Dibuat oleh :
Nama : Riska D.S Permata
NIM : 17-043-131
Semester : VII/A
Dosen Pengajar : Alpindos Toweula, Ak., CA., BKP
JANUARI 2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………........................ i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 2
2.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi ..…………………………… 3
2.2 Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi ………………….............. 4
2.3 Basis Teori Etika ……………………………………………...… 5
2.4 Egoisme ……………………………………………………..…… 6
BAB III OBJEK PEMBAHASAN ………………………………………….7
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ………………………….…....8
4.1 Pembahasan Kasus …....………………………………………...8
4.2 Analisis Kasus ...............................................................………...9
BAB V PENUTUP …………………………………………………………10
5.1 Kesimpulan ..................................................................................10
5.2 Solusi ...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap negara membutuhkan dana untuk membiayai seluruh aktivitas yang dilakukan, baik itu
pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan negara. Sumber penerimaan negara
terbesar disamping penerimaan bukan pajak seperti migas dan non migas adalah berasal dari pajak.
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah negara, khususnya didalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang diperuntukkan membiayai
semua pengeluaran pembangunan.Sehingga semakin banyak pajak yang dipungut maka semakin
banyak fasilitas publik atau infrastruktur yang dibangun. Peran pajak bagi pemerintah tidak hanya
merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan salah satu alat kebijakan untuk mengatur
jalannya perekonomian. Jika dilihat secara detail sebenarnya pajak memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap berbagai aspek kehidupan suatu negara. Aspek yang dimaksud meliputi aspek
ekonomi, sosial, politik dan budaya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. Kepentingan Publik
Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas
dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama
profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
tingkat prestasi tersebut.Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik.Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi
untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
3. Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi.Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen.
Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam
profesi.Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.
6. Kerahasiaan
Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya, anggota bisa saja
mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum yang
mengungkapkannya.Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan
klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
1. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti tujuan. Dalam hal mengukur
baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang akan dicapai atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan dari tindakan yang telah dilakukan.
2. Deontolog
Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Jika terdapat
pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”. Maka
Deontologi akan menjawab “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dank arena perbuatan
kedua dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan salah satu teori
etika yang penting.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.Teori hak ini merupaka suatu aspek dari
teori deontologi karena berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.
2.4 Egoisme
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra
pribadi seseorang dan pentingnya intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang
kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri
1. Egoisme mementingkan diri sendiri ataupun kelompok meskipun orang atau kelompok lain
dirugikan sedangkan hedonisme mementingkan diri sendiri demi kesenangan yang didapat secara
individual.
2. Hedonisme mengandung sifat egoisme sedangkan egoisme belum tentu mengandung hedonisme.
3. Hedoisme timbul dari kodrat manusia yang memang menginginkan suatu kesenangan
sedangkan egoism timbul tidak hanya dari psikologis saja tapi bisa dari lingkungan sekitar.
BAB III
OBAJEK PEMBAHASAN
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo
sebagai tersangka. Hadi ditetapkan sebagai tersangka terkait dengan jabatannya sebagai Direktur
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan periode 2002-2004. Hadi diduga mengubah keputusan
sehingga merugikan negara Rp 375 miliar.
"KPK temukan bukti-bukti akurat dan setelah melakukan gelar perkara, menetapkan saudara HP
sebagai tersangka," kata Ketua KPK Abraham Samad di gedung kantornya, Senin, 21 April 2014.
Hadi disangkakan dengan Pasal 2 ayat (1) dan/atau Pasal 3 Undang-Undang 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. "Perbuatan melawan hukum yang dilakukan saudara HP yaitu
penyalahgunaan wewenang dalam menerima seluruh permohonan keberatan BCA," kata Abraham.
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan BCA keberatan dengan pajak atas transaksi non-
performance loan sebesar Rp 5,7 triliun. Keberatan BCA itu terjadi tahun 1999. "Tapi, memang,
dengan itu dugaan kerugian negaranya adalah Rp 375 miliar."
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Ketua Badan pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait keberatan pajak. Kasus ini terjadi saat Hadi Purnomo
menjadi Dirjen Pajak tahun 2002-2004 silam.
Berikut ini adalah kronologi singkat kasus yang menjerat Hadi Purnomo tersebut :
12 Juli 2003, PT BCA Tbk mengajukan surat keterangan pajak transaksi non performance loan sebesar
Rp 5,7 triliun kepada Direktorat Pajak Penghasilan. Setelah surat itu diterima Direktorat PPH,
dilakukan kajian lebih dalam untuk bisa mengambil kesimpulan. Butuh waktu hampir satu tahun untuk
menghasilkan kesimpulan.
13 Maret 2004, Direktorat PPH memberikan jawaban, menolak keberatan dari BCA.
15 Juli 2004, Hadi Purnomo meminta agar Direktorat PPH mengubah kesimpulan, dari ditolak
menjadi menerima keberatan BCA. Hal ini dilakukan sehari sebelum batas waktu terakhir. Dengan
begitu, Direktorat PPH tak bisa melakukan apa pun.
"Saudara HP selaku dirjen pajak sekarang ketua BPK mengabaikan adanya fakta materi keberatan
sama BCA dengan bank lain. Ada bank lain yang punya permasalahan sama tapi ditolak tapi dalam
kasus BCA, keberatannya diterima," kata Abraham Samad.
Abraham menyebutkan akibat perbuatan Hadi Purnomo, negara berpotensi rugi Rp 375 miliar.
Hadi dijerat Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsijuncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara.
13 Maret 2004, Direktorat PPH memberikan jawaban, menolak keberatan dari BCA.
15 Juli 2004, Hadi Purnomo meminta agar Direktorat PPH mengubah kesimpulan, dari ditolak
menjadi menerima keberatan BCA. Hal ini dilakukan sehari sebelum batas waktu terakhir. Dengan
begitu, Direktorat PPH tak bisa melakukan apa pun.
"Saudara HP selaku dirjen pajak sekarang ketua BPK mengabaikan adanya fakta materi keberatan
sama BCA dengan bank lain. Ada bank lain yang punya permasalahan sama tapi ditolak tapi dalam
kasus BCA, keberatannya diterima," kata Abraham Samad.
B. Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus Bank BCA dan jenis pelanggaran etika yang
dilakukan.
Pihak yang terlibat dalam kasus ini yaitu Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo .jenis
pelanggaran etika yang dilakukan adalah tanggung jawab profesi ,kepentingan
publik,integritas,objektivitas,kopetensi dan sifat kehatihatian profesional, perilaku profesional,standar
teknis.
C.Masing-masing pihak yang terlibat melakukan pelanggaran etika profesi yang dilakukan
dikaitkan dengan norma-norma atau prinsip-prinsip etika
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Dalam
hal ini, Hadi Poernomo tidak bertanggung jawab dalam tindakannnya dengan menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Dirjen Pajak untuk menerima seluruh permohonan keberatan pajak Bank BCA
sehingga merugikan negara RP. 375 miliar.
2. Kepentingan Publik
Hadi Poernomo tidak menunjukkan komitmennya sebagai profesional dengan mengabaikan
kepentingan publik dengan membuat keputusan yang mementingkan pihak tertentu sehingga
merugikan negara.
3. Integritas
Guna menjaga dan juga untuk meningkatkan kepercayaan publik, tiap tiap anggota wajib memenuhi
tanggungjawabnya sebagai profesional dengan tingkat integritas yang setinggi mungkin. Dilihat dari
kasus yang terjadi, Hadi Poernomo telah melakukan kecurangan dengan wewenang yang dimilikinya.
Hal ini menunjukkan Hadi Poernomo yang tidak menjaga integritasnya dengan melakukan kecurangan
tersebut.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, Hadi Poernomo telah menyalahi prinsip obyektivitas
dengan tidak bersikap adil dan mementingkan pihak lain tanpa melakukan pertimbangan keputusan
yang telah dibuat oleh Direktorat PPH.
6. Perilaku Profesional
Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi jang baik dan menjauhi
kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi. Hadi Poernomo jelas tidak menunjukkan
komitmen dan konsistensinya dengan menyalahgunakan wewenangnya
7. Standar Teknis
Anggota harus menjalankan jasa profesional sesuai standar teknis dan standar profesional yang
berhubungan/relevan. Hadi Poernomo telah mengabaikan kesimpulan Direktorat PPH yang sudah
melakukan kajian sesuai dengan standar yang berlaku, kemudian membuat keputusan sendiri yang
mementingkan pihak tertentu.
D. Dampak pelanggaran tersebut dengan masing-masing pihak serta sanksi yang dapat diterima
oleh pihak yang melanggar.
Dampak Pelanggaran tersebut dapat membuat Hadi Poernomo tersingkir dari jabatannya , dan sanksi
yang di terima oleh Hadi Poernomo yaitu Pidana dengan Hukuman 20 tahun Penjara.
E. Menurut pendapat saudara apa yang seharusnya dilakukan agar pelanggaran kode etik
tersebut tidak terjadi.
Menurut saya carilah pemimpin yang benar-benar jujur dan memiliki rasa tanggungjawab yang sangat
besar agar tidak akan terjadi pelanggaran kode etik .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kode etik profesi
akuntansi yang telah dilanggar, yaitu :
1.Hadi Poernomo tidak bertanggung jawab dalam tindakannnya dengan menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Dirjen Pajak untuk menerima seluruh permohonan keberatan pajak
Bank BCA sehingga merugikan negara RP. 375 miliar. Secara Langsung ,telah melanggar etika
tanggung jawab profesi dan perilaku professional
2.Selain itu, melanggar etika kepentingan publik karena telah mengesampingkan kepentingan
publik
3.Hadi Poernomo telah mengabaikan prinsip kehati-hatian profesional dengan tiba-tiba
merubah keputusan Direktorat PPH yang telah menolak permohonan keberatan Bank BCA.
4. Hadi Poernomo telah melakukan kecurangan dengan wewenang yang dimilikinya. Hal ini
menunjukkan Hadi Poernomo yang tidak menjaga integritasnya dengan melakukan kecurangan
tersebut.
5.2 Solusi
Sudah banyak kasus-kasus kecurangan pajak di Indonesia, sebaiknya pemerintah dan instansi
pengawas lebih memperhatikan dan mengawasi bidang perpajakan ini karena pajak adalah salah satu
bagian yang sudah sering terjadi kecurangan dan manipulasi. Sebaiknya juga diberikan sanksi yang
lebih tegas untuk pihak-pihak yang terlibat. Diharapkan kasus-kasus seperti Hadi Poernomo ini tidak
akan terjadi lagi dimasa yang akan datang dan kasus-kasus yang sedang dalam proses diharapkan
cepat dituntaskan.
DAFTAR PUSTAKA
IAI, Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP (Kode Etik Akuntan Indonesia dan Aturan Etika
Profesi Akuntan Publik). Jakarta : Salemba Empat, 2001
http://shuumalik.wordpress.com/2013/01/28/pengertian-etika-profesi-akuntansi/
http://cescbergas.blogspot.com/2012/11/8-prinsip-etika-profesi-dalam-akuntansi.html
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/04/21/063572154/kpk-tetapkan-hadi-poernomo-sebagai-
tersangka
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-yang-bikin-hadi-poernomo-jadi-tersangka.html
http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/01/etika-profesi-akuntansi-kode-etik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Central_Asia