Anda di halaman 1dari 3

Nama

: Devita Ariesti
No. Mahasiswa
: 1465032
Mata Kuliah
: Business Ethics
Dosen Pengampu
: Singgih Wijaya, Ph. D

Ringkasan Materi Chapter 2 : Ethical Principles in Business


1. Utilitarianisme : Menimbang Biaya dan Keuntungan Sosial
Pendekatan ini kadang disebut pendekatan konsekuensialis dan kadang disebut dengan pendekatan
utilitarian. Utilitarianisme merupakan istilah umum atas pandangan bahwa aksi dan kebijakan
sebaiknya dievaluasi dengan dasar manfaat dan biaya yang akan didapatkan masyarakat. Banyak yang
memandang bahwa cara terbaik untuk mengevaluasi kebijakan yang beretika dalam keputusan bisnis
atau keputusan dibidang lain adalah dengan mengacu pada utilitarian cost-benefit analysis. Tanggung
jawab sosial yang harus dilakukan oleh para pelaku bisnis dengan memilih alternatif yang
memberikan manfaat terbesar untuk masyaakat atau yang mengeluarkan biaya terkecil.
Utilitarianisme Tradisional
Secara singkat, prinsip utilitarian menyatakan bahwa : Suatu tindakan dianggap benar dari sudut
pandang etis jika dan hanya jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih
besar dari jumlah utilitas total yang dihasilkan dari tindakan tersebut lebih besar dari jumlah utilitas
total yang dihasilkan oleh tindakan lain yang dapat dilakukan.
Masalah Pengukuran
Satu rangkaian masalah dalam kaitannya dengan utilitarianisme terfokus pada hambatan-hambatan
yang dihadapi saat menilai atau mengukur utilitas. Salah satunya adalah bagaimana nilai utilitas dari
berbagai tindakan yang berbeda dapat diukur dan diperbandingkan seperti yang dinyatakan dalam
utilitarianisme? Setiap orang mungkin merasa yakin bahwa dia bisa memperoleh keuntungan paling
besar dari suatu pekerjaan, namun karena kita tidak dapat menjadi orang lain, maka penilaian ini tidak
memiliki dasar objektif.
Tanggapan Utilitarian Terhadap Masalah Penilaian
Para pendukung utilitarianisme memberikan sejumlah tanggapan untuk menghadapi keberatankeberatan yang muncul. Pertama, kaum utilitarian menyatakan bahwa, meskipun utilitarianisme
idealnya masyarakat penilaian-penilaian yang akurat dan dapat dikuantifikasikan atas biaya dan
keuntungan, namun persayaratan ini dapat diperlonggar jika penilaian seperti itu tidak dapat
dilakukan.
Masalah Hak dan Keadilan
Hambatan utama utilitarianisme, menurut beberapa kritikus adalah prinsip tersebut tidak mampu
menghadapi dua jenis permasalahan moral; masalah yang berkaitan dengan hak dan yang berkaitan
dengan keadilan.
Tanggapan Utilitarian Terhadap Pertimbangan Hak dan Keadilan
Untuk menangani keberatan dalam contoh-contoh yang diajukan oleh para kritikus utilitarianisme
tradisioanl, kaum utilitarian mengajukan satu versi utilitarianisme alternative yang cukup penting dan
berpengaruh, yang disebut rule- utilitarianism (peraturan utilitarianisme). Strategi dasar dari ruleutilitarian adalah membatasi analisis utilitarian hanya pada evaluasi atas peraturan-peraturan moral.
Menurut rule-utilitarian, saat menentukan apakah suatu tindakan dianggap etis, kita tidak perlu
mempertanyakan apakah tindakan tersebut akan memberikan nilai utilitas paling besar. Sebaliknya,
kita perlu mempertanyakan apakah tindakan tersebut diwajibkan oleh peraturan moral yang harus
dipatuhi oleh semua orang. Jika benar, maka kita perlu melakukannya.
1

Nama
: Devita Ariesti
No. Mahasiswa
: 1465032
Mata Kuliah
: Business Ethics
Dosen Pengampu
: Singgih Wijaya, Ph. D
Jadi, teori rule-utilitarian memiliki dua bagian yang dapat kita ringkas dalam dua prinsip berikut: (I)
Suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis jika dan hanya jika tindakan tersebut
dinyatakan dalam peraturan moral yang benar. (II) Sebuah peraturan moral dikatakan benar jika
dan hanya jika jumlah utilitas total yang dihasilkannya; jika semua orang yang mengikuti peraturan
tersebut lebih besar dari jumlah utilitas total yang diperoleh; jika semua orang mengikuti peraturan
moral alternative lainnnya.
2. Hak dan Kewajiban
Konsep Hak
Secara umum, hak adalah klaim atau kepemilikan individu atau sesuatu. Seseorang dikatakan
memiliki hak jika dia memiliki klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu atau jika
orang lain berkewajiban melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu kepadanya. Hak juga berasal
dari sistem standar moral yang tidak bergantung pada sistem hokum tertentu. Hak merupakan sebuah
sarana atau cara yang penting dan bertujuan agar memungkinkan Individu untuk memilih dengan
bebas apa pun kepentingan atau aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka.
Hak Negatif dan Positif
Sejumlah hak yang disebut hak negative dapat digambarkan dari fakta bahwa hak-hak yang termasuk
di dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan kewajiban orang lain untuk
tidak ikut campur dalam aktivitas-aktivitas tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut.
Sebaliknya, hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negative, namun juga mengimplikasikan
bahwa pihak lain (tidak selalu jelas siapa mereka) memiliki kewajiban positif pada si pemilik hak
untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan bebas mencari atau mengejar kepentingankepentingannya.
Hak dan Kewajiban Kontraktual
Hak dan Kewajiban kontraktual (kadang disebut juga hak dan kewajiban khusus atau tugas khusus)
adalah hak terbatas dan kewajiban korelatif yang muncul saat seseorang membuat perjanjian dengan
orang lain. Sistem peraturan yang mendasari hak dan kewajiban kontraktual secara umum
diinterpretasikan mencakup sejumlah batasan moral: (1) Kedua belah pihak dalam kontrak harus
memahami sepenuhnya sifat dari perjanjian yang mereka buat. (2) Kedua belah pihak dilarang
mengubah fakta paerjanjian kontraktual dengan sengaja. (3) Kedua belah pihak dalam kontrak tidak
boleh menandatangani perjanjian karena paksaan atau ancaman. (4) Perjanjian kontrak tidak boleh
mewajibkan kedua belah pihak untuk melakukan tindakan-tindakan yang amoral.
3. Keadilan dan Kesamaan
Pertentangan antar individu dalam bisnis sering dikaitkan dengan masalah keadilan dan
kewajaran/kesamaan. Hal ini terjadi, saat seseorang menuduh orang lain melakukan diskriminasi
terhadapnya, menunjukkan sikap berat sebelah, atau tidak memperoleh bagian yang wajar/sama dari
beban yang ditanggungnya dalam suatu perjanjian kerja sama. Penyelesaian masalah seperti ini kerap
kali mengharuskan kita membandingkan dan menimbang klaim-klaim yang saling bertentangan dari
masing-masing pihak serta mencari keseimbangannya. Keadilan dan kewajaran pada dasarnya bersifat
kooperatif.

Nama
: Devita Ariesti
No. Mahasiswa
: 1465032
Mata Kuliah
: Business Ethics
Dosen Pengampu
: Singgih Wijaya, Ph. D
Keadilan Distributif
Masalah-masalah tentang keadilan distributive muncul bila ada orang-orang tertentu yang memiliki
perbedaan klaim atas keuntungan dan beban dalam masyarakat, dan semua klaim mereka tidak bisa
dipenuhi.
4. Etika Memberi Perhatian
Parsialitas dan Perhatian
Pendekatan-pendekatan etika yang telah kita lihat semuanya mengasumsikan bahwa etika haruslah
imparsial dan dengan demikian semua hubungan khusus antara seseorang dengan individu tertentu,
misalnya anggota keluarga, teman, atau pegawai, harus dikesampingkan saat menentukan apa yang
harus dia lakukan. Dalam hal ini, etika perhatian menekankan pada dua persyaratan moral: (1) Kita
hidup dalam suatu rangkaian hubungan dan wajib mempertahankan serta mengembangkan
hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang lain. (2) Kita memberikan perhatian khusus pada
orang-orang yang menjalin hubungan baik dengan kita dengan cara memerhatikan kebutuhan, nilai,
keinginan, dan keberadaan mereka dari perspektif pribadi mereka sendiri, dan dengan memberikan
tanggapan secara positif pada kebutuhan, nilai, keinginan, dan keberadaan orang-orang yang
membutuhkan dan bergantung pada perhatian kita.
5. Memadukan Utilitas, Hak, Keadilan, dan Perhatian
Standar utilitarian wajib digunakan saat kita tidak memiliki sumber daya yang mampu memenuhi
tujjuan atau kebutuhan semua orang, dimana kita didorong untuk mempertimbangkan keuntungan dan
biaya sosial dari suatu tindakan (atau kebijakan atau institusi) dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Penilaian moral kita sebagian juga didasarkan pada standar-standar yang menunjukkan bagaimana
individu harus diperlakukan atau dihargai. Jenis standar moral ini wajib kita gunakan bila tindakan
dan kebijakan yang akan kita akan ambil sangat berpengaruh pada kesejahteraan dan kebebasan
mereka. Penalaran moral semacam ini mencakup pertimbangan tentang apakah suatu perilaku
dianggap menghargai hak asasi individu yang bersangkutan dan apakah perilaku tersebut konsisten
dengan kewajiban-kewajiban yang kita terima secara sukarela dalam perjanjian.
6. Sebuah Alternatif untuk Prinsip Moral: Etika Kebaikan
Kebaikan moral merupakan sebuah kecenderungan yang dinilai sebagai bagian dari karakter manusia
yang secara moral baik dan ditunjukkan dalam kebiasaan dan perilakunya, seseorang dikatakan
memiliki kebaikan moral bila dia berperilaku dengan penalaran, perasaan, dan keinginan-keinginan
yang menjadi karakteristik dari seseorang yang secara moral baik. Etika kebaikan menyatakan bahwa
kita harus melakukan, menjaga, dan mengembangkan kebaikan, kita harus mencegah melakukan
perbuatan jahat, dan institusi harus menanamkan kebaikan dan bukan perbuatan buruk.
7. Keputusan Moral yang Tidak Disadari
Terdiri dari sebagian keputusan moral kita, yang dibuat secara otomatis dan tanpa disadari membuat
kita dapat mengidentifikasi apa yang seharusnya dilakukan. Rasionalitas yang dilakukan atas proses
tersebut didasarkan pada paradigma, common law, dan nilai moral yang telah tertanam. Concious
Moral Reasoning mengevalusi mengenai intuisi yang kita miliki, kepercayaan, dan norma yang telah
tersimpan dalam kehidupan kita.
3

Anda mungkin juga menyukai