Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA BISNIS

FILOSOFI ETIKA DAN BISNIS

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. MUHAMAD AFRIZAL (A021171330)
2. NURUL AURA (A021171531)
3. SEBRIANTI (A021171543)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat rahmat dan
karunianya jualah sehingga kami dapat menyusun makalah ini dalam rangka
penyelesaian tugas yang diberikan oleh dosen.
Dalam penyusunan makalah ini mungkin terdapat kekurangan dan kelebihan.
Kalaupun terdapat kelebihan semoga bermanfaat bagi kita semua. Namun jika terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penyusun makalah berharap
saran dan kritikannya yang tentunya dapat memacu semangat kami dalam menyusun
makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.

Makassar, 12 September 2019

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii

BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... ....... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ .... 1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ ...... 1

BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2

2.1 Kerangka Etis: Konsekuensi, Prinsip, Karakter.............................................. 2


2.2 Utilitarianisme: Membuat Keputusan Berdasarkan
Konsekuensi Etis............................................................................................. 2
2.3 Etika Prinsip dan Hak...................................................................................... 3
2.4 Etika Moralitas: Membuat Keputusan berdasarkan
Integritas dan Karakter..................................................................................... 4
2.5 Model Pengambilan Keputusan untuk Etika
Bisnis Telah Direvisi........................................................................................ 5

BAB III
PENUTUP..................................................................................................... ......... 7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 7
3.2 Saran.................................................................................................................. 7

Daftar Pustaka…………………………………………………………………... 8

Pertanyaan.............................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bisa dikatakan bahwa “teori etika” dapat membantu para pengambil
keputusan untuk bisa memberikan penilaian, apakah sebuah keputusan itu sudah
etis atau belum. Teori etika mendasari dan menyediakan sebuah kerangka
kemungkinan kepastian benar atau tidaknya suatu keputusan moral. Dengan
berdasarkan pada sebuah teori etika, keputusan moral yang dilakukan bisa menjadi
beralasan. Dengan kata lain, dengan teori etika keputusan dijauhkan dari suasana
sewenang-wenang dan terhindar dari ketidak pastian hukum dan ketidakpuasan.
Sebuah teori etika tertentu membantu pengambilan keputusan moral. Teori etika
menyediakan justifikasi bagi keputusan yang dilakukan oleh para manajer.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kerangka kerja etis?
2. Apa yang dimaksud dengan utilitarianisme?
3. Apa yang dimaksud dengan etika prinsip dan hak?
4. Apa yang dimaksud dengan etika moralitas?
5. Apa sajakah model pengambilan keputusan yang telah direvisi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami kerangka kerja etis
2. Memahami utilitarianisme
3. Memahami etika prinsip dan hak
4. Memahami etika moralitas
5. Memahami model pengambilan keputusan yang telah direvisi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Etis: Konsekuensi, Prinsip, Karakter


Kerangka kerja etis (Ethical Framework) tidak lebih dari upaya untuk
memberikan jawaban yang sistematis terhadap pertanyaan etika mendasar:
Bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya? Etika berusaha
menjawab pertanyaan tentang bagaimana kita harus hidup, tetapi juga memberikan
alasan untuk mendukung jawaban. Etika berupaya memberikan pembenaran
rasional mengapa kita harus bertindak dan memutuskan dengan cara tertentu yang
ditentukan.
Etika tidak terdiri dari satu prinsip atau kerangka kerja tunggal. Kerangka
kerja etika yang berbeda telah berkembang dari waktu ke waktu dan telah
disempurnakan dan dikembangkan oleh banyak pemikir yang berbeda. Terdapat
tiga kerangka kerja etis yang telah terbukti berpengaruh dalam pengembangan etika
bisnis dan yang memiliki relevansi yang sangat praktis dalam mengevaluasi
masalah etika dalam bisnis modern yaitu:
1. Utilitarianisme, adalah tradisi etis yang mengarahkan kita untuk memutuskan
berdasarkan konsekuensi keseluruhan dari tindakan kita.
2. Kerangka kerja berbasis prinsip, mengarahkan kita untuk bertindak
berdasarkan prinsip moral seperti menghormati hak asasi manusia.
3. Etika moralitas, memberi tahu kita untuk mempertimbangkan karakter moral
individu dan bagaimana berbagai karakter dapat berkontribusi, atau
menghalangi, kehidupan manusia yang bahagia dan bermakna.

2.2 Utilitarianisme: Membuat Keputusan Berdasarkan Konsekuensi Etis


Utilitarianisme berakar pada filsafat sosial dan politik abad ke-18 dan 19,
tetapi gagasan intinya sama relevannya di abad ke-21. Wawasan mendasar
utilitarianisme adalah bahwa hasil itu penting, dan karenanya kita harus
memutuskan apa yang harus dilakukan dengan mempertimbangkan konsekuensi
keseluruhan dari tindakan kita. Dalam pengertian ini, utilitarianisme telah disebut
sebagai pendekatan konsekuensialis terhadap etika dan kebijakan sosial. Kita harus

2
bertindak dengan cara yang menghasilkan konsekuensi yang lebih baik daripada
alternatif yang kita pertimbangkan.
Dalam konteks bisnis, tantangannya adalah menjawab dalam hal
konsekuensi keuangan. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang menghasilkan
pengembalian keuangan terbaik. Tetapi jawaban ini akan menyamakan nilai etika
menjadi nilai ekonomi dengan mengidentifikasi yang terbaik secara etika sebagai
yang terbaik secara ekonomi. Jawaban yang lebih berguna untuk pertanyaan ini
dapat diberikan dalam hal nilai-nilai etika yang dijelaskan dalam bab-bab
sebelumnya. “Konsekuensi yang lebih baik” adalah yang mempromosikan
kesejahteraan manusia seperti kebahagiaan, kesehatan, martabat, integritas,
kebebasan, dan rasa hormat dari semua orang yang terkena dampaknya. Dalam
Utilitarianisme, keputusan yang mempromosikan nilai-nilai ini dalam jumlah
terbesar untuk jumlah orang terbesar adalah keputusan yang paling masuk akal dari
sudut pandang etika.

2.3 Etika Prinsip dan Hak


Kerangka kerja etika kedua yang akan terbukti penting bagi etika bisnis
adalah membuat beberapa keputusan etis sebagai masalah prinsip daripada
konsekuensi. Prinsip adalah aturan etis yang menerapkan nilai. Prinsip-prinsip etika
dapat dianggap sebagai jenis aturan, dan pendekatan etika ini memberi tahu kita
bahwa ada beberapa aturan yang harus kita ikuti walaupun jika hal itu mencegah
konsekuensi yang baik terjadi atau bahkan jika menghasilkan beberapa konsekuensi
buruk.
Aturan hukum adalah satu set aturan utama yang harus kita ikuti dan akan
memandu keputusan yang akan kita buat. Misalnya, Kami memiliki kewajiban
untuk membayar pajak, bahkan jika kami pikir uang itu mungkin lebih efisien
dihabiskan untuk pendidikan anak-anak kita. Saya harus berhenti di lampu merah,
bahkan jika tidak ada mobil yang datang dan saya bisa mencapai tujuan saya sedikit
lebih cepat dengan langsung menembus lampu merah. Begitu pun dengan
pengambilan keputusan dalam konteks bisnis yang akan melibatkan banyak situasi
di mana seseorang harus mematuhi aturan hukum bahkan ketika terdapat
konsekuensi yang diinginkan ataupun tidak.

3
Terdapat beberapa Prinsip Etis yang disepakati persatuan negara dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu:
1. Hak asasi Manusia
 Prinsip 1: Bisnis harus mendukung dan menghormati perlindungan hak asasi
manusia yang dinyatakan secara internasional
 Prinsip 2: Memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam pelanggaran hak
asasi manusia.

2. Standar Perburuhan
 Prinsip 3: Bisnis harus menjunjung tinggi kebebasan berserikat dan
pengakuan efektif atas hak untuk melakukan perundingan bersama
 Prinsip 4: Penghapusan semua bentuk kerja paksa dan kerja wajib
 Prinsip 5: Penghapusan pekerja anak secara efektif
 Prinsip 6: Penghapusan diskriminasi berkenaan dengan pekerjaan dan
pekerjaan.

3. Lingkungan Hidup
 Prinsip 7: Bisnis harus mendukung pendekatan pencegahan terhadap
tantangan lingkungan
 Prinsip 8: melakukan inisiatif untuk mempromosikan tanggung jawab
lingkungan yang lebih besar
 Prinsip 9: mendorong pengembangan dan difusi teknologi ramah
lingkungan.

4. Anti korupsi
 Prinsip 10: Bisnis harus bekerja melawan korupsi dalam segala bentuknya,
termasuk pemerasan dan penyuapan.

2.4 Etika Moralitas: Membuat Keputusan berdasarkan Integritas dan Karakter


Moralitas dapat dipahami sebagai sifat-sifat karakter yang akan membentuk
bagian dari kehidupan manusia yang baik dan bermakna. Ramah dan ceria;
memiliki integritas; jujur, terus terang, dan jujur; memiliki keinginan yang

4
sederhana; dan toleran adalah beberapa karakteristik yang biasanya dianggap
sebagai bagian dari kehidupan manusia yang baik dan bermakna. Contoh terbaik
untuk melihat etika moralitas adalah dalam tujuan setiap orang tua yang berharap
untuk membesarkan anak-anak yang bahagia dan baik.
Untuk memahami bagaimana etika moralitas berbeda dari kerangka kerja
utilitarian dan berbasis prinsip, pertimbangkan masalah egoisme. Egoisme adalah
pandangan yang berpendapat bahwa orang bertindak hanya karena kepentingan diri
sendiri. Tantangan terbesar yang ditimbulkan oleh egoisme adalah kesenjangan
yang jelas antara kepentingan diri sendiri dan altruisme, atau antara motivasi yang
“mementingkan diri sendiri” dan motivasi yang “mementingkan yang lain”.

2.5 Model Pengambilan Keputusan untuk Etika Bisnis Telah Direvisi


Teori-teori etika ini, bagaimanapun, menyediakan cara-cara yang sistematis
dan canggih untuk berpikir dan bernalar tentang pertanyaan-pertanyaan etis. Kami
sekarang dapat menawarkan versi yang lebih rinci dari model pengambilan
keputusan, yang mana teori etika diintegrasikan ke dalam prosedur keputusan
eksplisit. Proses pengambilan keputusan yang diperkenalkan di sini bertujuan untuk
membantu Anda membuat keputusan bisnis yang bertanggung jawab secara etis.
Untuk meringkasnya, kami sekarang meninjau proses pengambilan keputusan secara
lebih rinci.
1. Tentukan fakta. Kumpulkan semua fakta yang relevan. Sangat penting pada
tahap ini bahwa kita secara tidak sengaja membiasakan keputusan kita nanti
dengan mengumpulkan hanya fakta-fakta yang mendukung satu hasil tertentu.
2. Identifikasi masalah etis yang terlibat. Apa dimensi etisnya? Apa masalah
etika? Seringkali kita bahkan tidak memperhatikan dilema etika. Hindari miopia
normatif.
3. Identifikasi pemangku kepentingan. Siapa yang akan terpengaruh oleh
keputusan ini? Apa hubungan mereka dan apa kekuatan mereka atas keputusan
atau hasil saya? Siapa yang memiliki kepentingan dalam hasilnya?
4. Pertimbangkan alternatif yang tersedia. Apakah ada cara kreatif untuk
menyelesaikan konflik? Jelajahi tidak hanya pilihan yang jelas, tetapi juga yang

5
kurang jelas dan yang membutuhkan pemikiran atau pemikiran kreatif yang “out
of the box”.
5. Bandingkan dan pertimbangkan alternatifnya. Ambil sudut pandang orang
lain yang terlibat. Bagaimana setiap pemangku kepentingan dipengaruhi oleh
keputusan saya? Bandingkan dan pertimbangkan alternatifnya: teori dan tradisi
etis dapat membantu di sini.
6. Membuat sebuah keputusan. Apakah ini keputusan point-in-time, atau sesuatu
yang akan dilakukan seiring waktu? Apa rencana Anda, dan bagaimana Anda
akan mengimplementasikannya? Apa yang akan Anda lakukan jika terjadi
sesuatu yang tidak terduga?
7. Monitoring dan Belajar. Sudahkah Anda membangun mekanisme untuk
penilaian keputusan Anda dan kemungkinan modifikasi? Pastikan Anda belajar
dari setiap keputusan dan bergerak maju dengan pengetahuan yang meningkat
itu; Anda mungkin menghadapi keputusan serupa di masa depan atau merasa
perlu untuk melakukan perubahan pada situasi Anda saat ini. Apakah kebijakan
atau prosedur perlu direvisi sebagai akibat dari situasi ini atau penyelesaiannya?

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika tidak terdiri dari satu prinsip atau kerangka kerja tunggal. Kerangka
kerja etika yang berbeda telah berkembang dari waktu ke waktu dan telah
disempurnakan dan dikembangkan oleh banyak pemikir yang berbeda. Terdapat
tiga kerangka kerja etis yang telah terbukti berpengaruh dalam pengembangan etika
bisnis dan yang memiliki relevansi yang sangat praktis dalam mengevaluasi
masalah etika dalam bisnis modern yaitu: (1) Utilitarianisme, yang berfokus pada
pengambilan keputusan berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan, (2) Kerangka
kerja berbasis prinsip yang berfokus pada prinsip atau aturan moral, dan (3)
Etika moralitas, yang berfokus pada pertimbangan karakter moral individu.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari dosen dan teman–teman sekalian agar dapat memacu kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hartman, Laura P., Joe Desjardins & Chris Macdonalds. 2018. Business Ethics:
Decision Making for Personal Integrity & Social Responsibility, 4th Ed. New York:
McGraw Hill Education.

8
PERTANYAAN
1. Apakah ada kriteria dalam kerangka utilitarianisme yang dapat di jadikan
dasar untuk menilai suatu kebijaksanaan dan tindakan?
Jawaban :
 Kritera pertama adalah manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
 Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan
itu mendatangkan manfaat terbesar dibandingkan dengan tindakan yang lainnya.
 Kriteria ketiga menyangkut pertanyaan mengenai manfaat terbesar untuk siapa.
Untuk diri sendiri atau kelompok, atau juga untuk semua orang yang terkait,
terpengaruh dan terkena kebijaksanaan atau tindakan yang akan diambil.

2. Mengapa etika utilitarianisme sangat penting dalam bisnis ?


Jawaban :
Etika Bisnis dan Utilitarianisme dalam Bisnis sangat diperlukan dan berpengaruh
besar dalam bisnis karena pelanggan merasa loyal dengan pelayanan yang dilakukan
oleh si pelaku bisnis, namun memiliki kelemahan yaitu mengorbankan kepentingan
minoritas untuk kepentingan yang lebih besar. Hal itu harus dicermati sebagai
kekurangan yang harus diperbaiki dengan cara meningkatkan kepedulian terhadap
kaum minoritas tersebut, sehingga tidak merasa dikucilkan dalam Bisnis tersebut.
Dengan cara baik dan saling menguntungkan kaum minoritas dan mayoritas, maka
bisnis yang dijalankan tersebut akan mendapat kepercayaan yang besar dari berbagai
kaum mayoritas maupun kaum minoritas dalam bisnis yang dijalankan tersebut.

3. Apa saja kendala-kendala dalam mewujudkan kinerja bisnis etis?


Jawaban :
 Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
 Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
 Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
 Lemahnya penegakan hukum.
 Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode
etik bisnis dan manajemen.

9
4. Apa yang membedakan etika moralitas dengan kerangka kerja utilitarian dan
etika prinsip?
Jawaban :
Perbedaan etika moralitas dengan kerangka kerja utilitarian dan etika prinsip adalah
adanya pertimbangan masalah egoisme. Egoisme adalah pandangan yang
berpendapat bahwa orang bertindak hanya karena kepentingan diri sendiri.
Tantangan terbesar yang ditimbulkan oleh egoisme adalah kesenjangan yang jelas
antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Selain itu, dalam
kerangka kerja utilitarian dan etika prinsip berfokus pada konsekuensi yang diterima
orang banyak dari kebijakan yang dibuat, sedangkan dalam etika moralitas berfokus
pada karakteristik orang yang membuat keputusan.

5. Apa sajakah model pengambilan keputusan untuk etika bisnis yang telah
direvisi?
Jawaban:
 Tentukan fakta
 Identifikasi masalah etis yang terlibat
 Identifikasi pemangku kepentingan
 Pertimbangkan alternatif yang tersedia
 Bandingkan dan pertimbangkan alternatifnya
 Membuat sebuah keputusan
 Monitoring dan Belajar

10

Anda mungkin juga menyukai