Anda di halaman 1dari 8

Nama : Agustin Bella Soraya

NPM : 19013010070

Kelas :B

Mata Kuliah : Lingkungan Bisnis

RESUME BAB 5

MENGELOLA ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

APAKAH ETIKA MANAJEMEN ITU?

Etika (ethics) – kode prinsip dan nilai moral yang membangun perilaku seseorang atau
sebuah kelompok yang berhubungan dengan benar dan salah. Etika adalah penentu standar dari
mana yang baik atau buruk dalam tindakan dan keputusan. Sebuah permasalahan etika muncul
ketika tindakan seseorang atau organisasi mungkin akan membahayakan atau menguntungkan
orang lain. Manajer sering menghadapi situasi dimana ia kesulitan untuk menentukan mana yang
benar dan salah. Selain itu, manajer mungkin terbagi antara perbuatannya yang dianggap salah
dan tuntutan kewajibannya terhadap bos dan organisasi. Terkadang, manajer ingin mengambil
tindakan tetapi tidak berani untuk menentang orang lain, menjadi bahan pembicaraan, atau
mempertaruhkan pekerjaannya.

Etika dapat dipahami dengan lebih jelas ketika dibandingkan dengan perilaku yang ditentukan
oleh hukum dan pilihan bebas. Perilaku manusia dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:

 Pertama adalah hukum yang ada, dimana nilai dan standar ditulis dalam sistem hukum dan
diselenggarakan di pengadilan. Pihak pembuat undang-undang menentukan peraturan yang
harus dipatuhi semua orang dan perusahaan dengan cara tertentu.

 Kedua adalah area etika, dimana wilayah ini tidak memiliki hukum yang spesfik, tetapi
terdapat standar tingkah laku berdasarkan prinsip dan nilai yang dipegang tentang tingkah
laku moral yang menuntun individu atau perusahaan.

 Ketiga adalah pilihan bebas, dimana pandangan ini membuat orang-orang mempunyai
asumsi yang salah bahwa jika suatu hal tidak ilegal maka hal itu pastilah tidak melanggar
etika, seakan wilayah ketiga tidaklah ada.
Pilihan yang lebih baik adalah mengenali wilayah etika dan menerima nilai-nilai moral sebagai
daya yang kuat untuk kebaikan yang dapat mengatur perilaku baik di dalam maupun luar
organisasi.

DILEMA ETIS: APAKAH YANG AKAN ANDA LAKUKAN?

Dilema etis (ethical dilemma) – munvul dalam situasi yang menyangkut benar atau salah ketika
nilai-nilai menjadi pertentangan. Benar dan salah tidak bisa secara jelas dikenali. Invidu yang
harus membuat pilihan etis dalam organisasi disebut agen moral. Salah satu contoh dilema yang
dihadapi manajer: suatu perusahaan memerlukan screening daftar pengawasan teroris untuk

semua pegawai baru yang memakan waktu 24 jam sejak perintah diberikan. manajer dapat
menutup transaksi yang menguntungkan dengan seorang pelanggan yang mungkin menjadi
pelanggan tetap jika manajer sepakat untuk mengirimkan produknya dalam waktu semalam,
bahkan meskipun screening daftar pengawasannya akan harus dilakukan setelah fakta tersebut.
Bagi manajer mungkin ini sebuah dilema, mana yang harus dipilih olehnya, apakah harus
melakukan screening sesuai perintah atau mengirimkan produk kepada pelanggan baru yang
dapat menjadi pelanggan tetap. Seorang manajer yang baik harus dapat memutuskan yang
terbaik bagi perusahaannya.

KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS

Sebagian besar dilema etis melibatkan konflik antara kebutuhan sebagian pihak dan
keseluruhan pihak – individu melawan organisasi atau organisasi melawan masyarakat
keseluruhan. Manajer- manajer yang berhadapan dengan jenis pilihan etis yang sulit sering kali
mendapat keuntungan dari strategi normatif – strategi yang didasarkan kepada norma dan nilai –
untuk membimbing keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk
menggambarkan nilai dalam membimbing pengambilan keputusan yang etis. Keempat
pendekatan ini akan membantu membantu manajer:

Pendekatan Bermanfaat (utilitarin approach) –perilaku moral menghasilkan kebaikan


yang paling besar bagi jumlah yang lebih besar (Jeremy Bentham dan John S. Mill, filsuf).
Dengan kepemimpinan ini, seorang pengambil keputusan diharapkan untuk mempertimbangkan
dampak dari setiap keputusan yang ada terhadap semua pihak dan memilih keputusan yang
mengoptimalkan keuntungan jumlah orang yang lebih besar.

Pendekatan Individualisme (individualism approach) – suatu tindakan dianggap pantas


ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang individu.
Individu menghitung keuntungan terbaik jangka panjang untuk dirinya sebagai ukuran kebaikan
dari sebuah keputusan. Satu nilai dari memahami pendekatan ini adalah untuk mengenali variasi
jangka pendek jika diajukan. Orang-orang kirinya akan berdebat mengenai kepentingan diri
jangka pendek berdasarkan pada individualisme, tetapi individualisme bukanlah seperti itu.
Pendekatan ini merupakan yang paling dekat dengan wilayah pilihan bebas.

Pendekatan Hak-hak Moral (moral-rights approach) –umat manusia memiliki hak asasi
dan kebebasan yang tidak bisa direbut oleh keputusan satu individu. Oleh karenanya, sebuah
keputusan yang dapat diterima secara etika adalah keputusan yang dengan sangat baik menjaga
hak orang-orang yang akan terkena akibatnya. Enam hak moral harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan:

 Hak persetujuan bebas – individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara
sadar dan tidak dipaksa setuju untuk diperlakukan

 Hak atas privasi – individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaannya dan memegang kendali akan informasi tentang kehidupan pribadinya

 Hak kebebasan hati nurani – individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya

 Hak untuk bebas berpendapat – individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas
tindakan yang dilakukan orang lain

 Hak atas proses hak – individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas
perlakukan yang adil

 Hak atas hidup dan keamanan – individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman
terhadap kesehatan dan keamanannya

Pendekatan Keadilan (justice approach) – keputusan moral harus didasarkan pada standar
keadilan, kejujuran, dan ketidakberatsebelahan. Tiga jenis keadilan yang harus diperhatikan oleh
manajer: keadilan distributif (distribution justice) – perlakuan yang berbeda terhadap orang
tidaklah didasarkan pada karakteristik kesewenang-wenangan. Keadilan prosedural
(procedural justice) – peraturan didirikan dengan adil, harus dengan jelas diberikan, serta
dijalankan secara konsisten dan tidak berat sebelah. Keadilan kompensasi (compensatory
justice) – individu harus diberikan kompensasi atas cedera yang dideritanya yang disebabkan
oleh pihak yang bertanggung jawab. Selain itu, individu tidak perlu bertanggung jawab atas hal
yang bukan di bawah kendalinya. Pendekatan keadilan paling dekat dengan pemikiran yang
menggarisbawahi wilayah hukum karena pendekatan ini menganggap keadilan dijalankan
melalui peraturan dan undang-undang.

PILIHAN-PILIHAN ETIS SEORANG MANAJER

Individu membawa kepribadiannya sendiri dan ciri perilaku ke tempat kerjanya.


Karakteristik kepribadiannya memungkinkan manajer untuk membuat keputusan yang berteika
meskipun harus mempertaruhkan banyak hal pribadi. Salah satu ciri pribadi penting adalah tahap
pengembangan moral sebagai berikut.

Pada tingkatan prekonvensional, setiap individu mementingkan penghargaan dan hukuman


dari pihak luar dan mematuhi pihak berwenang untuk menghindari konsekuensi yang akan
mengganggu dirinya. Dalam konteks organisasi, tingkat ini diasosiasikan dengan manajer yang
menggunakan otokrasi atau gaya memaksa. Pada tingkatan konvensional, orang-orang belajar
untuk mengonfirmasi pengharapan akan perilaku yang baik sesuai yang ditentukan oleh rekan
kerja, keluarga, teman, dan masyarakat. Manajer menggunakan gaya kepemimpinan hubungan
interpersonal dan kerja sama. Pada tingkatan poskonvensional, individu diarahkan oleh
serangkaian nilai internal pada prinsip keadilan dan hak internasional dan bahkan tidak akan
mematuhi peraturan atau hukum yang melanggar prinsip ini. Nilai internal menjadi penting
daripada pengharapan dan kepentingan orang lain.

Ketika manajer bekerja dari tingkat tertinggi pengembanan moral, ia menggunakan


kemampuan berbudaya ubah/kepemimpinan yang mengabdi, mandiri, dan terlibat dalam
tingkatan pemikiran moral yang lebih tinggi. Para pegawai diberdayakan dan diberikan
kesempatan untuk melakukan partisipasi yang membangun dalam jalannya organisasi. Mayoritas
manajer bekerja di tingkatan dua, artinya pemikiran dan perilaku etika mereka secara besar
dipengaruhi oleh atasan, rekan kerja, dan orang-orang penting lainnya di organisasi/industri.
Manajer pada tingkatan tiga bisa bertindak dalam sikap mandiri dan beretika tanpa
menghiraukan pengharapan dari orang lain di dalam dan luar organisasi.
Apakah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Itu? – tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility – CSR) adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan
dan melakukan tindakan yang akan berperan terhadap kesejahteraan dan kepentingan masyarakat
serta organisasi. CSR dapat menjadi sebuah konsep yang sulit dipahami karena orang-orang yang
berbeda keyakinan mengenai tindakan apa yang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal
yang lebih buruk, CSR mencakup area permasalahan, yang sebagian besar bersifat ambigu jika
dikaitkan dengan benar atau salah.

Pemangku Kepentingan dalam Organisasi – dari sudut pandang tanggung jawab sosial,
organisasi yang tercerahkan memandang lingkungan internal dan eksternal sebagai beragamnya
pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan (stakeholder) – kelompok apapun yang berada
di dalam maupun di uar organisasi yang memiliki andil dalam kinerja organisasi. Setiap
pemangku kepentingan memiliki kriteria yang berbeda dalam menentukan suatu tindakan karena
memiliki kepentingan yang berbeda dalam organisasi.

Sebagian besar perusahaan dapat berjalan hanya dengan carter yang baik dan lisensi dan
beroperasi di dalam batasan hukum keamanan, persyaratan perlindungan lingkungan, undang-
undang antimonopoli, dan sebagainya. Komunitas terdiri atas pemerintah lokal, lingkungan alam
dan jasmani, dan kualitas kehidupan yang disediakan bagi penduduk. Beberapa bisnis besar
dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk melayani negara berkembang memperluas
hubungannya dengan pihak berwenang dengan melayani dasar piramida.

Dasar Piramida (bottom of the pyramid concept – BOP) – perusahaan dapat mengurangi
kemiskinan dan penyakit sosial lainnya, sekaligus tetap memperoleh keuntungan dengan menjual
barang pada orang-orang termiskin di dunia. Dasar piramida mengacu pada lebih dari empat
miliar orang yang hidup dalam tingkatan terendah dari ‘piramida’ ekonomi dunia berdasarkan
pendapatan per kapita. Tujuan lainnya adalah memerankan peran yang sangat penting dalam
menyentuh kemiskinan global dan permasalahan lainnya seperti perusakan lingkungan,
kebusukan sosial dan ketidakstabilan poliitk di negara berkembang. Meskipun konsep BOP baru
mendapat perhatian baru-baru ini, ide dasarnya tidaklah baru. Pendukung lainnya dari pemikiran
dasar pirmaida sepakat bahwa BOP dapat berhasil karena mengikat tanggung jawab sosial secara
langsung ke dalam hati perusahaan. Bisnis berkontribusi terhadap perubahan yang terus ada
ketika motif keuntungan sejalan dengan hasrat untuk berkontribusi bagi umat manusia.
ETIKA KETAHANAN

Perusahaan yang terlibat dalam aktivitas dasar piramida, juga memegang ide revolusioner
yang disebut ketahanan atau penngembangan yang dapat bertahan. Ketahanan (sustainabillity)
– mengacu pada perkembangan ekonomi yang menghasilkan kekayaan dan memenuhi
kebutuhan generasi saat ini sekaligus menjaga lingkungan agar generasi masa depan dapat
memenuhi kebutuhan mereka juga. Dengan filosofi ini, manajer menjalin keprihatinan
lingkungan dan sosial ke dalam setiap keputusan strategis, merevisi kebijakan dan prosedur
untuk mendukung usaha ketahanan, dan mengukur kemajuannya dalam mencapai tujuan
ketahanan. Konsep ketahanan menyatakan bahwa organisasi dapat menemukan cara yang
inovatif dalam menciptakan kekayaan sekaligus menjaga sumber daya alam.

MENGEVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Model diatas dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja sosial. Model ini mencirikan bahwa
tanggung jawab sosial keseluruhan dari perusahaan dapat dibagi ke dalam empat kriteria utam:
Pertama adalah tanggung jawab ekonomi. Institusi bisnis adalah unit ekonomi mendasar di
masyarakat. Tanggung jawabnya adalah menghasilkan barang dan jasa yang diinginkan
masyarakat serta memaksimalkan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham institusi.
Tanggung jawab ekonomi, yang paling ekstrimnya, disebut pandangan pemaksimalan
keuntungan, yang diusung oleh Milton Friedman, menyatakan perusahaan harus berjalan diatas
landasan yang berorientasikan keuntungan, dengan misi tunggal yaitu meningkatkan
keuntungannya selama perusahaan mengikuti aturan permainan. Tanggung jawab hukum
menentukan apa yang dianggap masyarakat sebagai sesuatu yang penting berhubungan dengan
perilaku yang pantas dilakukan oleh perusahaan. Bisnis diharapkan untuk memenuhi tujuan
ekonominya dalam kerangka persyaratan hukum yang ditentukan oleh dewan lokat kota, badan
legislatif negara bagian, dan agen perundangan federal.

Tanggung jawab etika terdiri atas perilaku-perilaku yang tidak bisa ditempatkan ke dalam ranah
hukum dan mungkin tidak berhubungan dengan kepentingan ekonomi perusahaan secara
langsung.

MENGATUR ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Salah satu langkah penting yang dapat diambil oleh manajer adalah untuk menjalankan
kepemimpinan yang beretika. Kepemimpinan yang beretika berarti manajer berlaku jujur dan
dapat dipercaya, adil dalam bekerja bersama pegawai dan pelanggan, dan beretika dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan profesionalnya. Manajer dapat menerapkan mekanisme
organisasi dalam membantu pegawai dan perusahaan untuk tetap berada di jalur beretika.
Beberapa mekanisme utama adalah kode etik, struktur etis, dan ukuran yang dapat melindungi
orang yang memberikan informasi tentang adanya perilaku yang tidak patut (whistle-blower).

Kode Etik (code of ethics) – pernyataan resmi dari nilai yang dianut oleh perusahaan yang
berkaitan dengan persoalan etika dan sosial; kode etik menyampaikan pada para pegawai akan
apa yang dibela oleh perusahaan mereka. Kode etik cenderung ada dalam dua jenis: pernyataan
yang berdasarkan prinsip dirancang untuk memengaruhi budaya perusahaan; pernyataan ini
menentukan nilai mendasar dan berisi bahasa umum mengenai tanggung jawab perusahaan,
kualitas produk, dan perlakuan terhadap pegawai. Pernyataan yang berdasarkan kebijakan
secara umum menguraikan prosedur-prosedur yang digunakan dalam situasi etis tertentu. Situasi
ini terdiri atas praktik pemasaran, konflik kepentingan, ketaatan pada hukum, informasi
kepemilikan, hadiah politis, dan peluang yang sama. Kode etis berisi nilai atau perilaku yang
diharapkan dan perilaku yang salah dan tidak bisa ditoleransi. Ketika manajer puncak
mendukung dan menertibkan yang melanggar, kode etik dapat mendorong iklim kerja yang
beretika di perusahaan.

Struktur Etis – struktur etis mewakili beragam sistem, posisi, dan program yang dapat
dilaksanakan oleh perusahaan untuk menerapkan perliaku beretika. Komite etika (ethics
committee) – kelompok eksekutif yang ditunjuk untuk mengawasi etika perusahaan. Komite ini
memberikan aturan mengenai persoalan etika yang belum jelas dan bertanggung jawab untuk
menertibkan pelaku kejahatan. Program pelatihan etika (ethics training) membanru pegawai
untuk mengatasi persoalan etika dan menerjemahkan nilai yang dinyatakan dalam kode etik ke
dalam perilaku sehari hari. Program pelatihan menjadi dorongan penting untuk mewujudkan
kode etik tertulis.

Whistle-Blowing – penyingkapan yang dilakukan pegawai mengenai praktik ilegal, amoral,


atau tidak sah yang dilakukan oleh organisasi. Untuk menjaga organisasi tetap bertanggung
jawan, manajer dapat mengandalkan orang tertentu yang rela untuk memberikan laporan jika
mereka mendetesi aktivitas ilegas, berbahaya, atau tidak etis. Whistle blower sering kali
melaporkan tindakan kejahatan pada pihak luar, seperti agen perundangan, senator, atau
wartawan. Namun,

agar praktik ini dapat menjadi usaha perlindungan yang efektif dan beretika, perusahaan harus
memandang whistle-blowing sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan serta
perusahaan harus melakukan usaha yang berdedikasi untuk melindungi para whistle-blower.
Banyak manajer yang masih memandang whistle-blower sebagai pegawai yang tidak puas, yang
tidak cocok bekerja dalam tim. Namun, untuk menjaga standar etika, organisasi membutuhkan
orang yang rela menyibakkan tindakan kejahatan. Manajer dapat dilatih untuk memandang
praktik whistle-blowing sebagai keuntungan daripada sebuah ancaman, dan sistem dapat disusun
untuk melindungi pegawai yang melaporkan tindakan yang ilegal dan tidak etis.

Kasus Bisnis tentang Etika dan Tanggung Jawab Sosial – sebagian besar manajer
sekarang menyadari bahwa memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial adalah sama
pentingnya dengan memperhatikan pengeluaran, keuntungan, dan pertumbuhan bisnis. Secara
alami, hubungan antara etika dan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja keuangannya
berkaitan dengan manajer dan gelar sarjana manajemennya. Satu kecemasan yang dirasakan
manajer adalah apakah dengan menjadi warga perusahaan yang baik dapat mencelakai kinerja –
selain itu, program etika dan tanggung jawab sosial adalah kegiatan yang akan mengeluarkan
biaya. Misalnya, Governance Metrics International, agensi penilaian penguasaan perusahaan
independen, melaporkan bahwa saham perusahaan yang dijalan di atas prinsip-prinsip yang lebih
tidak mementingkan diri sendiri dapat menujukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan yang dijalankan dengan perilaku yang mementingkan diri sendiri. Hasil penelitian ini
memberikan indikasi bahwa penggunaan sumber daya bagi etika dan tanggung jawab sosial tidak
akan mencelakai perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai