Anda di halaman 1dari 12

ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI

MATERI UJIAN AKHIR SEMESTER

ANALISA PELANGGAGARAN ETIKA PROFESI


KASUS PAJAK BANK BCA HADI POERNOMO

Dibuat oleh :
Nama : Riska D.S Permata
NIM : 17-043-131
Semester : VII/A
Dosen Pengajar : Alpindos Toweula, Ak., CA., BKP

PROGRAM STUDI SARJANA SAINS TERAPAN AKUNTANSI KEUANGAN


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI MANADO

JANUARI 2021
 DAFTAR ISI                 

HALAMAN JUDUL  ……………………………………........................    i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….ii

BAB I  PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 2
      2.1   Pengertian Etika Profesi Akuntansi ..……………………………    3
      2.2   Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi ………………….............. 4
      2.3   Basis Teori Etika ……………………………………………...…   5
      2.4   Egoisme  ……………………………………………………..…… 6
BAB III OBJEK PEMBAHASAN ………………………………………….7
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ………………………….…....8
            4.1 Pembahasan Kasus …....………………………………………...8
            4.2 Analisis Kasus ...............................................................………...9
BAB V PENUTUP …………………………………………………………10
5.1 Kesimpulan ..................................................................................10
5.2 Solusi ...........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN

Setiap negara membutuhkan dana untuk membiayai seluruh aktivitas yang dilakukan, baik itu
pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan negara. Sumber penerimaan negara
terbesar disamping penerimaan bukan pajak seperti migas dan non migas adalah berasal dari pajak.
Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah negara, khususnya didalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang diperuntukkan membiayai
semua pengeluaran pembangunan.Sehingga semakin banyak pajak yang dipungut maka semakin
banyak fasilitas publik atau infrastruktur yang dibangun. Peran pajak bagi pemerintah tidak hanya
merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan salah satu alat kebijakan untuk mengatur
jalannya perekonomian. Jika dilihat secara detail sebenarnya pajak memiliki kontribusi yang sangat
besar terhadap berbagai aspek kehidupan suatu negara. Aspek yang dimaksud meliputi aspek
ekonomi, sosial, politik dan budaya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1   Pengertian Etika Profesi Akuntansi                                                    


Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Etika (Yunani Kuno:
“ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab.Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu.Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

2.2   Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi

1.      Tanggung Jawab profesi                                                                              


    Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung
jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

2.      Kepentingan Publik   
       Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas
dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama
profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
tingkat prestasi tersebut.Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik.Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi
untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.

3.      Integritas      
       Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi.Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.

4.     Obyektivitas
     Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen.
Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk kedalam
profesi.Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.

5.      Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


        Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota
wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah
pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang
harus dipenuhinya.

6.     Kerahasiaan
       Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya, anggota bisa saja
mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum yang
mengungkapkannya.Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan
klien atau pemberi jasa berakhir.

7.      Perilaku Profesional                                                              
       Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat
mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8.      Standar Teknis   
        Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan
dengan prinsip integritas dan obyektivitas.Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati
anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

2.3   Basis Teori Etika

1.      Etika Teleologi
       Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti   tujuan. Dalam hal mengukur
baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang akan dicapai atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan dari tindakan yang telah dilakukan.

2.      Deontolog                                                                                        
      Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti kewajiban. Jika terdapat
pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”. Maka
Deontologi akan menjawab “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dank arena perbuatan
kedua dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan salah satu teori
etika yang penting.
3.      Teori Hak                             
  
   Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang paling banyak dipakai untuk
mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.Teori hak ini merupaka suatu aspek dari
teori deontologi karena berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.

4.       Teori Keutamaan ( Virtue )


    Dalam teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang.Keutamaan bisa didefinisikan
sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan seseorang untuk
bertingkah laku baik secara moral.Contoh sifat yang dilandaskan oleh teori keutamaan yaitu
kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras dan hidup yang baik.

2.4       Egoisme                                                                                   
Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra
pribadi seseorang dan pentingnya intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang
kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri

Perbedaan hedonisme dengan egoism :

1. Egoisme mementingkan diri sendiri ataupun kelompok meskipun orang atau kelompok lain
dirugikan sedangkan hedonisme mementingkan diri sendiri demi kesenangan yang didapat secara
individual.

2. Hedonisme mengandung sifat egoisme sedangkan egoisme belum tentu mengandung hedonisme.

3. Hedoisme timbul dari kodrat manusia yang memang menginginkan suatu kesenangan
sedangkan egoism timbul tidak hanya dari psikologis saja tapi bisa dari lingkungan sekitar.
BAB III
OBAJEK PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Bank BCA


Pada tahun 1955 NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai
cikal bakal Bank Central Asia (BCA). BCA didirikan oleh Sudono Salim pada tanggal 21 Februari
1957 dan berkantor pusat di Jakarta.
Pada tanggal 1 Mei 1975, pengusaha Mochtar Riady bergabung di BCA. Ia memperbaiki sistem kerja
di bank tersebut dan merapikan arsip-arsip bank yang kala itu ruangannya jadi sarang laba-laba.[1]
BCA melakukan merger dengan dua bank lain pada 1977. Salah satunya Bank Gemari yang dimiliki
Yayasan Kesejahteraan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Kantor Bank Gemari pun dijadikan
kantor cabang BCA. Merger itu membuat BCA bisa menjadi bank devisa.[1]
Menurut George Junus Aditjondro, anak-anak Soeharto yang memiliki saham di BCA adalah Siti
Hardiyanti (Tutut) dan Sigit Jarjojudanto. Menurutnya, keduanya sempat memiliki 32 persen saham di
BCA.[2]
Awal tahun 1980an, BCA mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia agar diperbolehkan
mengeluarkan dan mengedarkan kartu kredit atas nama BCA yang berlaku internasional. Untuk itu,
BCA bekerjasama dengan MasterCard.[1] BCA juga memperluas jaringan kantor cabang secara agresif
sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia. BCA mengembangkan berbagai produk dan
layanan maupun pengembangan teknologi informasi, dengan menerapkan online system untuk
jaringan kantor cabang, dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA.
Pada tahun 1990-an BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM (Anjungan Tunai
Mandiri atau Automated Teller Machine). Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di
berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA
bekerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon
melalui ATM BCA. BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu
kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA.
Pada tahun 2002, FarIndo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51% total saham BCA
melalui proses tender strategic private placement. Tahun 2004, BPPN melakukan divestasi atas 1,4%
saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas dan tahun 2005, Pemerintah
Republik Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan divestasi seluruh sisa
kepemilikan saham BCA sebesar 5,02%.
Pada periode 2000-an BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama
perbankan elektronik dengan memperkenalkan Debit BCA, Tunai BCA, internet banking KlikBCA,
mobile banking m-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center
di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi
ke bidang pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, BCA Finance. Tahun 2007, BCA menjadi
pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap. BCA
meluncurkan kartu prabayar, Flazz Card serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk
terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksi. BCA secara proaktif mengelola
penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat
kompetensi utama sebagai bank transaksi. Tahun 2008 & 2009, BCA telah menyelesaikan
pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko
operasional. BCA membuka layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth individual.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 PEMBAHASAN KASUS

KPK Tetapkan Hadi Poernomo sebagai Tersangka

Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo
sebagai tersangka. Hadi ditetapkan sebagai tersangka terkait dengan jabatannya sebagai Direktur
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan periode 2002-2004. Hadi diduga mengubah keputusan
sehingga merugikan negara Rp 375 miliar.

"KPK temukan bukti-bukti akurat dan setelah melakukan gelar perkara, menetapkan saudara HP
sebagai tersangka," kata Ketua KPK Abraham Samad di gedung kantornya, Senin, 21 April 2014.

Hadi disangkakan dengan Pasal 2 ayat (1) dan/atau Pasal 3 Undang-Undang 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. "Perbuatan melawan hukum yang dilakukan saudara HP yaitu
penyalahgunaan wewenang dalam menerima seluruh permohonan keberatan BCA," kata Abraham.

Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan BCA keberatan dengan pajak atas transaksi non-
performance loan sebesar Rp 5,7 triliun. Keberatan BCA itu terjadi tahun 1999. "Tapi, memang,
dengan itu dugaan kerugian negaranya adalah Rp 375 miliar."

Ini kasus yang bikin Hadi Poernomo jadi tersangka

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Ketua Badan pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo
sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait keberatan pajak. Kasus ini terjadi saat Hadi Purnomo
menjadi Dirjen Pajak tahun 2002-2004 silam.

Berikut ini adalah kronologi singkat kasus yang menjerat Hadi Purnomo tersebut :

12 Juli 2003, PT BCA Tbk mengajukan surat keterangan pajak transaksi non performance loan sebesar
Rp 5,7 triliun kepada Direktorat Pajak Penghasilan. Setelah surat itu diterima Direktorat PPH,
dilakukan kajian lebih dalam untuk bisa mengambil kesimpulan. Butuh waktu hampir satu tahun untuk
menghasilkan kesimpulan.

13 Maret 2004, Direktorat PPH memberikan jawaban, menolak keberatan dari BCA.

15 Juli 2004, Hadi Purnomo meminta agar Direktorat PPH mengubah kesimpulan, dari ditolak
menjadi menerima keberatan BCA. Hal ini dilakukan sehari sebelum batas waktu terakhir. Dengan
begitu, Direktorat PPH tak bisa melakukan apa pun.

"Saudara HP selaku dirjen pajak sekarang ketua BPK mengabaikan adanya fakta materi keberatan
sama BCA dengan bank lain. Ada bank lain yang punya permasalahan sama tapi ditolak tapi dalam
kasus BCA, keberatannya diterima," kata Abraham Samad.

Abraham menyebutkan akibat perbuatan Hadi Purnomo, negara berpotensi rugi Rp 375 miliar.
Hadi dijerat Pasal 2 ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsijuncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara.

4.2 ANALISI KASUS

A. Deskripsi singkat kasus pelanggaran etika profesi


12 Juli 2003, PT BCA Tbk mengajukan surat keterangan pajak transaksi non performance loan sebesar
Rp 5,7 triliun kepada Direktorat Pajak Penghasilan. Setelah surat itu diterima Direktorat PPH,
dilakukan kajian lebih dalam untuk bisa mengambil kesimpulan. Butuh waktu hampir satu tahun untuk
menghasilkan kesimpulan.

13 Maret 2004, Direktorat PPH memberikan jawaban, menolak keberatan dari BCA.

15 Juli 2004, Hadi Purnomo meminta agar Direktorat PPH mengubah kesimpulan, dari ditolak
menjadi menerima keberatan BCA. Hal ini dilakukan sehari sebelum batas waktu terakhir. Dengan
begitu, Direktorat PPH tak bisa melakukan apa pun.

"Saudara HP selaku dirjen pajak sekarang ketua BPK mengabaikan adanya fakta materi keberatan
sama BCA dengan bank lain. Ada bank lain yang punya permasalahan sama tapi ditolak tapi dalam
kasus BCA, keberatannya diterima," kata Abraham Samad.

B. Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus Bank BCA dan jenis pelanggaran etika yang
dilakukan.

Pihak yang terlibat dalam kasus ini yaitu Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Purnomo .jenis
pelanggaran etika yang dilakukan adalah tanggung jawab profesi ,kepentingan
publik,integritas,objektivitas,kopetensi dan sifat kehatihatian profesional, perilaku profesional,standar
teknis.
C.Masing-masing pihak yang terlibat melakukan pelanggaran etika profesi yang dilakukan
dikaitkan dengan norma-norma atau prinsip-prinsip etika
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Dalam
hal ini, Hadi Poernomo tidak bertanggung jawab dalam tindakannnya dengan menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Dirjen Pajak untuk menerima seluruh permohonan keberatan pajak Bank BCA
sehingga merugikan negara RP. 375 miliar.

2.      Kepentingan Publik
Hadi Poernomo tidak menunjukkan komitmennya sebagai profesional dengan mengabaikan
kepentingan publik dengan membuat keputusan yang mementingkan pihak tertentu sehingga
merugikan negara.
3.      Integritas
Guna menjaga dan juga untuk meningkatkan kepercayaan publik, tiap tiap anggota wajib memenuhi
tanggungjawabnya sebagai profesional dengan tingkat integritas yang setinggi mungkin.  Dilihat dari
kasus yang terjadi, Hadi Poernomo telah melakukan kecurangan dengan wewenang yang dimilikinya.
Hal ini menunjukkan Hadi Poernomo yang tidak menjaga integritasnya dengan melakukan kecurangan
tersebut.
4.      Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, Hadi Poernomo telah menyalahi prinsip obyektivitas
dengan tidak bersikap adil dan mementingkan pihak lain tanpa melakukan pertimbangan keputusan
yang telah dibuat oleh Direktorat PPH.

5.      Kompetensi dan sifat kehati hatian profesional


Tiap anggota harus menjalankann jasa profesional dengan kehati hatian, kompetensi dan ketekunan
serta memiliki kewajiban memepertahankan keterampilan profesional. Hadi Poernomo telah
mengabaikan prinsip kehati-hatian profesional dengan tiba-tiba merubah keputusan Direktorat PPH
yang telah menolak permohonan keberatan Bank BCA.

6.      Perilaku Profesional
Tiap anggota wajib untuk berperilaku konsisten dengan reputasi jang baik dan menjauhi
kegiatan/tindakan yang bisa mendiskreditkan profesi. Hadi Poernomo jelas tidak menunjukkan
komitmen dan konsistensinya dengan menyalahgunakan wewenangnya

7.      Standar Teknis
Anggota harus menjalankan jasa profesional sesuai standar teknis dan standar profesional yang
berhubungan/relevan. Hadi Poernomo telah mengabaikan kesimpulan Direktorat PPH yang sudah
melakukan kajian sesuai dengan standar yang berlaku, kemudian membuat keputusan sendiri yang
mementingkan pihak tertentu.

D. Dampak pelanggaran tersebut dengan masing-masing pihak serta sanksi yang dapat diterima
oleh pihak yang melanggar.

Dampak Pelanggaran tersebut dapat membuat Hadi Poernomo tersingkir dari jabatannya , dan sanksi
yang di terima oleh Hadi Poernomo yaitu Pidana dengan Hukuman 20 tahun Penjara.

E. Menurut pendapat saudara apa yang seharusnya dilakukan agar pelanggaran kode etik
tersebut tidak terjadi.

Menurut saya carilah pemimpin yang benar-benar jujur dan memiliki rasa tanggungjawab yang sangat
besar agar tidak akan terjadi pelanggaran kode etik .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

      Dari pembahasan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kode etik profesi
akuntansi yang telah dilanggar, yaitu :
1.Hadi Poernomo tidak bertanggung jawab dalam tindakannnya dengan menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Dirjen Pajak untuk menerima seluruh permohonan keberatan pajak
Bank BCA sehingga merugikan negara RP. 375 miliar. Secara Langsung ,telah melanggar etika
tanggung jawab profesi dan perilaku professional 
2.Selain itu, melanggar etika kepentingan publik karena telah mengesampingkan kepentingan
publik
3.Hadi Poernomo telah mengabaikan prinsip kehati-hatian profesional dengan tiba-tiba
merubah keputusan Direktorat PPH yang telah menolak permohonan keberatan Bank BCA.
4. Hadi Poernomo telah melakukan kecurangan dengan wewenang yang dimilikinya. Hal ini
menunjukkan Hadi Poernomo yang tidak menjaga integritasnya dengan melakukan kecurangan
tersebut.

5.2 Solusi
Sudah banyak kasus-kasus kecurangan pajak di Indonesia, sebaiknya pemerintah dan instansi
pengawas lebih memperhatikan dan mengawasi bidang perpajakan ini karena pajak adalah salah satu
bagian yang sudah sering terjadi kecurangan dan manipulasi. Sebaiknya juga diberikan sanksi yang
lebih tegas untuk pihak-pihak yang terlibat. Diharapkan kasus-kasus seperti Hadi Poernomo ini tidak
akan terjadi lagi dimasa yang akan datang dan kasus-kasus yang sedang dalam proses diharapkan
cepat dituntaskan.  
DAFTAR PUSTAKA

IAI, Standar Profesional Akuntan Publik/SPAP (Kode Etik Akuntan Indonesia dan Aturan Etika
Profesi Akuntan Publik). Jakarta : Salemba Empat, 2001
http://shuumalik.wordpress.com/2013/01/28/pengertian-etika-profesi-akuntansi/
http://cescbergas.blogspot.com/2012/11/8-prinsip-etika-profesi-dalam-akuntansi.html
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/04/21/063572154/kpk-tetapkan-hadi-poernomo-sebagai-
tersangka
http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-yang-bikin-hadi-poernomo-jadi-tersangka.html
http://nichonotes.blogspot.co.id/2015/01/etika-profesi-akuntansi-kode-etik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Central_Asia

Anda mungkin juga menyukai