Anda di halaman 1dari 16

ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS

Oleh :

Ni Made Prapti Anggreni K (1215644043)

Ni Putu Herviana Yopita (1215644047)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI MANAJERIAL

POLITEKNIK NEGERI BALI

TAHUN PELAJARAN

2013/2014
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Berkat Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan

Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Etika

Utilitarianisme dalam Bisnis”. Adapun penyusunan paper ini yaitu sebagai

persyaratan dalam mata kuliah “Hukum dan Etika Bisnis”. Dalam penyusunan

paper ini kami menyadari kekurangan-kekurangan, baik dalam penyajian maupun

penulisannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan kami dalam merangkum materi

yang kami dapat.

Maka dari itu dengan segala hormat, kami mohon sudi kiranya Bapak dosen

memberikan saran-saran dan petunjuk yang sifatnya membangun, demi

kesempurnaan penulisan dan isi paper ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih.

Om Santhi, Santhi, Santhi, Om

Bukit Jimbaran, Januari 2014

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1. Kriteria, Prinsip, dan Nilai Positif Etika Utilitarianisme.............................3

2.1.1. Kriteria Etika Utilitarianise................................................................3


2.1.2. Prinsip Etika Utilitarianisme..............................................................4
2.1.3. Nilai Positif Etika Utilitarianisme......................................................5
2.2. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian.....................5

2.3. Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarianisme serta Jalan


Keluarnya.....................................................................................................6

2.3.1. Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarianisme.................6


2.3.2. Jalan Keluar........................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10

3.1. Kesimpulan.................................................................................................10

3.2. Saran...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika bisnis merupakan suatu topik yang mulai menarik perhatian

masyarakat dunia karena menjadi sorotan publik, ketika banyak orang mulai

menerapkannya pada perusahaan dan menjadi bahan pembicaraan hangat dimana-

mana. Setelah itu sampai sekarangpun banyak peneliti dan para ahli yang

mengungkapkan pendapat maupun teorinya tentang etika bisnis.

Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku

manusia. Bisnis adalah tukar menukar, jual beli, memproduksi - memasarkan,

bekerja-mempekerjakan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Etika bisnis

adalah pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi

dan bisnis. Hal ini terkait juga dengan etika utiliarisme dimana

Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa

suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility),

biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi

penderitaan. "Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna,

bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut

sebagai teori kebahagiaan terbesar. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis

yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan

menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat,

1
2

tak berfaedah, dan merugikan karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan

ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang menjadi kriteria, prinsip, dan nilai positif dalam etika

utilitarianisme?

2. Bagaimanakah etika utilitarianisme sebagai suatu standar penilaian?

3. Bagaimanakah cara menganalisis keuntungan dan kerugian etika

utilirianisme serta jalan keluar dari masalah etika utilitarianisme?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria, prinsip, dan nilai positif dalam

etika utilitarianisme.

2. Mahasiswa dapat mengetahui etika utilitarianisme sebagai suatu

standar penilaian.

3. Mahasiswa dapat menganalisis keuntungan dan kerugian serta

mengetahui jalan keluar masalah etika utilitarianisme.


3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kriteria, Prinsip, dan Nilai Positif Etika Utilitarianisme

2.1.1. Kriteria Etika Utilitarianisme

Secara lebih konkret, dalam kerangka etika utilitarianisme kita

dapat merumuskan tiga kriteria objektif sekaligus norma untuk memilih

suatu norma atau tindakan. Adapun kriteria tersebut antara lain :

1. Kriteria pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan atau

tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi,

kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal

yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik

adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.

2. Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan

atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi

tertentu lebih besar) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan

alternative lainnya.

3. Kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin

orang, yaitu dengan kata lain suatu kebijaksanaan atau tindakan yang

baik dan tepat dari segi etis menurut etika utilitarianisme adalah

kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi

3
4

sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan

yang sekecil mungkin bagi sedikit mungkin orang.

2.1.2. Prinsip Etika Utilirianisme

Atas dasar kriteria tersebut etika utilitarianisme mengajukan tiga

pegangan atau prinsip yaitu :

1. Pertama, suatu kebijakan atau tindakan adalah baik dan tepat secara

moral jika kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau

keuntungan. Itu berarti tindakan yang membawa manfaat atau

keuntungan adalah tindakan yang baik dan tepat secara moral.

Sebaliknya tindakan yang yang merugikan adalah tindakan yang tidak

tepat dan tidak baik secara moral.

2. Kedua, diantara berbagai kebijaksanaan atau tindakan yang sama

baiknya, kebijaksanaan atau tindakan yang mempunyai manfaat

terbesar adalah tindakan yang baik. Atau sebaliknya diantara

kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama merugikan,

kebijaksanaan atau tindakan yang baik dari segi moral adalah

mendatangkan kerugian lebih kecil atau terkecil.

3. Ketiga, yaitu diantara kebijaksanaan atau tindakan yang sama-sama

mendatangkan manfaat terbesar. Kebijaksanaan atau tindakan yang

mendatangkan manfaat terbesar adalah tindakan yang paling baik dari

kebijakan atau tindakan di atas.


5

Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan

keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.

2.1.3. Nilai Positif Etika Utilitarianisme

Adapun nilai positif dari adanya etika utilitarianisme ini yaitu :

1. Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika utilitarianisme ini

tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak kita

pahami dan yang tidak bias kita persoalkan keabsahannya.

2.  Dalam kaitannya dengan itu, utilitarianisme sangant menghargai

kebebasan setiap pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk

mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga

criteria objektif dan rasional tadi.

3.  Universalitas, yaitu berbeda dengan etika teleologi lainnya yang

terutama menekankan manfaat bagi diri sendiri atau kelompok sendiri,

utilitarianisme justru mengutamakan manfaat atau akibat baik dari

suatu tindakan bagi banyak orang.

2.2. Utilitarianisme sebagai Proses dan sebagai Standar Penilaian

Etika utilitarianisme dianggap sebgai standar penilain yaitu :

1. Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah

keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika

utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan. Ia


6

menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang

tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.

2. Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar penilaian bai tindakan atau

kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini, ketiga criteria di atas lalu

benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai apakah suatu tindakan

atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau tidak. Yang

paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah terjadi

berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia mendatangkan

hasil terbaik bagi banyak orang.

2.3. Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarianisme serta Jalan

Keluarnya

2.3.1. Analisis Keuntungan dan Kerugian Etika Utilitarisme

Adapun analisis keuntungan dan kerugian dari adanya etika

utilitarianisme ini yaitu :

1. Pertama, keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang dianalisis

jangan semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi

perusahaan,  kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu

mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak pihak

lain yang terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun

sekunder. Jadi, dalam analisis ini perlu juga diperhatikan bagaimana

daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis suatu


7

perusahaan  membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi

kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan

seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan apa

yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.

2. Kedua,  seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian

ditempatkan dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah

dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa

keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial,

melainkan juga aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak

karyawan, kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika

utilitarianisme, manfaat harus ditafsirkan secara luas dalam kerangka

kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak mungkin pihhak terkait

yang berkepentingan.

3. Ketiga ¸bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam

analisis keuntungan dan kerugian adalah keuntungan dan kerugian

dalam jangka panjang. Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek

sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat

menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau

paling kurang tidak memungkinkan perusahaan itu bertahan lama.

Karena itu,benefits yang menjadi sasaran utama semua perusahaan

adalah long term net benefits.

Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang

perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah


8

mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis

sebanyak-banyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu

terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi

kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang,

alternatif yang tidak merugikan kepentingan semua kelompok terkait

yang berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai

berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas

menyangkut aspek-aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan

dibandingkan dengan kerugian, dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan

dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bisa dilakukan, pada akhirnya

ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan yang

dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara financial,

melainkan juga baik dan etis.

2.3.2. Jalan Keluar

Tanpa ingin memasuki secara lebih mendalam persoalan ini, ada

baiknya kita secara khusus mencari  beberapa jalan keluar yang mungkin

berguna bagi bisnis dalam menggunakan etika utilitarianisme yang

memang punya daya tarik istimewa ini. Yang perlu diakui adalah bahwa

tidak mungkin mungkin kita memuaskan semua pihak secara sama dengan

tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya. Hanya saja, yang  pertama-

tama harus dipegang adalah bahwa kepentingan dan hak semua orang

harus diperhatikan, dihormati, dan diperhitungkan secara sama. Namun,


9

karena kenyataan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua pihak secara

sama dengan tingkat manfaat yang sama isi dan bobotnya, dalam situasi

tertentu kita memang terpaksa harus memilih di antara alternative yang

tidak sempurna itu. Dalam hal ini, etika utilitarianisme telah menberi kita

criteria paling objektif dan rasional untuk memilih diantara berbagai

alternative yang kita hadapi, kendati mungkin bukan paling sempurna.

Karena itu, dalam situasi di mana kita terpaksa mengambil kebijaksanaan

dan tindakan berdasarkan etika utilitarianisme, yang mengandung

beberapa kesulitan dan kelemahhan tersebut di atas, beberapa hal ini

kiranya perlu diperhatikan.

1. Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral

kita untuk mempertimbangkan secara jujur apakah tindakan yang kita

ambil itu, yang memenuhi criteria etika utilitarianisme diatas, memang

manusiawi atau tidak.

2. Dalam kasus konkret di mana kebijaksanaan atau tindakan bisnis

tertentu yang dalam jangka panjang tidak hanya menguntungkan

perusahaan tetapi juga banyak pihak terkait, termasuk secara moral,

tetapi ternyata ada pihak tertentu yang terpaksa dikorbankan atau

dirugikan secara tak terelakkan, kiranya pendekatan dan komunikasi

pribadi akan merupakan sebuah langkah yang punya nilai moral

tersendir
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada BAB II, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Secara lebih konkret, dalam kerangka etika utilitarianisme kita dapat

merumuskan tiga kriteria objektif sekaligus norma untuk memilih

suatu norma atau tindakan. Adapun kriteria tersebut antara lain kriteria

pertama adalah manfaat, kriteria kedua adalah manfaat terbesar, dan

kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

Atas dasar itu memiliki prinsip bertindaklah sedemikian rupa sehingga

tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi

sebanyak mungkin orang, yang akan mendatangkan nilai positif dalam

tingkat rasionalitas, sangant menghargai kebebasan setiap pelaku

moral, dan universalitas.

2. Etika utilitarianisme dianggap sebagai standar penilaian yaitu dipakai

sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan, kebijaksanaan,

ataupun untuk bertindak, dan juga dipakai sebagai standar penilaian

bai tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan.

3. Dari adanya analisis keuntungan dan kerugian ini maka, langkah

konkret yang perlu dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan

bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative

10
11

kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Kedua, semua alternative

pilihan itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan

dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut aspek-aspek moral.

Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian, dalam

aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Dari

adanya analisis tersebut akan muncul jalan keluar dalam pemecahan

masalah yaitu perlu dilakukan sebuah kebijaksanaan bisnis yaitu

Dalam banyak hal kita perlu menggunakan perasaan atau intuisi moral

kita untuk mempertimbangkan secara jujur dan selalu adanya

pendekatan dan komunikasi pribadi yang akan membuahkan sebuah

langkah yang mempunyai nilai moral tersendiri

3.2 Saran

Berkaca pada permasalahan etis yang timbul, sebaiknya kriteria objektif

sekaligus norma untuk memilih suatu norma atau tindakan itu diutamakan.

Dimana kita mengetahui etika utilitarianisme dianggap sebagai standar penilaian

yaitu dipakai sebagai proses untuk mengambil sebuah keputusan. Ada baiknya

kita secara khusus mencari  beberapa jalan keluar yang mungkin berguna bagi

bisnis dalam menggunakan etika utilitarianisme.


DAFTAR PUSTAKA

APTIK. 1989. Etika Sosial. PB I – PB VI. Jakarta: Aptik dan Gramedia.

Frankena, William. 1980. Thinking About Morallity. Michigan: Ann Arbor.

Keraf, A. Sonny. 1995. “Etika Bisnis.” Media Indonesia, 13 November.

----------. 1997. “Pentingnya Etika dan Moralitas dalam Bisnis.” Suara

Pembaruan, 17 Februari.

Velasques, Manuel G. 1995. Business Ethics: Concepts and Cases. Singapore:

Prentice Hall.

www.fitrinugraheni.files.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai