Oleh
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Mengelola Etika
Dan Tanggung Jawab Sosial yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi dan referensi. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetauan
bagi pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULAN
1. Pendekatan bermanfaat
Pendekatan bermanfaat yang didukung oleh filsuf abad ke-19, jeremy bentham dan
john stuart mill, menyatakan bahawa prilaku moral menhasilkan kebaikan yang paling besar
bagi jumlah yang paling besar. Dibawah pendekatan ini, seorang pengambil keputusan
diharapkan untuk mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang ada terhadap
semua pihak dan memilih keputusan yang mengoptimalkan keuntungan jumlah orang yang
lebih bersar.
2. Pendekatan individualisme
Pendekatan individualisme mengatakan bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika
tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang individu. Secara
teori, dengan setiap orang mngajar arah mereka sendiri, kebaikan yang lebih besar pada
akhirnya akan tercapai karena orang-orang belajar untuk saling mengakomodasi dalam
kepentingan jangka panjang mereka. Individualisme diyakini dapat membawa kejujuran dan
integritas karna individualisme berjalan sangat baik dalam jangka yang panjang. Oleh karna
individualisme dengan gampang diartikan untuk mendukung diri dengan segera,
individualisme tidaklah populer masyarakat yang sangatlah terorganisasi atau yang
berorientasi kelompok dimasa kini. Pendekatan ini merupakan yang paling dekat dengan
wilayah pilihan bebas.
3. Pendekatan hak-hak moral
Pedekatan hak-hak moral menyatakan bahwa umat manusia memiliki hak asasi dan
kebebasan yang tidak bisa direbut oleh keputusan satu individu. Enam hak-hak moral harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keutusan :
Hak persetujuan bebas, individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak dipaksa setuju untuk tidak diperlakukan.
Hak atas privasi, individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan
diluar pekerjaannya dan memegang kendali akan informasi tentang kehidupan
pribadinya.
Hak kebebasan hati nurani, individu dapat menahan diri dari memberikan perintah
yang melanggar moral dan norma agamanya.
Hak untuk babas berpendapat, inividu dapat secara enar mengkritik etika atau
legalitas tidakan yang ilakukan orang lain.
Hak atas proses hah, individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berak
atas perlakuan yang adail.
Hak atas hidup dan keamanan, individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap kesehatan dan keamanannya.
4. Pendekatan Keadilan
Pendekatan keadilan menyatakan bahwa keputusan moral harus didasarkan pada
standar-standar keadilan, kejujuran, dan ketidakberatsebelahan. Keadilan distributif
mengharuskan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap orang-orang tidaklah didasarkan pada
karakteristik kesewenang-wenangan. Keadilan prosedural, mengharuskan bahwa peraturan
didirikan dengan adil. Peraturan harus dengan jelas diberikan dan dijalankan secara konsisten
dan tidak berat sebelah. Keadilan kompensasi, mengatakan bahwa individu haru diberikan
kompensasi atas cidera yang dideritanya yang disebabkan oleh pihak yang bertanggng jawab.
Pendekatan keadilan adalah yang paling dekat dengan pemikiran yang menggaris bawahi
wilayah hukum karna pendekatan ini menganggap bahwa keadilan dejalankan melaluin
peraturan dan undang- undang. Manajer diharapkan untuk dapat menentukan sikap-sikap
dalam memperlakukan para pegawai secara berbeda dan sesuai kewajaran.
3) Dasar piramida
Konsep dasar piramida yang terkadang di sebut juga kaki piramida, menyatakan bahwa
perusahaan dapat mengurangi kemiskinan dan penyakit sosial lainya, sekaligus tetap
memperoleh keuntungan, dengan menjual barang kepada orang-orang termiskin di dunia.
Istilah dasar piramida mengacu pada lebih dari 4 miliar orang yang hidup dalam tingakatan
terendah dari piramida ekonomi dunia berdasarkan pendaetika pendapatan perkapita.
Etika Ketahanan
Ketahanan mengacu pada perkembangann ekonomi yang menghasilkan kekayaan dan
memenuhi kebutuhan generasi saat ini sekaligus menjaga lingkungan agar generasi masa
depan dapat memenuhi kebutuhan mereka juga.
Komunitas Lokal
Hampir semua bisnis mencoba bertanggung jawab sosial terhadap komunitas lokalnya.
Mereka mungkin berkontribusi dalam program lokal, seperti bakti sosial, beasiswa serta
pengobatan gratis.
Membuat sebuah perusahaan bertanggung jawab sosial secara penuh pada pendekatan
tanggung jawab di atas memerlukan program yang di organisasikan dan dikelola dengan hati,
hati. Secara umum, manajer harus melakukan hal-hal berikut:
Tanggung jawab sosial harus dimulai dari tingkatan manajemen puncak, karena tanpa
dukungan dari manajemen puncak tidak akan program yang berjalan sukses.
Sebuah komite atau panitia yang terdiri dari manajer-manajer puncak harus
mengembangkan sebuah rencana yang merinci tingkat dukungan manajemen.
Seorang eksekutif atau manajer harus bertanggung jawab dalam pengimplementasian
program yang telah direncanakan.
Terakhir perusahaan harus melakukan audit sosial, yaitu analisis sistematis mengenai
penggunaan dana dan pencapaiannya terhadap tujuan tanggung jawab sosialnya.
Struktur Etis
Struktur etis mewakili beragam sistem, posisi, dan program yang dapat dilaksanakan
oleh perusahaan untuk menerapkan perilaku beretika. Salah satu posisi terbaru dalam
organisasi adalah kepala petugas akuntansi, yang menjadi jawaban terhadap kejahatan
keuangan yang sangat marak terjadi di tahun-tahun belakangan ini. Komite etika (ethics
committee) adalah kelompok eksekutif yang ditunjuk untuk mengawasi etika perusahaan.
Komite ini membiarkan aturan-aturan mengenai persoalan-persoalan etika yang belum jelas
dan bertanggung jawab untuk menertibkan pelaku kejahatan. Banyak perusahaan menyusun
kantor-kantor beretika dengan staf yang bekerja penuh waktu untuk menjamin bahwa standar
etika adalah bagian yang dipadukan dengan operasional perusahaan. Kantor-kantor ini
dikepalai oleh kepala petugas etika (a chief ethics officer), yaitu eksekutif perusahaan yang
mengawasi semua aspek etika, dan kepatuhan hukum, diantaranya membangun dan
menyampaikan secara luas standar-standar, pelatihan etika, mengatasi pengecualian dan
permasalahan, serta memberikan saran pada manajer senior dalam aspek pengambilan
keputusan yang beretiaka dan sesuai. Layanan telepon etika yang bebas pulsa dan rahasia
juga memungkinkan pegawai untuk menelepon perilaku mencurigakan serta mencari
bimbingan dalam menghadapi dilemma etis. Program pelatihan etika (ethics training) juga
membantu pegawai untuk mengatasi persoalan etika dan menerjemahkan nilai-nilai yang
dinyatakan dalam kode etik ke dalam perilaku sehari-hari. Program pelatihan merupakan
dorongan yang penting untuk mewujudkan kode etik tertulis.
Whistle-Blowing
Penyingkapan yang dilakukan pegawai mengenai prakrik-praktik illegal, amoral,
atau tidak sah yang dilakukan oleh organisasi disebut whistle-blowing. Tidak ada organisasi
yang dapat mengandalkan pada kode etik dan struktur etika semata untuk mencegah
terjadinya semua perilaku yang tidak patut. Whistle-blower sering kali melaporkan tindakan
kejahatan pada pihak luar, seperti agen perundangan, senator, atau wartawan surat kabar.
Namun, agar praktik ini dapat menjadi usaha perlindungan yang efektif dan beretika,
perusahaan harus memendang whistle-blowing sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi
perusahaan, serta perusahaan harus melakukan usaha yang berdedikasi untuk melindungi para
whistle-blower. Tanpa ukuran perlindungan yang efektif, para whistle-blower akan menderita.
Manajer dapat dilatih untuk memandang praktik whistle-blowing sebagai sebuah keuntungan
daripada sebuhan ancaman, dan sistem dapat disusun untuk melindungi pegawai yang
melaporkan tindakan yang illegal dan tidak etis.
3.1 Kesimpulan
Kriteria Pengambilan Keputusan yang Etis, melalui :
1. Pendekatan bermanfaat
2. Pendekatan individualisme
3. Pendekatan hak-hak moral
4. Pendekatan Keadilan
Sejumlah faktor dapat memengaruhi kemampuan seorang manajer untuk membuat sebuah
keputusan yang beretik kepribadiannya. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga dan latar
belakang agama membentuk sistem nilai seorang manajer.
Tanggung jawab sosial lebih berkaitan dengan cara suatu bisnis bertindak terhadap kelompok
dan pribadi lainnya dalam lingkungan sosialnya.
3.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis menggunakan referensi yang mendukung argumentasi
berupa buku-buku terkait pembahasan, sumber bacaan internet serta analisis penulis
terhadap pokok pembahasan.
Walaupun demikian, penulis menyadari sangat besar kemungkinan pembahasan
dalam makalah ini masih membutuhkan perbaikan berupa saran-saran dan kritikan yang
bersifat konstruktif. Harapannya dengan adanya saran dan kritikan terhadap makalah ini,
dapat dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA