Etika Utilitarisme, kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sama-sama bersifat teologis. Artinya
keduanya selalu mengacu pada tujuan dan mendasar pada baik atau buruknya suatu
keputusan.
Ada dua kemungkinan dalam menentukan kebijakan public yaitu kemungkinan diterima oleh
sebagian kalangan atau menerima kutukan dari sekelompok orang atas ketidaksukaan atas
kebijakan yang dibuat.
Bentham menemukan dasar yang paling objektif dalam menentukan kebijakan umum atau
public yaitu : apakah kebijakan atau suatu tindakan tertentu dapat memberikan manfaat atau
hasil yang berguna atau bahkan sebaliknya memberi untuk orang – orang tertentu.
Secara padat ketiga itu dapat dirumuskan sebagai berikut : bertindak sedemikian rupa
sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin
orang.
Pertama, keuntungan dan kerugian yang dianalisis jangan semata-mata dipusatkan pada
keuntungan dan kerugian bagi perusahaan, kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga
perlu mendapat perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak pihak lain yang
terkait dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis ini,
perlu juga diperhatikan bagaimana dan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan kegiatan bisnis
suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan merugikan bagi kreditor,
konsumen, pemasok, penyalur, karyawan, masyarakat luas, dan seterusnya. Ini berarti etika
utilitarisme sangat sejalan dengan apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
Kedua, sering terjadi bahwa analisis keuntungan dan kerugian ditempatkan dalam kerangka
uang (satuan yang sangat mudah dikalkulaasi). Yang perlu juga mendapat perhatian serius
adalah bahwa keuntungan dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek finansial,
melainkan juga aspek – aspek moral, hak dan kepentingan konsumen, hak karyawan,
kepuasan konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarisme, manfaat harus
ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan sebanyak
mungkin pihak terkait yang berkepentingan.
Ketiga, bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian dalam analisis keuntungan dan
kerugian adalah keuntungan dan kerugian dalam jangka panjang. Ini penting karena bisa saja
dalam jangka pendek sebuah kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat
menguntungkan, tapi ternyata dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang tidak
memungkinkan perusahaan itu bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran
utama semua perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan tiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu dilakukan dalam membuat
sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan mempertimbangkan alternative
kebijaksanaan bisnis sebanyak – bnyaknya. Semua alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu
terutama dipertimbangkan dan dinilai dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok –
kelompok terkait yang berkepentingan atau paling kurang. Alternative yang tidak merugikan
kepentingan semua kelompok terkait yang berkepentingan. Kedua, semua alternatif pilihan
itu perlu dinilai berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas
menyangkut aspek – aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian,
dalam aspek itu, perlu dipertimbangkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini bisa
dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan atau kegiatan
yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara finansial, melainkan
juga baik dalam etis.
SUMBER :
http://www.slideshare.net/LiscaArdiwinata/etika-utilitarianisme-dalam-bisnis
http://ashur.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/15645/Etika+Utilitarisme+dalam+Bisnis+
-+Bab+III.ppt
Iklan
Kategori: Etika BIsnis
coecoesm