Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK 2

MAKALAH TEORI ETIKA

(TEORI UTILITARIANISME, TEORI DEONTOLOGI,


TEORI HAK, DAN TEORI KEUTAMAAN)

Disusun Oleh :

1. Nu’ma Silfiana (171110002088)

2. Khetrine Nadya Intan Safila (171110002117)

3. M. Iqbal Royyan Al Fahmi (171110002185)

4. M. Fahri Izzuddin (171110002206)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
UNISNU JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya, baik
berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah “Teori Etika”. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah kita nantikan syafaatnya
di Yaumul Qiyamah kelak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan


dalam penulisan maupun penyampaian materi yang kurang tepat. Untuk itu, kami
megharapkan kritik serta saran yang membangun supaya kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi lebih baik lagi

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah


ini, terutama kepada dosen pengampu yaitu Bapak H. Samsul Arifin, Dr. S. E.,
M.M. kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jepara, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

1.1. Latar Belakang...........................................................................................4

1.2. Pokok Bahasan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6

2.1. Teori Utilitarianisme..................................................................................6

2.1.1. Pengertian Utilitarianisme.................................................................6

2.1.2. Kriteria Utilitarianisme.......................................................................7

2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Etika Utilitarianisme................................9

2.2. Teori Deontologi........................................................................................9

2.3. Teori Hak..................................................................................................11

2.4. Teori keutamaan......................................................................................12

BAB III PENUTUP...................................................................................................17

3.1. Kesimpulan..............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari kebiasaan gaya hidup sehari-
hari. Kunci sukses dalam kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis menurut kami
adalah tentang tingkat etika yang kita punya, sehingga etika dapat menentukan
apakah perilaku itu baik atau buruk. Dalam kehidupan bermasyarakat peran etika
sangat vital terhadap pemikiran moral dan perilaku etis.

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “ethikos” yang berarti timbul
dari kebiasaan, sedangkan secara terminology etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan yang menentukan tingkah laku yang
benar. Etika merupakan salah satu hal yang sangat penting didalam kehidupan
bermasyarakat, karena bisnis termasuk dalam bagian masyarakat tentu bisnis
harus tunduk pada norma atau aturan yang ada.

Teori Etika bisnis terdapat 4 teori yaitu Teori Utilitarianisme, Teori


Deontologi, Teori Hak, dan Teori Keutamaan yang terdapat pada perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk membentuk suatu perusahaan yang memiliki
daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang
tinggi. Praktik etika bisnis apabila dilaksanakan dengan baik, maka akan selalu
menguntung perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, hal
ini terjadi karena dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan friksi,
baik intern perusahaan maupun eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja,
melindungi prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan
bersaing. Oleh karena itu, kita sangat penting mempelajari etika bisnis baik secara
individu maupun perusahaan.

4
1.2. Pokok Bahasan

1.2.1. Teori Utilitarianisme dalam etika bisnis

1.2.2. Teori Teori Deontologi dalam etika bisnis

1.2.3. Teori Hak dalam etika bisnis

1.2.4. Teori Keutamaan dalam etika bisnis

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Utilitarianisme

2.1.1. Pengertian Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah suatu teori segi etika formatif yang menyatakan


bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan
(utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan
mengurangi penderitaan. Utilitarianisme berasal dari kata latin “Utilis”, yang
berarti berguna, bermanfaat, berfaedah atau menguntungkan berdasarkan
prinsip ini keputusan adalah etis jika memberikan keuntungan paling besar
daripada keputusan alternatif yang lain. Teori ini menjelaskan bahwa suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu atau dua orang, melainkan masyarakat sebagai
keseluruhan. Utilitarianisme tidak boleh dimengerti dengan cara egoistis.
Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran Utilitarianisme
(utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan
adalah the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar
dari jumlah orang terbesar. Perbedaan egoisme dan utilitarianisme adalah,
egoisme berfokus pada kepentingan diri sendiri dari individual, perusahaan,
komunitas dan lain-lain, sedangkan utilitarianisme berfokus pada kepentingan
sendiri dari seluruh stake holder.

Teori Utilitarianisme mudah dipahami sebagai teori etika karena


cocok sekali dengan pemikiran ekonomis. Teori ini cukup dekat dengan cost
benefit analysis yang banyak dipakai dalam konteks ekonomi. Dapat
dipahami juga kalau Utilitarianisme sangat menekankan pentingnya
konsekuensi perbuatan dalam menilai baik buruknya kualitas moral suatu
perbuatan, baik buruknya tergantung pada konsekuensi atau akibat yang
dibawakan olehnya. Jika suatu perbuatan mengakibatkan manfaat paling
besar, artinya paling memajukan kemakmuran, kesejahteraan, dan

6
kebahagiaan masyarakat, maka perbuatan itu baik. Sebaliknya, jika perbuatan
membawa lebih banyak kerugian dari pada manfaat, perbuatan itu harus
dinilai buruk. Konsekuensi perbuatan di sini menentukan seluruh kualitas
moralnya. Karena di sini konsekuensi begitu dipentingkan, Utilitarianisme
juga sering disebut “konsekuensialism”.

Utilitarianisme dibedakan menjadi dua yaitu Utilitarianisme Perbuatan


(Act Utilitarianism) dan Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism).
Utilitarianisme Perbuatan menerapkan prinsip dasar utilitarianisme (manfaat
terbesar bagi jumlah orang besar) yang diterapkan pada perbuatan. Prinsip
dasar itu dipakai untuk menilai moral suatu perbuatan. Utilitarianisme
Perbuatan tidak luput dari kesulitan teoritis yang besar, bahkan
menghancurkan. Kemudian ada Utilitarianisme Aturan, prinsip dasar
utilitarianisme tidak harus diterapkan atas perbuatan-perbuatan yang
seseorang lakukan, melainkan atas aturan-aturan moral yang diterima
bersama dalam masyarakat sebagai pegangan bagi perilaku seseorang. Suatu
aturan moral bisa diterima sebagai sah dan benar, jika tahan uji terhadap
prinsip utilitarian.

Utilitarianisme aturan membatasi diri pada pengesahan aturan-aturan


moral, dengan demikian seseorang dapat menghindari beberapa kesulitan dari
Utilitarianisme Perbuatan. Utilitarianisme aturan merupakan suatu upaya
teoritis yang menarik.

2.1.2. Kriteria Utilitarianisme

Salah satu kekuatan utilitarianisme adalah kenyataan bahwa mereka


menggunakan sebuah prinsip yang jelas dan rasional. Pemegang kekuasaan
mempunyai pegangan jelas untuk membentuk kebijaksanaannya dalam
mengatur masyarakat. Kekuataan lainnya adalah orientasi utama teori ini
pada hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang mempunyai akibat buruk
misalnya mencelakakan orang lain, mempunyai peluang lebih besar untuk
dianggap secara tidak etis bernilai buruk daripada perbuatan yang mempunyai
akibat baik seperti membantu orang lain.

7
1. Utilitarianisme klasik yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill dapat diringkas dalam 3 pernyataan :

a) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya demi akibat-akibatnya


(konsekuensi), hal yang lain tidak menjadi pertimbangan. Motif
manusia tidak penting, karena tidak dapat diukur, berbeda dengan
tindakan yang dapat diukur.

b) Dalam mengukur akibat-akibatnya, satu-satunya yang penting


hanyalah jumlah kebahagiaan atau ketidak-bahagiaan yang dihasilkan.
Hal yang lain tidak relevan.

c) Kesejahteraan setiap orang dianggap sama pentingnya. Tindakan yang


benar adalah kebahagiaan setiap orang dipertimbangkan secara sama
pentingnya.

2. Sony Keraf merumuskan tiga kriteria obyektif dalam kerangka etika


Utilitarianisme untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan :

a) Manfaat kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang


menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan
yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.

b) Manfaat terbesar. Suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik


secara moral jika menghasilkan lebih banyak manfaat dibandingkan
dengan kerugian.

c) Suatu tindakan dinilai baik secara moral hanya jika menghasilkan


manfaat terbesar bagi banyak orang.

3. Kriteria Obyektif Etika Utilitarianisme

Secara ringkas criteria obyektif etika utilitarianisme adalah


“bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan
keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang”. Etika
utilitarianisme menggambarkan tentang bagaimana orang-orang yang

8
rasional dalam mengambil keputusan bisnis terutama yang menyangkut
moral diantaara banyak pertimbangan dan kepentingan banyak orang.

2.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Etika Utilitarianisme

1. Kelebihan Etika Utilitarianisme

a) Rasional : Dalam system rasionalitas muncul ketika terdapat


keputusan benefit, bonus dan system pemasaran yang dilakukan.

b) Kebebasan : Merupakan kesempatan yang dapat digunakan oleh


pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin, tetapi
tetap dalam koridor hokum dan tanggung jawab.

c) Universal : Teori ini bernilai universalitas karena praktik bisnis


yang dilakukan memiliki tujuan pendapatan keuntungan bagi
perusahaan dan stakeholder lainnya.

2. Kelemahan Etika Utilitarianisme

a) Konsep manfaat yang begitu luas. Konsep manfaat menjadi


masalah yang penting karena manfaat masing-masing pihak
berbeda, manfaat diartikan sebagai keuntungan dan usaha perluasan
atau pengembangan perusahaan.

b) Kegiatan yang dilakukan dalam merekrut anggota baru tidak etis


dimana terlalu memaksa memberikan iming-iming yang belum
tentu terwujud.

c) Variable yang dinilai tidak semuanya dapat dikuantifikasi sehingga


sulit untukmengukur dan membandingkan keuntungan dan
kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.

2.2. Teori Deontologi

Deontologi berasal dari kata Yunani “deon” yang berarti kewajiban.


Atas pertanyaan “mengapa perbuatan ini adalah baik dan perbuatan itu harus
ditolak sebagai buruk”, Deontologi menjawab: “karena perbuatan pertama
menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang”. Kewajiban
9
menjadi dasar bagi baik buruknya perbuatan, tidak hanya itu kita tidak perlu
bertanya lebih lanjut. Konsekuensi perbuatan dalam hal ini tidak boleh
menjadi pertimbangan. Perbuatan tidak pernah menjadi baik karena hasilnya
baik, melainkan hanya karena wajib dilakukan. Deontologi selalu
menekankan: perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya, tujuan yang baik
tidak menjadikan perbuatan itu baik. Kita tidak boleh melakukan sesuatu
yang jahat supaya dihasilkan sesuatu yang baik. Misalnya, kita tidak boleh
mencuri atau berdusta untuk membantu orang lain dan dengan itu berbuat
baik kepadanya. Mencuri atau berdusta tidak boleh, menurut teori deontologi
kewajiban tidak dapat dinegosiasi.

Sadar atau tidak, orang beragama berpegang pada pendirian


deontologi ini, mengapa satu perbuatan adalah baik, sedangkan perbuatan lain
adalah buruk-buruk. Orang beragama menjawab: karena diperintahkan atau
dilarang oleh Tuhan, setiap agama mengenal perintah atau larangan moral
macam itu. Tradisi agama Yahudi, Kristiani dikenal apa yang disebut
“sepuluh perintah Allah” (The ten commandments), yang pada dasarnya akan
diterima oleh semua agama. Berdusta, mencuri, berzinah, membunuh tidak
boleh. Mengapa? Bagi orang beragama jawabannya adalah: karena perbuatan
tersebut dilarang oleh Tuhan.

Pendekatan deontologi yang setidak-tidaknya dengan implisit sudah


diterima dalam konteks agama, sekarang juga merupakan salah satu teori
etika yang terpenting, yang memberikan pendasaran filosofi kepada teori
dentologi adalah filsuf besar dari Jerman, Immanuel kant (1724-1804).
Mengapa suatu perbuatan disebut baik-baik? Menurut kant, “suatu perbuatan
adalah baik jika dilakukan karena harus dilakukan atau dengan kata lain jika
dilakukan karena kewajiban”, kant mengatakan juga: “suatu perbuatan adalah
baik, jika dilakukan berdasarkan imperative categories”. imperative
categories mewajibkan kita begitu saja, tak tergantung dari syarat apa pun.
Misalnya, barang yang dipinjam harus dikembalikan, keharusan ini berlaku
begitu saja, tanpa syarat. Menurut teori deontologi tidak berlaku barang yang

10
dipinjam harus dikembalikan, supaya tidak terkena kemarahan dari
pemiliknya, supaya tidak didenda atau supaya tidak berurusan dengan debt
collector dan sebagainya.

Perbuatan yang baik dari segi hukum belum tentu baik juga dari segi
etika, supaya menjadi baik di mata hukum, yang diperlukan hanyalah bahwa
perbuatan itu sesuai dengan hukum, terlepas dari motif apa pun mengapa
perbuatan dilakukan. Suatu perbuatan hanya bisa dianggap baik secara moral,
kalau dilakukan karena kewajiban.

Teori etika deontologi ini sangat berlawanan dengan teori etika


utilitarisme. Dari segi teoritis, kesan spontan ini memang ada dasarnya.
Utilitarianisme mementingkan konsekuensi perbuatan, sedangkan bagi
deontologi konsekuensi perbuatan tidak berperanan sama sekali. Dalam
praktiknya, pertentangan ini bisa tampak juga. Ada perbuatan perspektif
deontologi harus ditolak.

2.3. Teori Hak

Teori hak dibentuk dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama.
Kewajiban seseorang biasanya langsung bersamaan, begitu juga hak dari
orang lain. misalnya dalam hal perjanjian, jika seseorang berjanji sesuatu
kepada orang lain, maka seseorang itu berkewajiban untuk menepati janjinya,
sedangkan orang yang diberi janji berhak untuk menagih apa yang dijanjikan.
Dalam teori etika, dahulu difokuskan terhadap kewajiban, tetapi sekarang
justru sebaliknya karena teori etika lebih menonjolkan segi hak.

Hak didasarkan atas martabat semua manusia itu sama, oleh karena itu
teori hak sangat sesuai dengan suasana pemikiran demokratis. Seorang raja,
bangsawan, atau rakyat biasa, entah kaya atau miskin, martabatnya selalu
sama tidak ada perbedaan dan mereka tidak boleh diperlakukan dengan cara
yang berdeda. Teori hak begitu pupuler karena dinilai cocok dengan
penghargaan terhadap individu yang memiliki derajat sendiri. Manusia

11
individual tidak boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.
Menurut perumusan Immanuel Kant, manusia merupakan suatu tujuan dalam
dirinya (an end in itself). Manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan
sendiri dan tidak boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi
tercapainya suatu tujuan lain.

Sebagaimana halnya dalam pemikiran moral pada umumnya,


demikian pula dalam etika bisnis, teori hak diberi tempat yang penting. Etika
bisnis hanya perlu untuk melanjutkan perjuangan di bidang sosial ekonomi
yang berlangsung pada masa sebelumnya. Teori hak menekankan pada
individu, misalnya dalam perusahaan pasti mempunyai hak, namun Teori Hak
terutama diterapkan pada karyawan dengan memfokuskan hak karyawan
terhadap perusahaan. Karyawan mempunyai hak atas pembagian gaji yang
adil, lingkungan kerja yang sehat dan aman. Karyawan perempuan
mempunyai hak diperlakukan sama dengan karyawan laki-laki, misalnya
diberikan gaji yang sama jika prestasi kerjanya sama. Karyawan perempuan
mempunyai hak untuk tidak dilecehkan di tempat kerja oleh karyawan laki-
laki. Konsumen berhak atas produk yang sehat serta aman dan sesuai dengan
harapannya ketika ia membelinya. Saat ini sudah semakin banyak topik etika
bisnis yang menggunakan pendekatan dari segi hak.

2.4. Teori keutamaan

Pada teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku


manusia dipastikan berdasarkan pada suatu prinsip atau norma, hal ini
berbeda dengan teori tipe terakhir yaitu teori keutamaan (virtue) yang
memandang sikap atau akhlak seseorang (kebajikan). Tidak menanyakan
perbuatan adil, jujur atau murah hati melainkan menanyakan orang itu
bersikap adil, jujur, rendah hati. Etika sekarang ini ada minat khusus untuk
teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu
timpang dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Sejarah etika
teori keutamaan tidak sesuatu yang baru, namun mempunyai suatu tradisi
lama yang sudah dimulai pada waktu filsafat Yunani Kuno. Tokoh besar yang

12
masih dikagumi sekarang adalah Aristoteles (384-322 SM). Teori keutamaan
sekarang sebagian besar menghidupkan kembali pemikiran Aristoteles.
Kadang-kadang virtue diterjemahkan sebagai “kebijakan” atau “kesalehan”.
Tetapi terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah “keutamaan” karena
terjemahan itulah yang paling dekat dengan kata arête yang dipakai
Aristoteles dan seluruh tradisi filsafat Yunani.

Keutamaan merupakan watak yang telah diperoleh seseorang dan


memungkinkan untuk bertingkah laku secara normal. Keutamaan merupakan
keutamaan yang membuat seseorang mengambil keputusan tepat dalam setiap
situasi. Keadilan adalah keutamaan lain yang membuat seseorang selalu
memberikan kepada sesama apa yang menjadi haknya. Kerendahan hati
adalah keutamaan yang membuat seseorang tidak menonjolkan diri ,
sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras adalah keutamaan yang
membuat seseorang dapat mengatasi kecenderungan spontan untuk bermalas-
malasan. Ada banyak keutamaan semacam ini, seseorang adalah orang yang
baik, jika memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup berkeutamaan
(virtuous life).

Terdapat banyak sekali keutamaan dan semua keutamaan tidak sama


pentingnya untuk setiap orang atau setiap bidang kegiatan. Solomon
membedakan keutamaan untuk pelaku bisnis individual dan keutamaan pada
taraf perusahaan. Di antara keutamaan yang harus menandai pebisnis
perorangan bisa disebut kejujuran, keadilan (fairness), kepercayaan, dan
keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-
kadang malah ada tumpang tindih diantaranya. Kejujuran secara umum diakui
sebagai keutamaan pertama dan paling penting yang harus dimiliki pelaku
bisnis. Orang yang memiliki keutamaan kejujuran tidak akan berbohong atau
menipu dalam transaksi bisnis. Wisatawan asing yang tidak biasa dengan
mata uang Indonesia, mudah tertipu dengan mengembalikan uang kecil, akan
tetapi pedagang yang jujur tidak akan menggunakan kesempatan semacam
itu. Keutamaan menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Mitra bisnis

13
ingin bertanya, pebisnis yang jujur selalu bersedia memberi keterangan, tetapi
tidak berarti pebisnis harus membuka semua kartunya, bahkan dalam bidang
bisnis dan industri ada rahasia (trade secrets) para karyawan yang tidak boleh
dibuka kepada pihak lain, walaupun ada banyak peminat khususnya para
pesaing. Pemilik bisnis atau industri berhak bahwa rahasia itu tidak boleh
dibongkar oleh siapa pun dan keutaman kejujuran sama sekali tidak
mewajibkan mereka untuk membuka rahasia tersebut. Keutamaan kejujuran
memang ada kesulitannya juga, garis pembatas antara kejujuran dan
ketidakjujuran tidak selalu dapat ditarik dengan tajam.

Keutamaan kedua adalah fairness yang sering kali diberi terjemahan


“keadilan”. Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar
kepada semua orang dan dengan “wajar” dimaksudkan apa yang bisa disetujui
oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Insider trading adalah
contoh mengenai berbisnis yang tidak fair, dengan Insider trading
dimaksudkan menjual atau membeli barang berdasarkan informasi “dari
dalam” yang tidak tersedia bagi umum. Pada tahun 1980-an di Amerika
Serikat terjadi beberap kasus yang menghebohkan. Contohnya ada orang
yang membeli 150.000 saham dari perusahaan, setelah ia mendengar
informasi bahwa mereka akan mendengar marger dengan perusahaan lain.
Publik belum tahu tentang rencana itu. Setelah rencana tersebut diumumkan
ia dapat menjual sahamnya dengan keuntungan 2,7 juta dollar. Insider
trading tersebut tidak fair karena tidak disetujui oleh pihak lain yang aktif di
pasar saham. Orang yang berlaku atas dasar informasi dari sumber tidak
umum (rahasia) tidak berlaku fair.

Kepercayaan (trust) adalah keutamaan yang penting dalam konteks


bisnis. Kepercayaan harus ditempatkan dalam relasi timbal balik. Pebisnis
yang memiliki keutamaan ini boleh mengandaikan bahwa mitranya
mempunyai keutamaan yang sama. Pebisnis yang memiliki kepercayaan
bersedia untuk menerima mitranya sebagai orang yang bisa diandalkan, hal
itu sering mendesak karena dalam dunia bisnis kerap kali terdapat jarak waktu

14
dan jarak tempuh antara satu langkah bisnis dan langkah berikutnya.
Pengiriman barang sering dilakukan cukup lama sesudah dipesan.
Pembayaran dilakukan sesudah waktu tertentu yang disetujui. Pengusaha
impor-ekspor berurusan dengan mitra yang berada ditempat jauh dan mereka
jarang bertemu. Dalam e-commerce atau internet shopping jarak bisa lebih
jauh lagi dan barang yang dipesan harus dibayar sebelum dikirim.
Kepercayaan tidak sama dengan navitas, tidak semua orang pantas untuk
dipercayai dan dalam memberi kepercayaan kita harus selalu bersikap kritis.
Kita harus selektif dalam memilih mitra bisnis. Setiap perusahaan seharusnya
ada sistem pengawasan yang selektif terhadap semua karyawannya, karena
bagaimanapun juga bisnis tidak mungkin diadakan tanpa kepercayaan.

Keutamaan keempat adalah keuletan. Pebisnis harus bertahan dalam


banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang
terkadang seru tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia harus
berani juga mengambil resiko kecil ataupun besar, karena perkembangan
banyak faktor yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Ada kalanya ia tidak
luput dari gejolak besar dalam usahanya. Contohnya pengusaha Indonesia
yang terkenal William Soerjadjaja pendiri PT Astra Internasional memiliki
semboyan kerja yang menandakan keutamaan keuletan yaitu per aspera ad
astra (“melalui kesulitan menuju ke bintang”, “bintang” dalam arti cita-cita
tertinggi). Dalam bekerja ia sangat menghayati makna semboyan tersebut.
Selain bekerja keras, ia juga pernah ditipu oleh temannya hingga mengalami
kerugian jutaan mark Jerman. Gejolak-gejolak seperti itu bisa terjadi, tetapi
sebagai pebisnis yang berkeutamaan akan bertahan terus. Ia tidak akan pernah
patah semangat ditengah kekecewaan dan kesulitan, dimana orang lain
mungkin sudah lama sebelumnya memutuskan mundur saja.

Keutamaan keutamaan lain yang menandai pebisnis pada taraf


perusahaan atau keutamaan yang dimiliki manajer dan karyawan dalam
mewakili perusahaan adalah keramahan, loyalitas, kehormatan, dan rasa
malu. Keramahan tidak merupakan taktik saja untuk memikat para pelanggan,

15
tetapi menyangkut inti kehidupan bisnis itu sendiri. Karyawan yang memiliki
keutamaan ini tidak bermain sandiwara saja, karena keramahan itu hakiki
untuk setiap hubungan antar manusia dan hubungan bisnis tidak terkecuali,
bagaimanapun juga bisnis selalu mempunyai segi melayani sesama manusia.

Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk


mendapatkan gaji, tetapi mempunyai komitmen yang tulus terhadap
perusahaan. Ia tidak tinggal sebagai orang luar karena hanya dibayar untuk
bekerja, tetapi sampai menjadi orang dalam bagi perusahaannya. Kehormatan
adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan
duka serta sukses dan kegagalan perusahaan. Nasib perusahaan dirasakan
sebagai bagian dari nasibnya sendiri. Ia merasa bangga bila kinerja
perusahaan bagus. Sebaliknya, rasa malu membuat karyawan bersimpati
dengan kesalahan perusahaan, walaupun ia sendiri barangkali tidak salah, ia
merasa malu juga karena perusahaannya salah.

Dibandingkan dengan teori-teori lain teori kemungkinan mempunyai


kelebihan lagi, karena memungkinkan untuk mengembangkan perilaku etis
yang lebih positif. Teori-teori yang didasarkan atas aturan pada dasarnya
cenderung menilai perbuatan-perbuatan dari segi negatif, artinya mereka
menyoroti yang tidak etis. Mereka cenderung menilai suatu perbuatan sebagai
penipuan, pencurian, ketidakjujuran, dan sebagainya. Teori keutamaan
menyempatkan diri untuk menyoroti hal-hal yang positif. Lawan dari virtue
adalah vice (keburukan) yang juga dibahas oleh teori keutamaan. Namun pada
kenyataannya teori keutamaan berorientasi postif artinya terutama keutamaan
dan bukan keburukan yang dibahas. Dalam rangka teori keutamaan, etika
bisnis juga dapat mengikuti kecenderungan positif ini.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Teori dalam etika bisnis ada 4 teori meliputi Teori Utilitarianisme, Teori
Deontologi, Teori Hak, dan Teori Keutamaan. Teori Utilitarianisme meliputi teori
yang memanfaatkan atau memaksimalkan penggunaan (utility), bisa diartikan juga
dengan memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan penderitaan.
Pemanfaatan bukan hanya untuk golongan pribadi namun untuk golongan
bersama yang disini yaitu untuk masyarakat, jadi teori Utilitarianisme tidak boleh
mencerminkan perilaku yang egoistis. Teori ini sangat mudah untuk dipahami
sebagai teori etika karena sepaham dengan pemikiran ekonomis, selain itu teori ini
juga menekankan pada konsekuensi terhadap baik buruknya moral pada suatu
perbuatan, semua itu tergantung pada akibat yang dibawakan olehnya.

Teori Deontologi merupakan teori yang mendasari baik buruknya


perbuatan ialah kewajiban. Teori ini menekankan bahwa perbuatan tidak
dihalalkan karena tujuannya, tujuan yang baik tidak menjadikan perbuatan itu
baik, dan juga tidak boleh memiliki tujuan yang jahat untuk melakukan hal yang
baik.

Teori Hak berkaitan dengan teori deontologi, karena hak selalu berkaitan
dengan kewajiban. Teori hak memiliki tempat yang penting dalam etika bisnis
karena teori ini sangat sesuai dengan pemikiran yang demokratis.

Teori keutamaan ialah teori yang memandang sikap atau akhlak seseorang.
Keutamaan disini diartikan sebagai watak yang diperoleh seseorang dan
memungkinkan untuk bertingkah laku layaknya normal. Dalam teori ini
keutamaan menjadikan sikap yang adil, jujur, rendah hati dll.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. (2013). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Fitria, A. (2014). About Us: Open Mind. Retrieved from Open Mind Web Site:
http://annisafitria26.blogspot.com/2014/12/teori-etika-utilitarianisme-dalam-
bisnis.html

Yunita. (2013). About Us: Kho Yunita's Publish. Retrieved from Kho Yunita's
Publish Web Site: https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-
teori-etika/

Zuhriya, A. (2019). About Us: Indonesiana. Retrieved from Indonesiana WebSite:


https://www.indonesiana.id/read/118744/baik-buruk-teori-utilitarianisme-
dalam-berbisnis

18

Anda mungkin juga menyukai