Anda di halaman 1dari 9

BAB 8

MENGAMBIL KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN

8.1 BAGAIMANA ANDA MENGAMBIL KEPUTUSAN

Sebagai besar dari kita membuat keputusan secara otomatis tanpa menyadari bahwa
orang-orang memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam mengambil keputusan, yang
mereka bahwa kedalam posisi masing-masing dalam sebuah manajemen.

8.2 JENIS-JENIS KEPUTUSAN DALAM MASALAHNYA

 Keputusan (decision)
merupakan pilihan yang dibuat dari alternative-alternative yang ada. Misalnya,
seorang manajer akuntansi yang hendak yang menentukan pilihan antara colin, tasya,
dan carlos untuk mengisi posisi auditor junior adalah contoh dari keputusan yang
harus diambil.
 Pengambilan keputusan (decision making)
Adalah dalam proses pengenali masalah-masalah dan peluang-peluang untuk
kemudian dipecahkan. Mengambil keputusan mengharuskan adanya usaha maupun
sesudahnya dibuatnya pilihan yang nyata
.
8.2.1 Keputusan yang Terprogram dan Tidak Terprogram

 Keputusan yang terprogram (programmed decision)


Berada dalam situasi yang telah sering muncul hingga aturan-aturan dalam
mengambil keputusan bisa dibuat dan diterapkan. Keputusan yang terprogram dibuat
untuk menjawab persoalan-persoalan organisasi yang kerap kali terjadi.
 Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)
Diambil untuk menjawab situasi yang unik, sulit dikenal dan tidak berstruktur, serta
membawa konsekuensi penting bagi organisasi. Sebagian besar keputusan tidak
terprogram berkaitan dengan perencanaan strategis karena tingkat tidak jelas yang
tinggi dan keputusan-keputusan yang harus diambil pun rumit
8.2.2 Menghadapi Kejelasan dan Tidakjelasan

Suatu perbedaan utama antara keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram ada
dalam kaitannya dengan tingkat kejelasan dan tidakejelasan yang harus ditanggani manajer.
 Kejelasan (certainty) kejelasan semua informasi yang diperlukan oleh pihak
pengambil keputusan tidak tersedia menyeluruh. Manajer mengetahui informasi
tentang kondisi operasional, biaya dan tidakleluasaan sumber daya, dan setiap
tindakanan hasil mungkin didapat.
 Risiko (risk)
Artinya adalah bahwa sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas dan
informasi yang baik selalu tersedia, tetapi hasilnya masa depan yang berhubungan
dengan setiap alternative berjumlah pasti.
 Ketidakpaksaan (uncertainty)
Artinya adalah bahwa manajer mengetahui tujuan mana yang ingin dicapainya, tetapi
informasi tentang alternative-alternative dan peristiwa di masa depan tidaklah
lengkap.

8.2.3 Ambiguitas dan Konflik Ambiguitas (ambiguity)

Adalah situasi paling sulit dalam mengambil keputusan. Ambiguitas berarti bahwa
tujuan_tujuan akan dicapai atau permasalahan-permasalahan yang hendak dipecah tidak jelas,
alternative-altenative sangat sulit ditentukan, dan informasi mengenai hasilnya nanti tidaklah
tersedia. Ambiguitas adalah apa yang dirasakan seseorang siswa jika instruksinya membuat
kelompok-kelompok siswa dapat meminta tiap kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas,
tetapi tidaklah memberikan topic, pengarahan, atau arahan terhadap kelompok bersangkutan.
Dalam situasi tertentu, manajer-manajer terlibat yang terlibat dalam mengambil keputusan
biasanya malah menciptakan ambigiatus karena mereka terlihat segala sesuatunya dengan
cara yang berbeda dan tidak setuju dengan apa yang mereka inginkan. Situasi yang benar-
benar ambigu dapat menciptakan apa yang terkadang disebut masalah keputusan yang gagal.
Keputusan yang gagal adalah keputusan yang mendatangkan konflik bukan mencapai tujuan
serta alternative keputusan yang stabil, tidak memiliki informasi dan link yang jelas antara
unsur-unsur penting dalam mengambil keputusan.
8.3 MODEL PENGAMBIL KEPUTUSAN

Pendekatan-pendekatan yang digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan


biasanya berupa salah satu dari tiga jenis ini:

8.3.1 Model yang Ideal dan Rasional

Model klasik (classical model) dalam mengambil keputusan didasarkan pada asumsi
ekonomi rasional dan keyakinan manajer tenteng seperti apakah seharusnya pengambilan
keputusan yang ideal itu. Empat asumsi yang mengarisbawahi model ini adalah sebagai
berikut:

1. Pengambil keputusan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah diketahui dan
disepakati. Masalah yang dirumuskan dan ditentukan dengan tepat.
2. Mengambil keputusan bekerja keras dalam kondisi ketidakpastian, dengan
mengumpulkan informasi dengan tepat.
3. Kriteria untuk mengevaluasikan pilihan alternative harus diketahui.
4. Mengambil keputusan adalah orang yabg rasional dan mengunakan logika untuk
menetapkan nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternative, dan mengambil
keputusan yang akan dimaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.

8.3.2 Bagaimana Sebenarnya Manajer Mengambil Keputusan

Pendekatan lain digunakan dalam mengambil keputusan, yang disebut sebagai model
administrative, dianggap bersifat deskriptif, yang artinya model ini mengambarkan
bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambil keputusan dalam situasi yang
kompleks, dan bukan mendikte bagaimana manajer seharusnya mengambilkan teori
berdasarkan ide ideal.
8.3.3 Rasionalitas yang Terbatas dan Pemuasan
 Rasionalitas yang terbatas bereti bahwa manusia memiliki keterbatasan, atau batas-
batas, dalam kemampuannya untuk berpikir rasional.
 Pemuasan berarti bahwa seorang mengambil keputusan memilih alternative solusi
pertama yang dapat memuaskan kriteria minimal dalam membuat dalam membuat
keputusan yang baik.
Model administrative mengandalkan asumsi yang berbeda dari asumsi-asumsi pada
model klasik dan model administrative ini berfokus pada faktor-faktor organisasi yang
mempengaruhi pengambil keputusan yang dilakukan individu. Menurut model administrative
dalamorganisasi.
1. Tujuan-tujuan dari pengambil keputusan sering kali tidak jelas, bertentenggan, dan
kurang adanya consensus di anata para manajer.
2. Prosuder rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur digunakan, prosedur
dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang masalah.
3. Pencarian untuk menentukan alternative yang digunakan manajer bersifat terbatas
karena manusia, informasi, dan sda bersifat terbatas.
4. Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan dari pada pencarian solusi
paling baik.

 Intuisi adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan


pengelaman di masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar.

8.3.4 Model Politik

Model pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat
keputusan yang tidak berprogram ketika situasi tidak jelas, informasinya terbatas, dan
adanya konflik manajer tentang tujuan akan dicapai untuk tindakan apa yang akan
dilakukan. Manajer-manajer sering kali dalam pembangunan koalisi dalam membuat
keputusan organisasi kompleks. Sebuah koalisi adalah sebuah aliansi tidak resmi di antara
manajer-manajer yang mendukung sebuah tujuan tertentu. Keputusan adalah suatu kompleks
dan melibatkan banyak orang, informasi sering kali ambigu, dan tidakesepakatan serta
konflik di setiap masalah dan juga solusi adalah hal yang biasa ada. Model politik dimulai
dengan empat asumsi dasar.
1. Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan,tujuan, dan nilai-
nilai yang beragam.
2. Informasi sering kali ambigu dan tidak tepat.
3. Para manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, kapasitas mental untuk mengenali
semua dimensi masalah dalam memproses semua informasi yang relevan.
4. Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan
mendiskusikan alternative-alternative. Keputusan adalah hasil dari tawar-menawar
dan diskusi di antara anggota-anggota koalisi.

8.4 LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

8.4.1 Pengenalan Syarat-Syarat Sebuah Keputusan

Manajer menghadapi syarat-syarat dalam mengambil keputusan dalam bentuk masalah


maupun peluang. Sebuah masalah (problem) muncul ketika pencapaian organisasi kurang
dari yang telah ditemukan. Ada beberapa aspek dari kinerja bisnis yang tidak memuaskan.
Sebuah peluang (opportunity) muncul ketika manajer melihat kemungkinan untuk
meningkatkan kinerja kerja yang selama ini dilakukan.

8.4.2 Diagnosis dan Analisis Sebab-Akibat

Jika manajer dapat mengenali masalah dan peluang yang ada, pemahaman akan situasi
bisa disaring. Diagnosis adalah langkah dalam proses pengambil keputusan di mana manajer
menganalis faktor-faktor sebab-akibat penting yang berhubungan dengan situasi penting.

8.4.3 Pengembangan Alternatif

Tahap berikutnya adalah membuat solusi alternative yang akan menjawab kebutuhan yang
ada dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasarinya.
Untuk keputusan yang terprogram, alternative-alternative bisa dengan mudah dikendali dan
bahkan biasanya sudah tersedia dalam peraturan dan produser organisasi.bagi keputusan-
keputusan yang dibuat di bawah kondisi dengan ketidakpastian yang tinggi, manajer hanya
dapat menggembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa jadi pemuasan dalam
mengatasi masalah. Namun, penelitian menunjukan bahwa membatasi pencarian alternative
merupakan sebab utama gagalnya mengambil keputusan organisasi.
8.4.4 Pemilihan Alternatif yang Dikehendaki

Setelah beberapa alternative berhasil dikembangkan, organisasi harus memilih satu


alternative. Pilihan keputusan adalah seleksi dari arah tindakan alternative yang paling
menjanjikan. Alternative terbaik adalah yang solusinya yang paling sesuai dengan tujuan
dan nilai-nilai keseuruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikendaki dengan
mengunakan sumber yang paling sedikit. Memilih antara alternative-alternative juga
bergantung pada faktor-faktor kepribadian dan kerelaan manajer untuk menerima resiko dan
ketidakpastian. Risk propensity adalah kerelaan untuk menjalankan resiko dengan peluang
mendapatkan hasil yang lebih besar.

8.4.5 Penerapan Alternatif Terpilih

Tahap penerapan adalah tahap dimana kemampuan manajerial, administrative dan


persuasive yang dimiki seorang manajer akan digunakan untuk menjamin bahwa alternative
terpilih akan dijadikan. Langkah ini serupa dengan ide eksekusi strategis yang digambarkan
bab 7. Kesuksesan alternative terpilih akan bergantung pada bisa taau tidaknya alternative
ini diterjemahkan menjadi satu tindakan.

8.5.5 Evaluasi dan Umpan Balik

Pada tahap evalusi, yang merupakan bagian proses pengambilan keputusan, para
pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka
menerapkan keputusan yang telah meraka ambil dan apakah penerapan efektif dalam
mencapai tujuan mereka. Umpan balik adalah hal yang paling penting karena pengambil
keputusan adalah proses berkelanjutan dan tidak pernah berpikir.

8.6 KERANGKA KERJA KEPUTUSAN PRIBADI

Tidak semua manajer mengambil keputusan dengan cara yang sama. Bahkan, perbedaan
yang signifikan membedakan cara-cara yang digunakan manajer dalam melakukan
pendekatan terhadap masalah dan pengambila keputusan terkait masalah tersebut. Perbedaan
ini dapat dijelaskan dengan konsep gaya pengambilan keputusan. Gaya pribadi pengambilan
keputusan mangacu pada perbedaan di antara orang-orang yang berhubungan debgan cara
mereka mengevaluasi masalah, pengembangan alternative-alternative, dan membuat pilihan.
Sebuah peneliyian telah menemukan empat pengambilan keputusan: directive, analisis,
konseptual, dan behavioral.

1. Gaya direktif digunakan oleh orang-orang yang lebih memilih solusi masalah yang
sederhana dan jelas
2. Manajer dengan gaya analisis sering memertimbangkan solusi yang kompleks
berdasarkan data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan.
3. Orang-orang yang cenderung kea rah gaya konsrptualjuga senang memperhatikan
sejumlah besar informasi. Namun,mereka lebih berorientasi social dari pada meraka
yang menyukai gaya analisis.
4. Gaya perilaku adalah gaya yang digunakam oleh manajer yang memiliki perhatian
yang mendalam terhadap orang lain dan individu.

8.7 MENGAPA MANAJER MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG SALAH?

Sebagian besar keputusan yang tidak tepat adalah kesalahan penilaian yang berasal dari
kapasitas pikiran manusia yang terbats dan dalam keberatsebelahaan alami yang
diperlihatkan manajer selama proses pengambilan keputusan. Dengan menyadari enam
keberatsebelahaan di bawah ini, manajer tentu dalam terbantu membuat pilihan lebih
saksama.

1. Terpengaruh oleh kesan pertama.


2. Memberikan keputusan-keputusan yang lalu
3. Melihat apa yang ingin dilihat
4. Mempertahankan status quo
5. Terpengaruh oleh kerangka masalah
6. Terlalu percaya diri

8.8 MENGAMBIL KELOMPOK YANG INOVATIF

Kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat, baik, da berkualitas tinggi di atas
dasar tertenru merupakan kealihan yang penting dalam organisasi yang bergerak cepat saat
ini. Manajer memang membuat beberapa keputusan sendiri, tetapi para pengambil keputusan
sering kali berkelompok. Bahkan, banyak keputusan besar di dunia ini dibuat oleh
sekelompok orang, bukan hanya seseorang.

8.8.1 Mulailah dengan Curahan Gagasan

Curahan gagasan (brainstorming) mengharuskan adanya sekelompok orang yang


berkumpul secara langsung untuk memberikan alternative-alternative dengan cukup luas
secara spontan untuk melakukan pengambilan keputusan. Kunci untuk melakukan curahaan
gagasan yang efektif adalah bahwa setiap orang dapat mengembangkan ide milik orang lain;
semua ide diterima, meskipun ide tersebut kedengaran gila;serta kritik dan evaluasi tidaklah
boleh disertakan. Curahan gagasan elektronik (electronic brainstorming) mempersatukan
orang-orang dalam sebuah kelompok interaktif melalui jaringan komputer.

8.8.2 Terlibatlah dalam Perdebatan yang Sengit

Kunci yang penting dalam membuat keputusan yang lebih baik adalah melakukan
perdebatan yang sengit mengenai permasalhan yang ada. Sebagian dari anggota kelompok
bertugas sebagai pengacara pencahat, yaitu pihak yang berperan sebagai pihak yang
meragukan suatu perkiraan atau penegasan yang dibuat oleh kelompok tersebut. Cara lain
untuk mendorong terjadinya konflik yang bersifat membangun adalah dengan menggunakan
teknik yang disebut balas-membalas, yang mencegah kelompok menjadi dua subkelompok
dan memberikan tanggung jawab yang berbeda dan sering kali bertentangan pada dua
subkelompok.

8.8.3 Hindari Groupthink

Adalah kecenderungan anggota kelompok untuk tidak mengutarakan opini-opini yang


bertentangan. Ketika para anggota kelompok jatuh ke groupthink, hasrat untuk selalu
harmonis mengalahkan pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang berkualitas.

8.8.4 Tahu Kapan Harus Gagal


Dalam lingkungan yang bergerk cepat, manajer yang baik akan berani mengambil resiko
dan belajar dari kesalahaan, tetapi manajer baik juga tidak ragu untuk memberhentikan hal
yang tidak akan berhasil. Penelitian telah menemukan bahwa manajer dan organisasi sering
kali terus memberikan waktu dan uang untuk sesuatu yang sudah terbukti akan gagal.
Kecenderungan ini dianggap sebagai komitmen ekskalasi manajer mungkin tidak mau
menerima atau mengbah informasi yang dianggap negative karena tidak mau bertanggung
jawab atas keputusan yang tidak tepat, atau tidak meu menerima bahwa solusi yang
diusungkan salah.

Anda mungkin juga menyukai