjual organ mereka dengan menggunakan
dokumen yang dipalsukan dengan mudah memberikan kesaksian bahwa mereka berhubungan
dengan penerima organ mereka.
Sejumlah besar tahanan Tiongkok adalah pembangkang politik atau mereka yang telah
dipenjara karena kepercayaan agama atau politik mereka dan bukan karena mereka telah
melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sejak 2006, Falun Gong, kelompok spiritual
kuasi- Buddha Tiongkok yang dilarang pada tahun 1999 dan sekarang secara aktif dianiaya
oleh pemerintah, telah memberikan bukti yang kredibel bahwa ratusan ribu anggotanya
dipenjara oleh pemerintah Tiongkok dan yang kemudian “ menghilang, ”telah dibunuh untuk
diambil organnya yang kemudian dijual atau diberikan kepada kandidat transplantasi. Pada
musim panas 2010, kelompok-kelompok hak asasi manusia mengumumkan bahwa
penyelidikan mereka telah menemukan bukti bahwa lebih dari 9.000 anggota Falun Gong telah
dieksekusi di penjara Tiongkok karena kornea, paru-paru, hati, ginjal, dan kulit mereka.
Anggota kelompok agama lain yang dipenjara termasuk Kristen, Muslim, dan Buddha Tibet
juga telah dipenjara dan dieksekusi karena organ mereka. Kritik terhadap Roche khawatir
bahwa banyak organ yang ditransplantasikan dari pasien uji Roche telah diambil dari tahanan
hati nurani yang demikian bertentangan dengan keinginan mereka.
Pertanyaan:
1. Jelaskan bagaimana utilitarianisme dapat memberikan pembelaan bagi Roche dan
bagaimana etika berbasis hak malah mengutuk uji coba narkoba Roche di Cina. Manakah
dari dua pendekatan ini yang lebih kuat atau lebih masuk akal? Jelaskan alasan jawaban
Anda.
Jawaban:
Jika dilihat dari sudut pandang utilitarianisme, maka penelitian Roche mengenai Drug-Test
pada pasien transplantasi China dapat dibenarkan. Karena penelitian tersebut telah
membantu ribuan pasien transplantasi organ untuk menyesuaikan diri secara biologis
terhadap organ baru yang diterimanya. Hal ini juga dibenarkan menurut prinsip utilitarian
karena akan lebih sedikit orang yang menderita dengan adanya sumbangan organ dari para
tahanan eksekusi di China.
Namun di sisi lain, Right-Based Ethic akan bertentangan dengan pandangan utilitarian.
Right-Based Ethic sangat menekankan pada pentingnya hak-hak individu dari hasil
keseluruhan, Hal ini tidak mengesampingkan dengan memaksimalkan kebermanfaatan,
tapi dengan menyamakan hak-hak perlindungan individu terlebih dahulu. Menurut Right-
Based Ethics, tahanan tidak diberi kebebasan pilihan untuk menyumbangkan atau tidak
organ tubuh mereka, bahkan jika mereka diberi pilihan, hal tersebut masih dapat dianggap
sebagai keputusan yang memaksa. Satu hal yang dipertentangkan dari Right Based Ethics
adalah tentang siapa yang akan mengambil manfaat moneter pada penjualan organ setelah
para tahanan dieksekusi. Right Based Ethics memiliki penekanan pada pentingnya rasa
hormat akan hak-hak kemanusiaan pada tahanan dan tidak boleh mengancam atau
diperlakukan tidak baik.
Berdasarkan 2 sudut pandang tersebut, perlu dilihat dan dipahami lagi yang mana yang
lebih masuk akal dan memiliki argumen yang kuat menjadi kontroversial. Karena
menyangkut kehidupan seseorang. Pandangan yang berbeda dari orang maupun argumen
yang sah, dapat dibuat oleh kedua sudut pandang utilitarianisme dan Right Based Ethics.
Right Based Ethics akan menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Roche melanggar
Hak Asasi Manusia dari para tahanan. Perusahaan mengetahui bahwa sembilan puluh
persen dari organ yang diterima berasal dari tahanan yang dieksekusi. Perusahaan harus
melihat alas an mengapa tahanan dieksekusi karena beberapa dari mereka berada di sana
hanya karenakeyakinan keagamaan mereka dan pendapat yang berbeda antara mereka dan
pemerintah. Hal tersebut pada akhirnya sangat bertentangan dengan prinsip Right- Based
Issue. Sebuah tindakan utilitas utilitarian dari manfaat yang dihasilkan oleh suatu tindakan.
Etika bisa membuktikan bahwa banyak tahanan yang ditahan bukan
merupakan seorang penjahat. Mereka juga bisa membuktikan bahwa banyak organ yang
dipanen hanya untuk kebutuhan akan uang. Right Based Ethics akan memiliki argumen yang
lebih kuat dan lebih masuk akal dalam situasi ini. Meskipun kebanyakan orang di China
akan mendapatkan keuntungan dengan adanya obat yang diproduksi oleh Roche, proses
pengujian obat itu dinodai dengan adanya pelanggaran hak asasi manusia.
Namun, di sisi lain, utilitarianisme akan memberikan pembelaan bagi Roche karena
perusahaan sedang mencari cara untuk mendapatkan kebermanfaatan bagi negara China
secara keseluruhan sehingga akan mendukung obat yang mencegah pasien dari penolakan
organ pasca transplantasi. Pandangan ini akan menjadi keputusan yang kuat bagi
masyarakat meskipun jika Anda hanya akan membahayakan para tahanan. Perusahaan
merasa bahwa "kebaikan yang lebih besar akan diperoleh dengan meneruskan drug-test
tersebut meskipun banyak dari organ-organ transplantasi padapasien tes dipanen dari para
tahanan.
2. Apakah etis bagi Roche untuk terus menguji Cell Cept pada pasien transplantasi Cina?
Jawaban:
Jika dilihat dari manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Roche, tentu
penelitian tersebut memiliki manfaat yang sangat besar dalam bidang medis. Namun, jika
Roche melanjutkan risetnya dengan pendekatan yang lama maka hal tersebut tidak etis.
Apabila Roche ingin melanjutkan penelitian tersebut maka, Roche sebaiknya memperbaiki
prosedur pengujiannya. Riche dapat menetapkan kebijakan mengenai pembatasan bagi
pasien yang tidak memiliki lengkap dan tepat dari organ yang mereka terima dengan
membuktikan informasi yang sah. Selain itu, Roche juga dapat berupaya untuk memastikan
pemeriksaan dokumentasi legal dari organ transplantasi yang diterima. Apabila ada pasien
yang mendapat transplantasi organ dari tahanan maka, perlu dipastikan apakah sudah
mendapat persetujuan dari para tahanan dengan legal tanpa adanya paksaan apapun. Serta
akan lebih baik lagi apabila mendapat persetujuan dari keluarga tahanan yang bersangkutan
dan bila perlu diberikan kompensasi khusus bagi keluarga tahanan tersebut.
3. Apakah Traidos Bank secara etis dibenarkan untuk mengecualikan saham Roche dari
dana yang ditawarkannya kepada pelanggan? Pertimbangkan jawaban Anda mengingat
tugas bank untuk menginvestasikan uang secara bijak dan mengingat kesimpulannya
sendiri bahwa Roche berada di antara "50% perusahaan farmasi dengan kinerja terbaik,"
adalah "transparan tentang masalah keberlanjutan," memiliki "posisi komprehensif
mengenai rekayasa genetika dan pedoman etika yang jelas untuk uji klinis, "menegakkan"
standar "tinggi untuk para pemasoknya, dan berusaha untuk" mengurangi konsumsi
energi dan emisi gas rumah kaca. "
Apakah standar etika Traidos Bank ditetapkan terlalu tinggi?
Jawaban:
Keputusan yang diambil oleh Traidos Bank untuk melepas pendanaan Roche dinilai sudah
tepat. Hal ini dilakukan untuk menjaga prinsip dan nilai yang ada di dalam perusahaan.
Penting untuk tetap berpegang pada prinsipnya maka, hal tersebut dapat memicu trust atau
kepercayaan yang tinggi dari masyarakat pada pihak perbankan. Walaupun penelitian yang
dilakukan Roche memiliki nilai atau value added yang tinggi, tetapi hal ini bertentangan
dengan prinsip yang dianut oleh Traidos Bank. jika kedudukan prinsip yang dimiliki oleh
perusahaan bertolak belakang dengan keuntungan yang mungkin diperoleh perusaahan
jika menginvestasikan dananya, maka keputusan pihak manajemen perbankan adalah
pilihan yang sangat bijak untuk memperkuat eksistensi Traidos Bank sebagai lembaga
perbankan yang mempunyai prisip “ethical bank which offers savings accounts and
investment” dan “the world’s
leading ethical and sustainable bank.”
4. Apakah standar etika Traidos Bank ditetapkan terlalu tinggi?
Jawaban:
Standar etika yang ditetapkan oleh Traidos Bank memang cukup tinggi. Namun, hal itu
tidak menyurutkan niat perusahaan lain untuk meminjam dana pada Traidos Bank. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya pemasukan yang diperoleh oleh Traidos Bank berasal dari
kredit yang diberikan dengan total laba bersihnya sebesar $13,6 juta. Standar etika yang
ditetapkan oleh Traidos Bank menjadi pembeda atau ciri khas dari perusahaan perbankan
lainnya dan didukung dengan ketegasannya dalam memutuskan pendananaan apabila ada
debitur yang melanggar standar tersebut. Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan
nasabah menjadi tinggi untuk menanamkan modalnya di Traidos Bank.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis keuntungan dan kerugian, yaitu pertama, cost and benefits) yang dianalisis
jangan semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati
benar bahwa ini sasaran akhir. Kedua, seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan
kerugian ditempatkan dalam kerangka uang.
Ketiga¸ bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis
keuntungan dan kerugian jangka panjang. langkah yang perlu diambil dalam membuat
sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif
kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya dengan mempertimbangkan manfaat yang
akan diterima semua pihak yang berkepentingan.
Permasalahan terkait dengan utilitarianisme sering kali berfokus pada kesulitan
dalam menilai atau mengukur utilitas secara akurat. Meskipun pendekatan ini
menitikberatkan pada kegunaan, manfaat, atau keuntungan sebagai dasar bagi tindakan
yang baik dan etis, namun hal ini tidak selalu berlaku secara universal.
Berdasarkan kasus diatas mengenai Traidos Bank dan Roche, tindakan
utilitarianisme tidak bisa dianggap benar secara universal. Karena nilai kemanusiaan
tidak dapat dikorban apapun alasannya baik itu didasarkan manfaat ataupun keuntungan
yang diperoleh. Pendekatan right-based ethic dianggap lebih rasional dalam kasus ini
karena pendekatan ini lebih mengedepankan manfaat dari suatu tindakan memang
penting, tetapi tindakan yang dilakukan sebaiknya tidak melanggar hak hidup seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar:
Udayana University Press
Ningsih, Liasetiani. 2011. ETIKA BISNIS VI: Etika Utilitarianisme dalam
Bisnis.https://liasetianingsih.wordpress.com/2011/11/23/etika-bisnis-vi-etika-
utilitarianisme-dalam-bisnis/.

Anda mungkin juga menyukai