ETIKA MANAJEMEN
Para manager yang menghadapi pilihan etika yang sulit ini seringkali
mengambil manfaat dari pendekatan normative yang didasarkan pada nirma dan
nilai untuk menuntun pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Etika
normative menggunakan beberapa pendekatan untuk menjelaskan nilai-nilai untuk
memandu pengambilan keputusan yang beretika. Keempat pendekatan yang
relevan bagi manager adalah pendekatan utilitarian, pendekatan individualism,
pendekatan hak moral, dan pendekatan keadilan.
Pendekatan Utilitarian
Pendekatan Inidividualisme
Pendekatan hak-hak moral menyatakan bahwa umat manusia memiliki asasi dan
kebebasan yang tidak bias direbut oleh keputusan satu individu.
Pendekatan Keadilan
Dari sesi manfaat, Perusahaan memperoleh manfaat dari hasil kerja keras
pegawainya yang berprestasi, demikian juga bagi para pegawainya. Insentif
memberikan manfaat psikis berupa penghargaan terhadap kerja kerasnya
sekaligus manfaat fisis berupa balasan yang seimbang dengan apa yang telah
dilakukan.
Dari sisi prinsip keadilan, Tindakan pemberian insentif bagi pegawai yang
berprestasi memenuhi prinsip keadilan, yaitu dengan memberikan perlakuan yang
seimbang dengan apa yang telah ditunjukkan pegawai dalam pekerjaannya.
1. Pemerintah Kabupaten;
2. DPR Kabupaten;
3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
TANGGUNGJAWAB EKONOMI
TANGGUNGJAWAB LEGAL
TANGGUNGJAWAB ETIKA
TANGGUNGJAWAB DISKRESI
KEPIMPINAN BERETIKA
Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai
etika organisasi maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-
nilai tersebut diantaranya :
Seorang pemimpin yang beretika pasti memiliki kepercayaan diri yang kuat
sehingga mampu menggoreskan rasa bangga yang diikuti dengan sikap rendah
hati kepada orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki etika juga
memiliki kesabaran yang mampu menolong untuk tetap konsisten terhadap
pilihannya dan menunggu hasilnya dengan usaha yang maksimal. Sehingga orang
yang dipimpinnya merasa bahwa pemimpin seperti itu patut dijadikan teladan bagi
dirinya.
Pilar ketiga dari organisasi yang beretika adalah sejumlah alat yang
digunakan oleh manager untuk membentuk dan mempromosikan perilaku yang
beretika di seluruh organisasi. Ketiga alat-alat ini adalah kode etik, sruktur etika,
dan upaya mendukung pihak pembocor.
Kode Etik adalah suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan akan
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum dinilai menyimpang dari kode etik. Pelanggaran
kode etik profesi adalah penyelewengan/penyimpangan terhadap norma yang
ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi yang mengarahkan atau memberi
petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus
menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat.
Struktur Etika merupakan berbagai sistem, posisi dan program yang dilakukan
sebuah perusahaan untuk melaksanakan perilaku yang beretika. Program pelatihan
etika juga membantu para karyawan menghadapi pertanyaan etika dan
mentranslasikan nilai-nilai di dalam kode etik menjadi perilaku sehari-hari.
Pembocoran Kabar
1. Bidang Fungsional
Mencakup rencana produksi, pemasaran, keunangan, dan personalia
2. Tingkat Organisasional
Termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satuan kerja organisasi.
3. Karakter-karakter (sifat) Rencana
Meliputi factor kompleksitas, fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya,
rasionalitas, kuantitatif dan kualitatif.
4. Waktu
Meliputi rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
5. Unsur-unsur rencana
Berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti
program pengembangan, anggaran dll.
PROSEDUR PERENCANAAN
Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dibedakan menjadi
tiga, yaitu tujuan strategis (strategic goals), tujuan taktis (tactical goals), tujuan
operasional (operational goals). Tujuan stategis adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga 5
tahun atau juga lebih. Tujuan taktis adalah lebih singkat dari tujuan strategis dan
biasanya pencapaian tujuan ini antara 1 hingga 3 tahun. Tujuan operasional adalah
tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan perusahaan biasanya antara
6 bulan hingga 1 tahun. Sedangkan dari segi keluasan dan waktu, rencana dapat
dibedakan menjadi rencana strategis atau rencana jangka panjang(strategic plans
or long term plans), rencana atau taktis jangka menengah(tactical plans or mid
term plans), rencana atau jangka pendek (operational plans or short term plans).
JENIS-JENIS KEPUTUSAN
1. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui
penalaran rasional dan intelektualitas.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusa berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya atau oleh orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk
memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran.
Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih alternatif.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi terhadap suatu masalah atau
kesempatan. Masalah adalah perbedaan urusan (kepentingan) yang memerlukan
pertimbangan alternatif dari sebuah keputusan. Pengambilan keputusan terjadi
disebabkan reaksi atas suatu masalah dan kesempatan. Berikut menjelaskan
tentang berbagai model pengambilan keputusan yang berlaku untuk pilihan
individu maupun kelompok :
Pada sebagian besar contoh biasanya adalah tidak mungkin bagi pembuat
keputusan untuk yakin secara tepat berupa apa konsekuensi masa depan dari
alternative tersebut. Masing-masing kondisi tersebut didasarkan pada tingkatan
atau derajat dimana hasil masa depan dari alternative keputusan diprediksi.
Kondisi tersebut adalah :
Ada dua peralatan pembuatan keputusan yang dipakai paling luas yaitu :
1. Teori Probabilitas.
Teori Probabilitas adalah peralatan pembuatan keputusan yang digunakan
pada situasi resiko atau situasi dimana pembuat keputusan tidak
sepenuhnya yakin dengan hasil dari alternative yang diimplementasikan.
Pembuat keputusan hedaknya mengikuti aturan umum denga memilih dan
mengimplementasikan alternative dengan nilai yang diharapkan tertinggi.
2. Pohon-pohon keputusan
Suatu pohon keputusan adalah peralatan pembuat keputusan grafis yang
biasanya digunakan untuk mengevaluasi setiap keputusan yang
mengandung serangkaian langkah-langkah. Contohnya adalah pada
perusahaan yang harus memutuskan apakah akan membangun pabrik yang
kecil atau besar untuk menghasilkan produk baru dengan umur yang
diharapkan sepuluh tahun.
1. Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat
urutan pertimbangan beberapa alternatif. Karena semua alternatif akan
dipertimbangkan, maka urutan dengan mana alternatif-alternatif tersebut
dievaluasi tidak akan relevan. Intuisi para pakar tidak lagi mengasumsikan bahwa
pengambilan keputusan intuitif merupakan sesuatu yang tidak rasional dan tidak
efektif. Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang
diciptakan dari pengalaman tersaring. Pengambilan keputusan intuitif
kemungkinan diambil dalam kondisi : 1) bila ada ketidakpastian dalam tingkat
yang tinggi, 2) bila hanya sedikit preseden untuk diikuti, 3) bila variable-variabel
dapat diramalkan secara ilmiah, 4) bila fakta terbatas, 5) bila fakta tidak dengan
jelas menunjukkan jalan untuk diikuti, 6) bila data analitis kurang berguna, 7) bila
terdapat beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih, dengan
argumen yang baik untuk masing-masing alternatif, 8) bila waktu terbatas dan ada
tekanan untuk segera mengambil keputusan yang tepat.
2. Identifikasi Masalah
3. Membuat Pilihan
4. Keterbatasan Organisasi
5. Pertimbangan Shorcusts
1. Interaksi Kelompok
Bentuk paling umum dari pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam
interaksi kelompok. Pada kelompok ini anggota bertatap muka dan
mengandalkan interaksi verbal dan non verbal untuk berkomunikasi satu
sama lain. Semua jenis kelompok sering menggunakan teknik ini, dari
kelompok yang terorganisir untuk mengembangkan sebuah proyek kelas,
ke tim kerja, ke manajemen tim sensor. Tetapi interaksi kelompok sering
menunjukkan sensor diri mereka sendiri dan tekanan anggota individu
terhadap kesesuian pendapat.
2. Brainstorming
Brainstorming yang dimaksud untuk mengatasi tekanan agar sesuai dalam
interksi dengan kelompok yang mencegah perngembangan alternative
kreatif. Ini dapat dicapai dengan menggunakan proses gagasan generasi
yang secara khusus mendorong setiap dari semua alternative memotong
setiap kritik dari alternatif.
3. Teknik Kelompok Nominal
Teknik ini membatasi diskusi atau komunikasi interpersonal selama proses
pengambilan keputusan, sehingga istilah nominal (hanya nama). Semua
anggota kelompok hadir secara fisik, seperti dalam pertemuan komite
tradisional, tetapi anggota beroperasi secara independen. Sejumlah
penelitian menujukkan bahwa brainstorming oleh kelompok nominal lebih
efektif dari brainstorming oleh interaksi kelompok. Namun, penelitian
terbaru menunjukkan bahwa kelompok nominal menghasilkan lebih
banyak ide dan gagasan yang lebih orisinil, tetapi ide kualitasnya tidak
selalu lebih.
MANUSIA PARA PENGAMBIL KEPUTUSAN ORGANISASIONAL
1. Pengujian Informasi
Pengujian didefinisikan sebagai kegiatan menganalisis informasi yang
disajikan dan menyeleksi untuk dipertimbangkan lebih lanjut, hanya
informasi yang terlihat sangat relevan dengan tugas keputusan itu yang
harus dilaksanakan. Studi itu menunjukkan bahwa baik para pakar maupun
para pendatang baru menerjemahkan informasi keuangan ke dalam istilah-
istilah kuantitatif dan menggunaka metode-metode yang serupa misalnya,
perhitungan rasio, pengembangan tren, dan laporan arus.
2. Integrasi Pengamatan Dan Temuan
Pada konteks ini, integrasi melibatkan pengelompokkan atas pengamatan,
baik berdasarkan hubungan sebab akibat maupun berdasarkan komponen
fungsional dari perusahaan. Ketika mengintegrasikan pengamatan dan
temuan para pendatang baru menghubungkan pengamatan dan temuan
yang menjelaskan satu sama lain dan mengabaikan yang tidak. Sebaliknya
para pakar menempatkan penenkanan khusus pada kontradiksi potensial
dalam pengamatan dan temuan sebagai alat untuk mendeteksi masalah
yang mendasari.
3. Pertimbangan
Pertimbangan yang digunakan disepanjang proses pengambilan keputusan
tampak lebih jelas dalam merumuskan hipotesis, pengembangan petunjuk
dalam merumuskan keputusan akhir dan dalam penyusunan ringkasan
temuan.
Etika adalah studi tentang nilai-nilai moral atau prinsip yang menuntun
perilaku kita dan memberitahu kita apakah tindakan telah benar atau salah.
Prinsip-prinsip etis membantu kita melakukan hal yang benar. Ada empat kriteria
pengambilan dalam keputusan yaitu :
Meskipun tidak ada cara yang jelas untuk membedakan etis dari
pembuatan keputusan etis, ada beberapa pertanyaan yang harus dipertimbangkan.
Pertama yang perlu anda jawab yaitu kepentingan diri sendiri atau tujuan
organisasi. Pertanyaan kedua menyangkut hak-hak pihak lain. Jika keputusan itu
melanggar hak orang lain maka keputusan itu tidak etis. Pertanyaan terakhir yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan apakah keputusan itu cukup sesuai untuk
sandar kesetaraan dan keadilan.
BAB 7
Menurut Stoner, Freeman, dan Gillbert (1995) ada empat pilar yang
menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian yaitu :
Salah satu contoh yang paling mudah mengenai koordinasi adalah antara
bagia pemasaran dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat maka
bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain,
bagian keuangan mencatat bahwa biaya perusahaan semestinya diefesiensikan.
Jika bagian pemasaran dan bagian keuangan tidak berkoordinasi dapat
dibayangkan bahwa akan terjadi konflik kepentingan antar bagian, padahal kedua
bagian tersebut sebenarnya termaksud baik bagi kepentingan perusahaan.
PRINSIP-PRINSIP PENGORGANISASIAN
1. Strategi organisasi
Strategi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh
karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk
pencapaian tujuan, maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan
dengan strategi organisasi. Berdasarkan pengertian ini, maka perubahan
yang terjadi pada strategi organisasi, akan berdampak pula pada perubahan
struktur organisasi. Perubahan yang terjadi pada struktur organisasi degan
demikian menyirat adanya perubahan strategi organisasi.
2. Skala organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor, diantaranya
adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar, hingga jumlah tenaga kerja.
Organisasi yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali
memiliki berbagai cabang di berbagai daerah dikarenakan pangsa pasar
yang luas dan dengan demikian memiliki tenaga kerja yang tidak sedikit.
Sedangkan organisasi yang berskala kecil memiliki jumlah tenaga kerja
yang sedikit dikarenakan pangsa pasar yang barangkali masih sedikit
jumlah penjualan atau produksi nya namun biasanya struktur
organisasinya lebih sederhana dan tidak terlalu banyak terjadi
pendelegasian wewenang dan pekerjaan.
3. Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksud adalah terkait dengan cara bagaimaa
sebuah produk dari sebuah organisasi bisnis dihasikan atau juga dengan
cara bagaimana perkerjaan dilakukan. Di sisi lain faktor teknologi juga
terkait dengan penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi. Jika
sebuah organisasi misalnya mengerjakan proses produksinya dengan
sebuah mesin maka perlu ada bagian khusus yang tidak saja
bertanggungjawab dalam memastikan apakah pekerjaan dibagian yang
menggunakan mesin tersebut senantiasa berjalan dan tidak terbengkalai.
4. Lingkungan
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi untuk menyelesaikan diri
secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga
termasuk dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang
dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan struktur
organisasi dengan tuntutan lingkungan senantiasa berubah. Sebaliknya,
lingkungan organisasi yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak
mengubah struktur organisasi.
BEBERAPA PEDEKATAN DALAM PROSES DEPARTEMENTALISASI
1. Departementalisasi Fungsional
Berfungsi mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-
kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi. Model
organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum
dan bentuk dasar departementalisasi. Kebaikkan utama pendekatan
fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan
kedudukan fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan para
pegawai manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi organisasi.
Kelemahan pendekatan fungsional struktur fungsional dapat menciptakan
konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan pelaksanaan tugas
yang berurutan pada kepentingan tugasnya dan menyebabkan para anggota
berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
2. Departementalisasi Divisional
Organisasi divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar
produk, wilayah, langganan, dan proses atau peralatan. Devisional produk
adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai
teknologi pemrosesan dan metode-metode pemasaran yang sangat berbeda
satu sama yang lain dalam organisasi. Departementalisasi Divisional
dibagi menjadi lima jenis yaitu : struktur organisasi divisional atas dasar
wilayah, pendekatan produk, pendekatan pelanggan, pendekatan geografis,
dan pendekatan matriks.
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi Formal ialah suatu
organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta
tujuan yang ditetapkan secara jelas dan memiliki suatu struktur.
1. Pembagian kerja;
2. Proses scalar (hirarki) dan fungsional (horizontal);
3. Struktur;
4. Rentang kendali.
1. Model tradisional;
2. Model hubungan manusiawi;
3. Model sumber daya manusia.
1. Pembagian kerja;
2. Wewenang;
3. Kekuasaan;
4. Tanggungjawab;
5. Rentang kendali;
6. Struktur tall;
7. Struktur flat;
8. Hubungan lini dan staff;
9. Komunikasi dalam organisasi;
10. Sentralisasi dan desentralisasi;
11. Rantai wewenang skalar;
12. Kesatuan perintah.
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat
pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada
organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar dan
kerapkali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota
organisasi tersebut. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi
seperti makan malam bersama. Keanggotaan pada organisasi informal dapat
dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar.
1. Lepas;
2. Fleksibel;
3. Tidak terumuskan;
4. Spontan.
Keanggotaan pada organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun
tidak sadar. Kerapkali sulit untuk menentukan watu eksak seseorang menjadi
anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan-hubungan diantara para
anggota, bahkan tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi.
1. Arisan ibu-ibu.
2. Orang-orang dikendaraan umum.
3. Sekumpulan penonton yang menyaksikan sepak bola.
BAB 8
1. Pekerjaan.
Pekerjaan dalam rangka pengorganisasian ditetapkan sebagai suatu hasil
dari sebuah perencanaan yang telah disepakati. Pekerjaan tersebut yang
semula bulat, kemudian dibagi-bagi, dipecah-pecah sedemikian rupa
hingga habis terbagi dalam organisasi (sub organisasi) kemudian dalam
sub-sub organisasi masing-masing dibagi lagi sedemikian rupa sehingga
tiap-tiap orang mendapat beban pekerjaan sedemikian dikehendaki oleh
organisasi.
2. Tempat kerja.
Pekerjaan yang hendak dilaksanakan memerlukan tempat kerja. Tempat
kerja meliputi alat dan ruangan kerja fisik yang perlu bagi orang-orang
untuk melaksanakan pekerjaan. Misalnya letak/tempat/ruangan
pelaksanaan kerja, bahan-bahan material, mesin, penerangan, bangku-
bangku, alat-alat perlengkapan kantor/buku petunjuk kartu-kartu, formulir
dll. Tempat kerja yang meliputi alat dan ruang kerja tersebut diperlukan
dan dimasukkan dalam rangka pengorganisasian serta diperinci sejelas-
jelasnya bagi tiap kelompok pekerjaan dan orang-orang yang terlihat
didalamnya.
3. Hubungan-hubungan yang terjalin dalam menjalankan pekerjaan ditempat
bekerja.
Hubungan antar orang dan pekerjaan serta tempat kerja merupakan satu-
kesatuan yang penting dalam rangka pengorganisasian lainnya antara
karyawan satu dengan karyawan yang lain dan ruang kerja yang satu
dengan yang lainnya, juga hubungan menyangkut wewenang atas
pekerjaan satu dengan wewenang yang lain sebagaimana sering terjadi
serasi tidaknya hubungan tersebut sering mempengaruhi hasil kerja dan
keputusan pegawai dalam bekerja.
4. Orang-orangnya sendiri.
Penempatan orang-orang dalam organisasi mempunyai arti penting
disamping hal-hal yang disebutkan diatas. Dalam langkah,
pengorganisasian, hendaknya setiap orang ada tempatnya dan setiap orang
pada tempatnya. Dengan pekerjaan dan tempat kerja yang jelas (termasuk
tugas, wewenang, dan tanggungjawab) hubungan kerja dapat diarahkan
dalam hubungan kerja yang serasi dan semua menyambung bagi pencapai
tujuan organisasi yang hakikatnya juga tujuan dari orang-orang didalam
organisasi yang bersangkutan. Satu untuk semua dan semua untuk satu.
1. Mengetahui tujuan.
Apabila tujuan sudah ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah
mengetahui apakah organisasi yang menampung bekerjanya orang-orang
didalamnya sudah sepadan dengan bahan-bahan yang tersedia dan tempat
kerja yang memadai sehingga sasaran dapat dicapai menurut tujuan yang
dikehendaki. Dengan demikian pengorganisasian adalah usaha-usaha
seorang manajer untuk menyesuaikan pekerjaan yang harus diselesaikan
dan tujuan merupakan tuntutan organisasi yang amat mendasar dan harus
dipenuhi. Bagi seorang manajer tujuan organisasi harus dipahami, dihayati
dan dilaksanakan.
2. Membagi habis pekerjaan dalam kegiatan-kegiatan bagian.
Pada bagian ini seorang manajer menyusun daftar kegiatan pokok yang
lengkap sehingga semua terdaftar. Dengan daftar kegiatan pokok itu
kemudian, dengan wewenang seorang manajer membagi habis pekerjaan
tersebut
3. Menggolongkan kegiatan kedalam satuan-satuan yang praktis.
Langkah itu sudah menjurus kepada usaha bahwa pembagian pekerjaan
sampai pada titik yang tugasnya dapat dilaksanakan secara konkret dapat
diwujudkan dalam praktik. Misalnya penjualan, penyelidikan pasar dan
propaganda dapat digolongkan dalam kelompok pemasaran atau kegiatan
terbagi atas kegiatan yang penting, kegiatan yang kurang penting dan
kegiatan dikelompokkan sehingga dari posisinya diketahui kegiatannya.
4. Menentukan kewajiban yang harus dilakukan dan menentukan/
menyediakan alat-alat serta tempat/ruang fisik yang diperlukan.
Hal ini ditekankan pada apa yang diharapkan dari seseorang dan memberi
keterangan tentang pekerjaan yang bagaimana yang harus dilakukan dan
dihadapi oleh seorang manajer.
5. Penugasan personil yang cakap.
Setelah isi pekerjaan ditetapkan, kewajiban-kewajiban dikemukakan maka
langkah berikutnya ialah mengisi pekerjaan yang ditetapkan itu dengan
personalia-personalia yang cakap. Penempatan personalia yang cakap
dengan beban yang sesuai untuk pekerjaannya merupakan keharusan
dalam rangka pengorganisasian. Apabila terjadi reorganisasi, sementara
personil yang ada tetap diperlukan karena pengalaman mereka dalam
pekerjaan yang bersangkutan mempunyai kaitan dengan tugasnya yang
baru nantinya.
6. Mendelegasikan wewenang.
Wewenang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Seorang manajer
mendelegasikan sebagian wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan khusus kepada bawahannya. Dengan demikian dalam struktur
organisasi mulai dari tingkat yang terbatas sampai yang terendah, semua
personalia melaksanakan pekerjaan dengan wewenang. Wewenang
tersebut diperoleh sebagai bagian wewenang yang dimiliki atasannya yang
dideligasikan kepadanya. Jadi, setiap personalia harus mempunyai
pengertian yang mendalam mengenai letak personalia mereka masing-
masing dalam struktur organisasi dan kewajiban-kewajiban yang harus ia
laksanakan dalam hubungannya dengan keseluruhan bagian organisasi
sebagai kesatuan dan ia dapat melaksanakan tugasnya karena ia diberikan
wewenang untuk ini.
TIPE-TIPE KEKUASAAN
Karyawan sebagai aset penting organisasi perlu diajak untuk ikut serta
memikirkan dan menangani permasalahan strategis bahkan sampai kepada
diberikannya tanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, keterlibatan seluruh jajaran organisasi dari tingkat tertinggi hingga
terendah diperlukan untuk menghadapi kondisi yang semakin berat, dimana hal
ini sudah menjadi keharusan. Hanya dengan keterpaduan itulah organisasi akan
lebih siap membangun keunggulan bersaing dapat terus unggu dalam jangka
panjang serta tetap eksis di dalam pasar yang terus berkembang dan dinamis.
Pemberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk
merencanakan, mengendalikan dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang
menjadi tanggungjawabnya, tanpa harus mendapat otoritasi secara eksplisit dari
manajer diatasnya. Pemberdayaan karyawan dilaksanakan dengan menggali
potensi yang terdapat pada diri karyawan. Pemberdayaan bukan merupakan
kegiatan eksternal akan tetapi lebih pada kegiatan internal. Mengingat pentingnya
hal ini, seharusnya pemberdayaan dapat dilakukan secara teriintegritas secara
keseluruhan dari tingkat tertinggi sampai pada tingkat terendah dalam organisasi.
TANGGUNGJAWAB (RESPONSIBILITY)
Wewenang adalah salah satu hal pokok dalam manajemen dan salah satu
unsur didalam proses delegasi. Dengan adanya wewenang maka bawahan dapat
menggunakan kekuasaannya untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan dari atasan supaya terlaksana dengan baik. Menurut ilmuan G.R.
Terry, ada dua golongan besar pendapat yang menerangkan tentang sumber
wewenang. Golongan (1) adalah kelompok pendekatan insitusional dan golongan
(2) adalah kelompok pendekatan kepatuhan.
Ada beberapa hal yang perlu dipedomi oleh manager agar pendelegasian
dapat berjalan dengan seefektif mungkin yaitu :
1. Wewenang lini
Didalam organisasi terdapat hubungan wewenang yang vertikal, hubungan
yang mengalir dari atas ke bawah atau atasan mendelegasikan wewenang
kepada bawahan sehingga selanjutnya membentuk garis lini dari tingkatan
yang paling atas sampai pada tingkatan paling bawah dalam struktur
organisasi dan garis wewenang yang berbentuk itu disebut wewenang lini.
Dengan demikian, seseorang mengetahui dengan pasti dari siapa ia
menerima perintah dan kepada siapa ia melapor. Untuk itu ia dapat
berkonsultasi dengan atasan langsung.
2. Organisasi lini
Apabila yang digunakan hanya wewenang lini maka susunan organisasi
disebut organisasi lini, keuntungan dari organisasi ini adalah,
pengembalian keputusan yang cepat, tidak menimbulkan usaha
melemparkan tanggungjawab atas beban pekerjaan, pengalaman latihan
manajemen yang baik, hubungan wewenang yang ada dapat jelas
dimengerti. Kerugiannya adalah manajer terlalu terbebani kewajiban
spesialisasi kurang berkembang, anggota manajemen sulit diganti, tidak
cukup tersedia waktu untuk kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan
manajerial, penelitian dan tindakan pengawasan yang menyeluruh
kelemahan itu dapat diperbaiki dengan melengkapi sususanan organisasi
misalnya dengan menambah jalur wewenang staff.
3. Wewenang staf
Wewenang staf timbul karena adanya pendelegasian wewenang ke
samping atau kebawah. Penerima wewenang staf disebut pejabat staf atay
staf officer yang mempunyai beban kerja atas unit organisasi staf yang
dijabatnya. Berdasarkan tipe, wewenang staf berbagi menjadi : (1) staf
spesialis yaitu, (a) staf penasihat, (b) staf pelayanan, (c) staf pengawasan,
dan (d) staf fungsional serta (2) staf pribadi, yaitu (a) staf pembantu, dan
(b) staf umum.
Bilamana terdapat wewenang staf dan lini berada didalam suatu organisasi
maka organisasi tersebut dinamakan organisasi staf dan lini. Dengan demikian,
untuk jalur lini terbentang hubungan wewenang langsung dari atas ke bawah.
Disamping itu ada jalur staf yang sifatnya, kedudukannya membantu manajer lini
dalam berbagai bidang kegiatan khusus. Organisasi staf dan lini amat umum
digunakan baik didalam perusahaan maupun didalam pemerintahan, dan juga
didalam dinas-dinas militer. Suatu organisasi resmi sengaja di bentuk dengan
persetujuan yang telah disepakati sebelumnya dan mempunyai empat komponen
dasar, yaitu : (1) pekerjaan itu berbagi-bagi secara tertentu, (2) orang-orangnya di
tetapkan untuk menduduki jabatan yang dimaksud, (3) adanya lapangan kerja
yang telah disediakan secara memadai, dan (4) terjadinya hubungan diantara
orang-orang didalam kelompok dan hubungan antara kelompok-kelompok,
kesemuanya berlangsung dalam suasana untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sebagaimana telah di singgung pada bagian pertama
dalam langkah pengorganisasian setiap organisasi resmi yang didirikan harus
menetapkan langkah-langkah yang diperlukan termasuk didalamnya 4 komponen
dasar dalam pengorganisasian yaitu :
Proses pembagian kerja ini dinamakan pula sebagai desain pekerjaan. Pada
dasarnya desain pekerjaan merupakan pembagian kerja-kerja yang akan dilakukan
organisasi kepada seluruh anggota organisasi. Ada 3 pendekatan dalam
melakukan desain pekerjaan menurut Stoner, Freeman, da Gilbert (1995) yaitu :
Fungsi adalah intisari yang menjadi pegangan utama bagi seorang manajer
untuk menyusun suatu struktur organisasi yang efektif. Menurut G.R Terry, pada
umumnya pola struktur organisasi dibangun berdasarkan tiga prinsip pokok yaitu :
(a) produksi, (b) pemasaran/ penjualan, dan (c) keuangan (pembelanjaan). Ketiga
hal ini sangat popular dilingkungan orgnaisasi perusahaan. Lingkup dari tiga
prinsip pokok diatas yang menjadi dasar satuan organisasi bertambah sejalan
dengan berkembangnya perusahaan, hal itu berpengaruh dan menimbulkan adanya
satuan organisasi tambahan. Satuan organisasi tambahan itu diperlukan karena
arus kerja bertambah banyak dan jenis pekerjaan makin rumut, misalnya untuk
penjualan dalam satuan organisasi penjualan muncul satuan organisasi bertambah
berupa : (a) bagian iklan, (b) bagian promosi penjualan dan, (c) manajer
penjualan, demikian pula yang dapat terjadi pada bagian produksi muncul satuan
organisasi tambahan, seperti (a) bagian pembelian, (b) bagian mesin, peneliti dan,
(c) manajer pabrik. Untuk keuangan muncul satuan organisasi tambahan, seperti
(a) bagian pembayaran/kasir, (b) bagian pembukuan, dan (c) manajer keuangan.
1. Fungsi Departementisasi
Melalui fungsi ini adalah upaya penggolongan atas kegiatan-kegiatan
berdasarkan fungsi yang berkaitan atau kegiatan yang sejenis/ serupa
contohnya, dari dasar kegiatan fungsi produksi, penjualan dan keuangan
muncul penggolongan berikutnya. Untuk fungsi produksi muncul
permesinan dan penelitian, manajer pabrik dan pembelian dari fungsi
penjualan muncul periklanan, manajer penjualan dan promosi penjualan.
2. Produk Departementisasi
Melalui produk adalah upaya penggolongan atas kegiatan-kegiatan
berdasarkan produk. Misalnya Toko serba ada penggolongan untuk
barang-barang yang dijual adalah berdasarkan dari produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan/industri.
3. Wilayah Departementisasi
Melalui wilayah adalah upaya penggolongan atas kegiatan-kegiatan
berdasarkan wilayah, misalnya untuk penjualan yaitu: wilayah timur,
wilayah barat.
4. Pemakai Departementisasi
Melalui pemakai adalah upaya penggolongan atas kegiatan-kegiatan
berdasarkan pemakainya. Misalnya untuk penjualan produk tertentu,
pemakainya adalah pedagang, pemerintah, instansi/lembaga.
5. Proses Departementisasi
Melalui proses adalah upaya penggolongan atas kegiata berdasarkan
proses. Contohnya produk logam terbagi dalam bagian penempaan, bagian
pengelasan, bagian penghalusan, dalam proses bisa bersifat seri, sejajar
dan perakitan.
6. Satuan Tugas Departementisasi
Melalui satuan tugas adalah upaya penggolongan dalam kegiaan
berdasarkan satuan tugas. Misalnya suatu proyek, penyelesaian dilakukan
oleh satuan tugas yang tiap-tiap satuan tugasnya menyelesaikan pekerjaan
menurut spesialisasinya sendiri-sendiri.
7. Martrixs
Departementisasi melalui matrixs adalah upaya penggolongan kegiatan
kerja berdasarkan kombinasi fungsi antara sifatnya teknis dan non teknis
yang untuk paduan itu ditandai dengan huruf/angka. Ini adalah kegiatan
yang menggunakan konsep baru, yaitu departementisasi tidak saja
mengutamakan segi teknis tinggi, tetapi juga dengan manajemen tinggi,
dengan menempatkan dua pengawas menurut spesialisasi dibidangnya
yang bekerja sama.
PERTIMBANGAN DEPARTEMENTISASI TAMBAHAN
PANITIA (COMMITTEE)
1. Menetapkan tujuan;
2. Memilih manajer-manajer puncak;
3. Menyusun keuangan/ anggaran perusahaan dan,
4. Melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap jalannya perusahaan.
1. Manajer;
2. Suatu panitia;
3. Bagian organisasi yang ada didalam organisasi itu sendiri;
4. Konsultan dari luar.